Anda di halaman 1dari 6

KRITERIA KHUSUS DALAM PEMBUATAN ESSAY

Kriteria khusus dalam pembuatan esai sebenarnya mengikuti dari definisi esai
itu sendiri, yakni karangan prosa (bukan menggunakan kaidah puisi) yang membahas
suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Itu sebabnya,
menggunakan kata ganti seperti “saya”, “kamu”, “ia” menurut saya boleh-boleh saja. Itu
sebabnya, format penulisan esai pun lebih menekankan kepada gaya bertutur yang
sifatnya cenderung tidak analitis, acak, ringan, melompat-lompat, bahkan kadang
provokatif. Tapi intinya, sebuah tulisan esai adalah sebuah tulisan yang menggambarkan
opini si penulis tentang subyek tertentu yang coba dinilainya.

Nah, sebuah esai dasar bisa dibagi menjadi tiga bagian:

Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang


mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh
si penulis tersebut. Kedua, tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang
subyek. Ketiga, adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan
kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi
tentang subyek yang dinilai oleh si penulis. Itu secara sederhananya.

Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut sebagai


berikut:
1. Menentukan tema atau topik
2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat
dan jelas
4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang akan
dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan
pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya
kita harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu sebabnya,
yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang alasan kita menulis
esai tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca
kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya.
Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di
media massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.
7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar pembaca
merasa bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah dan
sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir mereka secara utuh.

Catatan sederhana:
1. Untuk memilih tema atau topik, usahakan yang bisa kita kuasai dan sifatnya
lebih “sempit”. Jangan yang masih umum. Jika kita menentukan tema tentang Jakarta.
Itu terlalu umum dan sangat luas. Tapi coba tentukan tema tentang, “Ondel-ondel
Betawi”. Saya pikir ini akan lebih fokus dan kita bisa menguasainya dengan lebih
mudah karena bahannya juga spesifik dan pembaca pun akan terjerat oleh informasi
awal bahwa ia hanya akan mendapati pembahasan tentang Ondel-ondel ketika membaca
tentang salah satu sisi kehidupan Jakarta yang kita tulis. Selain itu kita harus
menentukan tujuan diambilnya tema tersebut dan juga minat kita menulis hal itu.
Kemudian buat evaluasi tema, apakah bisa memberikan manfaat lebih bagi pembaca
atau sekadar informasi sepintas lalu dari sudut pandang si penulis saja. Jadi, mengukur
potensial dari tema tersebut. Menjual dan sangat dibutuhkan pembaca atau sekadar
informasi “sekilas” yang bisa begitu saja dilupakan dan tak membekas bagi pembaca.

2. Ketika menulis outline, pastikan kita memulainya dengan memaparkan fakta


yang ada, kemudian mengkritisi atau menilai fakta tersebut. Bila perlu membandingkan
dengan fakta lainnya, dan terakhir adalah memberikan kesimpulan dan arahan bagi
pembaca. Pastikan kesimpulan yang kita tulis tidak bias. Tapi harus tegas dan didukung
dengan argumentasi yang kuat dan bila perlu tak terbantahkan.
3. Tak kalah penting adalah memberikan finishing touch atau sentuhan akhir.
Misalnya harus diperhatikan alur tulisan, gaya bahasa yang dituilis, pastikan juga dicek
ulang tentang penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), akurasi data, sumber
kutipan, memperkuat persepsi yang masih lemah dsb. Ini penting agar sebelum dilempar
ke pembaca, tulisan kita benar-benar sudah “lolos sensor” atau bahkan tanpa sensor
karena kita membuatnya dengan teliti dan kebenaran ide yang kita tawarkan bisa
dipertanggungjawabkan sesuai apsek tema yang kita tulis.

Baik. Ini yang bisa saya tanggapi dan berikan jawaban. Semoga memberikan
inspirasi untuk menulis. Tapi saran saya, mohon maaf, jika Anda adalah penulis pemula,
sebaiknya kesampingkan dulu sementara tentang banyaknya aturan tentang teori
menulis seperti ini. Karena saya merasa khawatir akhirnya tak menulis-menulis karena
harus mengikuti aturan tersebut sementara kita belum lancar menulis. Itu sebabnya, jika
Anda adalah penulis pemula, sebaiknya lancarkan saja menulis Anda dengan cara
menulis apa saja yang ingin Anda tulis. Saya sendiri ketika belajar menulis, teori
menulis yang saya kuasai hanya SPOK alias Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan
yang saya pahami dari pelajaran Bahasa Indonesia. Tapi saya kembangkan saja dalam
kalimat dan paragraf.

