Anda di halaman 1dari 17

Tugas Mata Kuliah:

Pendekatan Dalam Pengkajian Islam


Dosen Pengampu: Dr. H. Miftahul Huda, MAg. Prof. Dr. Phil. H. Nur Kholis Setiawan

HUKUM TALAK TIGA SEKALIGUS


(Dari Sudut Pandang Normatif Literal)

Oleh: H. Masriadi Faishal NIM: 15.4.10.2.001

Semester : I PROGRAM PASCA SARJANA (S2) PRODI AHWAL SYAHSHIYAH (HUKUM KELUARGA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
2010

BAB I PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG Perkawinan sebagai sunnatullah, hukum alam, dan sebagi sunnah Rasul, cara hidup Rasul, bertujuan untuk membentuk rumah tangga bahagia sepanjang masa, keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. (QS. Ar-Rum: 4). Namun terkadang, tujuan mulia perkawinan ini tidak dapat dicapai, sehingga bahtera rumah tangga goyah dan karam. Bangunan keluarga menjadi tidak mungkin dapat dipertahankan lagi. Disinilah talak menempatkan posisinya, yaitu sebagai solusi final setelah tiada lagi asa yang tersisa untuk mempertahankan mahligai rumah tangga. Sebagai emergency exit, yang hanya dibuka bila benar-benar dalam keadaan darurat berat. Talak menurut bahasa berarti melepaskan ikatan, sedangkan menurut syara', talak adalah menguraikan atau melepaskan ikatan (akad) perkawinan dengan lafaz talak atau semisalnya.1 Menurut Imam Al-Haramain, talak telah digunakan sejak zaman jahiliyah, kemudian syariat islam mengadopsinya dengan memberikan batasan-batasan baru2. Pada awal islam talak tidak ada batasnya, seorang bisa saja mentalak istrinya puluhan, atau ratusan kali dan kemudian boleh merujuknya kembali. Hal ini memberi efek yang menyakitkan terhadap wanita, maka syara' membatasi talak yang boleh rujuk hanya dua kali (QS. Al-Baqarah: 229)3. Syara' membolehkan talaq dengan sebuah catatan dari hadits Nabi saw. bahwa talak adalah seburuk-buruk hal yang diperbolehkan (HR. Abu Dawud dan Ibn Majah). Namun terkadang, orang tidak mempergunakan emergency exit ini sebagaimana mestinya, agama yang sudah amat toleran memberikan tiga jatah talak untuk dipergunakan sehematnya dan hanya dalam keadaan terjepit, malah mereka men-tabzir-kannya secara percuma dengan menghabiskan ketiga jatahnya ini sekaligus, bahkan melampaui batas kewajaran dengan menjatuhkan talak seribu, sejuta dan tak terhingga. B. PERMASALAHAN Bagaimana teks-teks syara' memandang penomena ini? Boleh dan terhitungkah ucapan sekaligus ini?, dan kalau terhitung, apakah terhitung satu atau tiga?. Dan bagaimana para ulama muslimin (fuqaha) mengartikan dan mengeluarkan (istimbat) hukum dari teks-teks ini? Inilah yang akan coba dikupas oleh tulisan ini, dengan menyebut dalil-dalil nash dari Al-Quran dan Al-Hadits, serta memaparkan pendapat-pendapat ulama bertepatan dengan nushus tersebut. Disini penulis tidak memaknai sendiri teks-teks syara', tetapi hanya menyadur pendapat-pendapat para ulama terhadap teks-teks tersebut. Tulisan ini tentu saja masih sangat jauh dari kata sempurna. Karenanya kritik dan tegur sapa membangun amat diharapkan untuk melengkapi dan memperbaiki tulisan ini. Sebelumnya penulis haturkan terima kasih. ____________________________________
1. Muhammad Khatib Asy-Syarbini, "Mugni al-Muhtaj" (Beirut: Darul Fikr, 2003), juz 3, hal. 356 2. Mushtafa Al-'Adawy, "Ahkam At-Thalaq Fi asy-Syariah al-Islamiyah", (Maktabah Ibn Taimiyah:
1988), hal. 9

3. Abdurrahman Bin Yahya Al-Mu'allimi, "Al-Hukmul Masyru' fi At-Thalaq al-Majmu", (Darul Athlas,
1997) hal.27

BAB II PEMBAHASAN

A.

: ) 229)
"Talak itu dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikannya dengan cara yang baik".(QS. Al-Baqarah: 229)

Teks (Nash) Al-Quran Tentang Talak (Tiga)

Diriwayatkan oleh Ad-Daruqutni dari Anas bin Malik r.a., bahwa seorang lelaki mendatangi nabi dan bertanya: "Sepengetahuan saya bahwa Allah berfirman, talak itu dua, lalu dimana dinyatakan yang ketiga?", maka Rasulullah saw menjawab: "Ada pada ( ) At-Tasriih disini semakna dengan at-talak, yakni yang ketiga setelah dua. (HR. Daruqutni : 3934) Jadi Syara' hanya memberikan pihak suami tiga hak talak, yang jika semua haknya telah dia habiskan, maka tidak diperbolehkan lagi dia merujuk. Kecuali dengan 'akad baru setelah perempuan tersebut menikah dengan lelaki lain yang kemudian berpisah (bain). Namun dalam perkembangan realitanya, banyak orang yang mengucapkan talak tiga sekaligus, menyalahi tata cara yang digariskan syara' dalam perceraian. Karena diantara aturan yang digariskan adalah mempergunakan hak talak yang tiga itu satu demi satu. Terlepas dari itu, timbul pertanyaan, bagaimana hukum orang yang melakukan hal itu? Berdosakah ia atau tidak? Dan terhitungkah talak dengan pengucapan langsung tersebut atau tidak?. Ini yang akan kita tuntaskan disini, namun sebelum kita menjawab pertanyaanpertanyaan tadi, terlebih dahulu kita mengupas termasuk kedalam bagian talak manakah talak dengan ucapan sekaligus itu, apakah talak bid'ah atau sunnah.
B. Talak Tiga Sekaligus Termasuk Talak Bid'ah atau Sunnah?

