Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini kita sering melihat persaingan sengit antara operator telepone selular
yang satu dengan yang lainnya, tentunya hal ini membawa dampak positf dan negatif bagi
masyarakat itu sendiri. Apabila kita tidak dapat memilih layanan operator dengan cermat
maka kita akan mengalami kerugian akan tetapi jika kita dapat memilih layanan operator
dengan bijak maka kita akan mendapat keuntungan dari hal tersebut.

Masyarakat di Indonesia mulai merasakan manfaat kompetisi sektor telekomunikasi


dan persaingan teknologi serta persaingan bisnis antar-operator memberi alternatif pilihan
yang menguntungkan. Dengan masuknya Telkomflexi yang berbasis teknologi CDMA (code
division multiple access), maka sekarang masyarakat dapat menikmati layanan telepon
seluler dengan tarif telepon tetap PSTN. Jadi telepon seluler bukan barang mewah lagi.

Dalam menangani persaingan ini, peranan dan konsistensi regulator benar diuji.
Yaitu bagaimana kebijakan dan kebijaksanaan regulasi sektor telekomunikasi untuk
mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan para pemain bisnis.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari Proposal Penelitian ini adalah :

1. Memberi Informasi mengenai kebaikan dan keburukan dari GSM dan CDMA.

2. Membantu masyarakat untuk dapat memilih teknologi yang jauh lebih baik dengan harga
yang terjangkau .

3. Membahas Isu-isu yang kian marak saat ini untuk menemukan solusinya.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 1


1.3 PERUMUSAN MASALAH

Pada dasarnya dengan adanya persaingan layanan operator di Indonesia membawa


angin segar bagi masyarakat, karena para pihak penyedia layanan operator telepon yang
terus bersaing akan melakukan persaingan harga yang pada akhirnya akan menguntungkan
masyarakat kita.

Akan tetapi dalam keadaan ini justru timbul pertanyaan besar, benarkah trik-trik
yang diberlakukan oleh para penyedia layanan operator akan menguntungkan masyarakat?
Sebagai mana yang kita ketahui bahwa para operator penyedia layanan telpon selular
adalah perusahaan komersial yang memiliki tujuan untuk meraih keuntungan sebesar-
besarnya. Oleh karena itu, pada proposal penelitian ini akan dibahas permsalahan yang
berkaitan dengan GSM dan CDMA.

Permasalahannya adalah :

1. Teknologi manakah yang jauh lebih baik antara GSM dan CDMA?
2. Apakah teknologi yang tepat untuk diciptakan?

1.4 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari karya tulis ini adalah kegiatan sehari–hari mahasiswa Sebagai
sampel dari potret kehidupan masyarakat di Indonesia.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 2


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 GSM (Global System for Mobile)

Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi
komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi GSM banyak diterapkan pada komunikasi
bergerak, khususnya telepon genggam. Teknologi ini memanfaatkan gelombang mikro dan
pengiriman sinyal yang dibagi berdasarkan waktu, sehingga sinyal informasi yang dikirim
akan sampai pada tujuan. GSM dijadikan standar global untuk komunikasi selular sekaligus
sebagai teknologi selular yang paling banyak digunakan orang di seluruh dunia.

Sejarah dan perkembangan GSM

Teknologi komunikasi selular sebenarnya sudah berkembang dan banyak digunakan


pada awal tahun 1980-an, diantaranya sistem C-NET yang dikembangkan di Jerman dan
Portugal oleh Siemens, sistem RC-2000 yang dikembangkan di Prancis, sistem NMT yang
dikembangkan di Belanda dan Skandinavia oleh Ericsson, serta sistem TACS yang beroperasi
di Inggris. Namun teknologinya yang masih analog membuat sistem yang digunakan bersifat
regional sehingga sistem antara negara satu dengan yang lain tidak saling kompatibel dan
menyebabkan mobilitas pengguna terbatas pada suatu area sistem teknologi tertentu saja
(tidak bisa melakukan roaming antar negara).

Teknologi analog yang berkembang, semakin tidak sesuai dengan perkembangan


masyarakat Eropa yang semakin dinamis, maka untuk mengatasi keterbatasannya, negara-
negara Eropa membentuk sebuah organisasi pada tahun 1982 yang bertujuan untuk
menentukan standar-standar komunikasi selular yang dapat digunakan di semua negara
Eropa.

Organisasi ini dinamakan Group Special Mobile (GSM). Organisasi ini memelopori
munculnya teknologi digital selular yang kemudian dikenal dengan nama Global System for
Mobile Communication atau GSM.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 3


GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi
selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).
Pengoperasian GSM secara komersil baru dapat dimulai pada awal kuartal terakhir 1992
karena GSM merupakan teknologi yang kompleks dan butuh pengkajian yang mendalam
untuk bisa dijadikan standar.

Pada September 1992, standar type approval untuk handphone disepakati dengan
mempertimbangkan dan memasukkan puluhan item pengujian dalam memproduksi GSM.
Pada awal pengoperasiannya, GSM telah mengantisipasi perkembangan jumlah
penggunanya yang sangat pesat dan arah pelayanan per area yang tinggi, sehingga arah
perkembangan teknologi GSM adalah DCS (Digital Cellular System) pada alokasi frekuensi
1800 Mhz. Dengan frekuensi tersebut, akan dicapai kapasitas pelanggan yang semakin besar
per satuan sel. Selain itu, dengan luas sel yang semakin kecil akan dapat menurunkan
kekuatan daya pancar handphone, sehingga bahaya radiasi yang timbul terhadap organ
kepala akan dapat di kurangi.

