Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS SIKAP DAN MINAT KONSUMEN DALAM MEMBELI BUAH-BUAHAN PADA SUPERMARKET

CARREFOUR PLAZA X DAN SUPERMARKET Y


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar produk pertanian berkembang pesat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Semula petani
umumnya menjual kepada pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pasar tradisional dimana konsumen
membeli produk pertanian. Pada saat ini produk pertanian mengalami perkembangan, yaitu menuju pasar modern
antara lain dengan hadirnya supermarket di berbagai daerah.
Bagi pasar modern, makanan segar (fresh foods) memiliki peluang cukup besar karena penjualannya belum
maksimal. Selama ini, konsumen Indonesia masih menjadikan pasar tradisional menjadi pilihan utama untuk membeli
barang-barang segar seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daging ayam, sapi, dan ikan. Persaingan ini menimbulkan
banyak perdebatan seputar kepentingan mempertahankan pasar tradisional sebagai pasar rakyat bermodal kecil
dengan pasar modern yang bermodal besar.
Pada saat ini pertumbuhan supermarket akan mengikuti perkembangan klaster dengan penduduk dengan golongan
pendapatan tinggi yang membutuhkan kenyamanan dan pelayanan yang lebih baik serta mampu membayar dengan
tingkat harga yang lebih tinggi. Disamping itu pasar fresh foods yang selama ini terdapat di pasar-pasar tradisional,
terbatas jam pelayanannya, karena biasanya pasar tradisional hanya buka pada pagi hingga siang hari. Konsumen
yang biasa bekerja sampai sore hari biasanya memilih ritel yang dipercaya dan lebih nyaman untuk memenuhi
kebutuhannya dengan membeli di saat sore atau malam hari, dimana ritel-ritel tersebut masih buka dan melayani
penjualan hingga malam hari.
Semakin banyaknya atribut preferensi konsumen dalam memenuhi kebutuhan akan produk hortikultur (buah dan
sayuran), mulai dari jenis, kenyamanan, stabilitas harga dan nilai komoditi, dewasa ini konsumen menuntut atribut
yang lebih rinci seperti higienitas, komposisi nutrisi atau vitamin, aspek lingkungan (organik) dan lain-lain. Dapat
dikatakan bahwa konsumen dewasa ini tidak sekedar membeli komoditi, tetapi membeli produk, sehingga
keterlibatan konsumen dalam memilih produk buah-buahan baik untuk dikonsumsi maupun untuk pembelian semakin
diperhitungkan.
Banyaknya perusahaan yang menawarkan produk buah-buahan, menyebabkan konsumen memiliki pilihan yang
semakin banyak, dengan demikian kekuatan tawar menawar konsumen semakin besar. Oleh karena itu, perusahaan
seharusnya mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen, kemudian berusaha untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan tersebut. Hasil pemasaran suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai salah satu syarat untuk
megetahui maju dan mundurnya perusahaan.
Keputusan pembelian oleh konsumen merupakan tujuan awal dari usaha ritel dalam memasarkan produk-produknya,
namun diharapkan apabila konsumen menaruh sikap positif dalam evaluasi pembeliannya, maka timbullah kepuasan
konsumen dalam membeli produk-produk yang ditawarkan. Kepuasan yang terus menerus mengakibatkan
pembelian-pembelian ulang dan menumbuhkan loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen pada ritel merupakan
cerminan dari keberhasilan ritel itu sendiri dalam meramu srategi pemasarannya. Loyalitas menjadi tujuan akhir
pemasaran ritel, dimana efek yang ditimbulkan disamping konsumen resisten terhadap pesaing, konsumen juga
dapat menjadi sarana promosi yang paling efektif.
Bagi pasar modern (ritel) seperti Carrefour, Plaza X dan Supermarket Y, sangatlah penting untuk mengetahui
perilaku konsumennya agar konsumen dapat dipuaskan. Oleh karenanya berbagai tanggapan dari pelanggan perlu
diterima sebagai masukan yang berharga bagi pengembangan dan penyusunan strategi perusahaan selanjutnya.
Pembelian konsumen merupakan nafas bagi perusahaan. Informasi jumlah dan frekwensi pembelian dapat
digunakan oleh manajemen dalam merumuskan harga produk yang bersaing.
Dalam konsep penjualan, ada karakteristik yang berbeda pada kedua ritel ini, yaitu pada ritel Carrefour, Plaza X,
konsepnya adalah One Stop Shopping untuk kebutuhan sehari-hari konsumennya. Sedangkan Supermarket Y lebih
menekankan pada pemenuhan kebutuhan Fresh Product, khususnya buah-buahan dan produk impor kebutuhan
sehari-hari.
Perilaku pembelian konsumen juga akan memberikan gambaran minat untuk membeli, siapa yang dapat
mempengaruhi minat pembelian, siapa yang memutuskan pembelian. Hal ini akan sangat bermanfaat dalam
mendesain dan memutuskan strategi promosi efektif yang akan digunakan. Kelengkapan informasi ini akan membuat
setiap perusahaan unggul bersaing.

