Anda di halaman 1dari 5

c   

c 

  
c dan membanggakan. Itulah dua kata yang layak dialamatkan pada timnas sepak
bola yang tampil sangat luar biasa pada gelaran Piala AFF 2010. Timnas melaju sampai babak
final setelah pada babak penyisihan mengalahkan Malaysia 5-1, Laos 6-0, dan Thailand 2-1.
Pada babak semifinal mengalahkan Filipina dengan skor masing-masing 1-0 pada pertemuan leg
pertama dan kedua sehingga unggul selisih dua gol. Meski timnas kalah 0-3 oleh Malaysia pada
partai final di kandang lawan, namun harapan besar masih menggelayut di dada masyarakat
Indonesia untuk memenangi pertandingan final leg kedua di Gelora Bung Karno Jakarta, Rabu
(29/12) mendatang.

Semua rakyat Indonesia tentunya berharap timnas akan membawa trofi sepak bola paling
bergengsi di wilayah Asia Tenggara tersebut setelah lama tidak berprestasi. Prestasi terakhir
timnas adalah meraih medali emas SEA Games Manila tahun 1991.

Masyarakat Indonesia sangat antusias mendukung timnas. Walaupun belum juara, seolah-olah
timnas sudah menjadi juara karena mungkin merasa sangat puas dengan penampilannya yang
meyakinkan pada setiap pertandingan. Berita tentang timnas menjadi headline media. Pujian dan
apresiasi pengamat sepak bola dan masyarakat banyak disampaikan. Pemain timnas banyak
dielu-elukan. Pada setiap pertandingan, Stadion Gelora Bung Karno penuh sesak oleh penonton.
Masyarakat yang tidak bisa menonton langsung juga memberikan dukungan dengan nonton di
TV. Setiap sesi latihan pun masyarakat banyak yang ingin melihatnya.

Di balik keberhasilan timnas saat ini, ada sisi menarik yang dapat analisis lebih jauh, yaitu
hadirnya dua orang pemain naturalisasi, Christian Gonzales yang semula berkewarganegaraan
Uruguay dan Irfan Bachdim, pemain keturunan Indo-Belanda. Sepak bola adalah permainan tim.
Setiap pemain pasti memberikan kontribusi terhadap tim. Tetapi kedua pemain ini tampaknya
menjadi idola baru timnas. Dua gol Christian Gonzales pada pada pertandingan semifinal
melawan Filipina semakin menegaskannya sebagai "Si Gila" yang haus gol. Permainan Irfan
Bachdim yang memikat juga menjadi magnet tersendiri bagi penggemar sepak bola Tanah Air.
Dan wajahnya yang ganteng menjadikannya sebagai idola kaum Hawa.

PSSI yang sebelumnya tabu untuk melakukan naturalisasi, karena prestasi timnas yang jeblok
kini membuka diri untuk menerima pemain naturalisasi dengan harapan dapat mengangkat
prestasi timnas. Naturalisasi sebenarnya bukan barang baru di dunia sepak bola. Banyak negara
yang telah mengambil kebijakan ini. Misalnya di Asia Tenggara, Singapura mengambil pemain
naturalisasi dan berhasil menjuarai Piala AFF (dulu Piala Tiger) sebanyak tiga kali. Filipina
menjadi tim kejutan pada Piala AFF kali ini setelah diperkuat sembilan orang pemain
naturalisasi. Dan sekarang Indonesia juga mencontoh langkah tersebut dengan menaturalisasi
Christian Gonzales dan Irfan Bachdim.
Diakui atau tidak, pemain naturalisasi telah memberikan warna baru. Permainan timnas menjadi
lebih hidup dan lebih menarik. Lini depan yang tumpul menjadi kelemahan timnas selama ini
mampu ditutupi dengan kehadiran Christian Gonzales dan Irfan Bachdim. Dan menyusul Kim
Kurniawan, pemain keturunan Indo-Jerman yang dinaturalisasi dan rencananya akan bergabung
dengan Persema Malang, klub yang saat ini juga diperkuat Irfan Bachdim.

c   

Naturalisasi adalah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh
status kewarganegaraan, misalnya seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari
pernikahan, mengajukan permohonan, dan memilih/menolak status kewarganegaraan.
Naturalisasi di Indonesia diatur dalam UU No. 12/2006 tentang Kewarganegaraan. Dalam Pasal
1 ayat (3) UU No. 12/2006 dinyatakan bahwa pewarganegaraan (naturalisasi) adalah tata cara
bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.
Christian Gonzales harus menunggu selama lima tahun untuk memiliki paspor Indonesia karena
sesuai dengan ketentuan pasal 9 huruf b, seorang warga negara asing yang ingin mengajukan
menjadi warga negara Indonesia (WNI) harus sudah bertempat tinggal di Indonesia minimal
selama 5 tahun berturut-turut atau atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut.
Irfan Bachdim dapat dinaturalisasi karena dia anak yang lahir dari orangtua campuran warga
negara Indonesia dan warga negara asing. Irfan Bachdim tak putus asa ingin menjadi WNI dan
ingin bermain untuk timnas walaupun pernah ditolak Persib Bandung dan Persija Jakarta. Dan
impiannya menjadi kenyatannya ketika dia dinaturalisasi dan sekarang bermain untuk Persama
Malang di Liga Indonesia.