Semakin sering menulis, insya Allah akan kian lihai. Banyaknya teori tentang
menulis, baru saya pelajari ketika saya sudah mulai lancar menuangkan gagasan melalui
tulisan.
Tapi… jika Anda termasuk penulis yang sudah cukup sering menulis karya,
mungkin informasi ini bisa menjadi tambahan wawasan. Semoga. Oke deh, selamat
menulis dan jangan berhenti menulis untuk menghasilkan karya yang tak sekadar baik
saja. Tapi karya yang terbaik. Semangat! Wallahu’alam.
Sumber:
http://osolihin.wordpress.com/2007/04/12/kriteria-khusus-dalam-pembuatan-
essay/
untuk Blog:
<p>Beberapa waktu yang lalu saya mendapat tugas dari dosen mata kuliah
Fertilitas dan Mortalitas (Fermor). Tugas tersebut yaitu membuat essai yang berkaitan
dengan materi kuliah yang bersangkutan. Essai dibatasi maksimal 2 halaman dengan
tipe huruf Times New Roman ukuran 12, spasi 1 dan hasilnya harus dipersentasikan
oleh masing-masing mahasiswa di depan kelas. Menurut saya tugas ini sangat menarik
dan bermanfaat karena selama ini kita kurang bisa mengaspirasikan pendapat kita atas
berbagai kasus yang timbul di sekitar kita. Apalagi dengan kondisi kampus yang
notabene menuntut kita untuk menerima segala sesuatu yang disediakan. Tanpa bisa
menolak dan tanpa bisa menawar.<br />
Kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai pembuatan essai menimbulkan
komentar-komentar dosen Fermor, yang menurut saya lucu, hehe...<br />
Ada teman yang tidak membuat essai tetapu membuat laporan kegiatan PKL,
ada pula yang menggabungkan teori2, artikel,dan pendapat. Tapi sebagian besar teman,
sepenangkapan saya, menyertakan definisi2 maupun teori2 yang berkaitan dengan
masalah yang diangkat. Sedangkan, pendapat pribadi hanya secuil di bagian akhir. Satu
paragraf atau mungkin hanya beberapa kalimat.<br />
Ya, meskipun saya bukan orang yang mahir dalam membuat essai, di sini saya
akan mencoba untuk memaparkan apa itu essai? Bagaimana kriteria essai yang baik?
Bagaimana cara membuatnya?<br />
Informasi ini saya peroleh dari berbagai blog orang2 yang ahli di bidang per-
essai-an^^<br />
Mari kita simak bersama.</p>
<p><strong>Essai</strong> adalah karangan prosa (bukan menggunakan kaidah
puisi) yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi
penulisnya. Itu sebabnya, format penulisan esai pun lebih menekankan kepada gaya
bertutur yang sifatnya cenderung tidak analitis, acak, ringan, melompat-lompat, bahkan
kadang provokatif. Tapi intinya, sebuah tulisan esai adalah sebuah tulisan yang
menggambarkan opini si penulis tentang subyek tertentu yang coba dinilainya.</p>
<strong>Biasanya essai terdiri atas 3 bagian, yaitu
</strong>
<strong>Pertama</strong>, pendahuluan yang berisi latar belakang informasi
yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai
oleh si penulis tersebut.
<strong>Kedua</strong>, tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang
subyek.
<strong>Ketiga</strong>, adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan
dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan
beberapa observasi tentang subyek yang dinilai oleh si penulis. Itu secara sederhananya.
<strong>Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut
sebagai berikut:</strong>

1. Menentukan tema atau topik


2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat
dan jelas
4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang akan
dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan
pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya
kita harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu sebabnya,
yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang alasan kita menulis
esai tersebut.
6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca
kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya.
Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di
media massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.
7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar pembaca
merasa bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah dan
sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir mereka secara utuh.
<strong>Catatan sederhana:</strong>
1. Untuk memilih tema atau topik, usahakan yang bisa kita kuasai dan sifatnya
lebih “sempit”. Jangan yang masih umum. Jika kita menentukan tema tentang Jakarta.
Itu terlalu umum dan sangat luas. Tapi coba tentukan tema tentang, “Ondel-ondel
Betawi”. Saya pikir ini akan lebih fokus dan kita bisa menguasainya dengan lebih
mudah karena bahannya juga spesifik dan pembaca pun akan terjerat oleh informasi
awal bahwa ia hanya akan mendapati pembahasan tentang Ondel-ondel ketika membaca
tentang salah satu sisi kehidupan Jakarta yang kita tulis. Selain itu kita harus
menentukan tujuan diambilnya tema tersebut dan juga minat kita menulis hal itu.
Kemudian buat evaluasi tema, apakah bisa memberikan manfaat lebih bagi pembaca
atau sekadar informasi sepintas lalu dari sudut pandang si penulis saja. Jadi, mengukur
potensial dari tema tersebut. Menjual dan sangat dibutuhkan pembaca atau sekadar
informasi “sekilas” yang bisa begitu saja dilupakan dan tak membekas bagi pembaca.

2. Ketika menulis outline, pastikan kita memulainya dengan memaparkan fakta


yang ada, kemudian mengkritisi atau menilai fakta tersebut. Bila perlu membandingkan
dengan fakta lainnya, dan terakhir adalah memberikan kesimpulan dan arahan bagi
pembaca. Pastikan kesimpulan yang kita tulis tidak bias. Tapi harus tegas dan didukung
dengan argumentasi yang kuat dan bila perlu tak terbantahkan.

3. Tak kalah penting adalah memberikan finishing touch atau sentuhan akhir.
Misalnya harus diperhatikan alur tulisan, gaya bahasa yang dituilis, pastikan juga dicek
ulang tentang penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), akurasi data, sumber
kutipan, memperkuat persepsi yang masih lemah dsb. Ini penting agar sebelum dilempar
ke pembaca, tulisan kita benar-benar sudah “lolos sensor” atau bahkan tanpa sensor
karena kita membuatnya dengan teliti dan kebenaran ide yang kita tawarkan bisa
dipertanggungjawabkan sesuai apsek tema yang kita tulis.

Tetapi, bagi penulis pemula (seperti saya), sebaiknya jangan terlalu terpaku
dengan aturan-aturan menulis. Just tulis apa yang ingin kita tulis. Tuangkan segala yang
ada di pikiran kita.
Semakin sering menulis, InsyaAllah akan semakin menarik tulisan-tulisan kita.
So, selamat mencoba membuat essai:)
_Nofita_

Anda mungkin juga menyukai