1.2 Perumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen membeli buah-buahan di Carrefour, Plaza X dan Supermarket Y.
b. Sejauhmana strategi bauran pemasaran mempengaruhi kepuasan konsumen membeli buah-buahan di Carrefour,
Plaza X dan Supermarket Y.
c. Sejauhmana hubungan kepuasan konsumen dengan loyalitas konsumen dalam membeli buah-buahan di
Carrefour, Plaza X dan Supermarket Y
d. Bagaimana perbedaan sikap dan minat Konsumen dalam membeli buah-buahan di Carrefour, Plaza X dan
Supermarket Y.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui kecenderungan perilaku konsumen dalam membeli buah-
buahan. Secara khusus yang menjadi tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan kecenderungan konsumen dalam membeli
buah-buahan di Carrefour, Plaza X dan Supermarket Y.
2. Untuk mengetahui strategi yang akan digunakan dalam pemasaran buah-buahan di Carrefour Plaza, X dan
Supermarket Y.
3. Untuk mengetahui perbedaan kecenderungan sikap dan minat konsumen pembeli buah-buahan di Carrefour,
Plaza X dan Supermarket Y.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
1. Bagi pengusaha atau pengecer buah-buahan khususnya Carrefour, Plaza X dan Supermaket Y sebagai masukan
dalam menerapkan stategi penjualannya.
2. Bagi Sekolah Pascasarjana Universitas X sebagai bahan pengembangan ilmu dan wawasan khususnya
pemasaran pertanian.
3. Bagi penulis merupakan wujud penerapan dan pengembangan ilmu yang diperoleh selama mendapat pendidikan
di Sekolah Pascasarjana Universitas X.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi atau masukan yang berhubungan
dengan pemasaran hasil pertanian, khususnya buah-buahan, pada ritel dan hubungannya dengan pasar tradisional.

