Anda di halaman 1dari 13

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik


Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan
alami daripada bahan pembenah buatan/sintetis. Pada umumnya pupuk organik
mengandung hara makro N, P, K rendah, tetapi mengandung hara makro dalam
jumlah cukup yang sangat diperlukan pertumbuhan tanaman. Sebagai bahan
pembenah tanah, pupuk organik mencegah terjadinya erosi, pergerakan
permukaan tanah (crusting) dan retakan tanah, mempertahankan kelengasan tanah
serta memperbaiki pengatusan dakhil (internal drainage)(Sutanto, 2002).
Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa panen
(jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji,
kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, limbah rumah tangga dan
limbah pabrik, serta pupuk hijau. Karena bahan dasar pembuatan pupuk organik
bervariasi, kualitas pupuk yang dihasilkan juga beragam sesuai dengan kualitas
bahan asalnya. Pemakaian pupuk organik terus meningkat dari tahun ke tahun
sehingga perlu ada regulasi atau peraturan mengenai persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pupuk organik agar memberikan manfaat maksimal bagi
pertumbuhan tanaman dan tetap menjaga kelestarian lingkungan (Harsono, 2009).
Pupuk organik dapat diaplikasikan dalam bentuk bahan segar atau kompos.
Pemakaian pupuk organik segar memerlukan jumlah yang banyak, sulit dalam
penempatannya, serta waktu dekomposisinya relatif lama. Namun dalam beberapa
hal, cara ini justru sangat bermanfaat untuk konservasi tanah dan air yaitu sebagai
mulsa penutup tanah. Pupuk organik yang telah dikomposkan relatif lebih kecil
volumenya dan mempunyai kematangan tertentu sehingga sumber hara mudah
tersedia bagi tanaman.
Pembuatan pupuk organik dengan cara dikomposkan banyak dilakukan oleh
industri skala besar karena minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit
petani yang dapat memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebagian petani membeli kompos dari pabrik lokal atau impor. Pengomposan
antara lain bertujuan untuk menghasilkan pupuk organik dengan porositas,
5

kepadatan serta kandungan air tertentu, menyederhanakan komponen bahan dasar


yang mudah didekomposisi, membunuh patogen seperti E. coli dan Salmonella,
serta memineralisasi hara untuk pertumbuhan tanaman.
Akhir-akhir ini, dengan maraknya produk pertanian organik, perhatian
petani terhadap pupuk organik semakin meningkat. Permintaan produk atau
pangan organik terutama sayuran dan buah-buahan organik cenderung meningkat.
Oleh karena itu pemanfaatan pupuk organik baik berupa kompos, pupuk kandang
atau bentuk lainnya perlu didukung dan dipromosikan lebih intensif (Harsono,
2009).

2.2 Pemotongan Bahan Pertanian


Proses perombakan bahan organik dapat dipacu dengan memperluas
permukaan bahan sehingga penetrasi mikroorganisme akan lebih mudah. Usaha
untuk memperluas permukaan bahan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran bahan melalui proses pemotongan atau pencacahan
(Suryanto, Hadi; Djamri Amir, dan Teguh B, 2002).
Proses pemotongan pada setiap kasus dimulai pada saat ujung pisau pertama
kali menyentuh bahan, pada waktu meneruskan pisau, kekuatan dan tekanan yang
terpusat pada mata pisau akan bertambah. Hal ini menyebabkan pola tekanan akan
dibangun disamping bahan atau batang sampai kondisi kerusakan bahan
terjangkau. Proses pemotongan ini diteruskan sampai tercapainya pemisahan
secara keseluruhan (Persson, 1987).
Persson (1987) juga menyatakan bahwa, langkah awal proses pemotongan
adalah ketika terjadi tekanan yang tinggi pada keadaan setempat ditimbulkan oleh
kekuatan pemotongan. Kekuatan ini dipusatkan pada ujung mata pisau. Ketika
tekanan ujung mata pisau melebihi kekuatan ultimat serat yang dicengkeram pada
dua sisi tanaman atau batang, serat akan putus dan kekuatan pemotongan akan
dipindahkan ke serat berikutnya. Kekuatan belah yang bekerja pada sisi bagian –
bagian tanaman atau batang yang terluka akan memperlebar pemotongan, dengan
demikian pisau akan bergerak jauh ke dalam. Perpaduan dari dua kekuatan akan
menentukan hasil suatu proses pemotongan. Kekuatan dan tenaga pemotongan
6

akan dipengaruhi oleh model mata pisau, cara kerja dan sifat-sifat dari
pemotongan.