Yang dimaksud dengan kata sunnah disini bukanlah dalam arti sesuatu yang mendapatkan pahala apabila dikerjakan, karena talak dengan sendirinya bukanlah sesuatu yang bisa mendatangkan pahala, namun yang dimaksud dengan talak sunnah disini adalah talak yang pelaksanaannya sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan Allah swt. Demikian pula yang dimaksud dengan bid'ah bukanlah sesuatu yang baru yang tidak ada pada zaman awal, karena talak dalam masa haidh, dan talak tiga sekaligus sudah terjadi pada masa Rasulullah saw, tetapi talak bid'ah adalah talak yang tidak sesuai dengan tata cara yang telah digariskan syara'4.

___________________________________
3

4. Muhammad Zahid Al-Kautsary, "Al-Isyfaq 'ala ahkami at-thalaq", (Maktabah Majallah Al-Islam),
hal. 14

Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

. - - . .
Abdullah bin Umar mentalak istrinya satu talak dalam keadaan haid, kemudian dia hendak mentalaknya lagi dengan dua talak, dan sampailah berita itu kepada Rasulullah saw, maka Rasul bersabda: "Bukan begitu perintah Allah, sungguh engkau telah menyalahi sunnah. Yang termasuk sunnah adalah engkau menceraikannya tiap-tiap dalam keadaan suci", maka saya berkata: "bagaimana jika saya mentalaknya tiga (langsung) apakah boleh aku merujuknya?", Sabda beliau: "tidak, dia telah ba'in darimu, danberarti kamu telah melaksanakan maksiat". (HR. Ad-Daruqutni: 4019)

Dalam hal ini apakah talak tiga sekaligus termasuk talak sunnah atau talak bid'ah? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ketengahkan sebuah Hadits:

Dari Mahmud bin Labid, ia berkata, saat Rasulullah SAW diberitahu mengenai seorang laki-laki yang menalak isterinya dengan talak tiga sekaligus, maka berdirilah ia dalam kondisi marah, kemudian berkata, Apakah ia ingin bermain-main dengan Kitabullah padahal aku masih ada di tengah kalian.? Ketika itu ada seorang laki-laki berdiri seraya berkata, Wahai Rasulullah, bolehkah aku membunuhnya.?(HR. An-Nasaiy: 3348) Dari hadits diatas jelaslah bahwa talak tiga sekaligus itu termasuk talak bid'ah, karena marahnya Rasulullah saw menunjukkan bahwa cara itu bukan tata cara yang ditetapkan Allah saw untuk perceraian. Dr. Wahbah Az-Zuhaily menyebutkan bahwa ulama' (fuqaha') telah sepakat (ittifak) bahwa talak sunny yang disyari'atkan adalah talak yang dijatuhkan dengan tartib, terpisahpisah satu setelah yang lain, dan bukan dengan menghabiskannya tiga sekaligus. Dan apabila talak tiga dilakukan dengan satu lafaz, atau dengan lafaz-lafaz yang terpisah namun dalam satu masa suci, maka itu adalah talak bid'iy.5

____________________________________
5. 6926 Dr. Wahbah Az-Zuhaily, "Al-Fiqhul Islam Wa Adillatuhu" (Damaskus: Dar el-Fikr: 2002), juz 9, hal.

C. Bolehkah menjatuhkan talak tiga sekaligus?

Teks-teks hadits tentang talak tiga sekaligus ini, ada yang menyiratkan tentang keharamannya dan adapula yang membawa arti kebalikannya. Dalam men-tarjih-kan dan mengamalkan hadits-hadits yang tampaknya bertentangan ini, para ulama berbeda pendapat. Sebagian besar ulama lebih mengedepankan hadits-hadits yang menandung makna pelarangan dan berdosa, sebagaimana yang diuraikan oleh Ibnu Abdil Barr dalam al-istidzkar, berbeda dengan pendapat Asy-Syafi'ie dan Ibn Hazm yang menyatakan tidak berdosa.6 Dalil Nash Yang Mengatakan Talak Tiga Sekaligus Itu Diharamkan Diantaranya dalil-dalil yang menyiratkan keharaman penjatuhan talak tiga sekaligus adalah: 1. Hadits Mahmud Ibn Labid yang diriwayatkan oleh An-Nasa'i yang berbunyi:


Adalah Abdullah (Ibn Umar) apabila ditanya tentang itu (talak), dia berkata: "Apabila kamu mentalak istrimu satu atau dua kali maka sesungguhnya Rasulullah memerintahkanku seperti itu, tapi bila kamu mentalaknya tiga, sungguh telah haram dia atasmu sampai dia menikah dengan orang lain dan kamu telah melakukan maksiat terhadap Allah atas perintahnya tentang talak".(HR. Bukhari: 3916 dan Muslim:2676) Teks-teks ini menunjukkan haramnya menjatuhkan talak tiga sekaligus, dalam hadits Ibn Labid, marahnya Rasulullah saw menunjukkan keharaman perbuatan itu, dan dalam

