Anda di halaman 1dari 5

DADAN ISKANDAR [D221 09 304]

7 TOOLS
(TUJUH ALAT)

7 QC tools atau alat bantu dalam Quality Control sudah mulai dikenal dalam lingkup
masyarakat mutu, hal ini tidak dapat dipungkiri karena memang alat-alat bantu ini
berkembang penggunaannya didalam proses kegiatan peningkatan mutu atau pemecahan
masalah yang biasa dilakukan dalam konteks QC Circle atau Quality Improvement Team.
The 7 QC tools adalah alat-alat bantu yang bermanfaat untuk memetakan lingkup persoalan,
menyusun data dalam diagram-diagram agar lebih mudah untuk dipahami, menelusuri
berbagai kemungkinan penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang
otentik dalam suatu persoalan
Jenis-jenis alat bantu yang tergabung dalam ”The 7 QC Tools” dan cara penggunaannya,
adalah sebagai berikut :

1.Checksheet
Alat bantu ini sangat tepat digunakan sebagai alat PENGUMPUL DATA, tetapi tidak cukup
memenuhi syarat bila digunakan untuk menganalisa data, karena semua data yang
dikumpulkan adalah data fenomena/fakta yang sedang terjadi (berlangsung). Itulah sebabnya
dikatakan bahwa Checksheet adalah alat bantu yang digunakan pada saat suatu
proses/kegiatan berlangsung

2.Pareto Diagram
Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia, bernama
”Vilvredo Pareto”, pada tahun 1897 dan kemudian digunakan oleh Dr. M. Juran dalam
bidang pengendalian mutu. Alat bantu ini biasa digunakan untuk menganalisa suatu
fenomena, agar dapat diketahui hal-hal yang prioritas dari fenomena tersebut. Maka istilah
PARETO biasanya identik dengan PRIORITY. Pada suatu diagram Pareto akan dapat
diketahui, suatu faktor merupakan faktor. Yang paling prioritas dibandingkan faktor-faktor
(minimal 4 faktor) lainnya, karena faktor tersebut berada pada urutan terdepan, terbanyak
atau pun tertinggi. pada deretan sejumlah faktor yang dianalisa. Melalui dua diagram Pareto
yang diperbandingkan, akan dapat dilihat perubahan seluruh/sebagian faktor-faktor yang
sedang diteliti, pada kondisi yang berbeda. Diagram Pareto juga biasa digunakan untuk dapat
menentukan”pangkal persoalan”, berdasarkan analisa yang massif, dengan
mempertimbangkan beberapa sudut pandang. Misalnya : Ada 4 persoalan yang dihadapi,
yaitu A, B, C, D. Bila ditinjau dari frekuensi kejadian, ternyata persoalan C yang paling
sering terjadi, tetapi bila ditinjau dari akibatnya secara finansial, ternyata persoalan A yang
paling merugikan bila tidak segera diatasi, tetapi bila dilihat dari segi enerji yang terbuang,
mungkin malah persoalan B yang paling menonjol. Berdasarkan tinjauan-tinjauan inilah,
kemudian dapat disimpulkan, manakah dari ke-empat faktor itu, yang akan menjadi prioritas
persoalan untuk ditindaklanjuti.

3.Histogram
Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang
Digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan
menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi. Atau penyebaran
datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila penyebaran
data semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi
pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada kiri
dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena mendekati
spect yang telah ditetapkan. Agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang

Industrial Engineering Dept. Hasanuddin University 1


DADAN ISKANDAR [D221 09 304]

kondisi hasil produksi, perlu dilakukan pengolahan data yang akurat terlebih dulu, dimulai
dari pengumpulan data, tidak kurang dari 50 sampel, yaitu jumlah yang danggap dapatt
memenuhi populasi yang akan diamati. Pengolahan data pada Histogram menjadi sangat
penting, terutama dalam menentu-kan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak
kelas-kelas data yang akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta. Secara umum,
histogram biasa digunakan untuk memantau pengembangan produk baru, penggunaan alat
atau teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi pengendalian proses, hasil
penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya

4.Scatter Diagram
Alat bantu ini sangat berguna untuk mendeteksi korelasi (hubungan) antara dua variable
(faktor), sekaligus juga memperlihatkan tingkat hubungan tersebut (kuat atau lemah). Pada
pemanfaatannya, scatter diagram membutuhkan data berpasangan sebagai bahan baku
analisisnya, yaitu sekumpulan nilai x sebagai faktor yang independen berpasangan dengan
sekumpulan nilai y sebagai faktor dependen. Artinya, bahwa setiap nilai x yang didapatkan
member dampak pada nilai y..
Melalui penggambaran data tersebut dalam scatter diagram, akan dapat dilakukan analisa
lebih lanjut, sejauh mana antara faktor x dan y memiliki korelasi, yang dalam hal ini
direpresentasikan sebagai nilai r (rho), yaitu nilai yang menunjukkan tingkat keeratan
hubungan antar faktor tersebut. Dikatakan kedua faktor itu berhubungan sangat erat bila nilai
rho mendekati angka + 1. Disamping itu, juga akan dapat disimpulkan kecenderungan arah
korelasi tersebut (positif atau negatif). Korelasi memiliki kecenderungan positif bila setiap
pertambahan faktor x menyebab-kan pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif
bila setiap pertambahan menyebabkan pengurangan faktor y.

5.Control Chart
Ini adalah sebuah alat bantu berupa grafik yang akan menggambarkan stabilitas. Suatu proses
kerja. Melalui gambaran tersebut akan dapat dideteksi apakah proses tersebut berjalan baik
(stabil) atau tidak. Alat bantu ini pertama kali diperkenalkan oleh W.A. Shewhart di
Laboratorium. Bell Telephone. Karakteristik pokok pada alat bantu ini adalah adanya
sepasang batas kendali (Upper dan Lower Limit), sehingga dari data yang dikumpulkan akan
dapat terdeteksi kecenderungan kondisi proses yang sesungguhnya. Pada dasarnya alat bantu
ini adalah berupa rekaman data suatu proses yang sudah berjalan. Bila data yang terkumpul
sebagian besar berada dalam batas pengendalian, maka dapat disimpulkan bahwa proses
berjalan dalam kondisi stabil. Tetapi sebaliknya, bila sebagian besar data menunjukkan
deviasi di luar batas kendali, maka bisa dikatakan proses berjalan tidak normal, yang bisa
berdampak pada penurunan Mutu produk. Mutu produk yang diciptakan melalui suatu proses
panjang, sesungguhnya tidak pernah bisa terlepas dari variasi, yang dalam hal ini bisa
dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu : (1) ”Chance Cause”, yaitu variasi yang timbul secara
tidak terduga dan sukar dikendalikan, dan (2) ”Assignable Cause”, yaitu variasi yang bisa
diperkirakan penyebabnya dan memungkinkan untuk dilakukan pencegahan. Control Chart
sangat bermanfaat untuk memonitor proses operasional atau produksi agar bila terjadi suatu
penyimpangan dapat segera ditindaklanjuti. Menggunakan alat bantu ini secara kontinyu,
akan bisa mencegah persoalan mutu yang berlarut-larut dan cacat produk yang berlebihan.

6. Graphs (Block diagram, Pie Chart, Sun Chart etc.)


Grafik biasa digunakan sebagai alat bantu untuk menerangkan suatu kondisi,
menggambarkan trend, memprediksi situasi secara lebih jelas, melalui sejumlah data yang
digambarkan, baik dalam bentuk balok (block), lingkaran (Pie Chart), garis (Line chart) dan
lain sebagainya. Penggambaran grafik yang tepat akan memberikan kemudahan dalam

Industrial Engineering Dept. Hasanuddin University 2


DADAN ISKANDAR [D221 09 304]

membaca data yang ditampilkan, sehingga memungkinkan untuk penelitian atau analisa
lebih lanjut. 

7. Ishikawa Diagram 
Ini adalah satu-satunya alat bantu yang menggunakan data verbal nonnuerical atau data
kualitatif dalam penyajiannya. Alat bantu ini menggambarkan tentang suatu kondisi
”penyimpangan mutu” yang dipengaruhi oleh bermacam-macam penyebab yang saling
berhubungan. Berbeda dengan alat-alat bantu lainnya, karena penggunaannya akan lebih
efektif bila dilakukan dalam kelompok. Sehingga alat bantu ini seringkali identik dengan
kegiatan kelompok. Di samping itu, manfaat optimum diperoleh bila Ishikawa. Diagram
mampu menampilkan akar-akar penyebab yang sesungguhnya dari suatu penyimpangan
(ketidakbermutuan).
5R
(RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT, RAJIN)

5R dikenal sebagai salah satu budaya kerja dari negara Jepang yang sudah melegenda. 5R
berasal dari 5 kata dalam bahasa Jepang, yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke.
Kelima kata itu kemudian diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di dunia untuk diadposi
cara kerjanya dan digunakan sebagai salah satu budaya kerja di banyak perusahaan besar di
dunia. Dalam bahasa Indonesia, 5S itu diterjemahkan sebagai 5R, Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, dan Rajin. Banyak perusahaan sudah mengadopsi budaya kerja 5R ini. Secara tidak
disadari, 5R akan membentuk suatu budaya kerja yang sangat bermanfaat. Bahkan 5R
mampu digunakan sabagai salah satu tools untuk meningkatkan laba perusahaan.
Bagaimanakah 5R tersebut dapat bekerja sebagai salah satu tools peningkatan laba
perusahaan? Mari kita lihat.
Seperti yang telah disebutkan diatas, 5R terdiri dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.
Kelima kata tersebut merupakan suatu rangkain urutan dalam membangun budaya kerja.
Ringkas
Ringkas merupakan prinsip dasar 5R yang pertama. Prinsip kerja ini merupakan prinsip kerja
pemilahan barang. Sering kali kita jumpai suatu lingkungan kerja dengan kondisi barang
yang tidak tertata rapi dan terkesan semrawut. Dalam fase pertama ini, kita harus memilah
antara barang yang masih digunakan, dan yang tidak. Antara barang yang reject dan yang
siap pakai. Barang-barang tersebut harus dipilah sesuai dengan tempatnya masing-masing
agar suasana kerja menjadi lebih ringkas. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
me-Ringkas adalah sebagai berikut:
1. Frekuensi penggunaan barang (jarang, sering, selalu)
2. Fungsi kerja barang (rusak, perlu perbaikan, bagus)
Dengan melakukan fase yang pertama ini, kita akan mendapatkan keuntungan antara lain:
1. Area kerja menjadi lebih luas, dan banyak space yang bisa dimanfaatkan. Apabila kita
menggunakan space sewa, kita dapat mengurangi biaya sewa tersebut
2. Mencegah dis-fungsional dari barang yang ada. Yang seharusnya sudah rusak, dapat
diketahui, dan tidak akan digunakan atau dikirim
3. Mengurangi jumlah penggunaan media penyimpanan dan material handling tools.
Misalnya barang yang tadinya letaknya berjauhan, karena sudah diringkas menjadi
lebih dekat dan mengurangi jarak tempuh. Hal ini akan menghemat biaya transport.
Demikian juga dengan penggunakan media storage seperti pallet. Pallet akan lebih
efisien digunakan setelah prinsip kerja Ringkas dilakukan.
Rapi
Rapi merupakan fase kedua dalam prinsip kerja 5R. Fase ini merupakan kelanjutan dari fase
yang pertama. Setelah barang-barang diringkas, selanjutnya barang tersebut dirapikan sesuai

Industrial Engineering Dept. Hasanuddin University 3


DADAN ISKANDAR [D221 09 304]

dengan tempat penyimpanan dan juga standar penyimpanannya. Proses me-Rapi-kan ini
dapat dikerjakan sesuai dengan metode penyimpanan yang dilakukan. Misal barang disimpan
berdasarkan jenis materialnya, maka barang-barang tersebut juga harus dirapikan sesuai
dengan jenis materialnya. Yang akan diperoleh jika prinsip yang kedua ini berjalan adalah:
1. Mempermudah pencarian barang karena barang-barang sudah terletak pada tempatnya
2. Mempermudah stock counting karena barang-barang sudah dirapikan sesuai dengan
standar penyimpanan
3. Kondisi kerja akan terlihat jauh lebih rapi dan sedap dipandang mata
Resik
Resik adalah R yang ketiga yang juga kelanjutan dari 2R sebelumnya. Sesuai dengan
namanya, Resik berarti membersihkan. Baik barang maupun lingkungan. Contoh keadaan
yang disebut sebagai Resik antara lain:
1. Tidak ada jaring laba-laba di ruangan kerja
2. Tidak ada coretan tidak perlu di pintu, hand pallet, atau rack
3. Forklift tidak berada dalam kondisi kotor, terutama akibat oli mesin atau debu
Dengan melakukan R yang ketiga ini, akan diperoleh beberapa keuntungan seperti:
1. Lingkungan kerja jauh lebih bersih
2. Meningkatkan mood untuk bekerja karena lingkungan lebih bersih
3. Kualitas barang akan lebih bagus karena tidak kotor, terutama untuk barang yang
sensitif terhadap kotoran seperti gear, seal, dan bracket
4. Meningkatkan image perusahaan di mata orang lain
Rawat
Rawat adalah prinsip ke-4 dalam 5R. Rawat dimaksudkan agar masing-masing individu dapat
menerapkan secara kontinu ketiga prinsip sebelumnya. Dalam fase ini dilakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan 3R sebelumnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membuat
checklist terhadap pekerjaan yang harus dilakukan, terkait dengan 3R sebelumnya.
Pelaksanaan fase Rawat ini akan membuat lingkungan selalu terjaga dalam kondisi 3R secara
terus menerus.
Rajin
Prinsip yang terakhir adalah Rajin. Fase ini lebih mengarah kepada membangun kesadaran
masing-masing individu untuk secara konsisten menjalankan 4R sebelumnya. Diharapkan
secara disiplin, masing-masing individu dapat menjalankan prinsip kerja tersebut meski tidak
diawasi oleh atasannya. Beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang sudah berada di
level teratas dalam 5R ini adalah:
1. Membuang sampah pada tempatnya
2. Tidak meludah disembarang tempat
3. Memungut sampah yang berceceran
4. Melaksanakan piket kebersihan tanpa dikomando
5. Merapikan barang tanpa harus ada perintah dari atasan
Secara umum, 5R akan memberikan dampak besar pada perusahaan seperti:
1. Peningkatan image perusahaan
2. Peningkatan sense of belonging karyawan
3. Efisiensi
4. Mengurangi waste
Bagaimanakah agar 5R dapat berjalan?
Pertanyaan mendasar yang selalu diajukan adalah seperti itu. Secara teori sangat mudah
menjalankan 5R, namun 5R ini adalah masalah budaya. Mengubah budaya kerja tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan. Butuh komitmen, ketelatenan, dan semangat.

Industrial Engineering Dept. Hasanuddin University 4


DADAN ISKANDAR [D221 09 304]

1. Segalanya harus dimulai dari atas. Untuk mendukung pelaksanaan 5R, pihak owner
dan top management harus giat untuk menggalakkan budaya ini. Tanpa dukungan dari
yang diatas, hal ini akan sulit dilakukan
2. Melakukan kampanye 5R dengan memasang slogan dan poster terkait 5R
3. Breakdown tiap bagian / tim dalam perusahaan untuk membuat pola kerja terkait 5R
4. Memantau pelaksanaan program kerja masing-masing bagian yang telah dibuat
5. Jika perlu, adakan kompetisi 5R antar bagian dalam perusahaan dengan sedikit
rangsangan berupa bonus atau hadiah

Sesuai dengan prinsipnya, 5R merupakan budaya kerja. Alangkah jauh lebih baik jika suatu
budaya itu muncul dari dalam diri masing-masing individu, tanpa ada paksaan atau iming-
iming hadiah.

Industrial Engineering Dept. Hasanuddin University 5

Anda mungkin juga menyukai