Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum –
minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan
yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak
bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana,
tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.

Di Indonesia, minyak bumi yang diolah banyak digunakan sebagai Bahan bakar
minyak atau BBM, yang merupakan salah satu jenis bahan bakar yang digunakan secara luas di
era industrialisasi.

Ada beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia, di antaranya adalah:

 Minyak tanah rumah tangga


 Minyak tanah industri
 Pertamax
 Pertamax Plus
 Premium
 Bio Premium
 Bio Solar
 Pertamina DEX
 Solar transportasi
 Solar industri
 Minyak diesel
 Minyak bakar
Di Indonesia, harga BBM sering mengalami kenaikan disebabkan alasan pemerintah
yang ingin mengurangi subsidi. Tujuan dari pengurangan tersebut dikatakan adalah agar dana
yang sebelumnya digunakan untuk subsidi dapat dialihkan untuk hal-hal lain
seperti pendidikan dan pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, kenaikan tersebut sering memicu
terjadinya kenaikan pada harga barang-barang lainnya seperti barang konsumen, sembako dan
bisa juga tarif listrik sehingga selalu ditentang masyarakat (wikipedia,2011).

Cadangan minyak bumi terbesar terletak di Sumatera Tengah yakni mencapai 4163,75.
Cadangan terbesar kedua terletak di Provinsi Jawa Timur tepatnya di daerah Cepu. Terdapat
beberapa lokasi yang cadangan minyaknya di atas 500 juta stok barrel yakni Sumatera Tengah,
Jawa Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Jawa Barat.

Di luar cadangan minyak yang telah terbukti sebesar 3,7 juta stok barrel pada tahun 2008,
terdapat potensi cadangan yang cukup besar yakni mencapai sekitar 4,5 juta stok barrel.
Cadangan minyak pada lokasi-lokasi tersebut menjadi tulang punggung produksi minyak mentah
nasional.

Dengan mulai menurunnya produksi pada beberapa sumur-sumur minyak yang cukup
besar maka pada tahun-tahun mendatang prospek industri hulu minyak bumi di Indonesia sangat
tergantung dengan penemuan sumber minyak baru yang cukup besar.

Karena setiap lapangan minyak menghasilkan minyak mentah yang berbeda, maka perlu
adanya suatu klasifikasi untuk menentukan golongan-golongan minyak mentah sehingga dapat
diperoleh satu gambaran mengenai produk-prodk yang sekiranya dapat dihasilkan dari setiap
golongan minyak mentah.

I.2 TUJUAN

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi minyak
bumi dan sebagai sarana dalam memperluas wawasan mengenai ilmu yang terkait. Makalah ini
membahas mengenai klasifikasi minyak bumi berdasarkan Spesific Gravity, Sifat Penguapan
(Volatility), Kadar Sulfur, Faktor Karakteristik UOP, Indeks Korelasi, Viscosity Gravity
Constant (VGC), Bureu of Mines.
I.3 MANFAAT

Dengan membaca makalah ini kami mengharapkan agar kelak makalah ini dapat
bermanfaat bagi khayalak banyak terutama mahasiswa dalam pembelajaran mengenai klasifikasi
minyak bumi. Dan dengan segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini kami sebagai
penyusun meminta maaf yang sebesar besarnya, kamipun berharap agar pembaca dapat
memberikan saran dan kritik yang dapat membangun agar kelak makalah ini dapat menjadi lebih
baik.
BAB II

ISI

Tujuan klasifikasi minyak bumi adalah untuk mengetahui sifat-sifat minyak bumi,
sehingga berguna untuk memprediksi produk-produk yang dihasilkan. Perbedaan komposisi akan
menyebabkan perbedaan sifat-sifat minyak bumi, yaitu perbadaan susunan hidrokarbon, SG, API
Gravity, Volatility, dsb.

Dengan evaluasi crude dan test-test yang lainnya minyak bumi dapat
diklasifikasikan/dikelompokkan dalam jenis minyak bumi tertentu dan akan memudahkan untuk
meramalkan jenis dan mutu produk-produk minyak bumi yang mungkin diperoleh dan analisa-
analisa selanjutnya yang diperlukan.