Dari Mahmud bin Labid, ia berkata, saat Rasulullah SAW diberitahu mengenai seorang laki-laki yang menalak isterinya dengan talak tiga sekaligus, maka berdirilah ia dalam kondisi marah, kemudian berkata, Apakah ia ingin bermain-main dengan Kitabullah padahal aku masih ada di tengah kalian.? Ketika itu ada seorang laki-laki berdiri seraya berkata, Wahai Rasulullah, bolehkah aku membunuhnya.? (HR. An-Nasaiy: 3348) 2. Hadits As-Shahihain, diriwayatkan dari Ibn Umar ra.:

hadits Ibn Umar dengan jelas disebutkan orang yang mentalak tiga sekaligus telah berbuat maksiat terhadap Allah.7 Pendukung pendapat ini, sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Wahbah Az-Zuhaily, diantaranya adalah para fuqaha al-Hanafiah, al-Malikiyah, Ibn Qoyyim dan Ibn Taimiyah, sedangkan pendapat yang tidak mengharamkan didukung oleh pengikut as-Syafiiyah, AlHanabilah dalam riwayatnya yang rajih, Abu Tsaur dan Daud Az-Zahiry.8

__________________________________________
6. Muhammad Zahid Al-Kautsary, Op. cit. hal. 29
7. Ibn Qoyyim Al-Jauziyah, "Zadul Ma'ad" (Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 2007), hal.937

8. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. hal. 6926

Dalil Nash Yang Mengatakan Talak Tiga Sekaligus Itu Tidak Diharamkan 1. Hadits Mula'amah Uwaimir yang diriwayatkan dari Sahl (dari hadits panjang):


Maka mereka mendatangi Rasulullah saw di rumah Maimunah ra. Dan berkata: "Sesungguhnya Abu Hafsh menceraikan istrinya dengan talak tiga, apakah dia memiliki hak nafakah?", maka Rasulullah saw menjawab: "Dia tidak punya hak nafakah dan dia wajib menyelesaikan 'iddah". (HR. Muslim: 2712) Imam As-Syafi'ie berkata dalam mengomentari hadits ini: "Kita tidak mengetahui bahwa Nabi saw mencegah hal itu (talak tiga-pen) dan sungguh hal ini telah diamalkan oleh beberapa sahabat Nabi, dan difatwakan oleh selain sahabat (tabi'ien-pen).

Sahl berkata: "Maka keduanya melakukan li'an disaksikan oleh saya dan masyarakat didepan Rasulullah, dan setelah selesai, Uaimir berkata: "Aku berbohong menuduhnya jika aku masih menahannya (sebagai istri) wahai Rasulullah", maka ia mentalak istrinya dengan talak tiga sebelum diperintah oleh Rasulullah.", Ibn Syihab berkata: "Maka jadilah hal itu sebagai sunnah li'an".(HR. Bukhari: 4855 dan Muslim: 2741). Hadits diatas menyebutkan bahwa Uaimir mentalak istrinya dengan talak tiga sebelum Rasulullah saw memberitahukannya bahwa li'an menjadikan ikatan perkawinan terputus. Andaikata talak tiga itu haram, tentu Rasulullah tidak akan diam saja tetapi memberitahukan keharaman tersebut kepada dia dan masyarakat yang hadir waktu itu.9 2. Hadits Fatimah Binti Qais yang ditalak tiga oleh suaminya Abu Hafsh alMakhzumi yang berbunyi (dari Hadits panjang):

Kedua hadits inilah, diantara yang menjadi pegangan para Fuqaha yang menyatakan talak tiga sekaligus tidak diharamkan. Pendapat ini didukung oleh Imam Asy-Syafi'ie dan Ibn Hazm. Namun meskipun Imam As-Syafi'ie mengatakan bahwa talak tiga itu tidak haram, bahkan tidak makruh, hanya menyalahi yang utama, tetapi menurut beliau, tetap disunnahkan untuk tidak menghabiskan talak tiga sekaligus, supaya memungkinkan untuk dapat rujuk lagi atau memperbaharui nikah jika nanti ada penyesalan dan mau kembali membangun mahligai rumah tangga.10

