Anda di halaman 1dari 14

Makalah mengenai hubungan migrasi dengan kebudayaan.

Diajukan untuk memenuhi tugas makalah antropologi.

Disusun oleh

Anggi Mustika

209000008

Psikologi A

UNIVERSITAS PARAMADINA
Jalan Gatot Subroto, Kav. 97 Mampang, Jakarta 12790
T. +62-21-7918-1188 F. +62-21-799-3375
www.paramadina.ac.id

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 1

PENGANTAR ............................................................................................................. 2

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang Penelitian. ............................................................................. 3

1.2 Tujuan. .......................................................................................................... 4

1.3 Manfaat.......................................................................................................... 4

1.4 Rumusan masalah. ......................................................................................... 4

1.5 Metode Penelitian. ......................................................................................... 5

1.6 Objek Studi. ................................................................................................... 5

ISI ................................................................................................................................ 6

2.1 Data Survai. ................................................................................................... 6

2.2 Analisis. ......................................................................................................... 8

PENUTUP ..................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan........................................................................................................12

3.2 Saran. ................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................13

1
PENGANTAR

Alhamdulillah…

Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat ridha-Nya penyusun dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mama dan papa yang senantiasa selalu menjadi motivator penulis. Terima kasih atas
do’a dan supportnya…
2. Bapak Dr. Agus Saladin selaku dosen antropologi, yang telah membimbing dan
memberi pengarahan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang mendukung penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah antropologi. Mohon maaf
apabilamasih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun masih
dalam tahap belajar. Oleh sebab itu, saran. koreksi dan perbaikan penyusun harapkan.

Terima kasih…

Jakarta, 26 November 2009

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian.

Kebudayaan merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan


meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Nenek moyang kita
telah menurunkan kebudayaannya secara turun-temurun. Selama proses penurunan tersebut,
kebudayaan mengalami perubahan-perubahan secara bertahap. Perubahan itu terjadi seiring
dengan penyesuaian sistem masyarakat yang ada pada saat itu.

Perkembangan atau evolusi kebudayaan sampai saat ini masih dapat kita temui dan
kita rasakan. Dalam tataran praktis, peralatan dan prasarana teknologis yang memadai dalam
menjalankan kehidupan kita semakin kompleks dan lengkap. Dalam tataran non-praktis,
seperti tatanan moral, norma, pandangan hidup, ilmu pengetahuan, filsafat, seni, dan
sebagainya mempunyai wajah yang baru dari waktu ke waktu. Perkembangan tersebut
tentunya tidak lepas dari peranan masyarakat yang menjadi subjek atau pelaku kultural itu
sendiri.

Kemajuan teknologi yang semakin canggih dan perkembangan informasi yang


semakin luas mengakibatkan dunia kultural semakin berkembang. Teknologi informasi
merupakan salah satu sarana untuk berinteraksi. Informasi yang berupa bahasa, ilmu
pengetahuan, seni dan hasil karya dapat memperkaya khasanah budaya suatu daerah, bangsa,
negara.

Bertolak dari pengalaman informasi, manusia semakin mudah bermigrasi dan


berorientasi pada situasi serta kondisi yang baru. Di samping itu, dunia kultural semakin
tersebar dan diperkaya. Bersamaan dengan migrasi dan orientasi kelompok-kelompok
manusia pada situasi dan kondisi yang baru, unsur-unsur kultural dan sejarah manusia pun
ikut tersebar. Proses ekstensi, persebaran dari hasil karya manusia ke tempat-tempat lain
disebut difusi. Proses ide-ide baru ikut dikomunikasikan ke dalam sistem sosial. Unsur-unsur
difusi ide-ide baru itu adalah inovasi, inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
(media), inovasi dalam jangka waktu tertentu, kepada anggota suatu sistem sosial

3
Difusi unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi karena migrasi dari satu kelompok
manusia, dari satu daerah ke daerah lain, melainkan dapat terjadi karena adanya individu-
individu yang membawa penemuan baru atau unsur-unsur budaya dari satu bangsa menuju
bangsa lainnya. Difusi kultural semacam ini umumnya dibawa oleh seorang perantau yang
singgah dalam suatu daerah atau suatu bangsa lain.

Sesuai dengan pembahasan diatas, makalah ini membahas mengenai hubungan dan
pengaruh migrasi dengan difusi kebudayaan.

1.2 Tujuan.

Makalah ini disusun bertujuan untuk :

a. Memenuhi tugas makalah mata kuliah antropologi.


b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi Dinamika Masyarakat dan
Kebudayaan dengan sub judul Difusi Kebudayaan.

1.3 Manfaat.

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya bagi penyusun dan


umumnya bagi pembaca.
b. Dapat lebih memahami materi karena dihadapkan langsung dengan pengalaman nyata
(observasi).

1.4 Rumusan masalah.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah-masalah:

a. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?


b. Apa saja yang menjadi bentuk kebudayaan itu?
c. Bagaimana cara kebudayaan itu berkembang?
d. Apa yang dimaksud dengan difusi kebudayaan?
e. Bagaimana difusi kebudayaan itu terjadi?
f. Bagaimana hubungan migrasi dengan difusi kebudayaan?
g. Adakah pengaruhnya migrasi terhadap kebudayaan?

4
1.5 Metode Penelitian.

Makalah Hubungan dan Pengaruh Migrasi terhadap Kebudayaan ini, disusun dengan
melakukan observasi (pengamatan) terhadap objek studi. Selain itu, makalah ini juga
disusun dengan melihat berbagai referensi, baik itu dari halaman website di internet maupun
buku-buku yang berkaitan dengan materi yang dibahas.

1.6 Objek Studi.

Studi dilakukan terhadap 32 orang mahasiswi dengan latar belakang daerah yang
berbeda tetapi menempati rumah yang sama. Para mahasiswi tersebut berasal dari berbagai
daerah di Indonesia, diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara,
Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan selatan, Sumatera Selatan, dan
sebagainya.

Studi dilakukan dengan melakukan suatu pengamatan terhadap berbagai aspek umum
yang berlangsung secara spontan. Aspek tersebut diantaranya makanan, bahasa, cara
berkomunikasi, kebiasaan dan cara berpakaian.

5
BAB II

ISI

2.1 Data Survai.

a. Responden : Mahasiswi semester 1 (satu).


b. Jumlah responden : 32 orang.
c. Tempat observasi : Asrama (rumah) Paramadina Fellowship.
d. Alamat : Jl. Mampang Prapatan XII No. 26, RT. 009 RW. 001
Kelurahan Tegal Parang, Mampang – Jakarta Selatan.
e. Waktu : 16-22 November 2009.
f. Hasil obsevasi :

Setelah dilakukan pengamatan diperoleh data :

1. Terjadinya saling sharing kebudayaan (sengaja ataupun tidak disengaja) dalam segi
:

a. Makanan.

Sharing makanan daerahnya terjadi ketika mereka kembali dari daerahnya,


contohnya kembali dari liburan panjang. Mereka membawa makanan khasnya
masing-masing dan saling memperkenalkan serta membagikan makanan yang
dibawanya. Selain tu, sharing makanan terjadi dalam aktivitas keseharian,
misalnya ketika salah seorang dari penghuni rumah memasak makanan untuknya,
penghunni yang lain turut mencicipi.

b. Bahasa.

Sharing bahasa terjadi ketika antar penghuni rumah berkomunikasi. Para


responden memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajar yang tinggi tentang bahasa
yang berasal dari daerah yang berbeda. Kadang kala, seorang responden meminta
responden yang lain untuk sedikit mengajarkan bahasa daerahnya masing-masing,

6
misalnya kalimat saya mencintai kamu, dalam bahasa Sunda menjadi abdi bogoh
ka anjeun, sedangkan dalam bahasa Jawa menjadi aku katresno karo koe.

c. Cara berkomunikasi.

Dalam berkomunikasi, setiap responden memiliki gaya bicara yang berbeda-


beda baik itu volume suara (keras, sedang, kecil), nada (tinggi, rendah), tempo
(cepat, lambat), dsb. Setelah dilakukan pengamatan, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pada umumnya responden yang berasal dari pulau yang sama memiliki gaya
berkomunikasi yang sama pula. Misalnya, responden yang berasal dari Pulau
Sumatera cenderung menggunakan nada dan volume yang tinggi serta tempo yang
cepat dibandingkan dengan responden yang berasal dari Pulau Jawa yang
cenderung menggunakan nada dan volume yang rendah serta tempo yang lebih
lambat/sedang.