1.5 Kerangka Berpikir


Di Indonesia, seperti halnya di negara berkembang, kehadiran dan dinamika pasar modern disebabkan oleh faktor-
faktor berikut (Chen et.al, 2005; Shepherd, 2005); (a) Pertumbuhan pendapatan dan urbanisasi serta dukungan
sarana transportasi dan penyimpanan pangan (refrigerators); (b) Perubahan preferensi konsumen yang dipicu oleh
peningkatan partisipasi angkatan kerja wanita dan kebutuhan standar kwalitas dan keamanan pangan; (c)
Perubahan kebiasaan makan konsumen dalam bentuk kemudahan penyiapan dan peningkatan permintaan produk
siap saji; (d) Peningkatan pengembangan infrastruktur seperti perkembangan jalan tol, teknologi retail dan logistik;
(e) Tingkat margin yang rendah dan kompetisi yang tinggi dan rantai pasok multinasional dengan penguasaan
pengetahuan dan teknologi pasar modern; dan (f) Perubahan demografi, budaya dan sosial yang diindikasikan oleh
peningkatan proporsi generasi muda, perubahan struktur keluarga (nuclear family), dan gaya hidup golongan muda
(westernization of lifestyle).
Kehadiran pasar modern merupakan tantangan/ancaman dan sekaligus peluang bagi petani kecil dengan penjelasan
sebagai berikut (IFPRI, 2003): (a) Supermarket membutuhkan volume produk pertanian yang relatif besar dengan
kwalifikasi konsistensi kwalitas dan kwantitas yang tinggi; (b) Pertumbuhan supermarket memberikan peluang usaha
yang baik bagi petani besar, terorganisasi dengan baik, dan dengan tingkat efisiensi yang tinggi; (c) Karena tuntutan
kompetisi (kwalitas, harga, dan konsistensi), supermarket mengembangkan sistem pengadaan barang yang tidak
mudah dimasuki petani kecil; (d) Petani mengalami persoalan pengambilan keputusan yang kompleks pada aspek
produksi, penjualan, sistem pembayaran dan sertifikasi produk; (e) Keterbatasan infrastruktur (fisik dan
kelembagaan) yang dihadapi petani dalam distribusi pemasaran dan adanya kompetisi pengadaan melalui impor; (f)
Bagi petani yang mampu memenuhi standar kwalitas dan memiliki kemampuan (skill) serta teknologi terkait dengan
sistem pengadaan pasar modern, akan memperoleh keuntungan dan bahkan sebagai batu loncatan pasar global.
Keputusan konsumen dalam pembelian bertitik tolak pada model rangsangan tanggapan atau stimuli. Karakteristik
dan proses pengambilan keputusan pembeli akan menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Karakteristik pembeli
bersifat budaya, sosial, pribadi dan psiklogis. Karakteristik ini akan mempengaruhi perilaku pembelian. Menurut
Kotler (2000), konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Selanjutnya menurut Kotler (2000), "faktor budaya yang secara luas dan mendalam mempengaruhi perilaku
konsumen dalam melakukan pembelian. Faktor ini akan berhubungan dengan tata nilai, persepsi, preferensi,
kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografi. Faktor budaya ini akan membentuk segmen pasar yang
penting. Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti : kelompok acuan, keluarga, serta peranan
dan status sosial. Banyak kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung terhadap
pendirian atau perilaku seseorang. Semua ini adalah kelompok dimana seseorang tersebut berada atau berinteraksi.
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu usia pembelian dan tahap siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomis, gaya hidup serta kepribadian dan konsep pribadi pembeli. Pilihan pembelian
seseorang dipengaruhi lagi oleh faktor psiklogis, yang termasuk dalam hal ini adalah motif persepsi, pengetahuan
serta kepercayaan dan pendirian".
Kotler (2000) menyebutkan "ada enam alasan mengapa suatu institusi perlu mendapatkan loyalitas konsumennya".
Pertama, pelanggan yang ada lebih prospektif, artinya pelanggan loyal akan memberi keuntungan besar kepada
institusi. Kedua, biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar dibandingkan menjaga dan mempertahankan
pelanggan yang ada. Ketiga, pelanggan yang sudah percaya pada institusi dalam suatu urusan akan percaya juga
dalam urusan lainnya. Keempat, biaya operasi institusi dapat mengurangkan biaya psikologis dan sosial dikarenakan
pelanggan lama telah mempunyai banyak pengalaman positif dengan institusi. Keenam, pelanggan loyal akan selalu
membela institusi bahkan berusaha pula untuk menarik dan memberi saran kepada orang lain untuk menjadi
pelanggan.
Seorang konsumen dikatakan loyal apabila ia mempunyai suatu komitmen yang kuat untuk menggunakan/membeli