Pemakaian GSM kemudian meluas ke Asia dan Amerika, termasuk Indonesia.


Indonesia awalnya menggunakan sistem telepon selular analog yang bernama AMPS
(Advances Mobile Phone System) dan NMT (Nordic Mobile Telephone). Namun dengan
hadir dan dijadikannnya standar sistem komunikasi selular membuat sistem analog perlahan
menghilang, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Eropa. Pengguna GSM pun semakin lama
semakin bertambah. Pada akhir tahun 2005, pelanggan GSM di dunia telah mencapai 1,5
triliun pelanggan. Akhirnya GSM tumbuh dan berkembang sebagai sistem telekomunikasi
seluler yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Spesifikasi teknis GSM

Di Eropa, pada awalnya GSM didesain untuk beroperasi pada frekuensi 900 Mhz.
Pada frekuensi ini, frekuensi uplinks-nya digunakan frekuensi 890–915 MHz , sedangkan
frekuensi downlinksnya menggunakan frekuensi 935–960 MHz. Bandwith yang digunakan
adalah 25 Mhz (915–890 = 960–935 = 25 Mhz), dan lebar kanal sebesar 200 Khz. Dari
keduanya, maka didapatkan 125 kanal, dimana 124 kanal digunakan untuk suara dan satu
kanal untuk sinyal.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 4


Pada perkembangannya, jumlah kanal 124 semakin tidak mencukupi dalam
pemenuhan kebutuhan yang disebabkan pesatnya pertambahan jumlah pengguna. Untuk
memenuhi kebutuhan kanal yang lebih banyak, maka regulator GSM di Eropa mencoba
menggunakan tambahan frekuensi untuk GSM pada band frekuensi di range 1800 Mhz
dengan frekuensi 1710-1785 Mhz sebagai frekuensi uplinks dan frekuensi 1805-1880 Mhz
sebagai frekuensi downlinks.

GSM dengan frekuensinya yang baru ini kemudian dikenal dengan sebutan GSM
1800, yang menyediakan bandwidth sebesar 75 Mhz (1880-1805 = 1785–1710 = 75 Mhz).
Dengan lebar kanal yang tetap sama yaitu 200 Khz sama, pada saat GSM pada frekuensi 900
Mhz, maka pada GSM 1800 ini akan tersedia sebanyak 375 kanal. Di Eropa, standar-standar
GSM kemudian juga digunakan untuk komunikasi railway, yang kemudian dikenal dengan
nama GSM-R.

Arsitektur jaringan GSM

Secara umum, network element dalam arsitektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi:

1. Mobile Station (MS)

2. Base Station Sub-system (BSS)


3. Network Sub-system (NSS),

4. Operation and Support System (OSS)

Secara bersama-sama, keseluruhan network element di atas akan membentuk sebuah PLMN
(Public Land Mobile Network).

Mobile Station atau MS merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk
melakukan pembicaraan. Terdiri atas:

 Mobile Equipment (ME) atau handset, merupakan perangkat GSM yang berada di sisi
pengguna atau pelanggan yang berfungsi sebagai terminal transceiver (pengirim dan
penerima sinyal) untuk berkomunikasi dengan perangkat GSM lainnya.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 5


 Subscriber Identity Module (SIM) atau SIM Card, merupakan kartu yang berisi
seluruh informasi pelanggan dan beberapa informasi pelayanan. ME tidak akan
dapat digunakan tanpa SIM didalamnya, kecuali untuk panggilan darurat. Data yang
disimpan dalam SIM secara umum, adalah:

1. IMMSI (International Mobile Subscriber Identity), merupakan penomoran pelanggan.


2. MSISDN (Mobile Subscriber ISDN), nomor yang merupakan nomor panggil pelanggan.

Base Station System atau BSS, terdiri atas:

 BTS Base Transceiver Station, perangkat GSM yang berhubungan langsung dengan
MS dan berfungsi sebagai pengirim dan penerima sinyal.
 BSC Base Station Controller, perangkat yang mengontrol kerja BTS-BTS yang berada
di bawahnya dan sebagai penghubung BTS dan MSC

Network Sub System atau NSS, terdiri atas:

 Mobile Switching Center atau MSC, merupakan sebuah network element central
dalam sebuah jaringan GSM. MSC sebagai inti dari jaringan seluler, dimana MSC
berperan untuk interkoneksi hubungan pembicaraan, baik antar selular maupun
dengan jaringan kabel PSTN, ataupun dengan jaringan data.
 Home Location Register atau HLR, yang berfungsi sebagai sebuah database untuk
menyimpan semua data dan informasi mengenai pelanggan agar tersimpan secara
permanen.
 Visitor Location Register atau VLR, yang berfungsi untuk menyimpan data dan
informasi pelanggan.
 Authentication Center atau AuC, yang diperlukan untuk menyimpan semua data yang
dibutuhkan untuk memeriksa keabsahaan pelanggan. Sehingga pembicaraan
pelanggan yang tidak sah dapat dihindarkan.
 Equipment Identity Registration atau EIR, yang memuat data-data pelanggan.