2.3 Kompos dan Pengomposan


Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam
sumber. Dengan demikian kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi
tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulose 15%-60%,
hemiselulose 10%-30%, lignin 5%-30%, protein 5%-40%, bahan mineral (abu)
3%-5%, disamping itu terdapat bahan larut air panas, dan dingin (gula, pati, asam
amino, urea, garam amonium) sebanyak 2%-30%, dan 1%-15% lemak larut eter
dan alkohol, minyak dan lilin. Komponen organik ini mengalami proses
dekomposisi di bawah kondisi mesofolik dan termofolik. Pengomposan dengan
metode timbunan di permukaan tanah, lubang galian tanah, menghasilkan bahan
yang terhumifikasi berwarna gelap setelah 3-4 bulan (Sutanto, 2002).
Kompos merupakan bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah
mengalami proses penguraian/pelapukan karena adanya interaksi antara
mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya, mikroorganisme
ini berkembang dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Murbandono, 2002). Kompos memiliki kandungan yang hampir sama
dengan bahan penyusun humus, kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
merangsang perakaran yang sehat kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Pengomposan atau dekomposisi merupakan penguraian atau pemantapan
bahan-bahan organik secara biologi dalam temperatur thermofilik (temperatur
tinggi), yaitu 45 – 65 0C dengan hasil akhir bahan yang cukup bagus untuk
digunakan ke tanah tanpa merugikan lingkungan (Indriani, 2000).
Demi untuk mendapatkan proses yang baik dari pembuatan kompos
diperlukan tersedianya air, udara, dan nitrogen. Pada produk yang kekurangan
protein harus ditambah dengan ekstra nitrogen. Perbandingan C/N dari bahan
pada proses permulaan harus kira-kira 35, pada kompos yang sudah mulai jadi
7

angka ini turun sampai di bawah 20, untuk membantu terjadinya kompos yang
baik dapat ditambah dengan pemberian fosfat dan kalsium (Harsono, 2009).

2.4 Pemanfaatan Jerami Sebagai Pupuk Organik


Hasil panen sebanyak 5 Ton padi (gabah) akan menyerap dari dalam tanah
sebanyak 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S. Hampir semua unsur K dan sepertiga
N, P dan S tinggal pada jerami padi. Dengan demikian jerami padi merupakan
sumber hara makro yang baik. Disamping itu, 5 Ton padi mengandung 2 ton
karbon, dan di tanah secara tidak langsung merupakan sumber N. Faktor lain yang
menguntungkan dari penggunaan jerami sebagai sumber pupuk organik adalah
tersedia langsung di lahan usaha tani, yang bervariasi dari 2- 10 ton/ha/musim,
dan sekaligus mengurangi masalah limbah (Sutanto, 2002). Selanjutnya (Sutanto,
2002) menginformasikan bahwa 1,5 ton jerami sama dengan 1,0 ton gabah kering
mengandung 9 kg N, 2 kg P, dan S, 25 kg Si, 6 kg Ca dan 2 kg Mg.
Jerami Padi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami 5 ton/ha
secara nyata dapat meningkatkan produksi padi dan mampu mensubstitusi pupuk
KCl 50 kg/ha, pabila jerami dikomposkan terlebih dahulu. Takaran anjuran
kompos jerami adalah 2 ton/ha. Penyusutan dari jerami segar menjadi kompos
berkisar 40-50% (Harsono, 2009).
Apabila jerami dikomposkan, sebagai konsekuensinya berdasarkan data luas
panen padi sawah tahun 2002 sekitar 10,4 juta hektar dengan produksi jerami 5
ton/ha, maka jerami segar yang tersedia sebesar 52,36 juta ton. Namun demikian,
tidak semua jerami dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik, karena
jerami digunakan pula sebagai pakan ternak, media jamur, bahan baku kertas dan
sebagainya (Harsono, 2009).
(Harsono, 2009) menyatakan, apabila diasumsikan semua produksi jerami
segar dapat dipakai untuk pupuk organik maka lahan yang dapat dipupuk jerami
segar dengan takaran 5 ton/ha mencapai 10,4 juta hektar, atau 15,7 juta hektar
apabila jerami dikomposkan. Pengangkutan sekitar 50% jerami ke luar lahan akan
menurunkan luas lahan sawah yang dipupuk hingga setengahnya.
8