Metode klasifikasi minyak bumi terdapat 7 macam yaitu :

1. Klasifikasi berdasarkan Spesific Gravity

2. Klasifikasi berdasarkan Sifat Penguapan (Volatility)

3. Klasifikasi berdasarkan Kadar Sulfur

4. Klasifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik UOP

5. Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi

6. Klasiffikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)

7. Klasifikasi berdasarkan Bureu of Mines

Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai klasifikasi minyak bumi berdasarkan sifat-
sifat fisika dan kimianya.
II.1 Klasifikasi berdasarkan Spesific Gravity (derajat API)

Densitas (Density)/ berat jenis adalah berat benda dibagi dengan volumenya, dengan
satuan kg/m3, g/cm3. Specific Gravity (SG) adalah perbandingan antara berat suatu cairan
dengan berat air pada volume yang sama yang diukur pada temperatur yang sama. Spesific
Gravity tidak mempunyai satuan. Spesific Gravity 60/60 °F (SG 60/60 °F) adalah perbandingan
antara berat suatu cairan dengan berat air pada volume yang sama yang diukur pada temperatur
yang sama 60 °F.

Spesific Gravity digunakan sebagai ukuran untuk membedakan minyak mentah, karena
minyak mentah dengan densitas yang rendah cenderung bersifat parafinik. Makin kecil Spesific
Gravity (SG) minyak bumi akan menghasilkan produk-produk ringan yang makin banyak, dan
sebaliknya makin besar Spesifik Gravity (SG) minyak bumi akan menghasilkan produk-produk
ringan yang makin sedikit dan produk residunya makin banyak.

Gravity dari minyak bumi merupakan salah satu indikasi penting dalam memperkirakan
harga dan dalam transaksi dipakai untuk perhitungan setelah dikoreksi pada suhu standart
(umumnya pada suhu 60 °F atau 15 °C).

Dalam industri perminyakan klasifikasi dengan menggunakan SG ini kadang-kadang


agak sulit untuk membedakan antar jenis minyak bumi (crude) yang mempunyai densitas rendah
sehingga klasifikasi berdasarkan SG biasanya ditunjukkan dengan derajad API Gravity, dengan
rumus sebagi berikut :

Berdasarkan klasifikasi Spesific Gravity (SG) minyak bumi dapat dibagi menjadi 5
macam, yaitu :

Minyak Bumi Spesific Gravity 60/60 °F ° API Gravity


SG 60/60 °F
1. Ringan < 0,830 39,0
2. Medium Ringan 0,830 – 0,850 39,0 – 35,0
3. Medium Berat 0,850 – 0,865 35,0 – 32,1
4. Berat 0,865 – 0,905 32,1 – 24,0
5. Sangat Berat > 0,905 24,0

• Hubungan antara antara API Gravity vs Carbon Residu : semakin tinggi API Gravity,
maka semakin rendah harga Carbon Residu dan sebaliknya.

• Hubungan antara antara API Gravity vs Viskositas : semakin tinggi API Gravity, maka
semakin kecil viskositas dan sebaliknya.

• Hubungan antara antara API Gravity vs Kandungan Aspalten : semakin tinggi API
Gravity, maka semakin kecil Kandungan Aspalten dan sebaliknya.

• Hubungan antara antara Density vs Kandungan Sulfur : semakin tinggi Density, maka
semakin tinggi Kandungan Sulfur.

II.2 Klasifikasi berdasarkan Sifat Penguapan (Volatility)

Klasifikasi ini berdasarkan kandungan (presentase) dari fraksi ringan yang terkandung
dalam minyak bumi, yaitu volume fraksi minyak yang dapat dikeluarkan dengan penyulingan
(distilasi) sampai temperatur 300 °C. Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi adalah
banyaknya fraksi ringan dinyatakan dalam % volume yang terkandung dalam minyak bumi .