Operation and Support System atau OSS, merupakan sub sistem jaringan GSM yang
berfungsi sebagai pusat pengendalian, diantaranya fault management, configuration
management, performance management, dan inventory management.
Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 6
Frekuensi pada 3 Operator Terbesar di Indonesia

1. Indosat : 890 – 900 Mhz (10 Mhz)

2. Telkomsel : 900 – 907,5 Mhz (7,5 Mhz)


3. Excelcomindo : 907,5 – 915 Mhz (7,5 Mhz)

4. Keunggulan GSM sebagai Teknologi Generasi Kedua (2G)

GSM, sebagai sistem telekomunikasi selular digital memiliki keunggulan yang jauh lebih
banyak dibanding sistem analog, di antaranya:

 Kapasitas sistem lebih besar, karena menggunakan teknologi digital dimana


penggunaan sebuah kanal tidak hanya diperuntukkan bagi satu pengguna saja.
Sehingga saat pengguna tidak mengirimkan informasi, kanal dapat digunakan oleh
pengguna lain.
 Sifatnya yang sebagai standar internasional memungkinkan international roaming
 Dengan teknologi digital, tidak hanya mengantarkan suara, tapi memungkinkan
servis lain seperti teks, gambar, dan video.
 Keamanan sistem yang lebih baik
 Kualitas suara lebih jernih dan peka.
 Mobile (dapat dibawa kemana-mana)

Bagaimanapun, keunggulan GSM yang beragam pantas saja membuatnya menjadi sistem
telekomunikasi selular terbesar penggunanya di seluruh dunia.

2.2 CDMA

Code Division Multiple Access (CDMA) adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan
sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi
kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA),
namun dengan cara mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan
dengan tiap kanal yang ada dan menggunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari kode-
kode khusus itu untuk melakukan pemultipleksan.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 7


Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang
berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa depan [1].

CDMA juga mengacu pada sistem telepon seluler digital yang menggunakan skema
akses secara bersama ini,seperti yang diprakarsai oleh Qualcomm.

CDMA adalah sebuah teknologi militer yang digunakan pertama kali pada Perang
Dunia II oleh sekutu Inggris untuk menggagalkan usaha Jerman mengganggu transmisi
mereka. Sekutu memutuskan untuk mentransmisikan tidak hanya pada satu frekuensi,
namun pada beberapa frekuensi, menyulitkan Jerman untuk menangkap sinyal yang
lengkap.

Sejak itu CDMA digunakan dalam banyak sistem komunikasi, termasuk pada Global
Positioning System (GPS) dan pada sistem satelit OmniTRACS untuk logistik transportasi.
Sistem terakhir didesain dan dibangun oleh Qualcomm, dan menjadi cikal bakal yang
membantu insinyur-insinyur Qualcomm untuk menemukan Soft Handoff dan kendali tenaga
cepat, teknologi yang diperlukan untuk menjadikan CDMA praktis dan efisien untuk
komunikasi seluler terrestrial.

Keuntungan CDMA

Teknologi CDMA sendiri memiliki berbagai keuntungan jika diaplikasikan dalam sistem
seluler. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :

 hanya membutuhkan satu frekuensi yang dibutuhkan untuk beberapa sektor/cell


 tidak membutuhkan equalizer untuk mengatasi gangguan spektrum sinyal
 dapat bergabung dengan metode akses lainnya, tidak membutuhkan penghitung
waktu (guard time) untuk melihat rentang waktu dan penjaga pita (guard band)
untuk menjaga intervensi antarkanal
 tidak membutuhkan alokasi dan pengelolaan frekuensi
 memiliki kapasitas yang halus untuk membatasi para pengguna akses
 memiliki proteksi dari proses penyadapan

Penggunaan di dalam telepon bergerak

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 8


Sejumlah istilah yang berbeda digunakan untuk mengacu pada penerapan CDMA.
Standar pertama yang diprakarsai oleh QUALCOMM dikenal sebagai IS-95, IS mengacu pada
sebuah Standar Interim dari Asosiasi Industri Telekomunikasi (Telecommunications Industry
Association, TIA) yang terakreditasi oleh American National Standards Institute (ANSI)[1]. IS-
95 sering disebut sebagai 2G atau seluler generasi kedua. Merk dagang cdmaOne dari
QUALCOMM juga digunakan untuk menyebut standar 2G CDMA.

Setelah beberapa kali revisi, IS-95 digantikan oleh standar IS-2000. Standar ini
diperkenalkan untuk memenuhi beberapa kriteria yang ada dalam spesifikasi IMT-2000
untuk 3G, atau selular generasi ketiga. Standar ini juga disebut sebagai 1xRTT yang secara
sederhana berarti "1 times Radio Transmission Technology" yang mengindikasikan bahwa
IS-2000 menggunakan kanal bersama 1.25-MHz sebagaimana yang digunakan standar IS-95
yang asli. Suatu skema terkait yang disebut 3xRTT menggunakan tiga kanal pembawa 1.25-
MHz menjadi sebuah lebar pita 3.75-MHz yang memungkinkan laju letupan data (data burst
rates) yang lebih tinggi untuk seorang pengguna individual, namun skema 3xRTT belum
digunakan secara komersil. Yang terbaru, QUALCOMM telah memimpin penciptaan
teknologi baru berbasis CDMA yang dinamakan 1xEV-DO, atau IS-856, yang mampu
menyediakan laju transmisi paket data yang lebih tinggi seperti yang dipersyaratkan oleh
IMT-2000 dan diinginkan oleh para operator jaringan nirkabel.