lagi secara rutin sebuah produk/jasa. Cara membentuk loyalitas harus dimulai dengan memberikan kualitas
produk/jasa yang unggul atau superior, sehingga konsumen merasa puas dengan pengalaman mengkonsumsinya.
Kepuasan terhadap produk/jasa adalah modal utama pembentukan loyalitas.
Pedersen dan Nysveen (2001) dalam Ferrinadewi dan Jati (2004), menggunakan konsep loyalitas, dimana tingkat
loyal konsumen terdiri dari tiga tahap, yakni :
1. Cognitively Loyal, tahap dimana pengetahuan langsung maupun tidak langsung konsumen akan merek, dan
manfaatnya, dan dilanjutkan ke pembelian berdasarkan pada keyakinan akan superioritas yang ditawarkan. Pada
tahap ini dasar kesetiaan adalah informasi tentang produk atau jasa yang tersedia bagi konsumen. Bentuk loyalitas
ini merupakan bentuk yang terlemah.
2. Affectively Loyal, sikap favorable konsumen terhadap merek yang merupakan hasil dari konfirmasi yang berulang
dari harapannya selama tahap cognitively loyal berlangsung. Pada tahap ini dasar kesetiaannya adalah pada sikap
dan komitmen konsumen terhadap produk atau jasa sehingga pada tahap ini telah terbentuk suatu hubungan yang
lebih mendalam antara konsumen dengan penyedia produk atau jasa diandingkan pada tahap sebelumnya.
Affectively Loyal bukanlah prediktor yang baik dalam mengukur kesetiaan karena meskipun konsumen merasa puas
dengan produk tertentu bukan berarti ia akan terus mengkonsumsi dimasa depan.
3. Conatively Loyal. Intensi membeli ulang yang sangat kuat dan memiliki keterlibatan tinggi yang merupakan
dorongan motivasi. Sehingga dari ketiga bentuk kesetiaan diatas, conatively loyal merupakan prediktor yang terbaik.
Selanjutnya Rangkuti (2002) menyatakan bahwa "sikap merupakan salah satu komponen penting dalam perilaku
pembelian, selanjutnya studi tentang sikap merupakan kunci untuk memahami mengapa seseorang berperilaku
demikian rupa. Disamping itu, sikap merupakan hasil evaluasi yang mencerminkan rasa suka atau tidak suka
terhadap objek, sehingga dengan mengetahui hasil evaluasi tersebut, kita dapat menduga seberapa besar potensi
pembeliannya. Berdasarkan potensi ini, tenaga pemasar dapat menyusun strategi yang lebih efektif”.
Pengukuran sikap konsumen dilakukan terhadap konsep yaitu objek fisik dan sosial dalam hal ini adalah supermarket
yang merupakan hal paling penting dalam studi perilaku konsumen. Dengan mengetahui sikap konsumen ini,
diharapakan dapat mempengaruhi perilaku pembelian oleh konsumen pada supermarket tersebut. Evaluasi yang
dihasilkan oleh proses pembentukan sikap dapat disimpan dalam ingatan. Selanjutnya sikap yang diaktifkan tersebut
dapat diintegrasikan dengan pengetahuan lainnya dalam pengambilan keputusan, dalam hal ini adalah minat
konsumen untuk melakukan pembelian agar lebih efektif disamping pengembangan produk yang lebih baik.
Selanjutnya menurut Kotler (2003) bahwa, "meramal adalah seni mengantisipasi apa yang mungkin dilakukan
pembeli dalam kondisi-kondisi tertentu. Ini menunjukkan bahwa pembeli harus disurvei. Survei akan berharga
terutama bila pembeli mempunyai minat yang telah dirumuskan dengan jelas, melaksanakannya, dan akan
menggambarkannya pada pewawancara".
Berdasarkan uraian diatas, berikut ini akan dikemukan suatu kerangka konseptual penelitian yang akan bermanfaat
sebagai penuntun yang mencerminkan alur berfikir dan merupakan dasar untuk perumusan hipotesis sebagai berikut
:
Dari gambar diatas diperoleh penjelasan bahwa keputusan pembelian konsumen, berdasarkan variabel atau atribut
dari produk buah yang dipertimbangkan oleh konsumen. Selanjutnya ritel atau pengecer menyesuaikannya dengan
strategi bauran pemasaran eceran yang telah dikembangkan sebelumnya oleh masing-masing ritel (Carrefour, Plaza
X dan Supermarket Y), diharapkan timbul kepuasan konsumen dalam pembelian buah-buahan tersebut. Kepuasan
konsumen selanjutnya akan mengakibatkan pembelian-pembelian ulang yang menumbuhkan loyalitas bagi
konsumen.
Pertimbangan variabel yang diyakini mempengaruhi keputusan pembelian tadi, kemudian diuji terhadap sikap
konsumen pada ritel Carrefour, Plaza X dan Supermarket Y. Diharapkan sikap ini kemudian dengan konsisten dapat
membangkitkan minat dalam membeli kembali atau pembelian ulang atau mungkin sebaliknya. Dalam hal ini
dikembangkan uji beda guna mengukur perbedaan citra produk buah yang dijual pada dua buah ritel yang lokasinya
saling berdekatan.

