Intellectual capital (IC), these days, has a key role in the effort to increase the value
of various companies. This is due to the awareness that IC is a platform for companies to be
more competitive. The purpose of this research is to investigate the influence between IC and
firm’s financial performance. IC is the independent variable and firm’s financial
performance as the dependent variable.
Using 10 financial companies data drawn from Indonesia Stock Exchange between
years 2004-2008. This research uses The Pulic Model (Value Added Intellectual Coefficient
– VAICTM) as the efficiency measure of three intellectual capital component; physical capital
coefficient (VACA), human capital coefficient (VAHU), and structural capital coefficient
(STVA) dan Partial Least Square (PLS) was used to examine the relationship between firm’s
financial performance VAICTM, where the three financial ratios selected as the proxy
measure for firm performance (ROA, EPS and ASR).
The findings show that: IC does not influences to financial company’s performance;
IC influences does not influences to future financial company’s performance; the rate of
growth of a company’s IC (ROGIC) does not influences to the future financial company’s
performance.
Keywords: Intellectual Capital, Performance, Partial Least Square (PLS)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
utama dalam cara pengelolaan perusahaan beralih dari pola yang didasarkan pada tenaga
pada penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono,
Pada tataran mikro perusahaan, tampaknya agak sulit untuk tidak menyertakan atau
mengaitkan perkembangan ini di dalam konteks persaingan dan pencarian basis keunggulan
kompetitif. Wacana kompetisi dan keunggulan bersaing mengalami pergeseran yang sangat
signifikan dalam perkembangan kajian strategi bisnis dan pembangunan ekonomi. Mulanya
dikenal teori keunggulan absolut dan keunggulan komparatif dalam konteks interaksi
pemikiran dari Michael Porter tentang keunggulan bersaing (competitive advantage) di era
1980an. Namun, pandangan Porter kemudian dianggap tidak mampu menjelaskan secara
komprehensif fenomena keunggulan sebuah organisasi atau negara dari lainnya. Belakangan
muncul aliran baru dalam analisis keunggulan bersaing yang dikenal dengan pendekatan
berbasis sumber daya (resource-based view of the firm/RBV). Pandangan terakhir ini dinilai
sebagai yang relevan dalam konteks perekonomian yang kuat dicirikan oleh keunggulan
2
pengetahuan (knowledge/learning economy) atau perekonomian yang mengandalkan aset-
Perkembangan ekonomi saat ini dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan, hal ini
membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual atau intellectual capital (IC)
(Stewart, 1997; Hong, 2007). Area yang menjadi pusat perhatian sejumlah akademisi dan
praktisi adalah manfaat dari intellectual capital sebagai alat untuk menentuak nilai
perusahaan (Hong, 2007; Guthrei; 2001). Penelitian mengenai intellectual capital menjadi
sebuah tantangan yang patut dikembangkan. Oleh karena itu, beberapa penulis menyarankan
untuk tidak membentuk sistem manajemen dan pelaporan yang akan meningkatkan kurang
relevansian sistem karena sistem tersebut tidak dapat menyediakan eksekutif (direksi)
informasi yang esensial untuk proses pengelolaan berdasarkan pengetahuan dan sumber tak
Berdasarkan sejarah, perbedaan antara aset tak berwujud dan IC tidak jelas karena IC
1970; Accounting Standards Board, 1997; Ikatan Akuntan Indonesia, 2007; Hong, 2007).
Fakta tersebut dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 1980an ketika gagasan umum nilai
aktiva tak berwujud selalu dinamai sebagai goodwill sejak praktik bisnis dan akuntansi
pengukuran aktiva tak berwujud ini pada organisasi, khususnya organisasi berbasis
pengetahuan (International Federation of Accountants, 1998 dalam Hong, 2007; Hong, 2007).
Intangibel baru seperti kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem
komputer dan administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional
dan pelaporan manajemen (Stewart, 1997 dalam Hong, 2007). Hal ini sangat menarik karena
3
intangibel tradisional seperti modal merk, paten dan goodwill tetap jarang dilaporkan dalam
laporan keuangan (Intenational Federation of Accountants, 1998 dalam Hong 2007; Hong,
atau Aktiva tak Berwujud melarang pengakuan merk yang dibuat secara internal seperti
publishing titles dan daftar pelanggan (International Accounting Standards Board, 2004).
munculnya PSAK NO. 19 revisi (2000) tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun tidak secara
eksplisit menyebut IC, namun lebih kurang IC telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No.
19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisiik serta dimiliki untuk untuk digunakan dalam menghasilkan atau
administratifnya (IAI,2002). Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang
lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual. Mulai
keuangan perusahaan.
value added intellectual coefficient (VAICTM) yang dikembangkan oleh Pulic (1998) dalam
Hong (2007). Komponen utama dari VAICTM dapat dilihat dari sumber daya perusahaan,
yaitu Physical capital (VACA-value added capital employed), human capital (VAHU-value
added human capital), dan structure capital (STIVA-structure capital value added).
Sedangkan ukuran kinerja perusahaan tradisional diukur melalui Return on Asset (ROA),
IC dalam hal ini value added capital membantu manager dalam menilai kinerja
4
Beberapa tahun terakhir, telah dilakukan pennelitian-penelitian yang telah mengungkapkan
kegunaan intellectual capital sebagai instrumen untuk menentukan nilai perusahaan. Dalam
penelitian sebelumnya, dapat dilihat hubungan antara nilai tambah dari physical capital,
human capital, dan structural capital terhadap kinerja perusahaan (Kuryanto dan Syafruddin,
2008). Penelitian tersebut menjadi landasan bagi penulis dalam melakukan penelitian untuk
menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Adapun yang
membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah variabel kinerja
perusahaan yang digunakan berupa Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) dan
Annual Stock Return (ASR). Penelitian ini juga berusaha memperbaiki penelitian yang
sebelumnya dilakukan Ihyaul Ulum, Imam Ghozali, dan Annis Chariri (2008), dimana jangka
waktu penelitian yang digunakan selama lima (5) tahun. Berdasarkan uraian diatas, maka
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang
ingin diteliti yaitu apakahh terdapat hubungan antara intellectual capital yang diukur melalui
value added capital coefficient, value added human capital coefficient, dan structural capital
Efek Indonesia. Supaya mudah dalam menganalisis masalah agar lebih terarah, maka
perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
perusahaan.
6
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini merupakan suatu informasi dan saran bagi manajer untuk
Penelitian ini berguna sebagai pertimbangan untuk menetapkan standar yang lebih
7
E. Sistematika Pembahasan
Dalam membahas suatu karya ilmiah, diperlukan uraian yang lengkap dengan
penyusunan yang sistematis. Sistematika dari karya ilmiah ini dijelaskan secara singkat dari
BAB I sampai BAB V, dimana bab-bab sebelumnya merupakan dasar untuk pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
Bab ini berisi uraian mengenai tinjauan pustaka secara lengkap yang menjadi
Bab ini berisi uraian mengenai deskripsi objek penelitian dan pembahasan
hasil penelitian.
8
BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN
selanjutnya.
9
BAB II
KERANGKA TEORITIS
- TINJAUAN PUSTAKA
1. Intellectual Capital
Modal intelektual kini dirujuk sebagai faktor penyebab sukses yang penting dan
karenanya akan semakin menjadi suatu pumpunan perhatian dalam kajian strategi organisasi
dan strategi pembangunan. Penyimpulan seperti ini dibasiskan di atas temuan-temuan tentang
(knowledge-intensive organizations) (e.g. lihat Bounfour and Edvinsson 2005; Lonnqvist dan
Mettanen). Namun, pengalaman-pengalaman pada aras mikro organisasi ini kini juga mulai
ditransfer pada konteks kemasyarakatan atau pembangunan pada umumnya. Tema inilah
yang diangkat oleh Bounfour dan Edvinsson dalam Intellectual Capital for Communities
(2005).
Konsep modal intelektual kini mulai muncul sebagai konsep penting kehidupan dan
Konsep-konsep tentang modal yang sudah kenal di antaranya adalah modal (finansial), modal
Sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk pada modal-modal non fisik atau
yang tidak berwujud (intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible). Ia terkait dengan
pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan. Modal intelektual
10
Secara ringkas Smedlund dan Poyhonen (2005) mewacanakan modal intelektual
(1998) merujuknya sebagai knowledge dan knowing capability yang dimiliki oleh sebuah
ini digunakan mereka dengan pertimbangan kedekatannya dengan konsep modal manusia,
salah satu unsur modal intelektual yang oleh Fitz-enz (2000) disebut sebagai katalisator yang
Brooking (1996) mendefinisikan IC sebagai berikut: “IC is the term given to the
infrastructure – which enable the company to function” Roos et al. (1997) menyatakan
bahwa: “IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the
balance-sheet and all the intangible assets (trademarks, patent and brands) which modern
create wealth”. Sedangkan Bontis (1998) dalam ulum (2009) mengakui bahwa: “IC is
elusive, but once it is discovered and exploited, it may provide an organisation with a new
capital adalah sejumlah modal struktural dan manusia, menunjukkan kemampuan keuntungan
masa depan dari perspektif manusia. Kemampuan untuk secara berkelanjutan menciptakan
11
Tabel 2.1 Perbandingan Konsep Intellectual Capital
12
a. Komponen intellectual Capital
Pada umumnya peneliti menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu
Human capital merupakan lifeblood dalam intellectual capital. Pada Human capital inilah
terdapat sumber innovation dan improvement. Akan tetapi merupakan komponen yang sulit
diukur (Sawarjuwono dan Kadir,2003). Human capital merupakan sumber innovation dan
dimiliki oleh karyawan perusahaan. Human capital dapat meningkat jika perusahaan dapat
karyawannya secara efisien. Oleh karena itu, human capital merupakan sumber daya kunci
bersaing dan bertahan di lingkungan bisnis yang dinamis. Dengan memiliki karyawan yang
proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan,
13
3) Relational capital (RC) atau customer capital (CC)
Relational capital merupakan hubungan yang harmonis association network yang dimiliki
oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok, pelanggan dan
juga pemerintah dan masyarakat. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar
lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan (Sawarjuwono dan
Kadir,2003).
organizational capital, relational capital, dan human capital. Organizational capital meliputi
Tabel 2.2
14
b. Metode Pengukuran
Metode pengukuran intellectual capital dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori (Tan et
Pengukuran nonmonetary
c. The Skandia Intelletual Capital Report Method oleh Edvinssion dan Malone
(1997),
Pengukuran monetary
15
Secara lengkap, metode pengukuran intellectual capital dapat dilihat pada tabel 2.3
sebagai berikut:
16
LABEL PENGANJUR KATEGORI DESKRIPSI PENGUKURAN
UTAMA
17
Accounting for Nash (1998) Direct Intellectual Suatu sistem dari projected
the future (AFTF) Capital (DIC) discounted cash flow. Nilai
AFTF pada akhir dan awal
periode adalah nilai
tambah(value added) selama
periode tersebut
18
Value Pulic Return Mengukur seberapa dan
Added (1997) On Assets bagaimana efisiensi intellectual
Intellectual (ROA) – capital dan capital employed
Coefficient (tidak cukup menciptakan nilai yang berdasar
(VAIC™) memenuhi salah pada hubungan 3 komponen,
satu kategori) yaitu:
capital employed
human capital
structural capital
19
Score & Norton Methods dengan indikator-indikator yang
Card (1992) (SC) meliputi 4 perspektif, yaitu:
(BSC) financial perspective,
customer perspective,
internal process perspective,
dan
learning prespective.
Metode VAIC™ dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk
menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset)
dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. VAIC™ merupakan
instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan (Ulum, 2009). Model
ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value
added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
dihitung sebagai selisih antara output dan input. Output (OUT) mempresentasikan
revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN)
mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam
model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN.
Karena peran aktifnya dalam proses value ceation, intellectual potential (yang
direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC).
Hubungan lainnya dari VA adalah capital employed (CE). Ada tiga komponen utama Value
20
Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang
diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1
unit dari CE Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada
perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan
CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan IC yang lebih baik merupakan bagian dari IC
perusahaan.
dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA
perusahaan.
(SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil
kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA
dikurangi HC.
3. Kinerja Perusahaan
Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Hawkins (The
“Performance is: (1) the process or manner of performing, (2) a notable action or
21
chievement, (3) the performing of a play or other entertainment”. Kinerja perusahaan
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan
mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil
yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai
ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian
kinerja.
perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode
tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian penilaian
proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan
(organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996; Lingle dan
Schiemann, 1996; Brandon & Drtina, 1997). Beberapa rasio yang sering digunakan untuk
a. Liquidity Ratio
Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
b. Leverage Ratio
c. Activity Ratio
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan
d. Profitability Ratio
22
Rasio profitalitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur manajemen secara
e. Growth Ratio
f. Value Ratio
Value Ratio adalah rasio yang mencerminkan pengaruh risk ratio dan return ratio
Dalam kaitannya dengan penelitian ini ukuran kinerja perusahaan akan diwakili oleh
tiga rasio yaitu Return On Asset (ROA), Earning per Share, dan Annual Stock Return.
Return on Assets adalah profitabilitas kunci yang mengukur jumlah profit yang
bersih. Jadi, ROA adalah indikator dari profitabilitas perusahaan dalam menggunakan
asetnya untuk menghasilkan laba bersih. ROA dihitung dengan membagi laba bersih
(net income) dengan rata-rata total asset perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, maka
perusahaan tersebut semakin efisien dalam menggunakan asetnya. Hal ini berarti
bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan uang (earnings) yang lebih banyak
23
EPS memberikan ukuran profitabilitas yang memasukkan keputusan operasi, investasi
dan pembiayaan (Stikney dan Weil, 1997 dalam Hong, 2007). Jadi formula untuk
Annual stock return (ASR) mengukur perubahan harga saham termasuk dividen. Total
return dari saham yang dimiliki berasal dari dua sumber yaitu dividen dan distribusi
kas lain dan capital gains (Siegel, 2002 dalam Hong, 2007).
capital terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan di Afrika selatan. Penelitian ini
productivity (ATO) dan juga market valuation (MB). Hasil dari penelitian
perusahaan. Chen et. al. (2005) meneliti hubungan antara intellectual capital dengan
nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan model Pulic
(VAIC). Chen et.al. (2005) menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan tahun
1992- 2002. Hasilnya menunjukkan bahwa IC berpengaruh positif terhadap nilai pasar
hubungan intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan di perusahaan
perbankan Bangladesh. Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
return on equity (ROE), return on asset (ROA), growth revenue (GR) dan employee
dan GR. Imaningati (2007), meneliti hubungan intellectual capital terhadap nilai
pasar dam kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan real estate & property yang
ATO dan GR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Intellectual Capital
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan sekarang dan masa depan.
perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2003 – 2006 kecuali
perusahaan keuangan. Kinerja perusahaan yang digunakan adalah ROE, EPS dan
terhadap kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan masa depan. Ramadhan (2009)
melakukan penelitian tentang hubungan kinerja keuangan yang diukur dengan MtBV,
25
(2003) ROA, ATO, MB berganda ATO
Variabel b. CEE berpengaruh signifikan
independen: positif terhadap MB
CEE,HCE,SCE
Variabel
control :
LCAP, Lev, ROE,
Industry Tipe
(BANK, ELEC,
IT, SER)
2. Chen Variabel Analisis a. VAIC, VACA, & VAHU
et.al. dependen: regresi berhubungan positif
(2005) M/B, kinerja terhadap M/B, ROE, ROA,
keuangan GR & EP
(ROE, ROA, GR, b. STVA tidak berhubungan
EP) signifikan terhadap M/B
Variabel c. STVA berhubungan
independen: ignifikan positif terhadap
VAIC, VACA, ROE
VAHU, STVA, d. RD berhubungan signifikan
RD, AD positif terhadap ROA & GR
e. AD berhubungan signifikan
negative terhadap ROE &
ROA
3. Syed Variabel Analisis a. VAIC berpengaruh
Najibullah dependen: regresi signifikan terhadap M/B
(2005) M/B, kinerja berganda dan GR
keuangan b. CEE berpengaruh
(ROE, ROA, GR, signifikan terhadap MB,
EP) ROE dan ROA
Variabel c. HCE berpengaruh
independen: signifikan terhadap M/B
VAIC, CEE,
HCE, SCE
26
4. Imaningati Variabel Analisis a. Dengan model IC agregat,
(2007) dependen: regresi IC berpengaruh terhadap
MtBV, kinerja ROE & EP
keuangan b. Dengan model per
(ROE, ROA, GR, komponen, IC berpengaruh
EP, ATO) terhadap ROE, EP, ATO &
Variabel tidak berpengaruh terhadap
independen: GR, sedang ROA & EP
VAIC, CE, HU, tidak dapat diketahui
SC, AD adanya pengaruh atau tidak
karena model tidak fit
c. AD berpengaruh terhadap
ROE, ROA, EP ATO
d. Tidak terdapat pengaruh
antara IC dengan niali pasar
perusahaan
