Anda di halaman 1dari 15

Pengantar

Dirimu pernah bermain ke pantai-kah ? Sayang kalau belum. Coba main ke pantai kalau ada
waktu. Sekali2 perlu rekreasi, apalagi tiap hari sumpek dengan kehidupan di kota yang hiruk
pikuk dan bikin sebel. Udaranya sudah panas, asap kendaraan bertebaran di mana-mana,

suara bising lagi bikin kuping juga ikut2an bising

Sambil memandang gulungan gelombang laut yang bergerak perlahan-lahan menuju ke tepi
pantai, hembusan angin sepoi-sepoi bikin tubuh terasa segar. Belum lagi pemandangan sunset
di sore hari… Apalagi sedang berduaan sama pacar kesayangan… wah, asyik sekali. Hidup

serasa milik berdua

Banyak sekali konsep fisika yang bisa dipelajari ketika kita berada di tepi pantai. Salah
satunya adalah hembusan angin laut di siang hari dan angin darat di malam hari. Hembusan
angin laut di siang hari yang cukup panas membuat kita merasa sangat nyaman. Maunya
bikin rumah saja di tepi pantai, biar kalau ada tsunami bisa stress…. hiks2…. Btw, mengapa
selalu ada angin di tepi pantai ya ?

KONVEKSI

Selain berpindah tempat dengan cara konduksi, kalor juga bisa mengungsi dari satu tempat ke
tempat lain dengan cara konveksi. Konveksi tuh proses berpindahnya kalor akibat adanya
perpindahan molekul-molekul suatu benda. Ingat ya, biasanya kalor berpindah dari tempat
yang bersuhu tinggi menuju tempat yang bersuhu rendah. Nah, jika terdapat perbedaan suhu
maka molekul2 yang memiliki suhu yang lebih tinggi mengungsi ke tempat yang bersuhu
rendah. Posisi molekul tersebut digantikan oleh molekul lain yang bersuhu rendah. Jika suhu
molekul ini meningkat, maka ia pun ikut2an mengungsi ke tempat yang bersuhu rendah.
Posisinya digantikan oleh temannya yang bersuhu rendah. Demikian seterusnya…

Perlu diketahui bahwa benda yang dimaksudkan di sini adalah zat cair atau zat gas.
Walaupun merupakan penghantar kalor (konduktor termal) yang buruk, zat cair dan zat gas
bisa memindahkan kalor dengan cepat menggunakan cara konveksi. Contoh zat cair adalah
air, minyak goreng, oli dkk. Contoh zat gas adalah udara…

Untuk membantumu memahami perpindahan kalor dengan cara konveksi, gurumuda


menggunakan contoh saja…

Proses pemanasan air

Tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan. Air yang berada di dalam wadah
dipanaskan dengan nyala api yang berasal dari kompor.
Ketika kita memanaskan air menggunakan kompor, kalor mengalir dari nyala api (suhu lebih
tinggi) menuju dasar wadah (suhu lebih rendah). Karena mendapat tambahan kalor, maka
suhu dasar wadah meningkat. Ingat ya, yang bersentuhan dengan nyala api adalah bagian luar
dasar wadah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari bagian luar dasar
wadah (yang bersentuhan dengan nyala api) menuju bagian dalam dasar wadah (yang
bersentuhan dengan air). Suhu bagian dalam dasar wadah pun meningkat. Karena air yang
berada di permukaan wadah memiliki suhu yang lebih kecil, maka kalor mengalir dari dasar
wadah (suhu lebih tinggi) menuju air (suhu lebih rendah). Perlu diketahui bahwa perpindahan
kalor pada wadah terjadi secara konduksi. Perpindahan kalor dari dasar wadah menuju air
yang berada di permukaannya juga terjadi secara konduksi.

Adanya tambahan kalor membuat air yang menempel dengan dasar wadah mengalami
peningkatan suhu. Akibatnya air tersebut memuai. Ketika memuai, volume air bertambah.
Karena volume air bertambah maka massa jenis air berkurang. Kalau bingung, ingat lagi
persamaan massa jenis alias kerapatan (massa jenis = massa / volume). Massa air yang
memuai tidak berubah, yang berubah hanya volumeya saja. Karena volume air bertambah,
maka massa jenisnya berkurang. Berkurangnya massa jenis air menyebabkan si air bergerak
ke atas (kita bisa mengatakan air tersebut mengapung). Mirip seperti gabus atau kayu kering
yang terapung jika dimasukan ke dalam air. Gabus atau kayu kering bisa terapung karena
massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis air.