2.5 Rancang Bangun


Desain adalah penataan suku-suku mesin untuk menunjukkan beda susunan
mesin dari tipe yang sama. Pabrik dapat mengeluarkan alat dengan merek yang
sama, akan tetapi berbeda mesin. Perbedaan dalam menyusun komponen-
komponen inilah merupakan desain mesin ( Smith dan Wilkes, 1990, cit Utomo,
2009).
Desain teknik adalah seluruh aktifitas untuk membangun dan
mendefinisikan solusi bagi masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan
sebelumnya atau solusi baru bagi berbagai masalah yang sebelumnya dipecahkan
namun dengan cara yang berbeda. Perancangan teknik menggunakan kemampuan
intelektual untuk mengaplikasikan kemampuan ilmiah dan memastikan agar
produknya sesuai dengan kebutuhan pasar serta spesifikasi desain produk yang
disepakati, namun tetap dapat difabrikasi dengan metode yang optimum (Hurst,
2006).
Rancang bangun mesin pertanian merupakan perkembangan dari ilmu dan
teknologi tentang mesin di dalam ruang lingkup proses dan produksi pertanian
dan manajemen sumber daya alam. Seorang ahli mesin pertanian menerapkan
pengetahuan tentang teknologi dan ilmu tentang rancang bangun untuk pertanian
dan efisiensi penggunaan sumber daya kehidupan. Mereka mendesain mesin dan
peralatan pertanian dan struktur pertanian. Ahli mesin menggunakan komputer
secara ekstensif untuk membuat dan menganalisa desain, untuk simulasi dan
menguji sebuah mesin, struktur, atau sistem beroperasi, dan untuk menghasilkan
spesifikasi bagian. Banyak ahli mesin juga menggunakan komputer untuk melihat
kualitas produk dan efisiensi proses control (Mahmood, 2008).
Perancangan adalah kemampuan untuk menggabungkan ide, konsep ilmiah,
sumber dan hasil ke dalam pemecahan suatu masalah. Ada lima tahapan dalam
mendesain suatu alat baru menurut Giesecke, Mitchell, Spencer, Dygdon, dan
Novak (2001) adalah :
1) Mengidentifikasi masalah
Kegiatan ini dimulai dengan mengenal masalah dan menentukan keinginan
pada sebuah produk.
2) Konsep ide
9

Pada tahapan ini berbagai ide terkumpul, ide-ide yang banyak dan tidak
terbatas, ide-ide dapat berasal dari individual dapat juga berasal dari
kelompok atau tim pencari ide sehingganya satu saran dapat menghasilkan
banyak ide.
3) Pembahasan masalah
Pada tahapan ini diambil solusi terbaik kemudian disederhanakan sehingga
lebih efisien dan mudah diambil, diperbaiki dan mungkin dibatalkan ketika
tidak dapat dipakai lagi.
4) Model dan Prototype
Sebuah model dan contoh kadang-kadang dibuat untuk dipelajari, dianalisis,
dan menyempurnakan sebuah rancangan. Prototype diuji dan dimodifikasi
bila perlu, dan hasilnya disajikan pada gambar.
5) Produksi atau pengerjaan gambar
Untuk menghasilkan sebuah produk, perangkat akhir dari sebuah produk
dibuat, harus diperiksa dan disetujui. Pada industri, keluaran dari persetujuan
produksi rancangan diberikan pada bagian permesinan untuk memproduksi
gambarnya. Perancang mengambil detail-detailnya dengan bantuan
perbandingan dari model-model yang ada.
Menurut Hurst (2006), tahap pertama dan terpenting dalam proses desain
adalah formulasi Spesifikasi Desain Produk (Product Desaign Spesification,
PDS). Adapun proses perancangan teknik adalah spesifikasi, perumusan konsep,
pemilihan konsep, desain detail, dan pabrikasi. Ketika suatu alat atau system yang
didesain harus memenuhi beberapa fungsi atau mengkombinasikan sejumlah fitur,
maka kita perlu membagi masalah. Konsep-konsep dihasilkan untuk menjawab
setiap lingkup pembahasan yang lebih kecil kemudian dikombinasikan. Agar
setiap kombinasi konsep yang potensial dipertimbangkan maka suatu analisis
morfologi harus dilakukan dan grafik morfologi digambar.
Dalam merancang juga harus diperhatikan hubungan manusia dengan
mesin. Tiga faktor penting dalam produksi yaitu: tenaga kerja, alat kerja, dan
objek kerja. Posisi badan yang tidak sesuai, walau melakukan pekerjaan yang
ringan akan berakibat jelek pada tubuh. Keamanan dan kesehatan kerja
10

merupakan faktor yang sangat penting. Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan
yaitu: Enginering; pengembangan teknik untuk mesin yang aman, Education;
pendidikan untuk memberikan pengetahuan keselamatan kerja kepada petani,
Enforcemen; menjaga keamanan dengan standar kerja atau undang-undang
(Hayoshi dan Mandang, 1990).