Fraksi Ringan, % vol =

Volume Fraksi x 100 %

Volume Sample

Berdasarkan ketentuan tersebut minyak bumi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

Minyak Bumi Fraksi Ringan (% volume)


1. Ringan <50
2. Medium 20 – 50
3. Berat >20
II.3 Klasifikasi berdasarkan Kadar Sulfur

Klasifikasi ini berdasarkan kandungan (kadar) sulfur yang terdapat dalam minyak bumi.
Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi berdasarkan kadar sulfur dinyatakan dalam % wt.
Berdasarkan ketentuan tersebut minyak bumi dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

Minyak Bumi Kadar Sulfur


(% berat)
1. Non Sulfuric 0,01 – 0,03
2. Sulfur Rendah 0,03 – 1,0
3. Sulfuric 1,3 – 2,0
4. Sulfur tinggi > 2,0

Kandungan sulfur dalam minyak bumi sangat penting untuk diketahui yang berguna
untuk menentukan proses treating dan pengolahan terhadap minyak bumi dan produk-produk
distilasinya. Semakin rendah kandungan belerang, semakin baik minyak mentah tersebut.
Kandungan belerang yang tinggi memerlukan prosedur pengolahan yang lebih ekstensif
(kompleks) untuk menghasilkan produk yang memenuhi kualitas yang diinginkan.

Kandungan belerang dalam minyak bumi yang tinggi disebut asam dan kandungan
belerang yang rendah disebut sweet. Diperkirakan sebanyak 40% minyak mentah mengandung
belerang kurang dari 0,25% dan 7% mengandung lebih dari 2%.

Senyawa sulfur yang terdapat dalam minyak bumi dapat mengurangi efektifitas lead alkil
dalam menaikkan bilangan oktan pada produk migas (premium) dan dapat berubah menjadi
senyawa lain yang korosif. Proses yang digunakan untuk menghilangkan/mengurangi kandungan
sulfur dalam minyak dan produk distilasinya antara lain Unit Desulfurisasi/ Sulfur Recovery
(untuk crude yang mengandung kandungan sulfur tinggi) dan Treating dengan laturan NaOH
(untuk produk-produk minyak bumi).

II.4 Klasifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik K UOP (K Universal Oil Product)


Faktor karakteristik K UOP ini berdasarkan Nelson, Watson, dan Murphy dari Bureu of
Mines yang dinyatakan dengan persamaan.

Dimana :

T = Titik didih rata-rata dalam Kelvin

SG = Spesific Gravity pada temperatur 60/60 °F

Nilai K berada diantara 13 untuk parafin dan 10 untuk aromatik murni.

Klasifikasi minyak bumi berdasarkan faktor K UOP tersebut adalah :

Minyak Bumi Faktor K UOP


1. Parafinik Base > 12
2. Naftenik Base 11-12
3. Aromatik Base < 11

Metode klasifikasi ini lebih banyak digunakan untuk fraksi-fraksi minyak bumi dan minyak bumi
yang ringan.

II.5 Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi (C.I)

Nelson dan Watson dari Bureu of Mines mengemukakan perumusan yang dinamakan
Indeks Korelasi (Correlation Index), sebagai berikut :

C.I = 4733,7 SG – 456,8 + (48640/T)

Dimana :

T = Titik didih rata-rata, °K

SG = Spesific Gravity pada temperatur 60/60 °F

Nilai C.I = 0 untuk hidrokarbon parafin dan C.I = 100 untuk hidrokarbon aromat.
Klasifikasi dengan metode ini menggunakan sifat fisik minyak bumi dan umumnya
digunakan untuk fraksi-fraksi produk minyak bumi. Klasifikasi minyak bumi berdasarkan Indeks
Korelasi tersebut adalah :

Minyak Bumi BM C.I


1. Ultra Parafinik Base 10
2. Parafinik Base 30
3. Naftenik Base 30 – 40
4. Aromatik Base 40 – 60

II.6 Klasifikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)

Klasifikasi VGC biasanya digunakan untuk fraksi minyak pelumas dan dinyatakan
dengan rumus :