Karena bergerak ke atas maka posisi air tadi digantikan oleh temannya yang berada di
sebelah atas. Kali ini temannya yang menempel dengan dasar wadah. Karena terdapat
perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari dasar wadah menuju temannya. Temannya ikut2an
kepanasan juga (suhu meningkat) sehingga massa jenisnya berkurang. Karena massa jenisnya
berkurang maka ia bergerak ke atas. Posisinya digantikan oleh temannya yang berada di
sebelah atas. Demikian seterusnya sampai semua air yang berada dalam wadah mendapat
jatah kalor. Ingat ya, air yang memiliki suhu yang tinggi tidak langsung meluncur tegak lurus
ke atas tetapi berputar seperti yang ditunjukkan pada gambar. Hal ini disebabkan karena
temannya yang berada tepat di atasnya memiliki massa jenis yang lebih besar.
Perpindahan kalor pada proses pemanasan air merupakan salah satu contoh perpindahan kalor
secara konveksi.

Catatan :

Pertama, proses perpindahan kalor dengan cara konveksi hanya terjadi dalam air.
Perpindahan kalor dari dasar wadah menuju air terjadi secara konduksi.

Kedua, seandainya nyala api bersentuhan dengan wadah, maka kalor mengalir dari nyala api
(suhu lebih tinggi) menuju wadah (suhu lebih rendah) dengan cara konduksi. Sebaliknya, jika
nyala api tidak bersentuhan dengan wadah maka kalor mengalir dari nyala api menuju wadah
dengan cara radiasi. Mengenai radiasi akan dibahas kemudian.

Ketiga, Jika nyala api cukup besar maka kalor tidak hanya mengalir dari nyala api menuju
dasar wadah tetapi juga menuju dinding wadah. Perpindahan kalor bisa terjadi dengan cara
konduksi (apabila nyala api bersentuhan dengan dinding wadah) atau perpindahan kalor bisa
terjadi dengan cara radiasi (apabila nyala api tidak bersentuhan dengan dinding wadah).

Keempat, proses pemanasan air menggunakan pemanas listrik juga mirip dengan kasus di
atas. Elemen pemanas memiliki suhu yang lebih tinggi sedangkan air yang berada di
sekitarnya memiliki suhu yang lebih rendah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor
mengalir dari elemen pemanas menuju air yang menempel dengannya. Perpindahan kalor dari
elemen pemanas menuju air terjadi secara konduksi. Sebaliknya, proses perpindahan kalor
dalam air terjadi secara konveksi.

Contoh lain dari perpindahan kalor secara konveksi adalah proses terjadinya angin laut dan
angin darat

Angin laut

Tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan.


Kalor jenis
daratan (zat padat) lebih kecil daripada kalor jenis air laut (zat cair). Akibatnya ketika
dipanaskan oleh cahaya matahari pada siang hari, kenaikan suhu daratan lebih besar daripada
kenaikan suhu air laut. Kalau bingung baca lagi pembahasan gurumuda mengenai kalor, kalor
jenis dan kalor laten. Jadi walaupun mendapat jatah kalor yang sama dari matahari, daratan
lebih cepat panas (suhu lebih tinggi) daripada air laut (suhu air laut lebih rendah).

Daratan yang sudah kepanasan tadi memanaskan udara yang berada tepat di atasnya sehingga
suhu udara pun meningkat. Karena mengalami peningkatan suhu maka udara memuai. Ketika
memuai, volumenya bertambah. Akibatnya massa jenis udara berkurang. Karena massa jenis
udara berkurang, maka udara tersebut bergerak ke atas (1). Posisi udara yang bergerak ke atas
tadi digantikan oleh udara yang berada di atas permukaan laut. Hal ini disebabkan karena
massa jenis udara yang berada di atas permukaan laut lebih besar. Ketika bergerak ke darat,
posisi udara tadi digantikan oleh temannya yang berada tepat di atasnya (2)

Sampai pada ketinggian tertentu, udara panas yang bergerak ke atas mengalami penurunan
suhu. Ingat ya, ketika suhu udara menurun, volume udara juga berkurang. Berkurangnya
volume udara menyebabkan massa jenis udara bertambah. Akibatnya, udara yang sudah
mendingin tadi meluncur ke bawah untuk menggantikan posisi udara yang kabur dari
permukaan laut (3). Proses ini terjadi terus menerus sehingga terbentuk arus konveksi udara
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar di atas. Dirimu menyebutnya dengan julukan
angin laut. Di sebut angin laut karena udara yang berada di atas permukaan air laut
melakukan pengungsian massal menuju darat. Angin laut hanya terjadi pada siang hari…
Kalau malam hari kasusnya sudah berbeda.

Angin darat
Ketika
malam tiba, daratan lebih cepat dingin daripada air laut. Dengan kata lain, pada malam hari,
suhu daratan lebih rendah daripada suhu air laut. Hal ini disebabkan karena kalor jenis
daratan (zat padat) lebih kecil daripada kalor jenis air laut (zat cair). Walaupun jumlah kalor
yang dilepaskan oleh daratan dan air laut sama, tetapi karena kalor jenis daratan lebih kecil
daripada kalor jenis air laut, maka penurunan suhu yang dialami oleh daratan lebih besar
daripada air laut. Ingat saja rumus Q = (m)(c)(deltaT). Jika bingung berlanjut silahkan
pelajari kembali pokok bahasan kalor, kalor jenis dan kalor laten.

Air laut yang memiliki suhu lebih tinggi menghangatkan udara yang berada di atasnya.
Akibatnya suhu udara yang berada di atas permukaan laut meningkat. Peningkatan suhu
udara menyebabkan massa jenis udara berkurang sehingga udara bergerak ke atas (1)

Daratan yang memiliki suhu lebih rendah mendinginkan udara yang berada di atasnya.
Akibatnya suhu udara yang berada di atas daratan menurun. Penurunan suhu udara
menyebabkan massa jenis udara bertambah. Udara yang berada di atas daratan segera
meluncur ke laut (2)

Sampai pada ketinggian tertentu, udara yang bergerak ke atas mendingin (suhunya menurun).
Penurunan suhu menyebabkan massa jenis udara bertambah. Si udara pun meluncur ke
bawah, menggantikan posisi udara yang meluncur ke laut tadi (3). Proses ini terjadi terus
menerus sehingga terbentuk arus konveksi udara sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar
di atas. Dirimu menyebutnya dengan julukan angin darat. Di sebut angin darat karena udara
yang berada di daratan melakukan pengungsian massal menuju laut. Angin darat hanya
terjadi pada malam hari…..

Catatan :

Pertama, meningkatnya suhu daratan dan lautan yang terjadi pada siang hari merupakan
korban dari perpindahan kalor secara radiasi (Daratan dan air laut mendapat sumbangan kalor
dari matahari). Mengenai radiasi akan dibahas kemudian.
Kedua, perpindahan kalor dari daratan atau air laut menuju udara yang berada di atasnya
terjadi secara konduksi. Perpindahan kalor secara konveksi hanya terjadi pada udara saja.

Ketiga, angin adalah udara yang bergerak. Berdasarkan kasus angin darat dan angin laut di
atas, kita bisa menyimpulkan bahwa terjadinya angin disebabkan karena adanya perbedaan

suhu udara. Jadi angin sebenarnya merupakan korban dari proses perpindahan kalor
secara konveksi. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika perbedaan suhu udara sangat tinggi ?
Badai pun datang melanda, membuat atap rumah ikut2an kabur bersama angin.

Cerobong Asap

Pernah lihat cerobong asap ? yang tinggal di kota pasti pernah lihat cerobong asap pabrik…
mengapa asap bisa bergerak naik melalui cerobong ? emang dari sono-nya dah begitu kok…

yee… anak SD juga bisa jawab kayak gini Asap hasil pembakaran memiliki suhu
tinggi. Karena suhunya tinggi, maka asap tersebut memuai. Ketika memuai, volume asap
bertambah (massa asap tidak berubah, yang berubah hanya volumenya saja). Bertambahnya
volume asap membuat massa jenisnya berkurang. Akibatnya si asap pun meluncur ke atas….