c 


Mengapa mereka mau dinaturalisasi menjadi WNI? dari berbagai wawancara yang pernah
dilakukan media kepada kedua pemain tersebut, jawaban mereka sama, mereka cinta Indonesia.
Walaupun tidak lahir atau dibesarkan di Indonesia, mereka jatuh hati dengan Indonesia.
Indonesia adalah negeri yang spesial di hati mereka. Sekarang impian mereka untuk memperkuat
tim Garuda telah terwujud dan mereka membayar kepercayaan tersebut dengan penampilan yang
memikat. Dengan kata lain, mereka memiliki nasionalisme yang luar biasa ketika membela tim
Merah Putih. Sekali lagi dengan tidak bermaksud untuk menafikan peran pemain timnas lainnya,
kedua pemain tersebut mampu memberi warna tersendiri di tubuh timnas dan membuat timnas
lebih tajam dan produktif.

Sejalan dengan sukses timnas menembus final Piala AFF, nasionalisme bangsa Indonesia secara
umum juga meningkat. Lagu "Garuda di Dadaku" yang dipopulerkan Netral seolah menjadi lagu
wajib yang dinyanyikan seluruh pendukung timnas ketika akan bertanding, selama pertandingan,
dan setelah pertandingan. Lagu tersebut mampu membakar semangat timnas untuk berjuang
mati-matian membela kehormatan Merah Putih. Para pendukung timnas dengan bangga
memakai kaus timnas atau kaus bergambar burung Garuda atau bertuliskan "I Love NKRI".
Walaupun hanya simbol, tetapi setidaknya mampu mencerminkan nasionalisme bangsa
Indonesia.

Nasionalisme menjadi energi yang sangat luar biasa ketika seseorang dipercaya menjadi duta-
duta bangsa. Dia akan berjuang mati-matian dan berbuat yang terbaik demi kejayaan bangsa dan
negaranya. Sukses timnas di ajang Piala AFF telah berhasil membakar nasionalisme bangsa.
Apalagi saat pertandingan final menghadapi Malaysia, sentimen politik tidak bisa lepas dari hati
bangsa Indonesia dan melipatgandakan rasa nasionalisme karena Malaysia adalah negara
tetangga yang kerap membuat masalah dan melukai perasaan bangsa Indonesia. Kebencian
bangsa ini terhadap Malaysia semoga bisa disalurkan secara positif dengan kembali membantai
tim Malaysia seperti yang dilakukan pada saat babak penyisihan.

Sepak bola mampu menyatukan bangsa ini. Kelompok suporter yang saling bermusuhan pun
sejenak dapat menghentikan permusuhan mereka dan menyatukan suara mendukung timnas.
Seharusnya satu hati untuk cinta damai para suporter sepak bola bukan hanya saat mendukung
timnas saja. Ketika mereka mendukung tim daerahnya juga tetap dalam kerangka persatuan,
kesatuan, dan cinta Tanah Air. Bukannya kembali terkotak-kotak dan mengedepankan egoisme
serta primordialisme daerah atau tim kesayangannya.

Dalam pandangan saya, seorang suporter sepak bola sejati adalah suporter yang mendukung tim
kesayangannya baik ketika menang maupun kalah, tidak berbuat anarki, dan menghormati
kelompok suporter lain karena suporter dari tim mana pun pada dasarnya memiliki perasaan
yang sama yaitu cinta sepak bola. Semoga nasionalisme yang saat ini bergelora di hati bangsa
Indonesia khususnya dalam mendukung timnas dapat berimbas pada bidang-bidang lainnya
karena diakui atau tidak, saat ini bangsa Indonesia secara umum tengah mengalami krisis
nasionalisme. Semoga! (Penulis, praktisi pendidikan dan pemerhati sosial)**

 

           


c        
!    
 
  "  #          $  %& '    
'     '    
 

Masuknya satu pemain asing naturalisasi (Cristian Gonzales) dan satu pemain keturunan
Indonesia-Belanda yang lama bermukim dan menimba skil di Belanda (Irfan Bachdim) disebut-
sebut sebagai salah satu kecemerlangan Indonesia sejauh ini di AFF Suzuki Cup 2010.
Kehebatan pelatih Alfred Riedl tentunya juga harus masuk hitungan.

