Tugas Pengukuran Teknik Kelompok 5
Tugas Pengukuran Teknik Kelompok 5
TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL
Transduser dapat mengubah bentuk sinyal ke sinyal yang lain agar dapat dibaca pengamat,
tetapi pengubahan sinyal kebentuk sinyal listrik akan menjadi lebih baik karena dalam bentuk ini
besaran tersebut lebih mudah diukur.
Transformator differensial, merupakan salah satu tipe sistem penginderaan listrik (tranduser) yang
mengkonversi gerakan linier dari pergerakan benda secara mekanikal menjadi sinyal elektrik.
Pergeseran linier yang terjadi pada transformator differensial sangat kecil tetapi mampu mengukur
sampai 0.5 meter.
Elemen yang bergerak terpisah dari gulungan koil, yang disebut dengan inti (core). Inti bergerak
sesuai poros didalam kumpulan koil dan secara mekanik menunjukkan posisi sinyal elektrik yang
diukur. Lubang pada kumpulan koil cukup lebar, terdapat celah yang cukup antara kumpulan koil
dan inti sehingga tidak terjadi kontak diantara keduanya.
Prinsip kerjanya, kumparan primer dialiri arus secara langsung dengan frekuensi dan amplitudo
yang cukup yang disebut tegangan primer. sinyal elektrik yang dikeluarkan transformator
differensial adalah perbedaan tegangan AC antara kedua kumparan sekunder, yang bervariasi
berdasarkan pergerakan poros inti dengan kumpulan koil. Tegangan AC yang dikeluarkan tersebut
dikonversikan menjadi tegangan DC atau arus yang lebih tepat.
Gambar 6. Gambar perbedaan tegangan yang terjadi akibat pergerakan linier inti terhadap gulungan koil
Pada gambar 6.1 inti bergerak kearah S1, garis gaya magnet (flux), di S1 lebih banyak daripada di
S2 sehingga induksi yang terjadi di E1 meningkat sedangkan E2 menurun, perbedaan tegangan
output Eout yang muncul adalah (E1 – E2).
Pada gambar 6.2 inti berada ditengah-tengah P, garis gaya magnet (flux), di S1 dan S2 sama
besar, sehingga induksi di E1 dan E2 sama besar, perbedaan tegangan output Eout tidak terjadi (E1
– E2 = 0), disebut juga titik nol (null point).
Pada gambar 6.3 inti bergerak kearah S2, garis gaya magnet (flux), di S2 lebih banyak daripada di
S1 sehingga induksi yang terjadi di E2 meningkat sedangkan E1 menurun, perbedaan tegangan
output Eout yang muncul adalah (E2 – E1).
Pada gambar no 7 menunjukkan, besarnya perbedaan tegangan output Eout yang dihasilkan
pada kumparan sekunder sebanding dengan pergerakan inti dengan perubahan terhadap titik
nol (null point) dan faktor sensitivitas dari partikel transformator differensial.
Gambar 8. Gambar grafik tegangan output DC yang dihasilkan peralatan elektronik
Pada gambar no 8 menunjukkan, dimana polaritas dari output sinyal yang diperoleh
menggambarkan hubungan posisi inti dengan titik nol (null point). Juga menunjukkan output dari
transformator differensial memiliki hubungan linier jika pergerakan inti masih di titik kesetimbangan.
1. Menentukan pergerakan
2. Mempertimbangkan dudukan sensor
3. Mempertimbangkan metode tambahan
4. Kondisi vibrasi (getaran)
5. Kondisi kejut
6. Perubahan suhu yang ekstrim
7. Tahanan terhadap cairan
8. Korosi
9. Area berbahaya (mudah meledak)
10. Umur sensor
11. Akurasi
12. Resolusi sensor
13. Kemampuan untuk mengulang
14. Hysteresis
15. Ketersediaan sumber energi (power supply)
16. Output sinyal yang diinginkan
17. Standar, regulasi EMI/EMC
18. BIaya yang dibutuhkan
19. Ketersediaan produk di pasaran dan after sales service
20. Pengalaman dari supplier
Contoh aplikasi transformator differensial
1. Level fluida
2. Suspensi otomatis
3. Mesin atm
4. Rangkaian listrik sistem AC
Gambar 9. Skema penggunaan transformator differensial dengan modul elektronik pengkondisian sinyal
Gambar 10. Skema penggunaan transformator differensial pada pendingin ruangan (AC)
Mengapa menggunakan transformator differensial
Kelebihan :
Kekurangan :
http://www.rdpelectrosense.com/displacement/lvdt/lvdt-principle.htm
http://www.pgcontrols.com
http://www.ligo.caltech.edu
http://www.macrosensors.com