2.6 Alat Pencacah Jerami


Seiring dengan berkembangnya unit produksi pupuk organik tersebut,
peralatan/mesin pengolah pupuk organik juga turut berkembang di pasaran. Alat
Pengolah Pupuk Organik (APPO) yang telah ada di pasaran terdiri dari alat
pencacah, komposter, mesin pengayak, mesin pengering dan lain-lain.
Dalam rangka pengembangan unit produksi pupuk organik ini, pada tahun
2006 Direktorat Pengelolaan Lahan, Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air,
Departemen Pertanian telah mendistribusikan Alat Pengolahan Pupuk Organik
(APPO) berupa mesin pencacah sebanyak 81 unit kepada 75 Kabupaten/Kota di
14 Propinsi, dan pada tahun 2007 melalui dana APBN yang dilakukan oleh Dinas
Pertanian Propinsi telah mendistribusikan APPO sebanyak 334 unit serta tahun
2008 telah mendistribusikan APPO sebanyak 996 unit sehingga total jumlah
APPO yang telah tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 1411 unit APPO di 33
propinsi (Departemen Pertanian, 2008).
Alat pengolah pupuk organik (APPO) yang telah dikembangkan pada
umumnya terdiri dari beberapa bagian/komponen utama yaitu :
1. Pisau Pemotong
2. Kerangka
3. Hooper
4. Penyaring
5. Outlet
6. Peremuk
7. Engine
11

1 2

4 7
6
5

Gambar 1. Bagian Utama Komponen APPO

2.7 Sistem Transmisi


Suatu mesin dapat terdiri dari beberapa bagian yang dipakai untuk
penyaluran tenaga. Penyaluran tenaga terutama dilakukan dengan as (shaft),
pulley & belt, sproket & chain, gear, coupling, dan clutch (Chatib, 2007).
1. As (shaft)
As yang terhubung maupun yang solid dipakai dalam alat-alat pertanian. As
yang berlubang terutama dipakai bila dibutuhkan diameter luar yang besar,
sehingga as yang padat dengan diameter tersebut tidak akan terlalu berat.
2. Pulley & Belt
Pulley adalah roda yang dipakai untuk menyalurkan tenaga yang
mempergunakan belt. Flat pulley agak kecil efisiensinya, tetapi lebih tahan
lama. Karena kelilingnya besar, maka permukaan flat pulley dibuat agak
cekung agar belt berada di tengah-tengah pulley. V pulley lebih efisien dalam
penyaluran tenaga, slip rendah dan dapat dipakai penampang belt yang lebih
tipis. Belt dapat dibuat dari karet, kanvas, tenunan kapas atau kulit. Sewaktu
menyalurkan tenaga belt akan lebih tegang pada salah satu sisi.
Robert L Mott (2009) mengatakan pada umumnya transmisi sabuk digunakan
pada kecepatan yang tinggi, seperti pada reduksi tingkat pertama dari motor
listrik atau motor bakar. Kecepatan linier sabuk biasanya berkisar antara 2500
sampai 6500 ft/menit, yang akan menghasilkan gaya tarik yang relatif rendah
terhadap sabuk. Pada kecepatan rendah, tarikan pada sabuk menjadi terlalu
besar bagi lazimnya penampang melintang sabuk dan kemungkinan terjadi
12

selip antara sisi-sisi sabuk dan puli (pulley). Ada banyak jenis sabuk yang
dipakai. Sabuk rata, sabuk beralur, sabuk beralur atau bergerigi, sabuk standar
V, sabuk V sudut ganda dan lainnya seperti pada Gambar 2.
3. Sproket & Chain
Sproket & Chain sudah umum dipakai pada alat-alat pertanian. Pitch dari
chain adalah jarak antara connecting pin. Semakin pendek pitch semakin
pendek kecepatan operasi. Untuk menyalurkan 1 HP, suatu 3/8 inch pitch dapat
beroperasi dengan kecepatan 300 fpm, suatu ½ inch pitch sekitar 200 fpm dan
suatu ¾ inch pitch sekitar 60 fpm.
Rantai adalah elemen transmisi daya yang tersusun sebagai sebuah deretan
penghubung pena. Racangan ini menyediakan fleksibilitas di samping juga
memungkinkan rantai mentransmisikan daya tarik yang besar. Ketika
mentransmisikan daya antara poros-poros yang berputar, rantai berhubungan
terpadu dengan roda bergigi yang disebut sproket (Robert L. Mott. 2009).

