RISMA SIHOMBING
05091002007
INDRALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hidrolika merupakan satu topik dalam Ilmu terapan dan keteknikan yang
berurusan dengan sifat-sifat mekanis fluida, yang mempelajari perilaku aliran air
secara mikro maupun makro. Mekanika Fluida meletakkan dasar-dasar teori
hidrolika yang difokuskan pada rekayasa sifat-sifat fluida. Dalam tenaga fluida,
hidrolika digunakan untuk pembangkit, kontrol, dan perpindahan tenaga
menggunakan fluida yang dimampatkan. Topik bahasan hidrolika membentang
dalam banyak aspek sains dan disiplin keteknikan, mencakup konsep-konspen
seperti aliran tertutup (pipa), perancangan bendungan, pompa, turbin, tenaga air,
hitungan dinamika fluida, pengukuran aliran, serta perilaku aliran saluran terbuka
seperti sungai dan selokan.
Kata Hidrolika berasal dari bahasa Yunani hydraulikos, yang merupakan
gabungan dari hydro yang berarti air dan aulos yang berarti pipa.
Penemuan terkait di Romawi Kuno. Pada masa Romawi Kuno telah
dikembangkan beragam penerapan hidrolika, mencakup penyediaan air untuk
umum, sejumlah Aqueduct, kincir air, pertambangan hidrolis. Romawi Kuno
termasuk golongan awal yang menggunakan prinsip siphon untuk membawa air
melintasi lembah, serta menggunakan teknik tertentu bernama hushing dalam
pertambangan. Mereka menggunakan timbal dalam sistem pemipaan untuk suplai
domestik dan umum, semisal pemandian umum pada masa itu.
Inovasi pada Masa Kejayaan Islam. Pada masa kejayaan Islam, terobosan
dalam mekanika fluida oleh fisikawan muslim semisal Abu Rayhan al-Biruni
(973-1048) dan Al-Khazini (penemu keseimbangan hidrostatis pada tahun 1121),
menghantarkan berbagai inovasi di bidang hidrolika dari insinyur-Insinyur Arab
dan para penemu. Kerajaan Arab telah menemukan sistem pengairan domestik
semisal sistem pembilasan dan sistem transportasi air yang berdampak baik pada
pertanian.
Aliran dapat diklasifikasikan dalam banyak bentuk, seperti turbulen dan
laminer. Situasi aliran turbulen sangat sering terjadi dalam praktek perekayasaan,
dalam aliran turbulen partikel-partikel massa molar yang kecil fluida bergerak
dalam lintasan-lintasan yang sangat tidak teratur, dengan mengakibatkan
pertukaran momentum dari satu bagian ke bagian lainnya dengan cara yang akak
menyerupai perpindahan momentum molekular. Aliran laminer, partikel-partikel
fluida bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus serta lancar dalam lamina-
lamina, dan satu lapisan meluncur pada lapisan yang bersebelahan.
Penentuan aliran tersebut bila dilihat secara kasat mata sangat sukar untuk
dilaksanakan. Guna menentukan makna kelompok tanpa dimensi. Reynold
melakukan eksperimennya mengenai aliran air melalui lubang kaca. Sebuah
tabung kaca dipasang horizontal dengan satu ujungnya di dalam tangki dan
sebuah katup pada ujung lainnya. Pada ujung hulu terpasang lubang masuk corong
lonceng yang licin dengan jet warna yang diatur deikian sehingga arus zat waktu
yang halus dapat disemprotkan di titik di setiap di depan corong lonceng tersebut.
Bilangan Reynold ini selanjutnya akan memudahkan untuk penentuan jenis aliran
yang tejadi pada suatu saluran, baik saluran terbuka maupun saluran tetutup.
Sehingga praktikan tidak perlu menerka-nerka jenis aliran pada suatu saluran.