Mengapa asap hasil pembakaran cenderung bergerak ke atas ?

Kasusnya mirip dengan asap pabrik yang meluncur melalui cerobong asap…

Contoh yang lain dipikirkan sendiri ya… Jalan ceritanya sama saja seperti yang telah
gurumuda jelaskan panjang lebar di atas. Btw, contoh yang telah gurumuda ulas di atas
merupakan proses perpindahan kalor dengan cara konveksi yang terjadi secara alami. Ada
juga konveksi yang dipaksakan. mmm… apa ya… Oya, kalau punya persoalan berkaitan
dengan perpindahan kalor secara konveksi, baik yang terjadi secara alami maupun
dipaksakan, silahkan masukan melalui kolom komentar. Nanti baru gurumuda bahas…. Dah

ngantuk, pingin tidur

Apa sih yang dimaksud dengan perpindahan Kalor ??


Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa yang namanya Kalor itu adalah berupa suatu
energi. Dimana berdasar hukum kekekalan energi, energi dapat berpindah dari suatu tempat
ke tempat lain dan dapat pula berubah bentuk, dari bentuk energi satu ke energi lain

Sekarang kita bahas tentang energi kalor atau energi panas.


Perpindahan Kalor adalah suatu proses perpindahan energi panas pada suatu zat atau dari satu
zat ke zat lain.
Kalor dapat berpindah dapat melalui suatu zat perantara maupun tanpa zat perantara, zat
perantara yang dapat menghantarkan kalor disebut dengan konduktor, sedangkan yang tidak
dapat menghantarkan panas disebut dengan isolator.

Perpindahan kalor dapat melalui tiga cara :

1. Konduksi.
2. Konveksi.
3. Radiasi
Sekarang mari kita lihat penjelasan dari ketiga cara tersebut.

1. Konduksi : Merupakan perpindahan kalor yang tejadi dimana energi kalornya berpindah
sedangkan zat perantaranya tidak bergerak.

sebagai contoh :

Andi | Budi | Bagas | Rahmat |

Andi ingin memberikan buku kepada Rahmat, tetapi dia tidak boleh berdiri dari tempat
duduk, sehingga Andi harus mengoper2 bukunya melalui Budi, lalu Budi mengopernya ke
Bagas, baru kemudian Bagas memberikannya kepada Rahmat.

Coba perhatikan !! Buku tetap sampai ke Rahmat tanpa si Andi perlu untuk beranjak dari
tempat duduknya. Hal ini yang dimaksud dengan perpindahan kalor secara Konduksi. Kalor
berpindah tanpa zat penghantarnya bergerak.

Perpindahan kalor dengan cara konduksi biasa terjadi pada jenis zat penghantar yang
berbentuk padat, seperti besi. Coba saja panaskan sebuah batang besi lalu kamu memegang
ujung yang lain, pasti lama kelamaan ujung besi yang kamu pegang juga ikutan terasa panas,
hal ini dikarenakan panas merambat pada besi tersebut, sehingga kemudian seluruh batang
besi tersebut menjadi panas.

Kohesi dan Adhesi

air di daun talas

Pada artikel sebelumnya yang berjudul Wujud Zat (States of Matter) kita sudah membahas
mengenai sifat sifat partikel suatu zat. Dimana salah satu sifatnya adalah adanya gaya tarik
menarik antar partikel. Terdapat dua macam gaya tarik menarik antar partikel, yaitu kohesi
dan adhesi.

Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang sejenis. Kohesi dipengaruhi
oleh kerapatan dan jarak antarpartikel dalam zat. Dengan demikian, kamu pasti tahu bahwa
gaya kohesi zat padat lebih besar dibandingkan dengan zat cair dan gas (hayo…coba ingat
kembali susunan partikel pada zat padat, cair, dan gas pada artikel sebelumnya). Gaya kohesi
mengakibatkan dua zat bila dicampurkan tidak akan saling melekat. Contoh peristiwa kohesi
adalah : Tidak bercampurnya air dengan minyak, tidak melekatnya air raksa pada dinding
pipa kapiler, dan air pada daun talas.

Adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang tidak sejenis. Gaya adhesi
akan mengakibatkan dua zat akan saling melekat bila dicampurkan. Contohnya :
Bercampurnya air dengan teh/kopi, melekatnya air pada dinding pipa kapiler, melekatnya
tinta pada kertas, dll. (Coba kalian cari tahu contoh yang lainnya dalam kehidupan sehari
hari)

Ada 3 kondisi yg mungkin terjadi jika kita mencampurkan 2 macam zat

1.
1. Jika gaya kohesi antar partikel zat yang berbeda lebih besar daripada gaya
adhesinya, kedua zat tidak akan bercampur. Contohnya, minyak kelapa
dicampur dengan air.
2. Jika gaya adhesi antar partikel zat yang berbeda sama besar dengan gaya
kohesinya, kedua zat akan bercampur merata. Contohnya, air dicampur dengan
alkohol.
3. Jika gaya adhesi antar partikel zat yang berbeda lebih besar daripada gaya
kohesinya, kedua zat akan saling menempel. Contohnya, air yang menempel
pada kaca.

Akibat adanya kohesi dan adhesi, terjadi beberapa peristiwa menarik dalam fisika. Berikut ini beberapa
di antaranya :

1. Meniskus Cembung dan Meniskus Cekung : Meniskus adalah peristiwa mencekung atau
mencembungnya permukaan zat cair. Berdasarkan bentuk permukaan zat cair, meniskus
dibedakan menjadi dua, yaitu meniskus cembung dan meniskus cekung. Meniskus cembung
terjadi jika kohesi lebih besar daripada adhesi (kohesi > adhesi). Sedangkan meniskus cekung
terjadi jika adhesi lebih besar daripada kohesi (adhesi > kohesi).

2. Kapilaritas : Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya zat cair di dalam pipa kapiler
(pipa yang diameternya sangat kecil). Contoh peristiwa kapilaritas antara lain naiknya
minyak tanah pada sumbu kompor, naiknya air dari akar ke daun pada tumbuhan melalui
pembuluh xylem, Basahnya dinding dalam rumah ketika dinding luar basah terkena air, dll
(Ayo cari tahu contoh contoh lainnya dalam kehidupan sehari hari).  Permukaan zat cair
(contohnya air dan raksa) pada bejana berhubungan yang memiliki pipa kapiler dapat dilihat
pada gambar di bawah ini,

Sedangkan pada bejana berhubungan yang tidak memiliki pipa kapiler bila diisi dengan zat
cair sejenis dan dalam keadaan diam, maka tinggi permukaan zat cair pada setiap bejana
adalah sama. Keadaan itu disebut dengan “asas bejana berhubungan”.

3. Tegangan Permukaan : Tegangan permukaan merupakan kecenderungan zat cair untuk


menegang sehingga pada permukaan zat cair seolah olah terdapat selaput atau lapisan yang
tegang , sehingga dapat menahan benda. Hal ini terjadi karena adanya gaya tarik menarik
antara partikel zat cair (kohesi). Beberapa contoh peristiwa tegangan permukaan diantaranya
yaitu serangga air dapat berjalan di atas permukaan air, tetesan air pada permukaan daun talas
berbentuk seperti bola, tetesan embun yang menempel di atas rumput berbentuk seperti bola,
silet dapat mengambang dipermukaan air (hmm….. yang satu ini perlu dipraktekkan, ayo
siapa mau mencoba membuktikan?).

Kelas VII | Pemuaian Zat


Materi Kelas VII 7 comments

Kereta api merupakan alat transportasi darat yang relatif aman dan nyaman serta dapat mengangkut
penumpang dalam jumlah yang banyak. Kereta berjalan di atas rel. Pada sambungan rel kereta api
terdapat sebuah celah, Mengapa harus ada celah? Celah tersebut pada malam hari lebar, sedangkan
siang hari menjadi sempit karena terkena sinar matahari.

Sebagian besar zat akan memuai bila dipanaskan dan menyusut ketika didinginkan. Bila suatu zat
dipanaskan (suhunya dinaikkan) maka molekul-molekulnya akan bergetar lebih cepat dan amplitudo
getaran akan bertambah besar, akibatnya jarak antara molekul benda menjadi lebih besar dan
terjadilah pemuaian. Pemuaian adalah bertambahnya ukuran benda akibat kenaikan suhu zat
tersebut. Pemuaian dapat terjadi pada zat padat, cair, dan gas.