_______________________________
9. Muhammad Khatib Asy-Syarbini, Op .Cit. hal. 396
10. Ibid

D. Apakah Talak Tiga Sekaligus Terhitung Atau Tidak?

Terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama dalam masalah ini. Hal ini bukan disebabkan oleh adanya teks-teks yang saling bertentangan dalam masalah ini, namun lebih disebabkan oleh perbedaan pemahaman mereka dalam mengartikan teks. Pendapat pertama menyatakan terhitungnya talak tiga sekaligus sebagai talak. Pendapat ini didukung oleh jumhur ulama, diantaranya Imam Mazhab yang empat dan Az-Zhahiriyah 11, juga oleh Syiah Zaidiyah, Ibn Ishak, Ibn Taimiyah serta Ibn Qoyyim12. Sedangkan pendapat kedua menyatakan talak tiga sekaligus sebagaimana talak bid'ah lainnya tidak terhitung sebagai talak, alias sia-sia. Pendapat ini diprakarsai oleh Syiah Imamiyah.13 Disini terlihat bahwa Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim dan Az-Zhahiriyah sependapat dengan jumhur dalam masalah terhitungnya talak tiga sekaligus sebagai talak, namun kesatuan persepsi ini tidak pada keseluruhan talak bid'iy, karena dalam masalah talak diwaktu haidh, nifas atau dalam keadaan suci yang sudah 'digauli', yang kesemuanya termasuk bagian dari talak bid'iy, mereka malah sependapat dengan Syiah Imamiyah yang menyatakan talak dalam keadaan-keadaan tersebut tidak terhitung, alias sia-sia.14 Dalil Jumhur Yang Menyatakan Terhitungnya Talak Tiga Sekaligus 1. Dalil dari Al-Quran: Ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang talak seperti "Wanita-wanita yang ditalak hendaknya menahan diri (menunggu) tiga kali quru..." (QS. Al-Baqarah: 228), "Kemudian jika sisuami mentalaknya..."(QS. Al-Baqarah: 230), "Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir 'iddahnya, maka rujuklah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula)..."(QS. Al-Baqarah: 231), "Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi..."(QS. Al-Baqarah: 232), "Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut'ah menurut yang ma'ruf..."(QS. Al-Baqarah: 241), "Hai orang-orang

yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-kali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya...."(QS. Al-Ahzab: 49). Pengambilan dalil dari ayat-ayat tersebut adalah dengan memandang kata "talak" dalam ayat-ayat tersebut bersifat umum, mencakup talak yang diizinkan (talak sunnah), maupun talak yang tidak diizinkan (talak bid'ah), dan tidak terdapatnya teks syara' yang mengkhususkan makna ayat-ayat tersebut dengan talak yang diizinkan (talak sunnah) saja, maka talak bid'iy--diantaranya yang diucapkan sekaligus, juga termasuk kedalam talak yang disebut oleh ayat-ayat diatas.15 _______________________________________
11. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. hal. 6927 12. Ibid, hal. 6928
13. Ibid

14. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. hal. 6924 15. Abdurrahman Bin Yahya Al-Mu'allimi, Op. Cit. hal. 135

2.

.
"Maka saya (Ibn Umar) berkata: "bagaimana jika saya mentalaknya tiga (langsung) apakah boleh aku merujuknya?", Sabda beliau: "tidak, dia telah ba'in darimu, danberarti kamu telah melaksanakan maksiat". (HR. Ad-Daruqutni: 4019)

"Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)..." sampai "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar".(QS. At-Thalaq: 1-2) Mafhum (pemahaman yang dapat ditarik) dari ayat ini adalah siapa yang tidak bertakwa kepada Allah, dengan mejatuhkan talak yang tidak sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan, yakni talak bid'ah, maka Allah tidak akan memberikan mereka jalan keluar, alias mereka akan dipersempit, yaitu dengan dihitungnya talak bid'iy tersebut.16 Dalil dari Al-Hadits: Hadits Ibn Labid diatas yang menyatakan betapa Rasulullah saw marah ketika diceritakan tentang seorang laki-laki yang mentalak istrinya dengan talak tiga sekaligus. Marahnya Rasulullah saw itu menunjukkan terhitungnya talak tiga sekaligus.17 Ibnu Umar ra. yang diriwayat oleh Ad-Daruqutni (dari Hadits panjang):

) ......( ) ..... 2-1 : (

Firman Allah SWT dalam Surat At-Thalaq ayat 1 - 2:

Hadits ini dengan tanpa tedeng aling-aling menyatakan terhitungnya talak tiga sekaligus. Hadits ini, menurut Muhammad Zahid Al-Kautsari dalam Al-Isyfaq, setelah beliau jelaskan rijalul hadits dan sanad-sanad yang menguatkannya serta menjawab
8

argumen orang yang menolak kehujahannya, beliau sampai pada simpulan bahwa hadits ini tetap bisa dijadikan hujjah.18 Dalil-dalil yang menguatkan pendapat ini amatlah banyaknya, baik dalam Al-Quran, Al-Hadits, Ijma' ataupun Qiyas. Dalam pembahasan berikutnya tentang "Apakah talak tiga terhitung satu atau tiga?" akan dibawakan dalil-dalil yang menguatkan pendapat masingmasing yang mengatakan terhitung satu atau tiga, yang kesemuanya itu sekaligus merupakan dalil bagi terhitung (tidak lagwu) talak tiga sekaligus ini. Intinya menurut para pendukung pendapat ini adalah barang siapa yang menyalahi sunnah dalam proses talak, talak tersebut terhitung, walaupun dia menyalahi perintah, karena larangan yang datang kemudian tidak dapat menafikan asal masyruiyah-nya. Hal ini seperti sahnya shalat diatas tanah rampasan, dan sahnya jual-beli setelah azan jumat dikumandangkan, meskipun terdapat larangan pada kedua masalah tersebut.19 _________________________________________
16. Ibid

17. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. hal. 6927 18. Muhammad Zahid Al-Kautsary, Op. Cit. hal. 13
19. Ibid

Dalil Yang Menyatakan Talak Tiga Sekaligus Tidak Terhitung 1. Keumuman ayat-ayat talak diatas dikhususkan oleh ayat:

"Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)"(QS.At-Thalaq:1). Ayat ini menunjukkan bahwa talak yang diizinkan adalah talak yang memiliki 'iddah yang wajar. Jika talak membawa dampak bertambahnya masa 'iddah, seperti talak waktu haidh, atau malah menjadi tidak ada 'iddah, seperti talak tiga sekaligus maka secara ittifak talak itu tidak diizinkan. Kemudian bahwa talak adalah rukhshah (keringanan) yang diberikan kepada umat Islam. Sebagaimana rukhshah-rukhshah lainnya, apabila dilakukan sesuai dengan tata cara yang diizinkan Allah, maka akan terhitung, dan bila dilakukan dengan tata cara yang dilarang maka tidak terhitung.20 2. Hadits Aisyah ra yang masyhur yaitu: "Barang siapa yang melakukan amalan yang bukan termasuk perkara kita, maka amalan itu tertolak". (HR. Muslim: 3243 dan Ahmad: 24298) Talak tiga sekaligus itu menyalahi perintah syara', maka perbuatan itu tertolak, tidak memberi dampak sedikitpun.21 Pandangan ini dibantah dengn arguman bahwa yang dilarang dalam ayat diatas bukan talak itu sendiri, dan bukan pula sifatnya, tetapi sesuatu yang ada diluar hakikat talak yaitu menderitanya pihak istri dengan bertambah panjangnya masa 'iddah, atau ketidakbutuhan terhadap talak. Dan larangan yang berada diluar hakikat sesuatu yang dilarang itu, jika dilanggar, tidak akan membuat rusaknya hakikat sesuatu itu. 22 Mengenai hadits Aisyah diatas dijawab dengan argumen bahwa sesuatu itu menjadi tertolak jika menyalahi salah satu rukun atau syarat amalan tersebut. Sedangkan tidak

1:) )

( )

betambahnya masa iddah atau ketidakbutuhan terhadap talak itu bukan rukun atau syarat bagi talak, maka hal ini tidak menjadikannya tertolak.23 E. Talak Tiga Sekaligus Terhitung Satu Atau Tiga? Jika talak yang diucapkan sekaligus itu terhitung (tidak sia-sia), maka terhitung berapakah ia? Apakah terhitung satu atau dua. Pemahaman yang berbeda terhadap teksteks syara' yang sama, menjadikan terjadinya perbedaan pendapat diantara para fuqaha. Pendapat pertama menyatakan terhitung tiga talak. Ini adalah pendapat jumhur, termasuk Imam Mazhab yang empat dan Az-Zahiriyah. Pendapat ini merupakan pendapat sebagian besar Sahabat, diantaranya Khulafaurrasyidin selain Abu Bakar ra, Al-'Abadilah yang empat (Ibn 'Umar, Ibn 'Amr, Ibn 'Abbas, dan Ibn Mas'ud), Abu Hurairah ra, dan lainnya, dan juga merupakan pendapat sebagian besar Tabi'ien.24 _________________________________________
20. Abdurrahman Bin Yahya Al-Mu'allimi, Op. Cit. hal. 137 21. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. hal. 6924
22. Ibid

23. Ibid 24. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. hal.6927

Pendapat kedua menyatakan talak tiga sekaligus dengan satu lafaz dihitung satu talak. Pendapat ini didukung oleh Az-Zaidiyah, sebagian Az-Zahiriyah, Ibn Ishak, Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim. Belakangan, pendapat ini diadopsi oleh undang-undang perkawinan di Negara Suriah dan Arab Saudi.25 Dalil Nash Yang menyatakan Terhitung Satu 1. Ayat 229 dari surat Al-Baqarah: "Talak (yang dapat dirujuki) dua kali" sampai ayat 230: "Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain". Artinya bahwa yang disyariatkan adalah membagi talak satu-satu, karena Allah dalam ayat menggunakan kata "marratan (dua kali)", bukannya "thalqatan (dua talak)". Sedangkan menggabungkan tiga talak sekaligus itu tidak disyariatkan, sehingga jika seseorang menjatuhkan talak tiga dalam satu lafaz maka hanya terhitung satu.26 Pendapat ini tertolak dengan argumen: - Bahwa ayat ini hanya menjelaskan tentang talak yang disyariatkan atau yang dibolehkan, dan bukan berbicara tentang terhitung atau tidaknya talak. Karena terhitung atau tidaknya tidak dibicarakan dalam ayat ini maka harus dikembalikan kepada yang membicarakannya. Dalam hal ini adalah sunnah. Dan sunnah menerangkan bahwa talak tiga sekaligus dihitung tiga.27 - Kata "marratan" disini dapat diartikan 'isnatain (dua)' seperti dalam firman-Nya:

(31 :)
"Dan barangsiapa diantara kalian (Istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal shalih, maka akan Kami berikan padanya pahala dua kali lipat"

10

Dari Ibn Thawus dari Bapaknya (Thawus) dari Ibn Abbas, dia berkata, Pada masa Rasulullah SAW, Abu Bakar dan dua tahun pertama masa kekhilafahan Umar talak tiga itu satu. Maka berkatalah Umar bin al-Khaththab, Orang-orang terlalu terburu-buru dalam urusan mereka yang sebenarnya terdapat kelonggaran. Andai kami jalankan apa yang mereka lakukan dengan terburu-buru itu (niscaya dapat mencegah talak tiga) Lalu ia memberlakukan hal itu terhadap mereka.(HR. Muslim:2689 dan Ahmad:2727) _________________________
25. Ibid, hal.6928 26. Ibid, hal.6929
27. Ibid

