Anda di halaman 1dari 3

ADRIAN BANI F

KELOMPOK 12

Papper Pemindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta

Wacana Tentang pemindahan Ibukota Indonesia semakin hangat ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono meresponsnya dan ketika wacana ini nantinya resmi dijadikan salah satu
agenda kebijakan pemerintah, maka sudah bisa dipastikan akan menjadi dagangan politik yang
mahal harganya. Siapa yang akan diuntungkan? Benarkah ”motif ekonomi” partai politiklah yang
akan menjadi penentunya?
Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa pemindahan ibukota dari satu kota ke kota lain
adalah hal yang biasa dan pernah dilakukan. Sebagai contoh, Amerika Serikat pernah
memindahkan ibukota mereka dari New York ke Washington DC, Jepang dari Kyoto ke Tokyo,
Australia dari Sidney ke Canberra, Jerman dari Bonn ke Berlin, sementara Brazil memindahkan
ibukotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia. Indonesia sendiri pernah memindahkan ibukotanya
dari Jakarta ke Yogyakarta.
Over Populasi (Jumlah penduduk melebihi daya tampung) merupakan penyebab utama
kenapa banyak negara memindahkan ibukotanya. Kenapa kita harus memindahkan ibukota dari
Jakarta? Apa tidak repot? Apa biayanya tidak terlalu besar? Jawaban dari pertanyaan ini harus
benar-benar tepat dan beralasan. Jika tidak, hanya buang-buang waktu, tenaga, dan biaya.
Pertama kita harus sadar bahwa ibukota Jakarta di mana lebih dari 80% uang yang ada di
Indonesia beredar di sini merupakan magnet yang menarik penduduk seluruh dari Indonesia
untuk mencari uang di Jakarta. Arus urbanisasi dari daerah ke Jakarta begitu tinggi. Akibatnya
jika penduduk Jakarta pada zaman Ali Sadikin tahun 1975-an hanya sekitar 3,5 juta jiwa, saat ini
jumlahnya sekitar 10 juta jiwa. Pada hari kerja dengan pekerja dari wilayah Jabotabek, penduduk
Jakarta menjadi 12 juta jiwa. Jumlah penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
diperkirakan sekitar 23 juta jiwa. Padahal tahun 1986 jumlahnya hanya sekitar 14,6 juta jiwa (MS
Encarta). Jika Jakarta terus dibiarkan jadi ibukota, maka jumlah ini akan terus membengkak dan
membengkak. Akibatnya kemacetan semakin merajalela. Jumlah kendaraan bertambah. Asap
kendaraan dan polusi meningkat sehingga udara Jakarta sudah tidak layak hirup lagi. Pohon-
pohon, lapangan rumput, dan tanah serapan akan semakin berkurang diganti oleh aspal dan
lantai beton perumahan, gedung perkantoran dan pabrik.
Dari wacana di atas, memang tidak menutup kemungkinan jika nantinya ibukota jakarta
akan dipindahkan. Walaupun yang dipindah bukan semua aspek, tetapi aspek-aspek tertentu
seperti pusat pemerintahannya saja. Disini saya merekomendasikan wilayah yang bisa menjadi
tujuan pemindahan ibukota indonesia, yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kabupaten Kepulauan Talaud beribukotakan Melonguane. Memiliki luas 1.251,02 km2
dan terbagi menjadi 8 kecamatan. Wilayahnya berbatasan dengan Negara Filipina di sebelah
utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud di sebelah selatan, Laut Sulawesi di sebelah barat
dan Samudera Pasifik di sebelah timur. Di kabupaten ini, perkebunan masih tetap menjadi sentra
ADRIAN BANI F
KELOMPOK 12

kegiatan ekonomi. Pala, kopi, kakao, vanili, lada dan cengkeh masih bisa diandalkan. Namun
dari keenam komoditas tersebut, pala yang diunggulkan. Tanaman yang sering dijadikan
manisan initersebar merata di seluruh wilayah kecamatan. Sejak jaman penjajahan Belanda, pala
sudah menjadi komoditas perdagangan penting.
Perkebunan memang mendominasi kegiatan ekonomi pertanian Kepulauan Talaud.
Namun, dibalik itu, kegiatan pertanian tanaman pangan masih menyimpan potensi. Hanya saja,
semua potensi tersebut belum tergarap maksimal. Dukungan sarana dan prasarana pertanian
seperti irigasi masih belum dikelola dengan baik. Padahal, jika potensi tanaman pangan digarap
dengan maksimal, kebutuhan pangan di Talaud bisa langsung terpenuhi.
Kelapa merupakan komoditas tanaman terbesar yang diahasilkan, akan tetapi daerah ini
masih mengimpor minyak goreng dari Manado dan Bitung, hal ini dikarenakan industri
pengolahan kelapa menjadi minyak goreng belum dikembangkan, begitu juga untuk industri
pengolahan cengkeh dan pala juga belum tersedia.
Selain memiliki komoditas unggulan dari perkebunan, wilayah maritim ini memiliki potensi
perikanan laut dengan komoditinya berupa ikan tuna, kerapu, layang, cakalang, dan hasil budi
daya laut seperti rumput laut, teripang, dan kerang mutiara. Di kawasan kepulauan ini hanya ada
satu dermaga peangkapan ikan yakni di Pantai Dagho, Kecamatan Tamako, Pulau sangir Besar.
Dari hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan ini berdampak besar juga terhadap
perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian.
keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para
pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, daerah ini
juga telah terdapat Bandara Melongauane yang terletak di Kepulauan Talaud, tiga buah
Pelabuahan utama yaitu Pelabuhan Lirung, Pelabuhan Karatung, dan Pelabuhan Miangas, serta
terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana pembangkit tenaga
listrik, air bersih, gas dan jaringan telekomunikasi.
Namun sebenarnya Kepulaun Talaud tidak begitu strategis jika dijadikan ibukota negara
karena letaknya yang tidak berada di tengah-tengah Indosia. Selain itu, luas wilayahnya pun
tidak terlalu besar dan Kabupaten Kepulauan Talaud tergolong daerah terbelakang yang
membutuhkan investasi proyek pembangunan. Proyek jalan nasional di Talaud rencananya akan
dibangun sepanjang 91 km dengan anggaran Rp. 14 milliar.
Oleh karena itu, Pemerintah harus benar-benar pintar dalam memecahkan masalah ini.
Jika tidak, hanya buang-buang waktu, tenaga, dan biaya saja.
ADRIAN BANI F
KELOMPOK 12

Daftar Pustaka

http://juandry.blogspot.com. “Rencana pemindahan ibukota negara indonesia dari jakarta,” dalam


Antara News. Diunduh Kamis, 21 Oktober 2010.
http://regionalinvestment.com/sipid/id/area.php?ia=71. “Profil Kabupaten Kepulauan-Talaud,”
dalam BKPM. Diunduh Kamis, 21 Oktober 2010.
Shalimow, Yunan. 2010. ”Pemindahan Ibukota Indonesia: Komoditas Politik Bertarif Mahal.”
http://www.shalimow.com/etcetera/pemindahan-ibukota-indonesia-komoditas-politik-
bertarif-mahal.html. Diunduh Kamis, 21 Oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai