Anda di halaman 1dari 42

Volvulus Sigmoid

Rontgen

• Foto polos abdomen: dilasi Massive sigmoid yang timbul dari


panggul dan meluas ke diafragma. Dinding loop yang jelas
sebagai 3 baris cerah berkumpul di panggul untuk membuat
penampilan beaklike
• CT scan: temuan volvulus sigmoid termasuk tanda berputar. CT
scan mungkin berguna dalam mengidentifikasi penyebab dan
lokasi obstruksi yang hasil dari patologi lain, serta dalam
mendemonstrasikan hasil dari iskemia
• Magnetic Resonance Imaging (MRI): telah digunakan
dengan sukses dalam penilaian obstruksi usus besar
(tidak secara khusus dalam volvulus sigmoid).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan insuflasi retrograd
dari 1000-1200 mL udara melalui kateter Foley yang
ditempatkan di rektum dan dengan skopolamin untuk
menghambat gerak peristaltik dalam rangka untuk
menunjukkan lokasi obstruksi usus. Selain itu, MRI
telah digunakan dalam diagnosis nekrosis mural pada
bayi dan remaja
• Ultrasonografi: kadang-kadang mungkin berguna dalam menilai
usus besar obstruction. Namun, tingkat keyakinan ultrasonografi
dalam diagnosis volvulus sigmoid rendah. Dalam pengalaman
terbatas dalam mendiagnosis volvulus sigmoid dengan
ultrasonografi, gambar gagal untuk menggambarkan penyebab
pada kebanyakan pasien

• Sigmoidoskopi: dilakukan untuk menilai apakah ada strangulasi.


Gambaran strngulasi mencakup mukosa hemoragik atau
berwarna ungu kebiruan, cairan berdarah dalam rektum serta
ulserasi jelas dan nekrosis usus pada titik puntiran
Komplikasi
• Infeksi luka bedah(8-12%)
• Kebocoran anastomotic (3-7%)
• Colocutaneous fistula (2-3%)
• Abses perut atau panggul (1-7%)
• Sepsis (2%)

• Prognosis : Angka kematian yang dilaporkan


adalah sebagai tinggi 20-25%, tergantung pada
interval antara diagnosis dan penanganan
Manifestasi Klinis
Gejala Tanda
• Pyrexia (demam tinggi) General (sistemik):
• Pasien tampak tidak sehat, menderita, kesakitan
• Nausea, vomiting, cinguitus • Muka/ facies hippocrates: mata cekung, tulang pipi
(cegukan) menonjol, mata kosong
• Coated tongue (lidah kotor)
• Nyeri abdomen. Tergantung area • Demam dan takikardi
yang terlibat. Peritonitis lokal • Pernafasan dangkal dan cepat. Khususnya adalah
pernafasan costal
nyerinya bersifat lokal, kalau Lokal:
sudah general nyeri terasa pada • Distensi abdomen
hampir seluruh abdomen • Diffusely tenderness (nyeri tekan difus)
• Diffusely rebound tenderness (nyeri lepas tekan
• Abdominal meterismus (kembung) difus)
• Muscular guarding/ defans muscular
• Tidak bisa defekasi dan kentut
• Menghilangnya liver dulness (pekak hepar)
karena ususnya paralitik • Shifting dullness (redup berpindah) dan suara usus
menurun sampai hilang
Pemeriksaan
• RT:
– Penurunan tonus sphincter ani
– Udara di ampula recti. Jadi, jari yang dimasukkan di ampula recti seperti
mengambang.
– Nyeri tekan ke segala arah (peritonitis general)
• Laboratorium :
– Leukositosis. Bila disebabkan oleh thypoid maka terjadi leukopenia.
– Hemogram: pergeseran ke kiri (neutrofilia)
– Asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik (sebagai kompensasi tubuh akibat
adanya asidosis metabolik)
• BNO:
– Lemak pre-peritonial tidak jelas terlihat
– Daerah subdiafragma terlihat luscent karena udara yanbg timbul akibat perforasi
usus.
– Penebalan dinding usus
Terapi

