Anda di halaman 1dari 14

PEMBUATAN SILIKA DARI ABU AMPAS TEBU

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kimia Unsur yang dibina

oleh Dra.Sri Wardhani, M.Si

disusun oleh:

Suci Prawijana Soestya

0810920016

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010/2011
PENDAHULUAN

1.1 RINGKASAN MATERI


1.1.1 Silika

Kehadiran dan konsentrasi unsur di dalam tanaman bukan merupakan asas


esensialitas suatu unsur. Tanaman tidak dapat secara selektif menyerap unsur hara
yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman juga menyerap
unsur yang tidak diperlukan untuk pertumbuhannya dan bahkan bisa jadi unsur yang
meracun. Selain hara esensial, terdapat juga hara non-esensial yang dalam kondisi
agroklimat tertentu bisa memperkaya pertumbuhan tanaman dengan mendorong
proses fisiologi. Hara tersebut disebut dengan hara fungsional atau hara bermanfaat
(pembangun) (Savant et.al., 1999).

Unsur bermanfaat merupakan unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman


tetapi tidak memenuhi kaidah unsur hara esensial karena jika unsur ini tidak ada,
pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu. Unsur hara pembangun (fakultatif)
dianggap unsur yang tidak penting, tetapi merangsang pertumbuhan tanaman dan juga
dapat menjadi unsur penting untuk beberapa spesies tanaman tertentu karena dapat
menyebabkan kenaikan produksi. Unsur-unsur yang termasuk menguntungkan bagi
tanaman adalah Natrium (Na), Cobalt (Co), Chlor (Cl), dan Silikon (Si).

Silikon bukan merupakan unsur yang penting (esensial) bagi tanaman. Tetapi
hampir semua tanaman mengandung Si, dalam kadar yang berbeda-beda dan sering
sangat tinggi. Walaupun tidak termasuk hara tanaman, Si dapat menaikkan produksi
karena Si mampu memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh terhadap
kelarutan P dalam tanah. Tidak ada unsur hara lain yang dianggap non esensial hadir
dalam jumlah yang secara konsisten banyak pada tanaman. Pada tanaman padi
misalnya, kadar Si sangat tinggi dan melebihi unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan
S). Apabila kadar SiO2 kurang dari 5% maka tegak tanaman padi tidak kuat dan

mudah roboh. Robohnya tanaman menyebabkan turunnya produksi, dengan demikian


pemupukan Si dianggap dapat menaikkan produksi tanaman (Roesmarkam dan
Yuwono, 2002).

Silikon (Si) merupakan unsur kedua terbanyak setelah oksigen (O) dalam
kerak bumi dan Si juga berada dalam jumlah yang banyak pada setiap tanah (Tabel
3). Porsi terbesar Si tanah dijumpai dalam bentuk kuarsa atau kristal silikon (Buol et.
al., 1980). Pada umumnya tanah mengandung 5-40 % Si. Dalam setiap kilogram
tanah liat terkandung sekitar 200-320 g Si, sementara dalam tanah berpasir terdapat
antara 450-480 g Si. Si merupakan unsur yang inert (sangat tidak larut) sehingga
selama ini Si dianggap tidak memiliki arti penting bagi proses-proses biokimia dan
kimia. Juga, karena jumlahnya yang melimpah dalam tanah peran Si seringkali tidak
terlalu diperhatikan atau bahkan tidak teramati (Jones, 2000).

Silika banyak digunakan di indusri karena sifat dan morfologinya yang unik,
meliputi antara lain : luas permukaan dan volume porinya yang besar, dan
kemampuan untuk menyerap berbagai zat seperti air, oli serta bahan radioaktif. Pada
umumnya silika bisa bersifat hidrofobik ataupun hidrofilik sesuai dengan struktur dan
morfologinya(Bagus dan Budi, 2006).
Precipitated silika adalah senyawa silika yang merupakan senyawa non logam
dengan rumus SiO2. Precipitated silika berbentuk serbuk padat berwarna putih, tidak
berbau dan tidak berasa, tidak larut dalam air maupun asam kecuali asam fluoride.
Precipitated silika mempunyai titik lebur/cair yang cukup tinggi yaitu sebesar
1.710°C dengan titik didih 2.230°C. Precipitated silika dapat digunakan dalam
industri barang-barang dari karet (sepatu olah raga, ban dll), pestisida (insektisida),
bahan baku atau bahan tambahan dalam industri kosmetik, makanan/minuman,
industri keramik dan penyaring air. Dalam bentuk amorph. Precipitated silika ini
berfungsi sebagai silika gel(Hernawati dan Indarto, 2010).
1.1.2 Ampas Tebu

Tebu merupakan salah satu monokotil akumulator Si yaitu tanaman yang


serapan Si-nya melebihi serapannya terhadap air. Selama pertumbuhan (1 tahun),
tebu menyerap Si sekitar 500-700 kg per ha lebih tinggi dibanding unsur-unsur
lainnya. Sebagai pembanding, dalam kurun waktu yang sama tebu menyerap antara
100-300 kg K, 40-80 kg P, dan 50-500 kg N per ha.

Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu
(saccharum oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada Industri
pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse) (Worathanakul, et all., 2009).

Rata – rata ampas yang diperoleh dari proses giling 32 % tebu. Dengan
produksi tebu di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 21 juta ton potensi ampas yang
dihasilkan sekitar 6 juta ton ampas per tahun. Selama ini hampir di setiap pabrik gula
tebu menggunakan ampas sebagai bahan bakar boiler.

Tiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan limbah yang terdiri dari
limbah padat,cair dan gas.Limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagas),Abu boiler dan
blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari perasan
batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus.
Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan bakar pemasakan
nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuat kertas.
Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan
bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan sehingga
tidak menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang kedua berupa blotong, merupakan
hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum dimasak dan dikristalkan menjadi
gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir berwarna hitam, memiliki bau tak sedap
jika masih basah. Bila tidak segera kering akan menimbulkan bau busuk yang
menyengat. (Mahmudah Hamawi,2005)
Kelebihan ampas (bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula,
ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas.
Ampas mudah terbakar karena di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba,
sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus
kebakaran ampas di beberapa pabrik gula diduga akibat proses tersebut. Ampas tebu
selain dijadikan sebagai bahan bakar ketel di beberapa pabrik gula mencoba
mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara berlebihan (inefisien).
Dengan cara tersebut mereka bisa mengurangi jumlah ampas tebu.

1.1.3 Abu Ampas Tebu (Baggase ash)

Abu ampas tebu merupakan hasil dari pembakaran ampas tebu pada produksi
gula yang biasanya tidak terpakai dan dianggap sebagai limbah pabrik (waste
product).

Proses pembakaran ampas tebu itu sendiri berlangsung pada grate (pengapian)
dan furnace (ruang pembakaran) dimana ampas tebu yang dijatuhkan dari corong ke
grate. Di grate inilah akan terjadi timbunan ampas tebu yang menyerupai kerucut
bahan bakar dan akan berlangsung 4 proses yakni proses pengeringan, pembentukan
karbon, pembakaran, dan yang terakhir menjadi abu (abu ampas tebu). Secara garis
besar, proses untuk menghasilkan abu ampas tebu adalah sebagai berikut(Hernawati
dan Indarto,2010):

Diangkut oleh Corong Abu Ampas


Gilingan Ampas tebu
baggase carrier furnace Tebu
Gambar I (a) Ampas Tebu; (b) Abu Ampas Tebu

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun permasalahan yang diambil dalam permasalahan ini adalah sebagai


berikut :
a. Apakah di dalam abu ampas tebu mengandung silika yang cukup dominan?
b. Bagaimana cara memisahkan silika presipitasi dari abu ampas tebu dan
bagaimana sifat fisik dan kimia silika yang dihasilkan?
c. Apakah pembuatan silika gel kering dari abu ampas tebu dengan pengendapan
dari Natrium Silikat dengan asam dapat menghasilkan silika gel kering?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui kadar silika yang terkandung dalam abu ampas tebu.
b. Mengetahui cara memisahkan silika dari ampas tebu dan mengetahui sifat
fisik dan sifat kimia silika yang dihasilkan.
c. Mengetahui proses pembuatan silika gel kering dari abu ampas tebu dengan
pengendapan dari Natrium Silikat dengan asam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komposisi abu ampas tebu


Abu pembakaran ampas tebu merupakan hasil perubahan secara kimiawi dari
pembakaran ampas tebu murni.Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar untuk
memanaskan boiler dengan suhu mencapai 5500-6000C dan lama pembakaran setiap
4-8 jam dilakukan pengangkutan atau pengeluaran abu dari dalam boiler,karena jika
dibiarkan tanpa dibersihkan akan terjadi penumpukan yang akan mengganggu proses
pembakaran ampas tebu berikutnya.(Mukmin Batubara,2009).