Gambar 2. Jenis Konstruksi Sabuk (belt)

4. Gear
Gear memungkinkan 2 as bekerja berdekatan satu sama lainnya, penyaluran
tenaga dengan cara ini sangat efisien, dengan pelumasan yang baik, kehilangan
tenaga hanya berkisar antara 1 %. Perbandingan kecepatan dari dua gear
sebanding dengan jumlah gigi. Kita dapat bedakan bermacam-macam spur
gear dan helical gear. Gear yang terkecil antara dua gear yang berhubungan
disebut pinion.
13

5. Coupling
Coupling adalah untuk menyalurkan tenaga dati satu as ke as lainnya, dua as
yang lurus behubungan satu dengan yang lain secara tepat, dihubungkan
dengan solid coupling. Solid coupling dapat berbentuk klem yang disebut
dengan clamp coupling atau berbentuk silinder yang disebut dengan solid
sleeve coupling, dan bila kedua as merupakan suatu sudut maka digunakan
universal joints.
6. Clutch
Suatu cara untuk melepaskan sumber tenaga dari gigi–gigi transmisi
(transmission gears) dan roda–roda dalam keadaan sebagai berikut :
a. Motor sering dislinger, didorong atau distarter.
b. Motor bakar internal biasanya harus mencapai kecepatan tertentu
sebelum tenaganya digunakan.
c. Mengganti kecepatan harus dapat dilakukan untuk keadaan penggunaan
yang berbeda-beda.
d. Menyetop kendaraan atau penggunanya dapat dilakukan tanpa
menghentikan mesinnya.
Semua itu bisa dilakukan dengan menempatkan clutch antara motor dan
gigi-gigi transmisi. Clutch adalah coupling yang dapat melepaskan
hubungan dua as yang bersambung.
7. Power Take Off (PTO)
Dalam operasi alat-alat pertanian, traktor biasanya dipakai untuk menarik alat
ke depan dan bersamaan dengan itu juga memberikan tenaga operasi bagi alat
tersebut. Tenaga disalurkan dari traktor ke alat melalui as yang disebut Power
Take Off Shaft. Bila gerak traktor dan alat selalu dalam garis lurus dapat
dipakai solid shaft yang lurus dapat dipakai. Yang sering terjadi di lapangan
adalah peralatan yang tidak lurus dibelakang traktor, untuk keperluan tersebut
Power Take Off dilengkapi dengan dua Universal Joints. PTO shaft bersama
Universal Joints yang lengkap disebut dengan Power Take Off drive.
Tahun 1946, ASAE bersama SAE telah menentukan standar agar setiap
alat dapat dihubungkan pada setiap macam traktor. Standard ini menyatakan
bahwa PTO Shaft harus terletak dalam batas 3 inch disebelah kanan/kiri garis
14

pusat traktor. Kecepatan standard PTO shaft adalah 536 rpm lebih kurang 10
rpm (Chatib, 2007).

2.8 Motor Bakar


Motor bakar adalah mesin atau pesawat yang menggunakan energi termal
untuk melakukan kerja mekanik, yaitu dengan cara merubah energi kimia dari
bahan bakar menjadi energi panas, dan menggunakan energi tersebut untuk
melakukan kerja mekanik. Energi termal diperoleh dari pembakaran bahan bakar
pada mesin itu sendiri. Jika ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini
(proses pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu: motor pembakaran luar dan motor pembakaran dalam (Novyanto,
2008).
I. Motor Pembakaran Luar
Pada motor pembakaran luar ini, proses pembakaran bahan bakar terjadi di
luar mesin itu, sehingga untuk melaksanakan pembakaran digunakan mesin
tersendiri. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar tidak langsung diubah
menjadi tenaga gerak, tetapi terlebih dulu melalui media penghantar, baru
kemudian diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya pada ketel uap dan turbin
uap.
II. Motor Pembakaran Dalam
Pada motor pembakaran dalam, proses pembakaran bahan bakar terjadi di
dalam mesin itu sendiri, sehingga panas dari hasil pembakaran langsung bisa
diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya : pada turbin gas, motor bakar torak
dan mesin propulasi pancar gas.