1.6 Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sejauhmana pengaruh faktor jenis, kualitas, kesegaran, dan kesesuaian harga terhadap keputusan membeli buah-
buahan di Carrefour, Plaza X dan Supermarket Y
2. Strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi, fasilitas, pelayanan dan karyawan, berpengaruh
terhadap kepuasan konsumen membeli buah-buahan di Carrefour, Plaza X dan Supermarket Y.
3. Kepuasan konsumen membeli buah-buahan, berhubungan dengan loyalitas konsumen di Carrefour, Plaza X dan
Supermarket Y.
4. Sikap dan minat konsumen dalam membeli buah-buahan berbeda di Carrefour, Plaza X dengan Supermarket Y.

Analisis atribut dan sikap konsumen terhadap produk furnitur merek olympic yang di pasarkan di
modern retail outlet (studi kasus: di outlet hypermart jabodetabek

Sekarang ini sering terjadi perubahan yang menyertai dunia pemasaran baik dalam perilaku
konsumen, produk, teknologi, pesaing bahkan perekonomian itu sendiri yang menyebabkan
situasi persaingan dalam industri semakin kompleks. Seiring dengan perkembangan sektor
properti di Indonesia, pasar furnitur juga semakin marak. Tersedianya beraneka ragam produk
furnitur memberikan banyak pilihan bagi konsumen. Konsumen semakin bingung dalam
menentukan keputusan pembeliannya. Informasi yang akurat, tepat dan mudah diperoleh
merupakan hal mutlak yang diperlukan konsumen dalam membantu mengambil keputusan
pembeliannya.
Konsumen memiliki pilihan yang beragam, baik dari sisi merek dan tipe produk furnitur maupun
tempat membelinya. Saat ini konsumen tidak hanya dapat membeli produk furnitur di toko - toko
ritel yang khusus menjual produk furnitur, namun dapat juga membelinya di pasar moderen
seperti Makro, Hypermart, Carrefour, Giant, dll.
Olympic Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan dan pemasaran produk
furnitur knockdown khususnya yang terbuat dari bahan panel Particle Board dan Medium
Density Fiberboard. Awal tahun 2006 menjadi awal penting bagi organisasi Olympic Group
untuk dapat menyesuaikan diri dengan pasar. PT. Cahaya Sakti Multi Intraco (PT. CSI) adalah
salah satu pilar dari Olympic Group yang khusus menangani pemasaran dan penjualan di
Traditional Retail Outlet (TRO) dan Modern Retail Outlet (MRO) secara nasional.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisa atribut - atribut produk apa saja yang dianggap
penting oleh konsumen dalam melakukan pembelian atas produk furnitur merek Olympic di
Hypermart Jabodetabek (2) Menganalisa sikap konsumen terhadap atribut - atribut produk yang
terdapat pada produk furnitur merek Olympic di Hypermart Jabodetabek dan (3) Merumuskan
implikasi manajerial bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan.
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan survei menggunakan sampel tak
berpeluang (non probability sampling) dengan teknik sampling kemudahan (Convenience
Sampling). Pengumpulan data ini dilakukan di lokasi pusat perbelanjaan moderen (outlet
Hypermart) di sekitar wilayah Jabodetabek. Dalam menjawab perumusan masalah penelitian
dipergunakan analisis deskriptif, analisis Cochran, perceptual mapping, analisis Biplot serta
analisis multi atribut Fishbein. Berdasarkan analisis - analisis tersebut perusahaan dapat
merumuskan alternatif strategi melalui peningkatan atribut produk dan layanannya.
Hasil analisis Cochran menunjukkan bahwa terdapat dua belas atribut yang diaggap penting oleh
responden dalam membeli produk furnitur berbahan dasar serbuk kayu (Particle Board atau
Medium Density Fiberboard) yang dipasarkan di outlet Hypermart Jabodetabek. Keduabelas
atribut itu adalah (1) harga, (2) awet/tahan lama, (3) ada garansi, (4) kemudahan memasang, (5)
kuat konstruksinya, (6) mudah didapat, (7) lapisannya tidak mudah terkelupas, (8) dapat
dibongkar pasang, (9) ada brosur/POP, (10) ada display, (11) model dan (12) diskon/promo.
Hasil analisis sikap multi atribut Fishbein menunjukkan bahwa nilai skor sikap total produk
merek Olympic adalah sebesar 168,01 lebih besar daripada skor sikap total produk merek Big
Panel dan Habitat yang masing - masing sebesar 155,39 dan 142,50. Semakin besar skor sikap
total menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi responden, produk merek Olympic lebih dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan responden.
Hasil pemetaan persepsi responden (perceptual mapping) menunjukkan bahwa dibandingkan
produk merek Big Panel dan Habitat, produk merek Olympic memiliki keunggulan pada atribut
awet/tahan lama, diskon/promo, model, ada garansi, mudah didapat, ada display, dapat
dibongkar pasang dan ada brosur/POP. Sedangkan kedua merek lainnya memiliki keunggulan
pada atribut lapisannya tidak mudah terkelupas, kuat konstruksinya, harga dan kemudahan
memasang.
Hasil analisis biplot menunjukkan bahwa penciri utama produk merek Olympic adalah
banyaknya diskon/promo. Hal ini ditunjukkan oleh vektor peubah atribut diskon/promo yang
menuju ke arah merek Olympic. Sedangkan penciri utama merek Big Panel adalah model. Dalam
penelitian ini diketahui juga bahwa awet/tahan lama, kuat konstruksinya, lapisannya tidak mudah
terkelupas, kemudahan memasang, dapat dibongkar pasang dan harga tidak merujuk pada satu
jenis produk furnitur tertentu. Bahkan produk merek Habitat sama sekali tidak memperoleh
penciri apapun yang menyebabkan konsumen menjadi ingat kepada merek tersebut. Hal ini
menunjukkan ketidakpedulian konsumen terhadap merek tersebut.
Penelitian ini hanya mengkaji persepsi dan sikap responden terhadap produk furnitur berbahan
dasar serbuk kayu (Particle Board atau Medium Density Fiberboard) yang dipasarkan di outlet
Hypermart Jabodetabek merek Olympic dibandingkan dengan merek Big Panel dan Habitat.
Dengan semakin banyaknya merek yang beredar di pasar semakin meningkatkan persaingan
dalam industri furnitur berbahan dasar serbuk kayu (Particle Board atau Medium Density
Fiberboard) pada umumnya dan berpengaruh terhadap pemasaran produk merek Olympic pada
khususnya.
Penelitian selanjutnya sebaiknya mengkaji persepsi dan sikap konsumen terhadap merek produk
furnitur yang lebih beragam dengan tambahan atribut - atribut produk lain yang dianggap penting
oleh konsumen sesuai dengan perkembangan pasar furnitur berbahan dasar serbuk kayu (Particle
Board atau Medium Density Fiberboard) sehingga posisi relatif produk merek Olympic
dibandingkan pesaing - pesaingnya akan dapat diketahui dengan jelas.