Pemuaian Zat Padat


Coba kamu amati bingkai kaca jendela di ruang kelasmu! Adakah bingkai jendela yang melengkung?
Tahukah kamu apa sebabnya? Bingkai jendela tersebut melengkung tidak lain karena mengalami
pemuaian. Pemuaian yang terjadi pada benda, sebenarnya terjadi pada seluruh bagian benda
tersebut. Namun demikian, untuk mempermudah pemahaman maka pemuaian dibedakan tiga
macam, yaitu pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.

1. Pemuaian Panjang
Pernahkah kamu mengamati kabel jaringan listrik pada pagi hari dan siang hari? Kabel jaringan akan
tampak kencang pada pagi hari dan tampak kendor pada siang hari. Kabel tersebut mengalami
pemuaian panjang akibat terkena panas sinar matahari. Alat yang digunakan untuk menyelidiki
pemuaian panjang berbagai jenis zat padat adalah musschenbroek. Pemuaian panjang suatu benda
dipengaruhi oleh panjang mula-mula benda, besar kenaikan suhu, dan tergantung dari jenis benda.

Alat Musschenbroek

Besarnya panjang logam setelah


dipanaskan adalah sebesar

Besarnya panjang zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat
sepanjang 1 m disebut koefisien muai panjang (α). Hubungan antara panjang benda, suhu, dan
koefisien muai panjang dinyatakan dengan persamaan

Keterangan:
L = Panjang akhir (m)
L0 = Panjang mula-mula (m)
ΔL = Pertambahan panjang (m)
α = Koefisien muai panjang (/ºC)
Δt = kenaikan suhu (ºC)

Beberapa Koefisien Muai Panjang Benda


2. Pemuaian Luas
Jika yang dipanaskan adalah suatu lempeng atau plat tipis maka plat tersebut akan mengalami
pemuaian pada panjang dan lebarnya. Dengan demikian lempeng akan mengalami pemuaian luas
atau pemuaian bidang. Pertambahan luas zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat seluas 1 m^2
disebut koefisien muai luas (β). Hubungan antara luas benda, pertambahan luas suhu, dan koefisien
muai luas suatu zat adalah

Keterangan:
A = Luas akhir (m2)
Δ0 = Pertambahan luas (m2)
A0 = Luas mula-mula (m2)
β = Koefisien muai luas zat (/º C)
Δt = Kenaikan suhu (ºC)

Besarnya β dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.

3. Pemuaian Volume
Jika suatu balok mula-mula memiliki panjang P0, lebar L0, dan tinggi h0 dipanaskan hingga suhunya
bertambah Δt, maka berdasarkan pada pemikiran muai panjang dan luas diperoleh harga volume
balok tersebut sebesar

dimana
Keterangan:
V = Volume akhir (m^3)
V0 = Volume mula-mula (m^3)
ΔV = Pertambahan volume (m^3)
γ = Koefisien muai volume (/ºC)
Δt = Kenaikan suhu (ºC)

Pemuaian Zat Cair


Pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi hanya dikenal muai ruang
atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan pada zat cair itu maka semakin besar
muai volumenya. Pemuaian zat cair untuk masing-masing jenis zat cair berbeda-beda, akibatnya
walaupun mula-mula volume zat cair sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-
beda. Pemuaian volume zat cair terkait dengan pemuaian tekanan karena peningkatan suhu. Titik
pertemuan antara wujud cair, padat dan gas disebut titik tripel.

Anomali Air
Khusus untuk air, pada kenaikan suhu dari 0º C sampai 4º C volumenya tidak bertambah, akan tetapi
justru menyusut. Pengecualian ini disebut dengan anomali air. Oleh karena itu, pada suhu 4ºC air
mempunyai volume terendah. Hubungan volume dengan suhu pada air dapat digambarkan pada
grafik berikut.
Pada suhu 4ºC, air menempati posisi terkecil
sehingga pada suhu itu air memiliki massa jenis terbesar. Jadi air bila suhunya dinaikkan dari 0ºC –
4ºC akan menyusut, dan bila suhunya dinaikkan dari 4ºC ke atas akan memuai. Biasanya pada setiap
benda bila suhunya bertambah pasti mengalami pemuaian. Peristiwa yang terjadi pada air itu
disebut anomali air. Hal yang sama juga terjadi pada bismuth dengan suhu yang berbeda. Lakukan
kegiatan berikut untuk menyelidiki kecepatan pemuaian pada berbagai macam zat cair.