System CDMA QUALCOMM meliputi sinyal waktu yang sangat akurat (biasanya
mengacu pada sebuah receiver GPS pada stasiun pusat sel (cell base station)), sehingga jam
berbasis telepon seluler CDMA adalah jenis jam radio yang semakin populer untuk
digunakan pada jaringan komputer. Keuntungan utama menggunakan sinyal telepon seluler
CDMA untuk keperluan jam referensi adalah bahwa mereka akan bekerja lebih baik di dalam
bangunan, sehingga menghilangkan kebutuhan untuk memasang sebuah antena GPS di luar
bangunan.

Yang juga sering dikacaukan dengan CDMA adalah W-CDMA. Teknik CDMA
digunakan sebagai prinsip dari antarmuka udara W-CDMA, dan antarmuka udara W-CDMA
digunakan di dalam Standar 3G global UMTS dan standar 3G Jepang FOMA, oleh NTT
DoCoMo and Vodafone; namun bagaimanapun, keluarga standar CDMA (termasuk
cdmaOne dan CDMA2000) tidaklah compatible dengan keluarga standar W-CDMA.
Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 9
Aplikasi penting lain daripada CDMA, mendahului dan seluruhnya berbeda dengan seluler
CDMA, adalah Global Positioning System, GPS.

Dasar Matematis

CDMA menggunakan orthogonality sebagai inti dari kandungan matematisnya. Misal


kita menampilkan sinyal data sebagai vector. Sebagai contoh, rangkaian biner "1011" akan
diwakili oleh vektor (1, 0, 1, 1). Kita bisa memberi nama kepada vektor ini, dengan memakai
huruf tebal , misal a. Kita juga bisa memakai operasi pada vektor-vektor ini, diketahui
sebagai dot product, untuk "mengalikan" vektor-vektor, dengan cara menjumlahkan hasil
dari masing2 komponen. Sebagai contoh, dot product dari (1, 0, 1, 1) dan (1, -1, -1, 0)
menghasilkan (1)(1)+(0)(-1)+(1)(-1)+(1)(0)=1+-1=0. Dimana dot product dari vector a dan b
adalah 0, kita bisa mengatakan dua vektor ini adalah orthogonal.

Hasil dot memiliki beberapa sifat, dan salah satunya akan menolong kita memahami
bagaimana CDMA bekerja. Untuk vektor-vektor a, b, c: Akar pangkat dua dari a.a adalah
bilangan real, dan ini sangat penting. Kita bisa menulis. Asumsi vektor2 a dan b adalah
orthogonal.

Implementasi

Misalkan sekarang kita memiliki satu set vektor yang saling ortogonal satu sama lain.
Biasanya vektor ini khusus dibuat untuk kemudahan decoding - mereka adalah kolom atau
baris dari matriks Walsh yang dibangun dari fungsi Walsh - tapi tegas secara matematis
batasan hanya pada vektor ini adalah bahwa mereka ortogonal. Contoh fungsi ortogonal
ditampilkan dalam gambar di sebelah kanan. Sekarang, bergaul dengan satu pengirim vektor
dari himpunan ini, katakanlah v, yang disebut kode chip. Associate angka nol dengan vektor-
v, dan satu digit dengan vektor v. Sebagai contoh, jika v = (1, -1), maka vektor biner (1, 0, 1,
1) akan sesuai dengan (1 , -1, -1,1,1, -1,1, -1). Untuk keperluan artikel ini, kita sebut
dibangun ini vektor vektor yang ditransmisikan.

Setiap pengirim memiliki berbeda, vektor unik dipilih dari yang ditetapkan, tapi
pembangunan vektor yang ditransmisikan identik.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 10


Sekarang, sifat fisik dari interferensi misalkan bila 2 sinyal secara bersamaan punya
phase yang sama, mereka akan "saling menambah" menghasilkan 2 kali amplitudo dari
masing-masing sinyal. Tetapi jika sinyal-sinyal tersebut tidak dalam phase yang sama, maka
mereka akan "saling mengurangi" dan menghasilkan sebuah sinyal yang berbeda
amplitudonya.

Secara digital, sifat-sifat ini cukup bisa dimodelkan dengan penambahan vektor
transmisi. Jadi, jika kita punya 2 pengirim, masing-masing mengirikam secara bersamaan,
salah satu dengan chip code (1,-1) dan data vektor (1,0,1,1), dan pengirim yang lain dengan
chip code(1,1) dan data vektor (0,0,1,1),sinyal mentah yang akan di terima menjadi (1,-1,-
1,1,1,-1,1,-1)+(-1,-1,-1,-1,1,1,1,1)=(0,-2,-2,0,2,0,2,0).

Misalkan sebuah penerima mendapat semacam sinyal seperti di atas, dan ingin
menngetahui transmiter mana yang mengirim dengan chip code (1,-1). Penerima akan
menggunakan properti-properti yang dijelaskan di atas, dan mengambil dot product pada
vektor yang diterima dalam beberapa bagian.