5. Ulum Variabel PLS a. IC berpengaruh signifikan
(2008) dependen: positif terhadap kinerja
ROA, ATO, GR perusahaan
Variabel b. IC berpengaruh signifikan
independen: positif terhadap kinerja
VAIC, VACA, perusahaan masa depan
VAHU, STVA, c. ROGIC tidak berpengaruh
ROGIC terhadap kinerja perusahaan
masa depan
27
tiap industry
7. Ramadhan Variabel Analisis a. Terdapat pengaruh VAIC
dependen : regresi terhadap kinerja keuangan
kinerja keuangan b. VACA berpengaruh
(MtBV, ROE, signifikan positif terhadap
ROA, EP) ROA, ROE, EP
Variabel c. VAHU hanya berpenagruh
independen : terhadap MtBV
VAIC, VACA, d. STVA tidak berpengaruh
VAHU, STVA, terhadap keempat kinerja
RD, AD keuangan
e. RD & AD hanya
berpengaruh signifikan
positif
terhadap MtBV
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran analisis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara
variabel-variabel independen Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Annual
Stock Return, dengan variabel dependen Value Added Intellectual Capital (VAICTM).
28
INTELLECTUAL COMPANY’S
CAPITAL PERFORMANCE:
(VAICTM): ROA
H1
VACA EPS
VAHU ASR
STVA
H2
RATE OF RATE OF
GROWTH FUTURE
INTELLECTUAL H3
COMPANY
CAPITAL
PERFORMANCE:
(ROGIC):
RVACA - ROA+1
RVAHU
RSTVA - EPS+1
- ASR+1
D. Model Hipotesis
Intellectual Capital berpengaruh dengan data kinerja perusahaan tahun yang sama.
Jika informasi telah diberi harga, maka nilainya akan menjadi minimal ke investor.
29
Intellectual Capital diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan nilai perusahaan
maupun kinerja keuangan. Firer dan Williams (2003), Chen et al. (2005) dan Tan et al.
yang terukur untuk peningkatan competitive advantages, maka Intellectual Capital akan
memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000;
Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005). Sebagai tambahan, seperti yang dinyatakan
dalam intellectual capital yang disajikan dalam laporan keuangan, dihasilkan dari
peningkatan selisih antara nilai pasar dan nilai buku. Jadi, jika misalnya pasarnya efisien,
maka investor akan memberikan nilai yang tinggi terhadap perusahaan yang memiliki
Intellectual Capital lebih besar (Belkaoui, 2003; Firer dan Williams, 2003). Dengan
menggunakan VAIC™ yang diformulasikan oleh Pulic (1998; 1999; 2000) sebagai ukuran
berikut:
keuangan perusahaan.
Intellectual Capital (VAIC™) tidak hanya berpengaruh secara positif terhadap kinerja
perusahaan tahun berjalan, secara logis, bahkan Intellectual Capital (VAIC™) mungkin juga
dapat memprediksi kinerja keuangan masa depan (Chen et al., 2005; Tan et al., 2007; Bontis
30
dan Fitz-enz, 2002). Untuk menguji kembali pernyataan tersebut, maka hipotesis kedua
Jika perusahaan yang memiliki Intellectual Capital (VAIC™) lebih tinggi akan cenderung
memiliki kinerja masa datang yang lebih baik, maka logikanya, tingkat pertumbuhan dari
Intellectual Capital (rate of growth of intellectual capital – ROGIC) juga akan memiliki
hubungan positif dengan kinerja keuangan masa depan (Tan et al., 2007). Model Pulic
menetapkan pengukuran IC dari sebuah perusahaan adalah VACA, VAHU dan STVA, maka
ROGIC diperoleh dari tingkat pertumbuhan VACA, VAHU dan STVA perusahaan dari tahun
ke tahun. Hipotesis berikut mendukung hipotesis kedua maka hipotesis selanjutnya yang diuji
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
31
Penelitian menjelaskan suatu hubungan (korelasional). Penelitian korelasional, yaitu
penelitian untuk menguji pengaruh antara Intellectual Capital ( yang diukur melalui value
added capital coeficient, value added human capital coeficient, value added structural
capital coeficient) dengan kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Unit analisis adalah laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008.
