Anda di halaman 1dari 1

“Wisata Bencana”, Bukti Pudarnya Rasa Kemanusiaan

Dewasa ini tidak terasa aneh mendengar kata wisata bencana. Ya, sesuai namanya
wisata ini memang mengambil obyek di lokasi bencana. Lokasi bencana telah berubah
bentuk sedemikian rupa menjadi tempat hiburan yang instan dan mengasikkan bagi kaum
penikmatnya. Namun, sebenarnya patutkah kita menggabungkan kata wisata dan bencana
menjadi kata majemuk baru “wisata bencana”? Lalu, pantaskah kita melakukan wisata
bencana?
Kata wisata berarti hal mencari kesenangan, mencari kegembiraan, sedangkan
bencana berarti hal kesedihan dan kehancuran. Apabila melihat dari arti dua kata tersebut,
tentulah sangat bertentangan maksudnya. Apa gunanya seseorang datang ke tempat suatu
bencana kalau yang dilakukan hanya foto-foto, hanya ingin mengabadikan momen yang
dianggapnya langka, ataupun hanya sekedar ingin menonton aktifitas para korban bencana
tanpa melakukan hal yang bertujuan membantu mereka? Tentu saja hal ini hanya akan
menambah beban penderitaan para korban bencana. Para korban yang sedang dilanda
kesedihahan akibat bencana harus menerima kesedihan untuk kedua kalinya karena ulah
para wisatawan bencana yang telah hilang rasa kemanuasiaanya. Selain itu wisata bencana
juga hanya akan mempersulit proses penangan bencana seperti evakuasi dan penyaluran
bantuan bencana bagi para korban. Seperti diungkapkan situs berita nasional (okezone.com
edisi 4/11/10) sebanyak 400 relawan bencana tsunami Mentawai terpaksa dipulangkan
karena kontribusi mereka yang hampir tidak ada. Mereka lebih tertarik untuk berfoto dan
jalan-jalan di lokasi bencana tsunami dibandingkan membantu penanganan para korban.
Akibatnya pun sangat fatal yakni penyaluran bantuan pangan tidak terlaksana yang akhirnya
memaksa korban tsunami sendiri yang melakukan penyaluran bantuan tersebut dibantu
anggota TNI.
Jadi, pantaskah seseorang mencari kesenangan diatas penderitaan orang orang lain?
Dimana naluri kemanusiannya jika seseorang berwisata di depan mayat-mayat yang
bergelimpangan, di depan bangunan yang runtuh, ataupun di barak pengungsian? Ataukah
para penikmat wisata bencana itu telah pudar rasa kemanusiaan dan rasa kepeduliannya
terhadap sesama? Pertanyaan itulah yang harus dijawab dan disadari terlebih dahulu oleh
semua orang yang mempunyai niat mendatangi lokasi bencana hanya untuk berwisata
bencana.

Anda mungkin juga menyukai