Ambil 2 komponen pertama dari vektor yang di terima, Yaitu (0,-1). Sekarang, (0,-2).
(1,-1)=(0)(1)+(-2)(-1)=2. Karena ini positif, kita bisa menyimpulkan bahwa digit "1" sudah
dikirimkan. Mengambil 2 komponen selanjutnya, yaitu (-2,0),(-2,0).(1,-1)=-2. Karena ini
negatif kita bisa menyimpulkan bahwa digit "0" telah dikirimkan. Dengan terus
melanjutkannya pada komponen-komponen selanjutnya kita bisa memecahkan transmiter
mana yang telah mengirimkan dengan chip code (1,-1) yaitu (1,0,1,1) Likewise, applying the
same process with chip code (1, 1): (1, 1).(0,-2) = -2 gives digit 0, (1, 1).(-2,0)=(1)(-2)+(1)(0)=-
2 gives digit 0, and so on, to give us the data vector sent by the transmitter with chip code
(1, 1): (0, 0, 1, 1).

Sekarang, ada isu-isu tertentu di mana proses matematika ini dapat terganggu.
Anggaplah bahwa satu pengirim mentransmisikan pada kekuatan sinyal yang lebih tinggi
daripada yang lain. Kemudian orthogonality kritis properti bisa terganggu, sehingga sistem
bisa gagal. Jadi mengendalikan kekuatan daya merupakan masalah penting dengan
pemancar CDMA. A TDMA atau FDMA penerima dapat secara teori benar sewenang-
wenang menolak sinyal yang kuat pada slot waktu lain atau frekuensi saluran. Hal ini tidak

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 11


berlaku untuk CDMA; penolakan sinyal yang tidak diinginkan hanya parsial. Jika salah satu
atau semua sinyal yang tidak diinginkan jauh lebih kuat daripada sinyal yang diinginkan,
mereka akan menguasai mereka. Ini menyebabkan persyaratan umum dalam sistem CDMA
kira-kira sesuai dengan berbagai tingkat kekuatan sinyal seperti yang terlihat pada
penerima. Dalam CDMA seluler, stasiun basis menggunakan loop tertutup cepat skema
kontrol daya untuk mengontrol ketat setiap mobile's transmit power.

Anggaplah suara itu hadir dalam saluran nol mengambil sedikit untuk beberapa nilai lain.
Maka ini juga akan mengganggu orthogonality properti, dan dengan demikian menambah
tingkat ekstra forward error correction (FEC) coding juga penting.

Sejauh ini, kita telah mengasumsikan bahwa waktu adalah mutlak CDMA tepat, yaitu
tepat pemancar mentransmisikan pada titik-titik dalam kelipatan panjang urutan chip. Tentu
saja, dalam kenyataannya, ini tidak praktis untuk mencapai, sehingga semua bentuk CDMA
menggunakan spread spectrum memperoleh proses untuk memungkinkan penerima untuk
mendiskriminasikan sebagian sinyal yang tidak diinginkan. Sinyal dengan kode chip yang
dikehendaki dan waktu diterima, sedangkan sinyal dengan kode chip yang berbeda (atau
kode penyebaran yang sama namun waktu yang berbeda offset) muncul sebagai suara
wideband dikurangi dengan proses mendapatkan.

Keuntungan utama CDMA atas TDMA dan FDMA adalah bahwa kode CDMA yang
tersedia berjumlah tak hingga. Hal ini membuat CDMA secara ideal cocok bagi sejumlah
besar pemancar yang masing-masing menjangkitkan sejumlah kecil trafik pada selang waktu
tak teratur, karena hal itu menghindari overhead untuk mengalokasi dan men-dealokasi
secara terus-menerus sejumlah terbatas slot waktu ortogonal atau kanal frekuensi ke
pemancar individual. Pemancar CDMA dengan begitu saja mengirim ketika mereka
mempunyai sesuatu untuk dikirim dan diam ketika tidak.

Soft Handoff

Soft handoff (or soft handover) adalah salah satu inovasi dalam mobilitas dimana
mungkin dilakukan dengan teknologi CDMA.Hal ini berkaitan dengan teknik atau
pemindahan dari satu sel ke sel yang lain tanpa memutuskan hubungan radio kapanpun. Di

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 12


dalam teknologi TDMA dan sistem analog,setiap pancaran sel pada frekuensinya
sendiri,berbeda daripada sel-sel tetangganya.Jika sebuah perangkat bergerak telah
mencapai batas dari sel yang melayani call sekarang,dapat dikatakan akan memutus
hubungan radio dan secepatnya menyesuaikan dengan salah satu frekuensi sel-sel
tetangganya dimana call telah dipindahkan oleh jaringan dikarenakan perpindahan lokasi
dari peralatan bergerak tersebut.Jika peralatan bergenrak tersebut tidak bisa menyesuaikan
dengan frekuensi barunya dalam sekejap,maka call akan diputus.

Didalam Sistem CDMA, satu set sel bertetangga semuanya menggunakan frekuensi
yang sama untuk transmisi dan sel yang berbeda (atau base station) dalam arti adalah
sebuah nomer yang disebut "PN offset",disaat time offset dari permulaan pseudo-random
noise sequence yang diketahui dimana digunakan untuk menyebarkan sinyal dari base
station.Dikarenakan semua sel berada pada satu frekuensi,mendengarkan pada BTS yang
berbeda sekarang adalah tantangan dalam pemprosesan sinyal digital berbasis pada offset
dari sekuen PN,bukan Tranmisi RF dan berdasarkan penerimaan pada frekuensi terpisah.