Aliran fluida di dalam fluida berdasarkan bilangan Reynold dibedakan
menjadi aliran laminer, aliran transisi dan aliran turbulen. Dalam hal ini jika nilai
Re kecil aliran akan meluncur di atas lapisan lain yang dikenal dengan aliran
laminer, sedangkan jika aliran-aliran tadi terdapat garis edar tertentu yang dapat
dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen. Nilai bilangan Reynold pada pipa atau
saluran-saluran adalah sebagai berikut:
- Aliran laminer terjadi jika Re <> 4000
- Aliran transisi terjadi jika 2100 <> 1000
Sistem jaringan pipa digunakan oleh perusahaan-perusahan sebagai
pendistribusian air minum, minyak maupun gas bumi. Demikian juga dengan
keperluan air pada rumah tangga, sistem jaringan pipa ini paling banyak
digunakan baik untuk penyaluran air bersih maupun sanitasi.
Jaringan pipa air bersih atau instalasi air bersih adalah suatu jaringan pipa
yang digunakan untuk mengalirkan atau mendistribusikan air, baik itu dari sumber
air ke penampungan air maupun dari provider ke konsumen. Dimana pada aliran
normal terjadi karena adanya perbedaa n tinggi tekanan/perbedaan elevasi muka
air. Sedangkan pada aliran mekanik digunakan pompa air, sehingga dapat
mengalirkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Pipa yang paling banyak digunakan adalah pipa besi (galvanis) dimana
pipa galvanis, lebih kuat, tahan terhadap temperatur tinggi, tidak mudah pecah
atau bocor dan mudah dipasang, serta tahan lama. Pipa ini tersedia dipasaran
dengan berbagai merek baik yang diproduksi oleh industri dalam negeri maupun
dari produk impor.
Pada aliran air salah satu gangguan atau hambatan yang sering terjadi dan
tidak dapat diabaikan pada aliran air yang menggunakan pipa adalah kehilangan
energi akibat gesekan (mayor lose) dan minor lose (adanya perubahan arah,
perubahan penampang serta gangguan-gangguan lain yang mengganggu aliran
normal. Hal ini menyebabkan energi aliran air semakin lemah dan mengecil.
Kebutuhan air yang harus dipenuhi akan menentukan ukuran dan tipe
sistem distribusi yang di inginkan misalnya dipakai kebutuhan 1000 liter/orang
untuk suatu jaringan, maka kita harus merencanakan debit dan tekanan yang akan
diberikan. Sedangkan tekanan menjadi penting karena tekanan rendah akan
mengakibatkan masalah dalam distribusi jaringan pipa, namun bila tekanan besar
akan memperbesar kehilangan energi.
Panjangnya jarak tempuh pendistribusian air, mengakibatkan timbulnya
pemasalahan pada perencanaan instalasi perpipaan, diantaranya adanya kontur
tanah/lahan yang tidak rata, gedung-gedung, jalan raya, serta instalasi-instalasi
lainnya. Untuk itu perlu pembelokan arah pipa agar tidak mengganggu instalasi
instalasi lainnya.
Akibat sambungan dan pembelokan serta kurangnya perawatan dan akibat
umur pipa akan timbul permasalahan pada aliran seperti adanya: a) kebocoran, b)
lebih sering terjadi kerusakan pipa atau komponen lainnya, c) besarnya tinggi
energi yang hilang dan d) penurunan tingkat layanan penyediaan air bersih untuk
konsumen (Kodoatie, 2002: 262) , dan masih banyak permasalahan lainnya.
Kehilangan energi akibat perubahan arah pada pipa dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu pembelokan karena adanya sambungan yang terkesan tiba-tiba/tajam,
pembelokan ini disebut Elbow dan pembengkokan secara berangsur –angsur
pembengkokan ini disebut Bends. Perbedaan kedua perubahan arah itu bisa dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 1.1 Perubahan Arah Pada Pipa
Elbow adalah pembelokan yang biasanya terjadi diakibatkan adanya
sambungan pipa, sambungan yang dipakai adalah fitting/keni. Fitting yang biasa
dijual dipasaran adalah sudut 45o dan 90o.