• Fase preoperatif meliputi pemasangan NGT,


intravenous line, antibiotik dan kateter.
• Fase operatif yaitu laparatomi eksplorasi.
• Postoperatif maliputi intravenous line
maintenance (berupa air, elektrolit dan
nutrisi) dan oral feeding (realimentasi jika
pasien sudah flatus, produk NGT minimal
atau negatif, fungsi/ peristaltik usus telah
pulih dan tidak ada distensi abdomen).
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
• Nama : Tn. S
• Umur : 68 tahun
• Pekerjaan : Swasta
• Agama : Islam
• Suku : Banjar
• Alamat : Banjarmasin
• MRS : 26 Februari 2011
ANAMNESIS
• Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
dan alloanamnesi pada tanggal 2 Maret 2011
pukul 14.00 WITA.
Keluhan Utama : Sakit perut
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Sabtu, 26 Februari 2011 sekitar pukul 07.30
WITA penderita sarapan seperti biasa. Setelah
selesai makan penderita merasa mual. Sekitar
pukul 09.00 WITA penderita muntah berupa
makanan dan minuman yang dikonsumsinya
saat sarapan.
• Selain mual dan muntah, penderita juga mulai merasakan sakit perut yang
sangat hebat di seluruh bagian perutnya sekitar pukul 10.00 WITA. Sebagai
akibat rasa sakit tersebut maka penderita menjadi susah bernapas dan
selalu mencari posisi berbaring yang enak untuk mengurangi keluhan sakit
perutnya. Oleh karena tidak tahan dengan keluhan tersebut, penderita
berobat ke bidan sekitar pukul 11.00 WITA. Bidan memberikan dua macam
obat kepada penderita dan berpesan bila setelah meminum obat yang
diberikannya keluhan tersebut tidak berkurang maka penderita sebaiknya
dibawa ke rumah sakit (RS) saja. Ketika ditanya saat anamnesis, penderita
dan pihak keluarga tidak tahu nama obat tersebut. Penderita sempat
meminum obat yang diberikan bidan sebanyak satu kali. Sekitar pukul 15.30
WITA, keluhan penderita tidak kunjung berkurang sehingga penderita
dibawa ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Selama di RS
penderita terus merasa kesakitan. Setelah pukul 00.00 WITA barulah
keluhan tersebut mulai berkurang.
• Penderita juga mengeluhkan adanya demam
pada tubuhnya, sakit kepala, kembung pada
perutnya, dan tidak kentut sejak pagi.
Riwayat buang air besar (BAB) penderita
tidak lancar dan susah untuk BAB. Penderita
sering mengkonsumsi obat pencahar untuk
membantu melancarkan BABnya. Penderita
tidak mengeluh adanya gangguan kencing.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Penderita mengidap maag kronis. Penyakit
tersebut akan kambuh jika penderita
mengkonsumsi makanan yang pedas dan
bersantan, atau minuman seperti susu dan kopi.
Walaupun setelah mengkonsumsi makanan dan
minuman tersebut penderita akan merasakan
nyeri pada ulu hatinya, akan tetapi penderita
tetap sering mengkunsumsinya. Penderita secara
rutin berobat ke puskesmas untuk keluhan maag
kronisnya. Penderita sebelumnya tidak pernah
mengkontrol tekanan darah dan gula darahnya.
Penderita tidak ada penyakit asma.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Menurut pengakuan pasien, tidak ada
keluarga pasien yang menderita penyakit
seperti pasien. Keluarga pasien juga tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi,
diabetes mellitus dan asma.
– Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sakit berat
• Kesadaran : Composmentis
• Tanda vital : TD 150/90 mmHg, Nadi 128
x/menit, RR 18 x/menit, T 37, 20C
• Status Neurologis: dbn Status Lokalis
• Kepala : dbn I : distensi (+)
• P : distensi (+)
Mata : dbn
P : hipertimpani
• Telinga : dbn A : Bising usus menurun
• Hidung : dbn
• Mulut : dbn Rectal Toucher: Spincter ani
menjepit kuat, Ampula recti
• Leher : dbn gembung/ kosong, feses (-),
• Thoraks : dbn massa (-), darah (-), nyeri
tekan (-)
• Ekstremitas : dbn
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN  

HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,1 g/dl  
Lekosit 16.700 /ul  
Eritrosit 4,48 Juta/ul  
Hematokrit 38 Vol%  
Trombosit 190.000 /ul  
RDW-CV 11,6 %  
MCV, MCH, MCHC
MCV 77,5 Fl  
MCH 28,9 Pg  
MCHC 37,3 %  
DIFF COUNT
Basofil 0,5 %  
Eosinofil 1,1 %  
Neutrofil 92,5 %  
Limfosit 3,4 %  
Monosit 2,1 %  
Basofil 0,08 Ribu/ul  
Eosinofil 0,16 Ribu/ul  
Neutrofil 14,13 Ribu/ul  
Limfosit 0,52 Ribu/ul  
Monosit 0,32 Ribu/ul  
KIMIA
GULA DARAH  