Apabila handphone CDMA menjelajah melalui jaringan,ia mengenali offset PN dari


sel bertetangga dan melaporkan kekuatan setiap sinyal kembali ke sel acuan dari hubungan
percakapan (biasanya sel yang terkuat).Jika sinyal dari sebuah sel bertetangga cukup
kuat,perangkat bergerak tersebut akan dihubungkan langsung pada "add a leg"' callnya dan
memulai mentranmisikan dan menerima ke dan dari sel baru dalam arti ke sel (atau sel-
sel)call yang baru saja digunakan. Begitu juga,jika sebuah sinyal sel melemah,maka handset
akan secara langsung diputus hubungannya.Dslsm hsl ini,handset dapat bergerak dari sel ke
sel dan menambah dan membuang jika diperlukan dengan tujuan untuk menjaga call hingga
tanpa memutuskan hubungan. Dalam prakteknya,ada batasan-batasan frekuensi,sering
antara siynal pembawa yang berbeda atau sub-jaringan.Pada keadaan ini,handset CDMA
akan menggunakan jalan yang sama seperti dalam TDMA atau analog dan menjalankan
sebuah perpindahan yang ekstrim dimana hal ini akan memutus hubungan dan mencoba
mengambil frekuensi baru dimana ia baru saja mati.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 13


Fitur CDMA

 Sinyal pesan pita sempit ( narrowband ) akan digandakan dengan penyebaran sinyal
pita lebar ( wideband ) atau pseudonoise code
 Setiap user mempunyai pseudonoise (PN) code sendiri sendiri.
 Soft capacity limit: performansi sistem akan berubah untuk semua pengguna begitu
nomer pengguna meningkat.
 Near-far problem (masalah dekat-jauh)
 Interference terbatas:kontrol daya sangat diperlukan
 lebar bandwidth menimbulkan keaneka ragaman,sehingga meggunakan rake
receiver
 Akan membutuhkan semua komputer yang pernah dibuat oleh manusia diatas bumi
untuk memecahkan kode dari satu setengah percakapan dalam sistem CDMA.

BAB III
METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan


metode observasi dan literatur. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Teknik Pengamatan Langsung
Pada teknik ini, penulis mengamati mahasiswa yang menggunakan kartu GSM
maupun CDMA, guna mengetahui yang mana yang jauh lebih diminati.
2. Teknik Wawancara
Tujuan dari teknik ini agar diperoleh gambaran yang lebih luas mengenai kasus
yang dibahas. Sebagi sampel respondennya adalah mahasiswa Program Studi Teknik
Telekomunikasi Politeknik Negeri Jakarta dan warga sekitar di wilayah Jakarta Timur.
3. Studi Pustaka
Pada teknik ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan
penulisan karya ilmiah atau teknik penulisan karya ilmiah dan yang berkaitan dengan
Topologi GSM dan CDMA.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 14


BAB IV
PEMBAHASAN

Di Indonesia, liberalisasi bisnis seluler dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah
mulai membuka kesempatan kepada swasta untuk berbisnis telepon seluler dengan cara
kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana ketika teknologi GSM (global system for
mobile) datang dan menggantikan teknologi seluler generasi pertama yang sudah masuk
sebelumnya ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan AMPS (advance
mobile phone system)

Teknologi GSM lebih unggul, kapasitas jaringan lebih tinggi, karena efisiensi di
spektrum frekuensi. Sekarang, dalam kurun waktu hampir satu dekade, teknologi GSM telah
menguasai pasar dengan jumlah pelanggan lebih dari jumlah pelanggan telepon tetap. Tren
ini akan berjalan terus karena di samping fitur-fiturnya lebih menarik, telepon seluler masih
merupakan prestise, khususnya bagi masyarakat Indonesia.

Namun, sampai saat ini telepon seluler masih merupakan barang mewah, tidak
semua lapisan masyarakat bisa menikmatinya. Tarifnya masih sangat tinggi dibandingkan
dengan telepon tetap PSTN (public switched telephone network), baik untuk komunikasi
lokal maupun SLJJ (sambungan langsung jarak jauh), ada yang mencapai Rp 4.500 per menit
flat rate untuk komunikasi SLJJ.

Namun, berapa pun tarif yang ditawarkan operator seluler GSM, karena tidak ada
pilihan lain, apa boleh buat, diambil juga. Terutama karena telepon PSTN tidak bisa
diharapkan. Jadi, masuknya CDMA menjanjikan solusi teknologi yang ekonomis untuk
memenuhi kewajiban pemerintah dalam mempercepat penambahan PSTN. Apalagi, CDMA
datang dengan teknologi seluler 3G, yang menawarkan fitur-fitur yang lebih canggih
dibandingkan dengan teknologi GSM. Keunggulan ini sekaligus dapat memenuhi kebutuhan
gaya hidup masyarakat modern. 

Mengapa CDMA bisa murah?

Suatu kali seorang mahasiswa di lift tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu dan saya
hanya berkometar, jangan-jangan GSM yang kemahalan. CDMA datang dengan harga 200

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 15


dollar AS per SST (satuan sambungan telepon), jauh lebih murah dibandingkan dengan
teknologi akses lainnya selama ini di Indonesia sehingga PT Telkom berani memberikan tarif
murah. Padahal, CDMA lebih canggih dan lebih unggul dibandingkan dengan GSM.