Penafsiran ini yang dipakai oleh Al-Bukhari dalam memaknai ayat ini sehingga beliau menyebut ayat ini dalam Kitab Shahihnya dibawah bab 'Yang membolehkan talak tiga dengan satu lafaz'.28 2. Hadits Ibn 'Abbas ra:

28. Muhammad Zahid Al-Kautsary, Op. Cit. hal. 38

Hadits ini jelas menunjukkan talak tiga dengan satu lafaz dijadikan satu talak, dan bahwa hal ini tidak dinasakh karena berkesinambungannya keadaan ini pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra dan dua tahun pertama masa kekhalifahan Umar ra. Umar ra memberlakukannya menjadi talak tiga hanya karena maslahat dan politik.29 Pendapat ini dibantah dengan argumen-argumen sebagai berikut: Adanya kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan talak tiga disini adalah pengulangan lafaz talak tiga kali, yang implikasinya adalah makna pengulangan itu bisa untuk ta'kid (penguat) maka terhitung satu, dan bisa untuk pengulangan penjatuhan talak maka terhitung tiga, tergantung niat dari pengucap talak tersebut. Dan masyarakat pada masa Nabi saw dan Abu Bakar ra adalah masyarakat yang jujur, sederhana dan belum terkontaminasi dengan tipu muslihat, sehingga dapat dipercaya bahwa pengulangan itu untuk ta'kid. Pada masa Umar ra keadaan masyarakat berubah, mulai tanpak hal-hal yang tidak diinginkan, dan menyebarnya ucapan talak tiga sekaligus dalam satu lafaz yang tidak dapat menerima pentakwilan, sehingga beliau menetapkan sebagai talak tiga, karena maksud sebagian besar mereka adalah talak tiga. Imam An-Nawawi dalam Syarh Muslim menyatakan bahwa ini adalah sebaik-baik jawaban terhadap hadits ini.30 Telah sampai kepada kita secara mutawatir bahwa Ibn 'Abbas yang meriwayatkan hadits ini berpendapat terhitungnya talak tiga jika talak tiga diucapkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam atsar Ibn 'Abbas yang akan saya kemukakan diakhir tulisan ini. Pendapat Ibn 'Abbas ini diriwayatkan oleh 'Atha', 'Amr bin Dinar, Sa'id bin Jubair, Mujahid dan lainnya. Bahkan oleh Thawus, perawi hadits ini sendiri.

11

Para kritikus hadits menyatakan bahwa hadits yang perawinya sendiri berpendapat bertentangan dengan apa yang diriwayatkannya itu tertolak (tidak dapat dijadikan hujjah), hal ini sebagaimana diterangkan oleh Ibn Rajab dalam Syarh 'Ilal-nya Imam At-Tirmizi dan merupakan mazhab Yahya bin Ma'in, Yahya bin Sa'id AlQattan, Ibn Hambal, dan Ibn Al-Madini, meskipun terdapat sebagian Ahlil 'Ilmu berpendapat bahwa yang dilihat adalah riwayatnya, bukan pendapat perawinya, namun hal ini dipergunakan pada riwayat yang bersifat nash (yang tidak terdapat kemungkinan padanya), bukan pada yang ada kemungkinan seperti hadits ini.31 Disebutkan bahwa hadits ini adalah hadits syadz, karena riwayat Thawus ini menyalahi riwayat-riwayat lainnya. Dan hadits syadz tidak dapat dijadikan hujjah.32 Didalam sanad hadits ini terdapat Abu As-Shahba', yang jika dia adalah maula (anak angkat) Ibn 'Abbas maka dia dhaif, sebagaimana yang dikatakan Imam AnNasa'iy. Dan jika dia adalah Abu As-Shahba' yang lain, maka dia majhul.33 Pemahaman ini akan membawa implikasi bahwa 'Umar lebih mengedepankan ra'yu (pendapat) daripada syara'. Dan hal ini tidak mungkin terjadi dari seorang sahabat sekelas 'Umar.34 _____________________________________
29. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. Hal 6927. 30. Muhammad Khatib Asy-Syarbini, Op. Cit, hal.397 31. Muhammad Zahid Al-Kautsary, Op. Cit, hal.46
32. Ibid

33. Ibid, hal. 47


34. Ibid

Meletakkan sebagian besar sahabat sebagai orang-orang yang tidak mengembalikan

hukum kepada Nabi atas perbedaan pendapat yang terjadi antara mereka, tetapi kepada ra'yu, dan hal ini tidak pantas disandarkan kepada para sahabat kecuali oleh Rafidhah (Syiah).35 Bahwa 'Umar menyalahi syara' demi urusan politik.35 3. Hadits Ibn 'Abbas tentang Rukanah:

Rukanah bin Abdi Yazid Saudara Al-Muththalib menalak isterinya dengan talak tiga dalam satu majlis (sekaligus), maka ia pun menyesalinya dan amat bersedih, maka Rasulullah SAW bertanya kepadanya, Bagaimana kamu mentalaknya?", jawabnya, "aku mentalaknya tiga", Sabda Rasul, "Dalam satu majlis?", jawabnya, "Ya", Sabda Rasul, "Ia hanya (terhitung) satu kali maka rujuklah ia.(HR. Ahmad: 2266) Kehujjahan hadits ini dibantah dengan argument-arguman sebagai berikut: Kemungkinan maksud "tiga dalam satu majlis" adalah pengulangan lafaz talak tiga kali yang bisa bermakna penguatan (ta'kid) atau penggabungan.36 Hal ini diperkuat oleh riwayat yang lebih tsabit, bahwa Rasul mengambil sumpah Rukanah bahwa