Selain itu, perbedaan dapat ditemukan pula dengan membandingkan cara


berkomunikasi antara responden yang berasal dari perkotaan (misal, Jakarta)
dengan responden yang berasal dari daerah. Responden yang berasal dari daerah
cenderung lebih luwes dan cepat dalam berkomunikasi.

Dengan adanya perbedaan dalam cara berkomunikasi ini. Antara responden


terjadi saling pengertian, penyesuaian diri dan saling mengimbangi satu sama lain.
Ada pengaruh untuk mengikuti gaya berkomunikasi lawan bicara agar terciptanya
komunikasi yang harmonis.

d. Kebiasaan.

Setiap orang memiliki persamaan dan perbedaannya masing-masing termasuk


masalah kebiasaan. Kebiasaan yang diamati diantaranya kebiasaan setelah makan,
kebiasaan terhadap barang-barang pribadinya, dll. Selama proses pengamatan,
penulis tidak menemukan indikasi yang menunjukan adanya keterkaitan asal
daerah dengan kebiasaan. Setiap orang memiliki ciri khas masing-masing.

e. Cara Berpakaian.

7
Seperti halnya kebiasaan, dalam berpakaian pun setiap orang memiliki ciri
khasnya masing-masing. Ada kecenderungan saling bertukar informasi dalam
berpakaian, saling memberi masukan dan terkadang saling meminjam. Secara tidak
langsung, setiap responden telah menyebarkan kebudayaannya masing-masing
dalam berpakaian.

2.2 Analisis.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,


yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari 3 wujud, diantaranya :

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Adapun unsur-unsur kebudayaan diantaranya :

a. Bahasa.
b. Sistem pengetahuan.
c. Organisasi social.
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi.
e. Sistem mata pencaharian hidup.
f. Sistem religi.
g. Kesenian.

Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang.


Perkembangan kebudayaan tersebut terjadi dengan cara :

8
a. Difusi.
b. Akulturasi dan asimilasi.

Difusi kebudayaan adalah salah satu bentuk penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari
satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran ini biasanya dibawa oleh sekelompok manusia
yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Sehingga kebudayaan mereka turut melebur di
daerah yang mereka tuju. Ada 2 tipe difusi yaitu:

a. Difusi intra masyarakat

Adalah difusi yang terjadi dalam suatu masyarakat.

b. Difusi antar masyarakat.

Adalah difusi yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
Difusi antar masyarakat dapat terjadi dalam berbagai bentuk :

a. Hubungan symbiotic.

Hubungan symbiotic merupakan hubungan antara kelompok-kelompok yang


berbeda-beda yang telah berlangsung berabad-abad tetapi hampir tidak
mempengaruhi mempengaruhi bentuk kebudayaan masing-masing. Contohnya
hubungan yang terjadi antara suku-suku bangsa peladang penduduk pedalaman
Kongo, Togo dan Kamerun di AfrikaTengah dan Barat dengan suku-suku bangsa
peladang dan suku-suku bangsa Negrito yang bermata pencaharian sebagai pemburu
dan perambah.

b. Penetration pacifique (penerobosan dengan jalan damai).

Penetration pacifiquer merupakan pertemuan antara kelompok yang berbeda dan


dapat terjadi karena perdagangan dengan akibat yang lebih jauh disbanding akibat
yang terjadi pada hubungan symbiotic. Dalam hal ini, unsur-unsur kebudayaan asing
turut masuk ke dalam kebudayaan penerima secara tidak sengaja dan tanpa paksaan.

c. Penetration violence.

d. Stimulus diffusion.

9
Stimulus diffusion merupakan unsure kebudayaan yang dibawa ke dalam suatu
kebudayaan mendorong munculnya unsur-unsur kebudayaan baru ciptaan kebudayaan
penerima, walaupun gagasan yang asli berasal dari luar.

f. Culturcomplex.
Culturcomplex merupakan proses difusi yang tidak hanya dilihat dari
bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain, tetapi sebagai
proses dibawanya unsur-unsur kebudayaan oleh individu-individu suatu kebudayaan
kepadaindividu-individu kebudayaan lain, maka kebudayaan yang didifusikan tidak
hanya satu unsur.
Selain itu, penyebaran kebudayaan juga dapat terjadi dengan berbagai cara
diantaranya :

a. Adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaannya ke


tempat yang jauh.

b. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang dilakukan oleh individu-idividu dalam


suatu kelompok dengan adanya pertemuan antara individu-individu kelompok yang
lain. Disinilah terjadi proses difusi budaya dimana mereka saling mempelajari dan
saling memahami antara budaya mereka masing-masing.

c. Cara lain adalah adanya bentuk hubungan perdagangan, dimana para pedagang masuk
ke suatu wilayah dan unsur-usur budaya pedagang tersebut masuk ke dalam
kebudayaan penerima tanpa disengaja.

Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari satu budaya belajar
individu ke individu yang lainnya atau dari masyarakat ke masyarakat lainya atau difusi inter-
masyarakat. Proses peniruan budaya belajar disebut imitasi. Proses imitasi budaya belajar
tidak selalu dipandang negatif, karena pada prisipnya individu atau kelompok sosial itu
tengah melakukan identifikasi budaya belajar baru. Gejala peniruan ini berbentuk trial and
error artinya mencoba-coba, bisa benar atau juga salah. Kalau kebetulan benar, maka budaya
belajar baru akan terus digunakan dalam kehidupan mereka dan digunakan untuk mengganti
budaya belajar sebelumnya.

10
Dari hasil observasi yang telah dilakukan membuktikan bahwa migrasi memiliki
pengaruh terhadap difusi kebudayaan. Migrasi tersebut mengakibatkan adanya sharing
kebudayaan di asrama. Setiap responden saling menyebarkan kebudayaannya masing-masing.
Penyebaran kebudayaan itu berlangsung secara disengaja ataupun tidak sengaja. Penyebaran
tersebut terjadi pada unsur-unsur kebudayaan yang meliputi :

a. Makanan.
b. Bahasa.
c. Cara berkomunikasi.
d. Kebiasaan.
e. Cara berpakaian.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Kebudayaan bersifat fleksibel. Kebudayaan dapat berkembang sesuai dengan


perkembangan zaman. Perkembangan kebudayaan itu terjadi melalui proses difusi, akulturasi
dan asimilasi.

Difusi kebudayaan merupakan proses penyebaran kebudayaan dari satu tempat ke


tempat lain. Difusi kebudayaan memiliki hubungan yang erat dengan migrasi. Setiap individu
yang memiliki kultur/kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan tersebut melekat menjadi
bagian dari dirinya. Tidak terkecuali ketika ia bermigrasi, kebudayaannya pun turut
bermigrasi.

Teori ini terbukti dengan hasil pengamatan yang memberikan contoh/gambaran


konkret yang terjadi di asrama. Dengan adanya migrasi, mereka dapat berkumpul di
lingkungan baru (asrama) dan membawa serta menyebarkan kebudayaan mereka, baik
disadari ataupun tidak disadari. Kebudayaan-kebudayaan tersebut melebur saling melengkapi
dan tidak menutup kemungkinan akan ada budaya baru yang lahir di asrama.

3.2 Saran.

Kebudayaan yang terus berkembang dari waktu ke waktu, pada umumnya merupakan
hasil dari difusi dan akulturasi. Proses difusi dan akulturasi memberikan inovasi dan bahkan
melahirkan kebudayaan baru. Akan tetapi, kita sebagai pelaku kebudayaan sebaiknya tidak
melupakan kebudayaan aslinya masing-masing. Setiap kebudayaan adalah unik. Oleh sebab
itu, perlu ada pelestarian kebudayaan yang dilakukan secara rutin dengan periode tertentu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Radinton. (2009, 18 April). Difusi. Diakses tanggal 24 November 2009 dari antropologi-
sosial.blogspot.com/2009/04/difusi.html

Moon, B. (2009, 10 Februari). Perubahan social budaya. Diakses tanggal 24 November 2009
dari cafestudi061.wordpress.com/2009/02/10/perubahan-sosial-budaya/

Yunanto, Ignatius. (2008, 4 Juni). Kreativitas dan Kebudayaan. Diakses tanggal 24


November 2009 dari joenanto.multiply.com/journal/item/21

Koentjaraningrat, Dr. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Edisi Revisi 2009. Jakarta : Rineka
Cipta.

Koentjaraningrat, Dr. 2003. Ilmu Antropologi Jilid I. Cetakan Kedua 2003. Jakarta : Rineka
Cipta.

13

Anda mungkin juga menyukai