Pompa sebagai salah satu mesin aliran fluida hidrolik pada dasarnya
digunakan untuk memindahkan fluida tak mampat (incompressible fluids) dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan fluida yang
dipindahkan tersebut. Pompa akan memberikan energi mekanis pada fluida
kerjanya, dan energi yang diterima fluida digunakan untuk menaikkan tekanan
dan melawan tahanan-tahanan yang terdapat pada saluran-saluran instalasi pompa.
Pompa sentrifugal sebagai salah satu jenis pompa yang banyak dijumpai
dalam industri bekerja dengan prinsip putaran impeler sebagai elemen pemindah
fluida yang digerakkan oleh suatu penggerak mula. Zat cair yang berada di dalam
akan berputar akibat dorongan sudu-sudu dan menimbulkan gaya sentrifugal yang
menyebabkan cairan mengalir dari tengah impeler dan keluar melalui saluran di
antara sudu-sudu dan meninggalkan impeler dengan kecepatan tinggi. Cairan
dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan saluran yang penampangnya makin
membesar (diffuser) sehingga terjadi perubahan head (tinggi tekan) kecepatan
menjadi head tekanan. Setelah cairan dilemparkan oleh impeler, ruang di antara
sudu-sudu menjadi vacuum, menyebabkan cairan akan terhisap masuk sehingga
terjadi proses pengisapan.
Mengingat luasnya aplikasi penggunaan pompa sentrifugal di mana
sebagian besar memerlukan stabilitas yang tinggi dan performansi yang dapat
diandalkan, maka perencanaan komponen penyusun dan pemeriksaan instalasinya
harus dilakukan dengan teliti dan dapat diandalkan.
Turunnya performansi pompa secara tiba-tiba dan ketidakstabilan dalam
operasi sering menjadi masalah yang serius dan mengganggu kinerja sistem secara
keseluruhan. Salah satu indikasi penyebab turunnya performansi pompa adalah
apa yang dikenal sebagai peristiwa kavitasi (cavitation), dan menjadi ancaman
serius pada pengoperasian pompa sentrifugal.
2. Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gejala kavitasi
terhadap instalasi pompa sentrifugal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jadi secara umum, definisi dari tekanan hidrostatik pada suatu titik adalah harga-
batas DP / D S jika (D S ) mendekati 0.
Bila tekanan diukur diatas titik ( 0 ) absolut; dinamakan tekanan absolut. Bila
diukur diatas atau dibawah tekanan atmosfer ( sebagai patokan ) dinamakan
gauge pressure. Jadi,
Untuk tegangan geser atau gaya geser dalam fluida, secara definitif sama dengan
tekanan :
Untuk zat cair yang tak homogen rumus ( 1.4 ) dan juga ( 1.5 ) menyatakan harga
rata-rata. Agar dapat menghitung harga absolut dari ( g ) dan ( r ) pada suatu titik,
volumenya kita anggap cenderung berharga = 0; harga-batas masingmasing
perbandingan tersebut bisa kita hitung.
–. Specific gravity ( d ) suatu zat cair adalah perbandingan berat-jenisnya
terhadap air 4 0C :
Sifat-sifat fisik zat cair yang kita harus ketahui adalah : kompresibilitas; Koefisien
muai termis; tegangan tarik; viskositet; Penguapan ( evaporability).
1. Kompresibilitas : adalah perubahan volume zat cair akibat
perubahan tekanan yang dialami. Perubahan volume relatif per-
satuan tekanan disebut angkakompresibilitas ; ( bp ) yang
dinyatakan dengan rumus :
Menurut pers. ( 1.11 ) tegangan geser hanya timbul pada fluida yang
bergerak; jadi, viskositet timbul hanya jika fluida sedang mengalir. Maksudnya,
istilah viskositet hanya timbul apabila fluida sudah mengalir. Didalam fluida yang
dalam keadaan diam tidak ada tegangan geser yang terjadi. Dapat kita simpulkan,
hukum tentang gesekan dalam fluida ( akibat viskositet ) keadaannya memang
sangat berbeda dengan gesekan benda-padat.