Deskripsi Alternatif :

ABSTRACT

Atribute Analysis and Consumer Attitude to Olympic Furniture Product that Marketed in
Modern Retail Outlet
(Case Study at Hypermart Outlets in Jabodetabek)

Nova Triandhika

The aims of this research are to analyze product attributes that lionized by consumer in
conducting purchasing to the product furniture brand Olympic in Hypermart Jabodetabek, to
analyze consumer perception to product attributes and to formulate managerial implication for
company in face of competition. Modern Retail Outlet growth every its year as high as 31,4% so
indirectly depict the displacement of consumer buying behavior from traditional market to
modern market (strenghtened with result of AC Nielsen research at 2005 - 2006 that indicate
that traditional market grows -8,1% and modern market 31,4% every year).
The data were analyzed from 150 respondents in Jabodetabek. Cochran Analysis, Fishbein and
Biplot were used to analyze the data. Based on responder perception, brand Olympic can fulfill
expectation and responder needs more than two other brand. Olympic main characteristic is to
the number of discount/promo.
The results of the study suggested Olympic to maintain their attributes excellence and to improve
their attributes weakness. Producer also suggested to educate consumers about their attributes
excellence. Olympic was also associated with the discount/promo attribute, whereas Big Panel
was close related to model attribute.

Anda mungkin juga menyukai