Komposisi kimia dari abu ampas tebu terdiri dari beberapa senyawa yang dapat
dilihat pada table dibawah ini :

(Sumber:http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.pdf)

Dari data di atas, jelas sekali terlihat bahwa senyawa kimia yang dominan adalah
SiO2 (silika) sebesar 70,97 %. Komposisi tersebut menguntungkan abu ampas tebu
bila bahan ini akan digunakan sebagai adsorbent. (Petra Christian University, 2007).
2.2 Isolasi Silika
Salah satu cara pemisahan silika dari abu ampas abu yaitu dengan proses
pembuatan silika presipitasi yang terdiri dari 4 macam proses (Hernawati dan Indarto,
2010) :
 Proses Aldcroft, yaitu mereaksikan Na2O. 3,3SiO2 dengan H2SO4
dengan menambahkannya ke dalam reactor berisi air secara stimultan.
 Proses Chevallier, yaitu menambahkan Na2O. 3,37SiO2 ke dalam reactor
yang berisi air, kemudian dipanaskan, baru ditambahkan H2SO4.
 Proses Esch, yaitu menambahkan Na2O. 3,4SiO2 ke dalam reactor yang
berisi air dan menjaganya sampai suhu tertentu, kemudian menambahkan
natrium silikat dan H2SO4 secara stimultan.
 Proses Johson, yaitu menambahkan Na2O. 3,3SiO2 ke dalam reactor yang
berisi air dan menjaganya pada suhu tertentu, sambil menambahkan
natrium silikat dan H2SO4.
Proses produksi silika yang dipilih adalah proses Aldcroft, karena energi yang
digunakan yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan safety peralatan cukup terjamin.
Proses produksinya secara umum dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah
Ekstraksi abu ampas tebu dengan solvent NaOH. Tahap kedua yaitu tahap reaksi,
tahap ini merupakan tahap inti dari proses presipitasi. Pada tahap ini terjadi proses
antara natrium silikat dan asam sulfat. Selanjutnya tahap filtrasi, tahap ini merupakan
tahap pemisahan partikel silika dari liquid. Tahap ketiga adalah tahap pengeringan,
tahap ini merupakan tahap pembuangan air dalam partikel silika. Selanjutnya, tahap
pengecilan dan homogenisasi ukuran partikel silika sebesar 400 mesh (Hernawati dan
Indarto, 2010).
Berdasarkan parameter – parameter tersebut maka produksi silika dipilih
menggunakan proses Aldcroft.

Sifat fisik dan kimia dari silica presipitasi yang dihasilkan adalah sebagai
berikut (Hernawati dan Indarto, 2010) :

SIFAT FISIKA

Bentuk : powder
Warna : putih
Water absorption value : 250 % min
Oil absorption value : 225 % min
Solubility in water : 0,012 g/100ml
kandungan silika : ± 99 %
density : 2,634 g/cm3
Surface area : 5-100 m2/g
Spesific gravity : 2

SIFAT KIMIA

Silika presipitasi memilik dua gugus fungsi yang bebeda pada permukaanya,
yaitu gugus (Si-OH) dan gugus siloxane (Si-O-Si). Kedua gugus fungsi ini
mempengaruhi properti pada permukaan sekaligus aplikasi dari silika presipitasi itu
sendiri. Suatu permukaan dengan 5-6 gugus silanol per nm2, menghasilkan silika
presipirasi yang hidrofilik. Sedangkan gugus siloxane bersifat inert secara kimiawi
dan kereaktifannya menghasilkan silika presipitasi dengan permukaan yang beragam.
Sehingga reaksinya dengan organosilanes atau silicon membuatnya bersifat
hidrofobik.

2.3 Pembuatan Silika Gel Kering Dari Abu Ampas Tebu

Silika gel kering telah dibuat dari abu ampas tebu melalui proses pelarutan
dengan natrium hidroksida, pengendapan dengan larutan asam klorida-sitrat dan
proses pengeringan pada suhu 200oC (Enymia,dkk., 1998). Adapun proses pembuatan
silika gel kering, meliputi(Anggraini,dkk., 2005):

 Abu ampas tebu di giling halus di dalam potmil dengan kondisi basah.
 Pembentukan larutan Natrium Silikat
Pembentukan larutan natrium silikat digunakan precursor silika gel yang dibuat
dengan menambahkan NaOH padat ke dalam abu ampas tebu yang telah digiling
halus dengan perbandingan berat abu ampas tebu : NaOH : air suling 1:1:10.
Untuk mempercepat pelarutan abu sekam dalam NaOH dilakukan dengan cara
pemanasan sampai larutan tersebut jenuh terhadap abu ampas tebu, kemudian
didinginkan, disaring dengan kain penyaring, dan filtratnya ditampung. Bila perlu
dilakukan pengenceran dengan air.
 Pembuatan silika gel kering
Filtrat yang telah kering diasamkan dengan asam sitrat (10%) dan asam klorida
(5%) dengan pengaturan pH sampai mencapai pH netral. Endapan gel yang
terbentuk diperas dengan kain penyaring, di cuci berulang-ulang dan dikeringkan
dimana suhu pengeringan optimal untuk memperoleh standar pada pengeringan
200oC dengan struktur kimia SiO2.0.29 H2O.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, S., Azmiyawati, C., dan Taslimah . 2005 . Pembuatan Silika Gel Dari
Abu Sekam Padi Dengan Menggunakan Asam Sitrat . Skripsi . Fakultas
MIPA Universitas Diponegoro . Semarang