TEKANAN FLUIDA TERHADAP PERMUKAAN MELENGKUNG,
GAYA–APUNG & FLOATASI
Kasus-kasus yang menyangkut tekanan fluida terhadap bidang dengan
bentuk sembarang memang agak sulit dianalisa karena harus dihitung 3 komponen
dari pada gaya -total dan juga 3 momen. Syukurlah kita tidak terlalu sering
bertemu dengan kasus model itu. Biasanya, model permukaannya adalah bentuk
silindris atau bentuk-bulat yang mempunyai bidang simetri tegak. Untuk kasus
seperti ini analisa tekanan dapat disederhanakan dengan mencari resultante -nya
terhadap bidang-tegak tersebut. Salah satu contohnya adalah seperti Gb.13.
Kasus b).
Besarnya teka nan hidrostatik pada semua-titik diatas bidang ( AB ) sama besar
dengan kasus a) hanya tandanya yang berlawanan. Gaya -gaya Pv dan Ph dihitung
dengan persamaan pers. ( 2.8 ) dan ( 2.9 ) ; tapi tandanya yang dibalik. Seperti
halnya pada kasus a), G disini adalah berat zat cair dengan volume ABCD
(walaupun sebenarnya untuk kasus -b). volume tersebut kosong. Titik pusat
tekanan TPT untuk bidang melengkung dapat ditentukan dengan gampang jika
besar dan arah gaya-gaya Pv & Ph telah diketahui, atau jika letak TPT untuk
proyeksi tegak dari luasan telah diketahui, demikian pula titik-berat dari volume
ABCD. Kasusnya akan menjadi lebih sederhana lagi apabila bidang lengkung itu
berbentuk lingkaran, karena arah gaya resultante berpotongan dengan garis sumbu
permukaan ( AB ) yang telah kita ketahui dari sifatnya bahwa setiap tekanan
elementer ( dP ) selalu berarah tegak-lurus terhadap bidang, jadi, searah dengan
radiusnya.
Cara tadi ( bidang silindris ) juga berlaku untuk bidang berbentuk bola.
Gaya resultante akan melalui titik berat luasan TBL yang terletak pada bidang
simetri yang tegak. Metode tadi, mencari komponen vertikal gaya-tekanan dari
bidang melengkung dapat pula kita terapkan untuk membuktikan keampuhan dari
Hukum archimedes. Misalkan suatu benda dengan volume ( W ) dicelupkan
dalam zatcair, seperti Gb.14. Garis lukisnya ( generator ) yang terbentang
disekeliling bendanya dan ber-arah vertikal akan membagi benda tersebut menjadi
2 bagian, yakni ACB dan ABD.
Komponen vertikal Pv1 dari tekanan (gauge pressure) yang dialami oleh
permukaan atas benda (yakni diatas AB) arahnya ke -bawah, besarnya sama
dengan berat zat cair dengan volume AA ’ B ’ BCA. Komponen vertikal Pv2 dari
tekanan yang dialami oleh bagian bawah benda, ber-arah ke -atas, besarnya sama
dengan berat zat cair yang mengisi volume AA ‘ B ‘ BDA. Tekanan resultante
yang dialami benda akan berarah vertikal yang besarnya sama dengan berat zat
cair yang mengisi selisih kedua bentuk itu, yakni berat dari zat cair yang
volumenya sama dengan volume benda tersebut; jadi :
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kavitasi dikenal sebagai masalah terbesar dalam operasi pompa
sentrifugal. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan proses terjadinya kavitasi,
gejala-gejala yang muncul, dan bagian-bagian pompa yang rentan terhadap
kerusakan akibat kavitasi ini.
Kavitasi terjadi bila tekanan fluida pada saat memasuki pompa turun
hingga di bawah tekanan uap jenuhnya (pada temperatur lingkungan), gelembung-
gelembung uap kecil akan mulai terbentuk. Gelembung-gelembung uap ini akan
terbawa oleh aliran fluida dan masuk pada daerah yang bertekanan lebih tinggi,
sehingga gelembung akan pecah dan menimbulkan suara berisik dan getaran.