Dimana,

G = Spesific Gravity 60/60 °F

V = Viskositas dalam satuan SSG 100

Berdasarkan klasifikasi menurut VGC, minyak bumi memiliki bilangan 0,8 – 1,0

Dimana :

0,8 = untuk hidrokarbon parafinik

1,0 = untuk hidrokarbon aromatik

II.7 Klasifikasi berdasarkan Bureu of Mines (Lane and Garton)


Metode klasifikasi ini berdasarkan pada dua fraksi kunci (key fraction) yaitu untuk fraksi
kerosine dan fraksi pelumas. Dua fraksi ini disebut dengan kunci fraksi, yaitu kunci fraksi I dan
kunci fraksi II.

Kunci fraksi I : Kerosine dari 250 – 275 oC

Kunci fraksi II : Pelumas dari 275 – 300 oC

Yang diperoleh sebagai hasil sulingan Hempel dari potongan fraksi 250 – 275 °C pada
tekanan atmosfer untuk fraksi kerosine dan potongan fraksi 275 – 300 °C pada tekanan 40
mmHg untuk fraksi pelumas, yang kemudian kedua fraksi tersebut ditentukan Spesific
Gravitynya.

Sebagai ukuran dalam klasifikasi minyak bumi ini adalah SG 60/60 oF dari dua fraksi
yang dihasilkan dari distilasi minyak bumi :

SG 60/60 oF dari fraksi 250 – 275 oC menunjukkan sifat kimia fraksi ringan

SG 60/60 oF dari fraksi 275 – 300 oC menunjukkan sifat kimia fraksi Berat

Sifat-sifat tersebut tergambar sebagai sifat komponen hidrokarbon, yaitu : parafin, naften,
aromatik, atau bahkan kebanyakan adalah campuran diantara komponen-komponen tersebut

Tabel klasifikasi minyak bumi berdasarkan US Bureau of Mines

No. BAB III


KESIMPULAN

Klasifikasi minyak bumi bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat minyak bumi, sehingga
berguna untuk memprediksi produk-produk yang dihasilkan. Dengan evaluasi crude dan test-test
yang lainnya minyak bumi dapat diklasifikasikan/dikelompokkan dalam jenis minyak bumi
tertentu dan akan memudahkan untuk meramalkan jenis dan mutu produk-produk minyak bumi
yang mungkin diperoleh dan analisa-analisa selanjutnya yang diperlukan.

Metode klasifikasi minyak bumi terdapat 7 macam yaitu :

1. Klasifikasi berdasarkan Spesific Gravity

2. Klasifikasi berdasarkan Sifat Penguapan (Volatility)

3. Klasifikasi berdasarkan Kadar Sulfur

4. Klasifikasi berdasarkan Faktor Karakteristik UOP

5. Klasifikasi berdasarkan Indeks Korelasi

6. Klasiffikasi berdasarkan Viscosity Gravity Constant (VGC)

7. Klasifikasi berdasarkan Bureu of Mines

MAKALAH TEKNOLOGI MINYAK BUMI


“KLASIFIKASI MINYAK BUMI”

Disusun oleh:

Panji Prima Indrawati Dwi P (L2C008132)

Rangga Warsita A (L2C008145) Yuanissa Riqa

Yusuf Gunawan (L2C008154) Nurmeilia R


(21030110151073)

Astri Probowati (L2C008121) Arum Sakti P


(21030110151108)

Fajar Triarto (L2C008127) Aktrista Ayu (21030110151119)

Pramitha Rosyidi (L2C008143) Arfista Neva


(21030110151129)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011
DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, Harun. 1955. Minyak Bumi dan Hasil Minyak Bumi, Penggalian, Pengerjaan
dan Pemakaiannya. Penerbit Buku Teknik: Jakarta.

Speight,James G. 2007.The Chemistry and Technology of Petroleum. 4th edition. CRC Press:
New York.

http://anneahira.com/bahanbakarminyakbumi/

http://en.wordpress.com/tag/makalah/

http://gasplant.blogspot.com/2008/04/kamus-migas.html

Anda mungkin juga menyukai