Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Syuro

Mungkin sedikit bercerita, memang dalam suatu organisasi diperlukan manajemen yang baik,
entah itu manajemen system(organisasi) yang ada atau manajemen sumberdaya manusia. Salah satu
konsep mini dalam manajemen organisasi dan Sumber Daya Manusia adalah mekanisme syuro’. fungsi
syuro secara garis besar yaitu : mewadahi keragaman sebagai sumber kreativitas dan keunggulan
kolektif. Tapi, yang menjamin terciptanya keseimbangan yang optimal antara kebebasan berekspresi
dengan penerimaan yang wajar apa adanya adalah keikhlasan, pertanggungjawaban, dan kelapangan
dada setiap peserta syuro. Selain itu, syuro juga sebagai instrumen pengambilan keputusan, ini
merupakan hal yang paling substansial dalam kehidupan sebuah organisasi. Jika mekanisme
pengambilan keputusan selalu berjalan dengan baik, maka organisasi itu akan punya soliditas dan
resistensi yang tinggi terhadap berbagai bentuk goncangan yang biasanya mengakhiri riwayat banyak
organisasi.
Sebelum kita beranjak pada tataran tekhnis, perlu kita ketahui pondas syuro itu seperti apa
sehingga ketika pada prakteknya sdah paham bahwa melakukan syuro dengan tujuan yang jelas dan
mengerti aka kebuutuhan akan syuro itu sendiri. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu keputusan
hendaknya diawali dengan jalan yang baik, salah satunya musyawarah/syuro.’ Ya, karena dengan syuro’
yang kita dahulukan hendaknya bisa membuka grendel keangkuhan yang ada di hati. Menyatukan
pikiran-pikiran yang menghasilkan sebuah keputusan yang bisa bermanfaat bagi ummat. Syuro menurut
ustadz Sayid Quthb rahimahullah penting dalam menguji berbagai arah pemikiran yang dilontarkan lalu
memilih satu diantaranya, kemudian dilaksanakan. Ia melihat syuro adalah prinsip dasar dalam Islam, di
samping watak seluruh jamaah muslim seluruhnya, yang sebagai komunitas, urusannya diserahkan
kepadanya, kemudian dari jamaah ini, ia terpenetrasi dalam negara selaku produk alami jamaah. Ali bin
Abi Thalib pernah manyatakan tentang efek dari syuro “Tujuh manfaat dari musyawarah yaitu dapat
mengambil kesimpulan yang benar, mencari pendapat, menjaga diri dari kekeliruan, menghindarkan
celaan, keterpaduan hati, mengikuti atsar, dan menciptakan stabilitas emosi.” Jadi, ketika syuro
hendaknya peserta syuro paham betul bahwa syuro bukan suatu rutinitas yang dilakukan menjelang
event2 tertentu atau agenda2 tertentupalagi dorong,apalagi karena merasa ga enak karenan sama sang
ketua. Mengingat urgensi syuro’ ini maka dibutuhkan persiapan yang baik pula. Baik itu niatan, rihiyah,
fikriyah bahkan jasadiyah. Jangan sampai kita datang syuro’ dengan “energi sisa”. Energi sisa praktikum,
sisa ujian, sisa belajar dari sekolah, sisa makan, dll. Karena hasilnya pun menjadi “keputusan sisa.”
Karena di tempat inilah segala jantung dari pergerakan dakwah berlangsung. Kualitas dari suatu
pergerakan dakwah tergantung pada manajemen syuro yang bagus atau tidak.

Secara umum syuro sebenarnya mempunyai fungsi psikologis dan fungsi instrumental.
Fungsi,psikologis terlaksana dengan menjamin adanya kemerdekaan.dan kebebasan yang penuh bagi
setiap peserta syuro untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya secara wajar dan apa adanya. Tapi,
tentu saja setiap orang punya cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan dirinya. Jika ruang
ekspresi tidak terwadahi dengan baik, akan terjadi konflik yang kontraproduktif dalam syuro. Oleh
karena itu, setiap peserta syuro harus mempunyai kelapangan dada untuk menerima keunikan-keunikan
individu lainnya.
Pra-syarat yang Harus dimiliki oleh Para Anggota Tim Sebelum Melakukan Syuro

Syuro merupakan sebuah bentuk focus groups discussion (FGD) yang dilakukan oleh sekelompok
orang dalam sebuah komunitas untuk membahas suatu kondisi atau masalah. Pada konteks lembaga
dakwah mahasiswa, rapat seringkali menjadi momok yang melekat pada diri seorang kader. Istilah ahli
syuro atau manusia syuro melekat pada beberapa orang yang gemar melakukan rapat. Pertanyaan yang
muncul adalah, apakah rapat yang kita lakukan sudah efektif untuk menghasilkan sebuah keputusan.
Pada kenyataannya saya sering melihat bahwa rapat yang dilakukan sangat jauh di nilai efektifitas yang
disampaikan Allah pada surat Al Ashr. Problematika kecil seperti rapat tidak dimulai dan diakhiri tepat
waktu, agenda yang tidak jelas, pembahasan berkepanjangan, ketidaktercapaian tujuan rapat, atau
bahkan alokasi waktu rapat yang kurang tepat. Sebagai seorang kader dakwah seharusnya kita bisa
mencontohkan bagaimana rapat yang efesien dan efektif, perlu ada beberapa pra-syarat yang dimiliki
oleh para anggota tim sebelum melakukan rapat ,yakni:

1. Adanya penghormatan terhadap waktu


2. Fokus pada apa yang dikerjakan,
3. Mempersiapkan bahan rapat dengan baik.

Seperti yang telah kita pahami bersama bahwa syuro adalah media penting dalam penyusunan strategi
organisasi. Efektifnya syuro juga akan mencerminkan seberapa efektif kita dalam menjalankan tugas di
lapangan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar Syuro lebih Efektif
1. Pemberitahuan rapat sejak awal.
2. Waktu pasti rapat.
3. Pemberitahuan agenda pembahasan.
4. Memulai rapat tepat waktu.
5. Memanfaatkan media rapat secara efektif.
6. Hanya satu notulensi saja.
7. Dinamisasi rapat.
8. Kesimpulan dan pembagian tugas.
9. Ketegasan dari pemimpin rapat.

Mekanisme Syuro
1. Agenda syuro harus jelas dan disosialisasikan minimal satu hari sebelumnya, kecuali agenda-agenda
yang penting dan mendadak untuk segera direspon.

2. Agar syuro berjalan efektif, maka masing-masing anggota menyiapkan usulan, ide, gagasan ataupun
solusi sesuai agenda syuro yang akan dibahas dan untuk dibawa ke forum.

3. Ketidaksanggupan dalam menghadiri syuro tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Kontribusi
bisa diberikan dengan menitipkan pada anggota yang hadir. Dan menerima segala keputusan yang telah
diambil dalam syuro.

4. Pengurus yang tidak hadir wajib berinisiatif menanyakan informasi mengenai syuro yang telah
berlangsung, minimal mengenai:
Waktu dan tempat syuro selanjutnya.
Agenda-agenda syuro yang telah dibahas.
 Agenda-agenda syuro yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

 Iqob apa yang harus diterima bagi mereka yang tidak hadir.

5. Bagi yang berhalangan hadir atau akan terlambat dalam mengikuti syuro, wajib memberitahukan
kepada pimpinan syuro dalam tempo minimal 2 jam sebelum syuro. Setelah itu, dianggap tidak izin dan
akan dikenai iqob.