Berdasarkan jenis waktunya, maka penelitian ini digolongkan dalam penelitian data panel,
yaitu penelitian dengan menggabungkan data time series dan data cross sectional (Modul
Alat analisis data menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dengan Smart
PLS. Partial Least Square (PLS) menurut Wold merupakan metode analisis yang powerful
oleh karena tidak ddasarkan pada banyak asumsi. PLS sebagai teknik analisis data dengan
software mempunyai keunggulan sendiri, diantaranya; data tidak harus berdistribusi normal
multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai rasi dapat digunakan
pada model yang sama) dan ukuran sampel tidak harus besar. Walaupun PLS digunakan
untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan
antara variabel laten. PLS dapat dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan
indikator refleksif dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin dijalankan dala Structural
Equation Model (SEM) karena akan menimbulkan unindetified. Pemilihan metode PLS
didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam penelitian ini terdapat 2 variabel laten
(intellectual capital dan kinerja perusahaan). Yang dibentuk dengan indikator formative
(Ihyaul Ulum, Ghozali dan Anis, 2008). Karena kedua variabel laten itu, multiple regression
32
Penelitian ini menggunakan dua macam variabel, yakni variabel bebas (independent
Tabel 3.1
Variabel Independen
Variabel Indikator Skala
Value Added Human Capital Coefficient (VAHU) Rasio
Added
Value Added Capital Coefficient (VACA) Rasio
Intellectual
VACA= Value Added
Capital)
Capital Asset
(Variabel
Value Added
Keterangan
Vallue Added : outputs (OUT) – inputs (IN)
OUT : Seluruh Pendapatan Perusahaan baik sales revenue maupun
service revenue
IN : Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan
Capital asset : total asset perusahaan, tidak termasuk didalamnya tenaga
kerja.
Human capital : total salary ecpense dan wages expense perusahaan
Structural Capital : Vallue Added – Human Capital
33
a. Value Added Capital Coefficient (VACA)
VACA adalah perbandingan antara value added (VA) dengan modal fisik yang bekerja (CA).
Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CA terhadap value added
VAHU rasio yang menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam
membuat nilai pada sebuah perusahaan. Jadi hubungan antara VA dan HC mengindikasikan
kemampuan HC membentuk nilai dalam sebuah perusahaan (Ulum, Ghozali dan Chariri, 2008).
STVA menunjukkan kontribusi modal struktural (SC) dalam pembentukan nilai. Rasio ini
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan
merupakan VA dikurangi HC. Kontribusi HC pada pembentukan nilai lebih besar kontribusi
VAICTM mengindikasikian kemampuan organisasi. VAICTM dapat juga dianggap sebagai BPI
ROGIC merupakan selisih (∆) antara nilai IC dari tahun ke-t dengan nilai IC tahun ke –t-1
Variabel Dependen
34
Perusahaa ROA= Total Pendapatan
Terikat)
Earning Per Share (EPS) Rasio
Sumber data yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian kali ini menggunakan data
sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data tesebut diperoleh dari ICMD
(Indonesian Capital Market Director) dan IDX (Indonesian Stock Exchange). Data mengenai
value added, physcal capital coeficient, return on asset, earning per share, annual stock
return diambil dari ICMD, secara khusus dari dari informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan, yakni pada laporan laba-rugi (income statement), neraca (balance sheet), dan
rasio-rasio keuangan (financial ratio). Data mengenai human capital coeficient diperoleh dari
IDX berdasarkan informasi yang tersaji dalam catatan laporan keuangan perusahaan
mengenai seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sumber daya manusia pada tiap-
35
Metode penarikan data yang digunakan adalah metode purposive sampling, yaitu
penarikan sample berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Adapun kriteria-
Perusahaan yang akan dianalisis hanya perusahaan manufaktur yang listed di Bursa
Perusahaan tidak menderita rugi besar dan neracanya tidak menunjukkan kekayaan
negatif.
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan per 31 desember untuk tahun 2004,
dengan 2008.