Pemuaian pada Gas


Mungkin kamu pernah menyaksikan mobil atau motor yang sedang melaju di jalan tiba-tiba bannya
meletus?. Ban mobil tersebut meletus karena terjadi pemuaian udara atau gas di dalam ban.
Pemuaian tersebut terjadi karena adanya kenaikan suhu udara di ban mobil akibat gesekan roda
dengan aspal.

Pemuaian pada gas adalah pemuaian volume yang dirumuskan sebagai

γ adalah koefisien muai volume. Nilai γ sama untuk semua gas,


yaitu 1/273 ºC^-1

Pemuaian gas dibedakan tiga macam, yaitu:


a. pemuaian gas pada suhu tetap (isotermal),
b. pemuaian gas pada tekanan tetap (isobar), dan
c. pemuaian gas pada volume tetap (isokhorik).

1. Pemuaian Gas pada Suhu Tetap (Isotermal)


Pernahkah kalian memompa ban dengan pompa manual. Apa yang kalian rasakan ketika baru
pertama kali menekan pompa tersebut? Apa yang kalian rasakan ketika kalian menekannya lebih
jauh? Awalnya mungkin terasa ringan. Namun, lama kelamaan menjadi berat. Hal ini karena ketika
kita menekan pompa, itu berarti volume gas tersebut mengecil. Pemuaian gas pada suhu tetap
berlaku hukum Boyle, yaitu gas di dalam ruang tertutup yang suhunya dijaga tetap, maka hasil kali
tekanan dan volume gas adalah tetap. Dirumuskan sebagai:
Keterangan:
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (L)

2. Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap (Isobar)


Pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku hukum Gay Lussac, yaitu gas di dalam ruang tertutup
dengan tekanan dijaga tetap, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Dalam bentuk
persamaan dapat dituliskan sebagai:

Keterangan:
V = volume (L)
T = suhu (K)

3. Pemuaian Gas Pada Volume Tetap (Isokhorik)


Pemuaian gas pada volume tetap berlaku hukum Boyle-Gay Lussac, yaitu jika volume gas di dalam
ruang tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Hukum Boyle-Gay
Lussac dirumuskan sebagai

Dengan menggabungkan hukum boyle dan hukum Gay Lussac diperoleh


persamaan

Keterangan:
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
T = suhu (K)

Latihan Yuk!!

1. Batang logam panjangnya 300 cm dipanaskan dari 25ºC hingga 225ºC mengalami
pertambahan panjang sebesar 0,6 cm. Berapa pertambahan batang logam yang sama
dengan panjang 200 cm dan dipanaskan dari 20ºC hingga suhu 320ºC
2. Sekeping aluminium panjangnya 40 cm dan lebarnya 30 cm dipanaskan dari 40ºC sampai
140ºC. Jika koefisien muai panjang aluminium adalah 2,5 x 10^-5 /º C, berapakah luas keping
aluminium setelah dipanaskan?
3. Besi berbentuk kubus pada suhu 20ºC memiliki panjang rusuk 10 cm. Kubus tersebut
dipanaskan hingga suhu 220ºC. Berapa volume kubus pada suhu 220ºC jika koefisien muai
panjang besi 1,2 x 10^5/ºC?
4. Jelaskan pengertian anomali air!
5. Apa yang dimaksud dengan titik tripel dan titik kritis?
6. Sebutkan tiga contoh pemanfaatan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan sehari-hari!
7. Suatu gas suhunya 27ºC dipanaskan pada tekanan tetap. Berapa suhu gas tersebut saat
volume gas menjadi 3 kali volume semula?
8. Gas di dalam ruang tertutup pada suhu 27ºC dan tekanan 2 atm memiliki volume 2,4 L.
Berapa volume gas tersebut pada suhu 227ºC dan tekanan 3 atm?
9. Sejumlah gas dengan volume 4 L pada tekanan 1,5 atm dan suhunya 27ºC. Kemudian gas
tersebut dipanaskan hingga suhunya 47ºC dan volumenya 3,2 L. Berapakah tekanan gas
setelah dipanaskan?

Anda mungkin juga menyukai