Buol, S. W., F. D. Hole, and R. J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and


Classification. The IOWA State University Press. Ames

Enymia, Suhandan dan Sulistarihani,N. 1998. Pembuatan Silika Gel Kering Dari
Sekam Padi Untuk Bahan Pengisi Karet Ban, Jurnal Keramik & Gelas
Indonesia, Vol.7 No.1 &2 Tahun.1998

Hernawati dan Indarto,D.N . 2010. Pabrik Silika dari Abu Ampas Tebu
dengan Proses Presipitasi. Tugas Akhir. Teknik Kimia FTI-ITS. Surabaya

Jones, Thomas.S . 2000 . Silicon . U.S. Geological Survey Minerals Yearbook

Mahmudah Hamawi. 2005. Limbah Busuk Berenergi. Salam. Blotong

Roesmarkam, N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta

Savant, N. K, Korndorfer, G. H., Datnoff, L. E. and Snyder, G. H. 1999. Silicon


Nutrition And Sugarcane Production: A Review. Journal Plant and
Nutrition. 22 (12):1853-1903

Yukamgo, Edo dan Yuwono,N.W., 2007, Peran Silicon Sebagai Unsur Bermanfaat
Pada Tanaman Tebu, Jurnal Ilmu tanah dan lingkungan.Vol.7 No.2
(2007)p:103-116

Worathanakul, P., Payubnop, W., Muangpet, A . 2009. Characterization For Post


Treatment Effect Of Bagasse Ash For Silica Extraction . World Academy
of Science . Engineering and Technology 56 2009
RINGKASAN

Abu ampas tebu merupakan hasil dari pembakaran ampas tebu pada produksi
gula yang biasanya tidak terpakai dan dianggap sebagai limbah pabrik. Senyawa
kimia terbesar yang terkandung pada abu ampas tebu ini adalah silica (SiO 2) yaitu
sebesar 70.97 persen. Sehingga abu ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan silika presipitasi dan silika gel kering.

Salah satu pemisahan silika dari abu ampas tebu yaitu dengan pembuatan
silika presipitasi melalui proses Aldcroft yaitu mereaksikan Na 2O. 3,3SiO2 dengan
H2SO4 dengan menambahkannya ke dalam reactor berisi air secara stimultan. Adapun
tahapan pembuatan silika presipitasi meliputi ekstraksi abu ampas tebu dengan
solvent NaOH, proses presipitasi dengan penambahan natrium silikat dan asam sulfat,
filtrasi, pengeringan, pengecilan dan homogenisasi ukuran partikel silika sebesar 400
mesh.

Silika gel kering telah dibuat dari abu ampas tebu melalui proses pelarutan
dengan natrium hidroksida, pengendapan dengan larutan asam klorida-sitrat dan
proses pengeringan pada suhu 200oC . Proses diawali dengan penggilingan abu
menjadi lebih halus dalam kondisi basah, tahap kedua adalah pembuatan larutan
natrium silikat dengan menambahkan NaOH padat ke dalam gilingan abu ampas tebu
dengan perbandingan berat abu ampas tebu : NaOH : air suling 1:1:10. Tahap terakhir
yaitu pembuatan silika gel kering dengan penambahan asam sitrat (10%) dan asam
klorida (5%) dengan pengaturan pH sampai mencapai pH netral. Setelah itu
dilakukan pengeringan pada suhu optimal pada 200oC.
SUMMARY

Bagasse ash is the result of burning bagasse in sugar production which is


usually not used and is considered a waste plant. Largest chemical compounds
contained in bagasse ash is silica (SiO2) that is equal to 70.9 %. So the bagasse ash
can be used as raw material for the manufacture of precipitated silica and silica gel.

One of the separation of silica from bagasse ash that is by making silica
precipitation through a process of reacting Na2O Aldcroft. 3.3 SiO2 with H2SO4 by
adding it to the reactor containing water in stimultan. The stage production includes
the extraction of silica precipitation bagasse ash with NaOH solvent, the precipitation
process with the addition of sodium silicate and sulfuric acid, filtration, drying,
reduction and homogenization of the silica particle size of 400 mesh.
Silica gel has been created from the ashes of dry bagasse through the leaching
process with sodium hydroxide, precipitation with chloride-citric acid solution and
the drying process at a temperature of 200oC. The process begins with grinding the
ash becomes finer in wet conditions, the second stage is the manufacture of sodium
silicate solution by adding solid NaOH into the mill bagasse ash by weight ratio of
bagasse ash: NaOH: distilled water 1:1:10. The last stage of manufacture of dry silica
gel with the addition of citric acid (10%) and hydrochloric acid (5%) by setting the
pH to reach a neutral pH. Once it is done drying at optimal temperature at 200oC.

Anda mungkin juga menyukai