Anda di halaman 1dari 3

Eits.. Nggak Sekadar Ngampus ..!!

By : Muhammad Sya’ban Harahap (Presiden Mahasiswa STMIK AMIKOM “Yogyakarta”)

Nggak sekadar ngampus kata yang lebih di tujukan untuk teman- teman seperjuangan ku yaitu maha siwa. Saudaraku
kita ini mahasiswa kalau kita artikan secara etimologis maha berarti yang paling tinggi, paling dihargai, paling dihormati
siswa orang yang ingin terus belajar, berintelektual tinggi, kreatif. Teman kau bias mendeskreptifkan sendiri gabungan
pengertian diatas. Apakah kalian mengerti sebelumnya bahwa begitulah mahasiswa. Mahluk yang dihargai dengan
keintelektualitas dan gerakannya. Kalu kita lihat dari fisiknya mahasiswa identik dengan Pemuda. Pasti kalau hal ini kalian
pasti setuju kan? ,tapi, perlu kita ketahui betapa hebatnya pemuda. Badan yang masih kuat, pikiran yang masih cerdas,
semangat yang menggelora, dan lain-lain sebaginya teman. Tapi, akan kah engkau(mahasiswa ) seperti itu. Kaulah yang
menjawabya sendiri.

Kalau kita tarik kembali penggalan paragraph diatas antara MAHASISWA dan PEMUDA. Coba kita tarik ulur garis
koordinat bangsa ini. Bahwa pengertian secara harfiah seorang mahasiswa ialah benar. Sudah kita ketahui bersama Sejarah
mengatakan, para pemuda dengan semangat patriotismenya sanggup melahirkan dan mengikrarkan sumpah pemuda yang
bertepatan pada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai tonggak perjuangan bangsa, hingga kini hari bersejarah itu dikenal dengan
hari sumpah pemuda. Tentu itu semua berangkat dari semangat juang patriotisme yang mereka miliki sebagai pemuda
penerus bangsa. Peran mereka tidak hanya sampai disitu, mereka berusaha mencapai kemerdekaan, dan tepatnya pada tanggal
15 Agustus 1945 berita tentang kekalahan jepang diketahui oleh para pemuda. Mereka bertekad merebut kemerdekaan
sebelum tentara sekutu datang.

Mereka mendesak golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, hingga pada tanggal 16
Agustus 1945 setelah membicarakan serangkai siasat, akhirnya diputuskan akan segera dirumuskan teks proklamasi yang
disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr. Ahmad Subarjo. Dan tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 naskah
proklamasi dibacakan oleh presideb pertama Indonesia, Ir. Soekarno atas nama rakyat Indonesia di jl. Peganggsaan Timur
Jakarta.

Dan masih banyak lagi yang kita ketahui dengan polagerak mahasiswa dahulu, mereka memiliki idealisme dan pola gerak
yang indepensial.

Dalam konteks era kekinian, peranan mahasiswa mengalami pergeseran nilai dan tujuan. Mahasiswa kini tak lagi idealis
seperti dulu, banyak peranan mahasiswa yang diboncengi oleh banyak kepentingan yang ada. Selain itu, peranan mahasiswa
yang seharusnya menjadi pembawa aspirasi rakyat, kini mulai bergeser menjadi academic oriented(selalu ngampus) saja
dengan hanya belajar sebagai kegiatan utama. Perlu ingat, mahasiswa hakikatnya lahir dari RAHIM RAKYAT, dan sudah
sepantasnyalah mahasiswa membela kepentingan rakyat.

Penulis sebagai mahasiswa dapat memetakan setidaknya ada empat peranan mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung
jawab yang harus dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang seharusnya dan paling idealnya.

Creator of Change

Selama ini kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen perubahan. Penulis mengatakan itu
tidaklah benar, mengapa? Karena dalam defininya kata ”agen” hanya merujuk bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu
atau bahkan hanya menjadi objek perubahan, bukan sebagai pencetus perubahan. Inilah alasan mengapa saat ini peranan
mahasiswa banyak yang diboncengi pencetus perubahan lain seperti partai politik, ormas, dan lainnya. Melihat dari kata
”pencetus”, mahasiswa seharusnya dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka.