Keuntungan, tentu saja, kekuatan tim meningkat secara instan. Sudah lama tak terlihat penyerang
dengan kekuatan fisik yang mampu menahan bola di daerah pertahanan lawan, seperti yang
dilakukan Gonzales. Ia membuka ruang bagi pemain dengan kecepatan dan skil matang seperti
Irfan maupun Arif Suyono untuk menusuk dan menyambut umpan di dalam kotak penalti.

³Saya lihat cukup punya andil. Dia punya skil yang cukup baik untuk membantu rekan-rekannya.
Kemampuannya di atas striker Asia Tenggara,´ terang pelatih Persija Jakarta Rahmad Darmawan
kepada INILAH.COM

Rahmad juga melihat, terbukanya pintu naturalisasi bisa berdampak positif dalam meningkatkan
kualitas talenta lokal.

³Hal ini jangan dipandang tabu. Di era globalisasi, transfer teknologi terjadi di segala bidang.
Untuk sepak bola, dalam bentuk transfer ilmu. Negara-negara maju juga melakukan hal ini.
Jerman, contohnya,´ lanjut Rahmad.

³Bagi pemain sendiri, hal ini akan meningkatkan atmosfer yang lebih kompetitif. Mereka harus
menerimanya sebagai tantangan dan harus berani menghadapinya,´ lanjut pelatih yang sukses
meraih trofi Liga Super dan Piala Indonesia bersama Sriwijaya FC itu.

Namun harus diakui juga, naturalisasi tanpa batasan dan arah yang jelas justru bisa merusak arti
dari Tim Nasional dan bahkan memangkas talenta-talenta lokal. Hal ini juga yang menjadi salah
satu pegangan Negeri Jiran Malaysia yang masih enggan mengikuti jejak Indonesia.

³Masyarakat Malaysia lebih mendukung ide pengembangan atlet sendiri di negeri kami sendiri.
Efek dan hasilnya akan lebih terasa dalam jangka panjang dan kami tidak perlu tergantung pada
pemain asing,´ ungkap Menteri Pemuda dan Olah Raga Malaysia Datuk Seri Ahmad Shabery,
seperti dikutip dari situs resmi Federasi Sepak Bola Asean (AFF).

Resiko ini diakui pula Rahmad Darmawan. ³Harus ada batasan. Bagaimanapun, nasionalisme
harus dijaga. Bukan berarti mempertanyakan nasionalisme pemain seperti Gonzales, karena
sudah terlihat dia juga bersungguh-sungguh, sudah bertahun-tahun memohon kewarganegaraan.´

³Tetapi kita juga harus mengembangkan potensi-potensi lokal.´


³Maksimal lima. Yang diterima naturalisasi boleh banyak, 20 pun boleh. Tetapi tetap dibatasi
maksimal yang masuk timnas lima orang. Jadi mereka (naturalisasi) pun tetap berkompetisi
juga,´ saran ] ]Rahmad.

Untungnya, sejauh ini Badan Tim Nasional (BTN) Indonesia menyadarinya dan menjalankan
kedua program, baik naturalisasi maupun pengembangan pemain muda.

Deputi Teknis BTN Iman Arif mengakui saat ini sedikitnya ada lima pemain yang masuk dalam
daftar program naturalisasi, di antaranya Kim Jeffrey Kurniawan (Indonesia-Jerman), Jhony
Rudolf van Beukering (Indonesia-Belanda), dan Raphael Guillermo Maitimo (Indonesia-
Belanda) yang bermukim di luar negeri. Selain mereka, ada Victor Igbonefo (Nigeria) dan Seme
Pierre Patrick (Kamerun), yang sudah lama merumput di Indonesia.

³Itu untuk mencari formasi terbaik jangka pendek, sementara pembinaan jangka panjang usia
muda akan terus dijalankan,´ ungkap Iman.

Saat ini, Tim Garuda punya dua program pembibitan, yakni Sociedad Anonima Deportiva (SAD)
yang berpusat di Uruguay, dan Indonesian Football Academy (IFA) yang berpusat di Sawangan,
Depok, Jawa Barat.

Penggunaan pemain naturalisasi memang masih mendapat tanggapan beragam. Ada yang
mendukung, ada juga yang menentang. Namun yang penting, bagaimana perimbangannya
dengan pembinaan pemain muda. Akan menjadi kurang afdol rasanya bila mereka yang nantinya
mengangkat trofi sukses Indonesia malah berwajah semuanya. [nic]

Anda mungkin juga menyukai