Selain itu performansi pompa akan turun secara tiba-tiba sehingga pompa tidak
dapat beroperasi dengan baik. Jika pompa dijalankan dalam keadaaan kavitasi
secara terus-menerus dalam jangka waktu lama, maka permukaan dinding saluran
di sekitar aliran akan termakan sehingga menjadi berlubang-lubang. Peristiwa ini
yang dinamakan erosi kavitasi, sebagai akibat tumbukan gelembung-gelembung
uap yang pecah pada dinding secara terus-menerus.
Gambar 1. Penurunan Tekanan pada Pompa Sentrifugal
Bagian–bagian yang sering terkena kavitasi adalah sudu-sudu impeler dan difuser
dan juga bagian dalam dinding rumah pompa. Pada pompa diagonal dan pompa
aksial (propeller pumps), kavitasi terjadi pada sudu impeler dekat sisi masuk,
pada bagian dalam dari dinding rumah pompa, dan pada sisi masuk sudu difuser.
Penurunan tekanan pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Kenaikan gaya angkat statis (static lift) dari pompa sentrifugal
a. Penurunan tekanan atmosfer seiring dengan bertambahnya
ketinggian/elevasi
a. Penurunan tekanan absolut sistem, seperti dijumpai pada pemompaan
fluida dari tabung vakum.
a. Kenaikan temperatur fluida yang dipompa.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadinya kavitasi akan mengakibatkan
beberapa kerugian sebagai berikut :
a. Penurunan head dan kapasitas pemompaan
b. Penurunan efisiensi pompa
c. Pecahnya gelembung-gelembung uap saat melalui daerah yang bertekanan
lebih tinggi akan menyebabkan suara berisik, getaran dan kerusakan pada
beberapa komponen terutama impeler dan difuser.
…………………….…………. (1)
2
v
= (ha + ∆hp ) + ( hL + d
)
2g
Di mana :
ha = perbedaan tinggi antara muka air sisi keluar dan sisi isap (m)
Tanda (+) dipakai apabila muka air sisi keluar lebih tinggi daripada sisi
isap.
∆ hp = perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air
(m) =
P2 − P1
γ
2g
Besarnya head kerugian pada sisi isap dan sisi tekan ini dapat ditentukan melalui
persamaan :
………………..……………………… (2)
L.v 2 v2
hL = f × + ∑ K .
2 g .d 2g
Di mana :
Faktor f (koefisien gesekan pipa) besarnya sangat tergantung dari jenis/pola aliran
fluida pada saluran yang bersangkutan (aliran laminar atau turbulen). Kedua
macam aliran ini dapat diketahui dengan menggunakan parameter Reynold
Number (Re).
Reynold Number :
di mana ν = viskositas kinematik aliran
v.D
Re =
υ
Besarnya koefisien tahanan fitting (K) berbeda untuk setiap jenis fitting dan katup
yang berlainan dalam satu instalasi. Standar fitting yang banyak digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Pompa menghisap cairan dari tempat terbuka, posisi pompa di atas permukaan
cairan yang dihisap :
Gambar 2. Instalasi pompa dengan posisi pompa di atas permukaan cairan isap
Gambar 3. Instalasi pompa dengan posisi pompa di bawah permukaan cairan isap
1. Pompa menghisap cairan dari tangki tertutup, letak pompa di bawah cairan
yang dihisap:
Gambar 4. Instalasi pompa dengan posisi pompa di bawah tangki isap tertutup
Gambar 5. Instalasi pompa dengan posisi pompa di atas tangki isap tertutup
Besarnya NPSH yang tersedia untuk empat sistem di atas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
……………………..………………… (5)
P − Pv
NPSHa = a ± hs − hLs
γ
di mana:
Pa = tekanan atmosfer
Pv = tekanan uap jenuh
hs = head isap statis
(+) untuk kondisi pompa di bawah permukaan cairan yang dihisap
(-) untuk kondisi pompa di atas permukaan cairan yang dihisap
hLs = head kerugian isap
γ = berat jenis fluida
………………………………………….……. (6)
NPSHr = σ × H
di mana :
H = head aktual per tingkat pompa
= bilangan kavitasi Thoma
=
8.8 × 10−4
× N sq4 / 3
ηh 2
n Q
=
H 3/ 4
Agar pompa dapat beroperasi dengan aman dan terhindar dari peristiwa
kavitasi, maka sebagai syarat utama adalah harga NPSH yang tersedia (NPSHa)
harus lebih besar daripada NPSH yang diperlukan (NPSHr).