Glukosa Darah Sewaktu (BSS) 234 Mg/dl  

HATI
SGOT 61 U/l  
SGPT 21 U/l  
GINJAL
Ureum 30 Mg/dl  
Kreatinin 1,7 Mg/dl  
ELEKTROLIT
Natrium 144 Mmol/l  
Kalium 3,6 Mmol/l  
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12,8 g/dl

Lekosit 15.300 /ul

Eritrosit 4,47 Juta/ul

Hematokrit 35 Vol%

Trombosit 187.000 /ul

RDW-CV 13,4 %

MCV, MCH, MCHC

MCV 78,3 Fl

MCH 28,7 Pg

MCHC 36,7 %

DIFF COUNT

Basofil 0,5 %

Eosinofil 1,1 %

Neutrofil 92,5 %

Limfosit 3,4 %

Monosit 2,1 %

Basofil 0,08 Ribu/ul

Eosinofil 0,16 Ribu/ul

Neutrofil 14,13 Ribu/ul

Limfosit 0,52 Ribu/ul

Monosit 0,32 Ribu/ul


• Yang mendukung kasus: Epidemiologi (?),
gangguan kardiovaskuler. Faktor
predisposisi: diet rendah serat, konstipasi
kronis dan penyalahgunaan laksatif kronis

• Penderita sudah sering mengeluhkan sakit


perut disertai dengan perut kembung.
Keluhan ini hilang setelah penderita kentut
berulang kali. Hal tersebut tidak menutup
kemungkinan gejala volvulus yang tidak
disadari oleh penderita karena dianggap
adalah maag kronis.
• Volvulus salah satu penyebab dari ileus mekanik

• Ileus/obstruksi usus: gangguan pasase (jalannya


makanan di usus)

• Kemiripan patofisiologi obstruksi usus, tanpa


memandang penyebab obstruksi yang
disebabkan oleh mekanis atau fungsional.
Perbedaan utamanya adalah pada obstruksi
paralitik, peristaltik dihambat sejak awal,
sedangkan pada obstruksi mekanis, awalnya
peristaltik diperkuat, kemudian timbul
intremiten, dan akhirnya menghilang
Obstrusi usus

Akumulasi gas dan cairan intralumen di


sebelah proksimal dari letak obstruksi

Distensi Proliferasi bakteri yang Kehilangan H2O


berlangsung cepat dan elektrolit

Tekanan ↑ intralumen
dipertahankan ↓ Volume ECF

Iskemik dinding usus

Kehilangan cairan
menuju ruang peritonium

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus


yang nekrotik ke dalam peritonium dan
sirkulasi sistemik

Peritonitis septikemia Syok hipovolemik


Klasifikasi peritonitis pada kasus
• Terapi yang telah dilakukan untuk kasus ini
sudah sesuai dengan alogaritma penanganan
kasus volvulus sigmoid dan peritonitis

• Prinsip: Terapi Cairan , antibiotik spektrum


luas, kateter Foley, NGT, Oral feeding
(realimentasi jika pasien sudah flatus, produk
NGT minimal atau negatif, fungsi/ peristaltik
usus telah pulih dan tidak ada distensi
abdomen)
PENUTUP
• Tn. S, laki-laki, 68 tahun yang berobat ke IGD RSUD Ulin
Banjarmasin dengan keluhan utama sakit perut
• Keluhan: mual dan muntah, demam, sakit kepala,
kembung, dan kentut (-). R/ BAB tidak lancar sehingga
mengkonsumsi obat pencahar. Gangguan kencing (-)
• Diagnosis Peritonitis Umum et causa Perforasi Sigmoideum
et causa Volvulus Sigmoideum dan telah dilakukan
laparatomi eksplorasi (reseksi sigmoid menggunakan
Hartman Prosedur)
• ICU 5 hari dan Bedah Umum 17 hari
• Pulang 19 Maret 2011 dengan diizinkan oleh dokter

Anda mungkin juga menyukai