Kalau begitu, perlu dipertanyakan kembali bagaimana sebenarnya iklim bisnis seluler
GSM selama ini termasuk pemain-pemain yang berperan dibalik semua itu. Mulai dari
vendor, operator, dan regulator, siapakah yang paling diuntungkan, meski yang jelas bukan
masyarakat sebagai konsumen.

Apalagi jika diperhatikan skema kerja sama antara vendor dengan para operator
dalam pola pengadaan atau pembelian teknologi. Pedihnya lagi, adakah transfer teknologi
yang berarti buat negara kita? Sudah hampir satu dekade, vendor- vendor teknologi jaringan
GSM masuk dan berbisnis di Indonesia, kenyataannya kita hanya dijadikan pembeli dan
pemakai teknologi semata.

Sekarang dengan masuknya teknologi CDMA dari kubu lain dengan pelaku bisnis
baru apakah itu dari Amerika, Jepang, Korea, atau Cina, diharapkan iklim bisnisnya akan
lebih terbuka. Perlu dicermati apakah ada itikad baik pemain baru itu untuk meningkatkan
pemberdayaan sumber daya manusia kita.

Tentu pemerintah dan para operator harus mempunyai kekuatan negosiasi yang
kuat, jangan sampai mereka datang dengan sederet permintaan dan syarat untuk
memudahkan mereka berbisnis, sementara kita tidak tahu mau minta apa kepada negara
mereka. Meskipun kita tak mempunyai keunggulan kompetitif dalam teknologi ini, tetapi
potensi pasar yang menjanjikan, bisa dijadikan kekuatan tawar, misalnya untuk
memperjuangkan transfer teknologi yang nyata. Hal lain yang perlu dicermati adalah jangan
sampai terjadi ketergantungan pada satu atau dua vendor seperti pengalaman kita
terdahulu dengan Siemens.

Dari aspek teknologi, baik GSM atau CDMA merupakan standar teknologi seluler
digital, hanya bedanya GSM dikembangkan oleh negara-negara Eropa, sedangkan CDMA
dari kubu Amerika dan Jepang. Tetapi perlu diperhatikan bahwa teknologi GSM dan CDMA

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 16


berasal dari jalur yang berbeda sehingga perkembangan ke generasi 4G dan 5G berikutnya
akan berbeda terus seperti bisa dilihat pada skema.

Oleh karena itu, kita harus hati-hati memilih teknologi. Ketika kita memilih CDMA,
maka selanjutnya harus mengikuti jalur up-grade CDMA terus. Perlu diingat, up-grade
jaringan dalam satu jalur teknologi akan lebih gampang dan lebih murah dibandingkan
migrasi ke teknologi lain.

Kinerja jaringan merupakan kriteria berikutnya yang harus diperhatikan dalam


pemilihan teknologi. Kinerja jaringan seluler sangat tergantung efisiensi pemakaian
spektrum frekuensi dan sensivitas terhadap interferensi karena spektrum frekuensi
merupakan sumber daya yang sangat terbatas.

Untuk meningkatkan efisiensi spektrum frekuensi, maka dilakukan teknik


penggunaan kembali frekuensi re-used, mempergunakan kembali frekuensi yang sama pada
sel lainnya pada jarak tertentu supaya tidak terjadi interferensi. Teknologi CDMA memiliki
kapasitas jaringan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi GSM dan frekuensi yang
sama dapat dipergunakan pada setiap sel yang berdekatan atau bersebelahan sekalipun.

Teknologi CDMA didesain tidak peka terhadap interferensi. Di samping itu, sejumlah
pelanggan dalam satu sel dapat mengakses pita spektrum frekuensi secara bersamaan
karena mempergunakan teknik pengkodean yang tidak bisa dilakukan pada teknologi GSM.

Mobilitas terbatas

Mobilitas merupakan keunggulan utama teknologi seluler dibandingkan telepon


tetap. Setiap pelanggan dapat mengakses jaringan untuk melakukan komunikasi dari mana
saja dan di sini letak perbedaan dengan telepon tetap.

Konsep desain teknologi seluler menjamin mobilitas setiap pelanggan untuk


melakukan komunikasi kapan pun dan di mana pun dia berada. Jadi dari aspek teknologi,
tidak ada batasan mobiltas pelanggan bahkan jelajah (roaming) internasional dapat
dilakukan.

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 17


Kalau dilakukan pembatasan, apalagi jika dibatasi penggunaan teknologi itu hanya
dalam satu sel, pelanggan hanya bisa melakukan komunikasi atau mempergunakan
teleponnya dalam daerah cakupan BTS (base transceiver station) di mana dia berlangganan.

Untuk Jakarta tentu sangat tidak efektif dan tidak efisien karena misalnya pelanggan
yang punya rumah di Jakarta Timur, bekerja di Jakarta Pusat, atau belanja ke Glodok,
teleponnya sudah tidak bisa dipergunakan. Di samping itu, pembatasan ini bisa
dimanfaatkan operator untuk menambah biaya roaming antarsel yang tentu akan
merugikan, mempersulit, atau membodohi masyarakat. Jangan sampai karena persaingan
bisnis para operator lalu masyarakat dikorbankan. Jika pembatasan tetap ingin dilakukan,
tentu perlu dipikirkan batasan yang wajar. Misalnya, batasan cakupan meliputi Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi).