Perusahaan yang tidak tercatat perdagangan sahamnya untuk keseluruhan tahun tidak
dimasukkan ke dalam sampel karena tidak mungkin menentukan Annual Stock Return
Tabel 3.3
Sampel Penelitian
N
O NAMA PERUSAHAAN KODE
1 PT. Fast Food Indonesia Tbk.
2 PT. Mayora Indah Tbk.
3 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
4 PT. Gudang Garam Tbk.
5 PT. Colorpak Indonesia Tbk.
6 PT. Lionmesh Prima Tbk.
36
7 PT. Sumi Indo Kabel Tbk.
8 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk.
9 PT. Tunas Ridean Tbk.
10 PT. United Tractor Tbk.
efisiensi dari tiga model Intellectual Capital (IC), yaitu physical capital, human capital, dan
structural capital. Pengujian dengan regresi berganda tidak dilakukan karena hasil penelitian
Tan et al. (2007) dengan menggunakan regresi berganda tidak meyakinkan. Dari 21 uji
regresi berganda yang dilakukan, hanya 9 yang memberikan hasil yang signifikan. Hasil itu
signifikan secara statistik untuk beberapa tahun tetapi tidak untuk tahun yang lain. Jadi
regresi berganda dianggap tidak memadai untuk penelitian ini dan lebih lanjut analisis akan
menggunakan Partial Least Square (PLS). Dalam hal ini, kinerja perusahaan diperlakukan
sebagai sebuah variabel laten dengan ROA, EPS, dan ASR sebagai indikator. Model itu
memperlakukan IC dan kinerja perusahaaan sebagai variabel laten dengan tiga indikator tiap
variabelnya karena regresi berganda tidak dapat menyediakan alat uji untuk tipe analisis ini
(SEM), untuk tujuan saat ini dianggap lebih baik daripada teknik SEM (software AMOS,
LISREL) yang lain. Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar
teori pada perancangan model lemah dan atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model
pengukuran reflektif. PLS merupakan metode analisis yang sangat baik karena dapat
diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel
PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk
membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya atau untuk pengujian proposisi,
37
PLS juga merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini terutama pada
kondisi dimana indikator bersifat formatif, atau ketika penelitian ini masih tidak pasti karena
variabel seharusnya termasuk pada sebuah model atau berhubungan diantara variabel dengan
model miss-specified akan menghasilkan perkiraan inferior varians sesuai yang dijelaskan
PLS. Missing variables dan miss-specification lain hanya memiliki sedikit efek estimasi yang
Hipotesis pertama (H1) digunakan untuk mengetahui pengaruh IC dengan data kinerja
perusahaan tahun yang sama. Pengujian IC digunakan untuk memperoleh abnormal return,
salah satunya harus menggunakan uji prediktif multi periode (Tan et al., 2007). Hipotesis
kedua (H2) dibentuk untuk menguji kapabilitas prediktif IC. Jika IC merupakan kendali
utama nilai perusahaan, maka secara logis tingkat pertumbuhan IC seharusnya juga
berpengaruh dengan peningkatan dalam kinerja perusahaan. Hipotesis ketiga (H3) digunakan
perusahaan. Hipotesis ini akan diuji untuk memvaliditas prediksi dalam hipotesis kedua.
Selanjutnya model pengujian hipotesis dengan PLS, akan ditunjukkan oleh gambar
berikut:
Gambar 3.1
Model pengujian PLS untuk H1
ROA
VACA
Company’s Performance
Intellectual Capital (VAICTM) H1
EPS
VAHU 38
STVA ASR
Gambar 3.2
Model Pengujian dengan PLS H2 dan H3
VACA
39
H2
Company’s Performance (t+1)
EPS
R-VACA
ASR
H3
R-VAHU
R-STVA
Pengujian ini berguba sebagai alat yang dapat menggambarkan karakteristik dari data
yang terdiri dari nilai rata-rata, nilai terkecil, nilai tertinggi, dan standar deviasi dari data yang
40
Outer model atau model pengukuran mendefenisikan bagaimana setiap blok indikator
indikator masing-masing variabel laten, apakah refleksi atau formatif, berdasarkan definisi
operasional variabel.
Karena konstruk formatif pada dasarnya merupakan hubungan regresi dari indikato ke
konstruk maka cara menilainya adalah dengan melihat bilai koefisien regresi dan signifikan
Inner model atau Model Struktural menggambarkan hubungan antara variabel laten
berdasarkan pada subtantive theory. Perancangan Model Model Struktural hubungan antara
variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian. Model struktural
test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur
41