12

niatnya adalah talak satu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh As-Syafi'ie, Abu Dawud, At-Tirmizi dan Ibn Majah yang saya kemukakan di akhir tulisan ini. Hadits ini adalah hadits mungkar, sebagaimana disebutkan oleh Al-Jashshash dan Ibn Hammam karena bertentangan dengan riwayat yang lebih tsiqat dan atsbat.37 Dalam riwayat yang lebih tsiqat dan atsbat, digunakan kata "al-battah" (pasti) menggantikan kata "tsalatsan" (tiga). Sehingga Rasul mengambil sumpah Rukanah apa yang dia maksudkan dengan al-battah, apakah talak satu atau dua.37 Imam Bukhari menyebut hadits ini sebagi hadits muththarib (rancu), karena dalam satu riwayat menggunakan kata 'tsalatsan', diriwayat yang lain menggunakan 'albattah', disatu riwayat yang mentalak istrinya adalah Abu Rukanah, dan diriwayat yang lain yang mentalak adalah anaknya, Rukanah.38 Dalil Nash Yang Menyatakan Terhitung Tiga 1. Dalil Al-Quran: " maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)" sampai "dan itu adalah batasan Allah, barang siapa yang melewati batasan Allah sungguh ia telah menzalimi dirinya sendiri" (QS. At-Thalaq: 1). Di ayat ini diterangkan bahwa talak yang disyariatkan adalah talak yang diiringi 'iddah. Dan hal ini ternafikan pada kasus talak tiga sekaligus, namun tetap terhitung, karena jika dianggap tidak terhitung, tentu tidak akan ada 'menzalimi diri sendiri'.39 __________________________________
35. Ibid, hal. 47
36. Ibid.

37. Muhammad Zahid Al-Kautsary, Op. Cit, hal. 51 38. Ibid, hal 53 39. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. Hal. 6931

2.

Dalil Sunnah, diantaranya adalah: Hadits 'Uaimir al-'Ajlani yang mentalak istrinya dengan talak tiga sekaligus setelah proses li'an sebelum ada perintah dari Rasulullah saw. (HR. Bukhari: 4855 dan Muslim: 2741). Dan tidak pernah terdengar adanya pengingkaran dari Rasul saw terhadap talak Uaimir ini.40 Hadits Mahmud bin Labid yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa'iy bahwa Rasulullah saw marah mendengar berita bahwa seorang lelaki mentalak tiga langsung istrinya bukan dalam keadaan li'an. Marahnya Rasulullah saw ini menunjukkan jatuhnya talak tersebut sebagai talak tiga. Pandangan ini ditolak dengan mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits mursal, karena Ibn Labid tidak pernah mendengar langsung hadits Nabi meskipun dia dilahirkan pada masa Rasulullah saw. Namun hal ini dijawab bahwa mursalnya sahabat itu diterima.41 Hadits Rukanah yang diriwayatkan oleh As-Syafi'ie, Abu Dawud, At-Tirmizi dan Ibn Majah:

13

Bahwa Abu Rukanah telah menalak isterinya, Suhaimah dengan pasti (albattah), lalu ia memberitahu Nabi SAW mengenai hal itu, lantas beliau berkata, Demi Allah, kamu tidak menginginkan kecuali hanya satu talak saja.?, jawabnya, "Demi Allah aku tidak menginginkan kecuali hanya satu talak", Maka Rasululullah SAW mengembalikan isterinya kepadanya. Pengambilan dalil dari hadits ini adalah dari segi diambilnya sumpah Rukanah oleh Rasulullah bahwa yang dia maksudkan dengan kata "al-battah" disini adalah satu talak. Ini menunjukkan jika dia memaksudkan talak tiga niscaya akan terhitung tiga.42 3. Dalil Ijma' Telah terjadi ijma' dari ulama salaf tentang terhitungnya talak tiga sekaligus sebagai talak tiga. Yang menceritakan ijmak ini diantaranya Abu Bakar Ar-Razi, AlBaji, Ibn Al-'Arabi, dan Ibn Rajab.43 Didalam Fathul Qadir, Ibn Hammam menyatakan bahwa yang tergolong mujtahid fuqaha' dari kalangan Sahabat (yang Ijma' terjadi diantara mereka-pen), tidak lebih dari dua puluh orang, yaitu para Khulafa Ar-Rasyidin, Al-'Abadilah (Ibn Umar, Ibn Amr, Ibn Abbas dan Ibn Mas'ud), Zaid bin Tsabit, Muadz bin Jabal, Anas bin Malik, Abu Hurairah dan sedikit selain mereka. Dan telah sharih dari sebagian besar mereka tentang terhitungnya talak tiga sekaligus sebagai talak tiga, tanpa ada yang sangkalan
_____________________________________

40. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. Hal. 6932


41. Ibid 42. Ibid, hal. 6933 43. Ibid

4.