Hal ini dapat lihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak sekali permasalahan bangsa yang ada, mulai dari
korupsi, penggusuran, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir
dan bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi ideal. Lalu, apa yang menjadi alasan untuk berubah? Secara
substansial, perubahan merupakan harga mutlak, setiap kebudayaan dan kondisi pasti mengalami perubahan walaupun
keadaanya tetap diam –sudah menjadi hukum alam. Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan besar terjadi di tangan
generasi muda mulai dari zaman nabi, kolonialisme, reformasi, dan lain sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa dituntut bukan
hanya menjadi agen perubahan saja, melainkan pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya ke arah yang lebih baik.
Iron Stock

Peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock atau mahasiswa dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi
pengganti generasi-generasi sebelumny, tentu dengan kemampuan dan akhlak mulia. Dapat dikatakan, bahwa mahasiswa
adalah aset, cadangan, dan harapan bangsa masa depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa,
kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang baik tentu akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon
pemimpin masa depan. Pasti timbul pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan mahasiswa agar menjadi calon pemimpin
yang siap pakai? Tentu jawabannya adalah dengan memperkaya pengetahuan yang ada terhadap masyarakatnya. Selain itu,
mempelajari berbagai kesalahan yang ada pada generasi sebelumnya juga diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam
pengembangan diri.

Ada satu pertanyaan yang menggelitik bagi saya, mengapa bernama iron stock? Bukan golden atau silver stock? Hal ini
masuk akal, karena sifat besi itu sendiri yang berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukan pengganti besi-besi
sebelumnya. Filosofi ini dapat dibenarkan, karena manusia yang disimbolkan sebagai besi tentu akan mati dan kehilangan
tenaganya, maka dari itu dibutuhkan generasi manusia baru sebagai pengganti yang lebih baik.

Social Control

Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial
dalam masyarakat. Mengapa harus menjadi social control? Kita semua tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim
rakyat, dan sudah seyogyanya mahasiswa memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam
masyarakat.

Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya sendiri dalam bertindak. Usut
punya usut, pemerintah tidak menepati janji yang telah diumbar-umbar dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan
pendidikan merajalela dalam kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa yang notabene sebagai anak
rakyat harus bertindak dengan ilmu dan kelebihan yang dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan
sebagai kontrol sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan rakyat yang mengalami
penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu
kebijakan yang merugikan rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.

Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi yaitu diskusi, kajian
dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat
memberikan bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Moral Force

Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan
teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum
terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada kehidupan
hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan
begitu saja. Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan menyebabkan generasi
pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar
memiliki goal menjadikan negara dan bangsa ini lebih baik.

Mahasiswa dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab posisi mahasiswa yang dikenal sebagai
kaum idealis harus berdiri tegap di antara idealisme mereka dan realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat, di
saat mahasiswa tengah berjuang membela idealisme mereka, tenyata di sisi lain realita yang terjadi di masyarakat semakin
buruk. Saat mahasiswa berpihak pada realita, ternyata secara tak sadar telah meninggalkan idealisme dan ilmu yang
seharusnya di implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif, kaum yang hanya bisa membuat kemacetan di
kala aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil yang konkret, yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain,
perjuangan dan peran mahasiswa saat ini telah kehilangan esensinya sehingga masyarakat sudah tidak menganggap peran
mahasiswa sebagai suatu harapan. Inilah paradigma yang seharusnya diubah, jurang lebar antara masyarakat dan mahasiswa
harus dihapuskan. Penulis berpendapat, bahwa peran mahasiswa saat ini seyogyanya memiliki kesinergisan masyarakat
dimana mahasiswa bernaung sebagai anak rakyat, semoga.

Bukan susah saudaraku untuk menjadi mahasiswa sangat beruntung kalian coba kita lihat data sensus penduduk 2010 bahwa
rakyat Indonesia saat ini 237.556.363 coba bandingkan dengan jumlah mahasiswa saat ini 4.657.483 tidak lebih dari 3%
teman. Itu belum kita lihat dari segi kprodutifan seorang mahasiwa di kampus, dari segi organisasi, akdemisi, dan hubungan
antara masayrakatnya mungkin kurang dari 1% dari rakyat Indonesia. Padahal kalu kita lirik keatas para pemerintah sekarang
ini. Adalah orang-orang mahasiswa. Kita muingkin satu frame bersama bahwa kita juga harapan untuk menduduki kursi
pemerintahan kedepan, kursi pengusaha kedepa, kursi pakrektor kedepan, kursi para peneliti kedepan, kursi para direktur
kedepan. Tapi, kedepan tidak di butuhkan Mahasiswa yang sekadar ngampus, mikirin enakke dewe. Mikirin akademisi
sendiri padahal masyarakat butuh tangan,kaki,omongan, pikiran dari kita.

Sahabatku. Saat ini jangan kita ikuti orang2 yang mengatur roda pemerintahan sekarang ini saatnya kita mempunya idealism
sendiri bagaimana caranya membangun negara makmur adil dan sejahtera. Potong regenarisasi sekarang ini. Kita lah yang
menjadi creator of change untuk perubahan yang lebih baik.

”Wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun ke jalan…

Demi mempersembahkan jiwa dan raga, untuk negeri tercinta…”

semoga dapat memotivasi kalian, wahai para mahasiswa….

Pustaka: anakui.com

Anda mungkin juga menyukai