BEBERAPA METODE PENCEGAHAN KAVITASI
Fluida yang dipompa akan menguap ketika tekanan menjadi sangat rendah
atau temperaturnya terlalu tinggi, sehingga akan memacu terjadinya kavitasi.
Untuk mencegah penguapan fluida ini, beberapa hal yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Menaikkan besarnya head statis pompa
1) Menambah ketinggian level fluida dalam tangki
2) Menaikkan posisi tangki
3) Meletakkan pompa dalam sebuah sumuran penampung
4) Mengurangi kerugian head pada pipa
5) Memasang pompa penguat (booster pump)
6) Memberi tekanan pada tangki penyalur
Kerugian head pada pipa dapat terjadi karena beberapa alasan sebagai
berikut :
1) Kesalahan dalam perencanaan sistem, terlalu banyak fitting dan/atau
diameter pipa terlalu kecil
2) Kebocoran dalam saluran pipa
3) Timbul kerak dan/atau terjadi korosi pada bagian dalam pipa
a. Menurunkan temperatur fluida yang dipompa
1) Menginjeksi fluida pendingin pada sisi isap (telah banyak
dilakukan)
2) Mengisolasi pipa-pipa dari sinar matahari
a. Menurunkan besarnya NPSH yang Diperlukan (NPSHr)
1) Menggunakan pompa isap ganda (double suction pump). Hal ini dapat
menurunkan NPSHr hingga 27%.
2) Menggunakan pompa dengan kecepatan yang lebih rendah
3) Jika dimungkinkan dapat digunakan inducer, hal ini dapat mengurangi
NPSHr hingga 50%.
4) Menggunakan beberapa pompa yang lebih kecil
BAB IV
PENUTUP
– Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, kavitasi sebagai ancaman terbesar dalam
operasional pompa sentrifugal, sangat dianjurkan untuk dicegah dan dikenali
secara dini. Turunnya performansi pompa secara tiba-tiba, suara berisik dan
getaran, serta kerusakan pada impeler merupakan beberapa indikasi pompa telah
mengalami kavitasi. Secara teoritis, pemeriksaan pompa dari kavitasi dapat
dilakukan dengan perhitungan besarnya NPSH, di mana berlaku NPSH yang
tersedia > NPSH yang diperlukan bila tidak dikehendaki terjadi kavitasi. Secara
praktis, beberapa cara dapat dilakukan terhadap faktor penunjang operasional
pompa, seperti koreksi pada posisi pompa, saluran pipa, hingga injeksi fluida
pendingin pada sisi isap.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
http://Hidrolika - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html
http://kavitasi dan pencegahannya ~ manusiabiasa.html
http:// Kavitasi « Belajar untuk lebih baik...htm
Kodoatie, Robert. 2002. Hidrolika Terapan, Aliran Pada Saluran Terbuka dan
Pipa. Yogyakarta : Andi Offset.
Krist, Thomas. 1991. Hidraulika (Terjemahan Dines Ginting). Jakarta: Erlangga
Lazarkiewics, S., 1965, Impeller Pumps, Pergamon Press, London.
Lobanoff, Val.S., 1986, Centrifugal Pump Design and Application, Gulf
Publishing Co.
Ludwig, Ernest E., Applied Process Design for Chemical and Petrochemical
Plants.
Nelson, W.E., 1997, Understanding Pump Cavitation, Chemical Processing.
Stepanoff, A.J., 1957, Centrifugal and Axial Flow Pumps, John Wiley and Sons,
New York
Streeter, Victor L dan Wylie, Benjamin E. 1999. Mekanika Fluida Jilid 1.
Terjemahan Arko Prijono . Jakarta: Erlangga
Sudjana. 1992. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito.
Sularso, Pompa dan Kompresor, 1987, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.