dari selain mereka. Dari sini dapat kita katakan bahwa jikalau seorang hakim memutuskan bahwa talak tiga dengan satu lafaz itu talak satu, maka tidak dijalankan keputusannya itu, karena tidak ada ijtihad setelah ijma' sahabat. Dan keputusan itu adalah khilaf (menyalahi kebenaran-pen), bukan ikhtilaf (perbedaan pendapat-pen).44 Dalil Atsar Banyak kita jumpai atsar dari para Sahabat yang menetapkan terhitungnya talak tiga sekaligus sebagai talak tiga. Diantaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Mujahid bahwa Ibnu Abbas menjawab seorang yang menceraikan istrinya dengan talak tiga sekaligus: "Sesungguhnya Allah Berfirman, "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan memberikan jalan keluar"(QS. AtThalaq: 2), dan sungguh kamu tidak takwa kepada Allah, maka kamu tidak akan mendapat jalan keluar (dari masalahmu ini), kamu telah melakukan maksiat terhadap Tuhanmu, dan telah lepas (ba'in) istrimu darimu". Demikian pula atsar dari Ibn Mas'ud, Utsman bin 'Affan, 'Ali bin Abi Thalib dan lainnya.45 5. Dalil Qiyas

14

Bahwa nikah itu adalah hak milik suami. Suami boleh melepaskan miliknya dengan sebagian-sebagian ataupun dengan keseluruhannya, sama seperti semua hak milik.46 Setelah memaparkan dalil-dalil dari kedua pendapat yang berbeda, Dr. Wahbah Az-Zuhaily menyimpulkan bahwa yang rajih dari kedua pendapat adalah pendapat jumhur, yaitu jatuhnya talak tiga jika seseorang mentalak tiga sekaligus istrinya. Namun, menurutnya, jika seorang hakim dalam menjatuhkan keputusan memilih pendapat yang dhaif (lemah), yakni talak tiga dihitung satu, maka pendapat lemah ini menjadi kuat. Dan jika sudah menjadi qanun (undang-undang), maka boleh dijadikan pegangan, untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat, menjaga ikatan perkawinan dan memelihara perkembangan mental anak-anak, khususnya kita berada pada zaman yang sudah tidak memperhatikan kewaraan dan kehati-hatian, dan orangorang yang amat gampangnya mengucapkan bentuk talak ini dengan maksud biasanya untuk mengancam, dan mereka mengetahui pada fiqih ada jalan keluar untuk merujuk istri.47

__________________________________
25. Muhammad Zahid Al-Kautsary, Op. Cit, hal. 34 26. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Op. Cit. Hal. 6933-6934
27. Ibid, hal. 6934 28. Ibid, hal. 6935

BAB III SIMPULAN

Berdasarkan dalil teks/nash talak tiga sekaligus termasuk talak bid'ah. talak bid'ah adalah talak yang tidak sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan syariat. Sebagian teks hadits menghasilkan istimbat dari sebagian ulama bahwa talak bid'ah itu termasuk perbuatan maksiat dan dosa (haram), sedangkan sebagian teks hadits yang lain menelurkan istimbat ulama yang menghasilkan talak bid'ah itu tidak haram bahkan tidak makruh, hanya menyalahi keafdholan dan keutamaan. Secara tekstuil, meskipun talak tiga sekaligus itu termasuk talak yang tidak diizinkan syara' (bid'ah), namun tetap terhitung sebagai talak, dengan kata lain sah talaknya. Namun, berbeda pendapat ulama dalam memahami terhitung berapanya talak dengan cara
15

tersebut. Sebagian besar dari mereka, termasuk Imam Mazhab yang empat, mengatakan terhitung tiga, sedangkan sebagian kecilnya mengatakan terhitung satu.

Lampiran

Fatwa MUI : TALAK TIGA SEKALIGUS

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam rapatnya tanggal 27 Dzulhijjah 1402 H., bertepatan dengan tanggal 24 Oktober 1981 M. setelah : Membaca : Permintaan tertulis dari Direktorat Urusan Agama Islam, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji No. D II/02/4468/1981 tanggal 22 September 1981 tentang masalah Talak Tiga Sekaligus. Menimbang : Pendapat Jumhur Sahabat dan Tabi'in serta Imam Mazhab al-Arba'ah bahwa talak tiga sekaligus jatuh tiga. Ibnu Hazm dari Mazhab Zahiri juga berpendapat demikian. Pendapat Tawus, Mazhab Imaniyah, Ibnu Taimiyah, dan Ahlu az-Zahir, talak tiga sekaligus jatuh satu. Dilihat dari segi dalil, pendapat yang pertama lebih kuat. Di Indonesia sudah berlaku UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dimana putus

16

perkawinan dengan talak dan tata cara talak bagi yang beragama Islam sudah diatur pada Pasal 10 Jo 31 UU tersebut dan Pasal 14/sd 18 PP No. 9/1975. Membaca : UU Perkawinan No. 1/1974 dan PP No.9/1975, jika dilaksanakan dengan baik tidak akan terjadi lagi talak tiga sekaligus di Indonesia. MEMUTUSKAN : Berdasarkan hal-hal yang Indonesia berpendapat :

kami

sebutkan

diatas,

Komisi

Fatwa

Majelis

Ulama

Harus diusahakan dengan sungguh-sungguh supaya kasus talak tiga sekaligus jangan sampai terjadi lagi. Untuk mencapai maksud tersebut diatas ialah dengan melaksanakan UU No. 1/1977 dan PP No. 9/1975. Peranan Pengadilan Agama sangat menetukan bagi tercapainya maksud itu. Kecuali itu, penyuluhan Undang-undang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaannya bagi masyarakat harus dilaksanakan secara sungguh.

Jakarta, 27 Dzulhijah 1402 H. 24 Oktober 1981 M.

Komisi Fatwa MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua, Sekretaris,

ttd. Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML

ttd. H. Musytary Yusuf,LA

17

Anda mungkin juga menyukai