A. Prinsip Kerja Motor Bensin


Pada motor bensin, bensin dibakar untuk memperoleh energi termal. Energi
ini selanjutnya digunakan untuk melakukan gerakan mekanik. Prinsip kerja motor
bensin, secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : campuran udara dan
bensin dari karburator diisap masuk ke dalam silinder, dimampatkan oleh gerak
naik torak, dibakar untuk memperoleh tenaga panas, yang mana dengan
terbakarnya gas-gas akan mempertinggi suhu dan tekanan. Bila torak bergerak
15

turun naik di dalam silinder dan menerima tekanan tinggi akibat pembakaran,
maka suatu tenaga kerja pada torak memungkinkan torak terdorong ke bawah.
Bila batang torak dan poros engkol dilengkapi untuk merubah gerakan turun naik
menjadi gerakan putar, torak akan menggerakkan batang torak dan yang mana ini
akan memutarkan poros engkol. Dan juga diperlukan untuk membuang gas-gas
sisa pembakaran dan penyediaan campuran udara bensin pada saat-saat yang tepat
untuk menjaga agar torak dapat bergerak secara periodik dan melakukan kerja
tetap.
Kerja periodik di dalam silinder dimulai dari pemasukan campuran udara
dan bensin ke dalam silinder, sampai pada kompresi, pembakaran dan
pengeluaran gas-gas sisa pembakaran dari dalam silinder inilah yang disebut
dengan “siklus mesin”. Pada motor bensin terdapat dua macam tipe yaitu: motor
bakar 4 tak dan motor bakar 2 tak. Pada motor 4 tak, untuk melakukan satu siklus
memerlukan 4 gerakan torak atau dua kali putaran poros engkol, sedangkan pada
motor 2 tak, untuk melakukan satu siklus hanya memerlukan 2 gerakan torak atau
satu putaran poros engkol. Bagian motor bensin ada pada Gambar 3.

Gambar 3. Bagian Motor Bensin

B. Prinsip Kerja Motor Bensin 4 Langkah


Ada 4 langkah gerakan piston yang bergerak dari titik mati atas (TMA) ke
titik mati bawah (TMB). Pada langkah pertama terjadi kevakuman pada ruang
pembakaran klep pemasukan (intake) terbuka, campuran bahan bakar dan udara
16

akan masuk kedalam silinder, sedangkan klep pengeluaran (outlet) tertutup,


bersamaan dengan itu piston akan bergerak dari TMA ke TMB, ruang silinder
menjadi besar. Pada langkah ke dua piston bergerak dari TMB ke TMA sehingga
terjadi pemampatan bahan bakar dan udara (compression), klep pemasukan
(intake) dan pengeluaran (outlet) tertutup, pada akhir kompresi suhu dalam ruang
pembakaran naik antara 4000 - 6000 C dengan adanya loncatan bunga api listrik
dari busi (ignition) terjadi proses pembakaran letupan, hal ini akan menimbulkan
tekanan pada permukaan atas piston. Pada langkah ke tiga, piston akan begerak ke
bawah dari TMA ke TMB, tenaga yang ditimbulkan akan diteruskan ke tangkai
piston (connecting rod) dan diterima oleh crankshaft, posisi intake dan outlet
tertutup. Pada gerakan terakhir (ke empat), piston bergerak dari TMB ke TMA
intake tertutup dan dan outlet terbuka sehingga terjadi proses pembuangan sisa
pembakaran (Chatib, 2007). Proses kerja dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Siklus pada Motor Bensin 4 Langkah

Anda mungkin juga menyukai

  • Keajaiban Al Quran
    Keajaiban Al Quran
    Dokumen35 halaman
    Keajaiban Al Quran
    otaideoyai87
    92% (12)
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen5 halaman
    Bab 3
    Wandra Tanjung
    Belum ada peringkat
  • Bab IV
    Bab IV
    Dokumen13 halaman
    Bab IV
    Wandra Tanjung
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Lanjutan
    Bab 3 Lanjutan
    Dokumen11 halaman
    Bab 3 Lanjutan
    Wandra Tanjung
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    Wandra Tanjung
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Wandra Tanjung
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Wandra Tanjung
    Belum ada peringkat