6. Setiap syuro dilakukan pencatatan jurnal syuro


Pembukaan :
a) Prolog (minimal basmalah dan shalawat)
b) Tilawah
c) Taushiyyah/Kultum

Pembahasan :
a) Penentuan agenda syuro (rencana agendaàusulan agendaàfiksasi agenda)
b) Skala prioritas pembahasan
1. Agenda mendesak (urgen) & penting
2. Agenda mendesak (urgen & kurang penting
3. Agenda penting & kurang mendesak

c) Pembahasan agenda point per point


1. Pendefinisian masalah
2. Brainstorming solusi
3. Penggodokan solusi
4. Pengambilan keputusan
5. Pembacaan ulang hasil keputusan
Penutup :
a) Kesimpulan syuro
b) Penertiban administrasi (presensi, iqob)
c) Ta’limat & I’lan (instruksi & informasi)

Mengoptimalkan kerja syuro


Perlu ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1. Tanamkan pemahaman tentang syuro yang baik kepada anggota syuro yang lain ingatkan bahwa
ketika keputusan yang mereka hasilkan adalah keputusan kolektif yang tidak hanya berasal dari
pendapat mereka saja tapi juga pendapat jamaah secara umum.]

2. Pilih pengurus yang peka. Sebaiknya anggota syuro yang dipilih tidak hanya orang-orang yang “gaul”
saja tapi juga orang-orang yang memiliki kemauan membaca yang kuat demi terciptanya iklim diskusi
ilmiah yang sehat dalam syuro itu sendiri.
3. Bumikan syuro tersebut kepada para jama’ah sehingga jama’ah merasa nyaman akan kehadirannya
dan mereka bisa menyalurkan aspirasi secara bebas dan nyaman sudah bukan jamannya lagi ada
“Invisible hand” seperti jaman represi dulu dan jama’ah juga bukanlah orang bodoh yang bisa ditipu
dengan embel-embel doktrin sami’na wa atho’na karena untuk hal yang satu ini jama’ah pun
mempunyai hak dalam menolak (kalau alasannya syar’i dan logis) seperti kasus Umar bin Khattab yang
pernah berfatwa tentang pembatasan mahar namun ditolak oleh seorang wanita.

4. Sebaiknya diterapkan sisem reward and punishment dalam syuro itu sendiri maskudnya adalah
apabila ternyata ada anggota yang tidak produktif dalam syuro tersebut jangan ragu-ragu untuk
menggantikannya (setelah terlebih dahulu ditegur dan dinasehati) mengingat ini demi keberlangsungan
dan keefektifan syuro itu sendiri dan keputusan orang yang akan menggantikannya juga harus
keputusan kolektif bukan qiyadah.

5. Ingatkan sekali lagi pada para anggota syuro bahwa mereka bukanlah orang-orang istimewa diantara
para jama’ah namun lebih pada penyaring aspirasi jama’ah untuk mengetahui kemana arah biduk
perahu dakwah selanjutnya.

6. Evaluasi ini adalah langkah terpenting bagi sebuah syuro karena tanpa evaluasi tidak bisa diketahui
apakah syuro tersebut telah berhasil atau tidak serta menjadi bahan bagi masukan bagi syuro
selanjutnya.

Adab Syuro :
1. Kesediaan untuk memberikan kontribusi pendapat
2. Dilakukan dengan motivasi mencari Ridho Allah SWT
3. Mentaati keputusan syuro tanpa kepentingan pribadi (QS Assyuro 42 : 48 ”dan bagi orang-orang yang
menerima (mematuhi) Rabb Nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan…” )
4. Mengutamakan mufakat sebelum voting (konsensus)
5. Tidak mendominasi pembicaraan
6. Memberikan kesempatan yang cukup untuk menganalisa persoalan
7. Lapang dada dan bersabar terhadap perbedaan yang terjadi
8. Tidak menyembunyikan dat/fakta yang bertentangan dengan pendapatnya
9. dipimpin oleh orang yang adil dan tidak berpihak
10. meyakini bahwa kesalahan hasil syuro lebih baik daripada egoisme pribadi

Semua komponen dalam syuro berkomitmen dan bersungguh-sungguh untuk menunaikan


kewajibannya, sehingga output dakwah bisa maksimal. Kewajiban-kewajiban di atas dimaksudkan untuk
memudahkan kerja pengurus dan mempersiapkan sedini mungkin laporan pertanggung jawaban di akhir
kepengurusan. Dakwah membutuhkan kekokohan ma’na da’awiyah, jasadiah, tsaqofah dan
profesionalisme

Anda mungkin juga menyukai