Menghadapi persaingan bisnis yang makin sengit dan siklus serta persaingan
teknologi yang makin cepat, dalam menentukan kebijakan dan kebijaksanaannya, regulator
harus melihat dari segala sudut pandang dengan suatu kajian yang komprehensif, tidak
parsial. Dan yang lebih penting lagi, harus mampu mengantisipasi segala perubahan yang
mungkin terjadi supaya tidak ketinggalan terus.

Dengan adanya konvergensi teknologi telekomunikasi dengan teknologi informasi,


kebijakan lisensi seharusnya tidak lagi tergantung teknologi maupun jasa. Setiap operator
bebas memilih teknologi yang paling ekonomis dan cocok untuk meningkatkan daya saing
mereka, agar bisa menawarkan jasa kepada masyarakat dengan tarif yang rendah. Regulator
benar-benar harus independen, tidak memihak kepada teknologi atau vendor mana pun.

Lebih jauh lagi, liberalisasi sektor ini menuntut regulator untuk menjaga
kesinambungan layanan kepada masyarakat, jangan sampai terjadi cherry picking yang
mungkin dilakukan oleh pemain-pemain baru. Saat mereka terjepit, mereka begitu saja
berangkat tanpa memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat.

Biasanya kasus ini terjadi pada negara-negara berkembang di mana hukum dan
regulasi masih sangat lemah, seperti pernah terjadi di India sehingga langkah-langkah
strategis perlu dipersiapkan baik oleh regulator maupun operator. Misalnya untuk

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 18


mengantisipasi persaingan, sebaiknya operator GSM mulai memikirkan alternatif solusi
teknologi apakah up-grade atau migrasi.

dalam menentukan kebijakan dan kebijaksanaannya, regulator harus melihat dari


segala sudut pandang dengan suatu kajian yang komprehensif, tidak parsial. Dan yang lebih
penting lagi, harus mampu mengantisipasi segala perubahan yang mungkin terjadi supaya
tidak ketinggalan teknologi.

Jadi salah satu solusi permasalahan diatas adalah dengan teknologi W-CDMA

Wideband Code-Division Multiple Access atau biasa ditulis Wideband-CDMA atau


W-CDMA, merupakan teknologi generasi ketiga (3G) untuk GSM, biasa disebut juga UMTS
(Universal Mobile Telecommunication System). Teknologi ini tidak kompatibel dengan
CDMA2000 atau sering disebut juga dengan CDMA saja.

Kecepatan WCDMA bisa mencapai 384 kbps dan dimasa akan datang akan
meningkat sampai mungkin sekitar 10Mbps.

Teknologi ini menggunakan Wideband-AMR (Adaptive Multi-rate) untuk kodifikasi


suara (voice codec) sehingga kualitas suara yang didapat menjadi lebih baik dari generasi
sebelumnya.

BAB V
Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 19
WAKTU, PERSONALIA, dan ANGGARAN PENELITIAN

5.1 WAKTU PENELITIAN


Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 18 Februari 2011 sampai dengan tanggal 21 Februari
2011

5.2 PERSONALIA PENELITIAN


1. Penanggung Jawab : Fajar Khlaid NIM (3310130012)
2. Ketua : Nimas Amalia NIM (3310130024)

3. Sekretaris : Fajar Khalid NIM(3310130012)

4.Anggota :

a) Ahmad Yasir Arafat NIM (3310130005)


b) Tri Laksono NIM (3310130033)

5.3 ANGGARAN BIAYA


Anggaran biaya pada penelitian ini diperoleh dari iuran anggota dengan rincian :
A. Pemasukan
Iuran Anggota :@Rp. 10.000,00 X 4 = Rp. 40.000,00
B. Pengeluaran
Penyusunan Proposal Rp. 10.000,00
Pembuatan Pertanyaan Untuk Kuesioner Rp.10.000,00
Wawancara Rp. 20.000,00 +
Total pengeluaran Rp. 40.000,00

BAB V

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 20


KESIMPULAN

Peran pemerintah dan regulator tetap sangat dibutuhkan untuk menjaga


kepentingan masyarakat suatu negara terutama dalam masa transisi dari monopoli ke
kompetisi. Bagi negara kita, yang sampai saat ini hanya jadi pembeli dan pemakai teknologi
tersebut, tentu harus pintar- pintar memilih teknologi yang paling ekonomis dan cocok
dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi masyarakat.

Jangan sampai terpaku pada suatu teknologi atau pada satu-dua vendor saja. Kita
harus bisa mobile secara bebas, tidak Limited mobility.

Kebijakan lisensi seharusnya tidak lagi tergantung teknologi maupun jasa. Setiap
operator bebas memilih teknologi yang paling ekonomis dan cocok untuk meningkatkan
daya saing mereka, agar bisa menawarkan jasa kepada masyarakat dengan tarif yang
rendah. Regulator benar-benar harus independen, tidak memihak kepada teknologi atau
vendor mana pun.

Liberalisasi sektor ini menuntut regulator untuk menjaga kesinambungan layanan


kepada masyarakat, jangan sampai terjadi cherry picking yang mungkin dilakukan oleh
pemain-pemain baru.

DAFTAR PUSTAKA

Suprapto, Bowo. 2010. Pekembangan Teknologi GSM dan CDMA. Jakarta : Bumi Aksara
Puspa Mega

id.google.co.id

Id.wikipedia.com

Proposal Penelitian Problematika GSM – CDMA oleh TELKOM 2C 21

Anda mungkin juga menyukai