2.1. Difabel.
5
kekurangan fisik dan mental, baik yang dibawa sejak lahir atau
tidak.
Difabel terdiri dari tiga kelompok yaitu :
2.3. Tunanetra
6
berdasarkan cacat penglihatan yang dinyatakan dengan tajam
penglihatan.
Dikenal nilai cacat penglihatan sebagai berikut :
1. Penglihatan Normal :
Mata normal.
Penglihatan dengan ketajaman 6/6 -
6/7.5 atau 95 - 100%
Penglihatan mata normal dan sehat
2. Hampir Normal :
Penglihatan 6/9 – 6/21 atau 75 – 90%
Tidak ada masalah gawat
Perlu diketahui penyebab yang
memungkinkan dapat diperbaiki
7
6. Buta Total :
Tidak mengenal rangsangan sinar
Seluruhnya bergantung pada alat indra selain mata.
8
dengan papan tulis berwarna hijau atau dengan kontras yang
besar. Pelayanan terhadap seseorang dengan cacat penglihatan
tidak hanya dilihat dari klasifikasi di atas akan tetapi dari
penampilannya sebagai seseorang dengan cacat penglihatan.
Kebutaan adalah seseorang dengan tajam pengliahatan kurang
6/120, kebanyakan orang buta masih dapat melihat terang dan
gelap, mengenal benda besar, melakukan perjalanan, akan
tetapi tidak efesien untuk pendidikan sekolah. Seseorang low
vision harus dapat mengamati kodisi matanya untuk
menentukan kekuatan dan kelemahan sisa penglihatannya.
Penyandang Low vision adalah kelompok terbesar dari
mereka yang tunanetra ( 60% – 90% ) dan masih dapat
menggunakan sisa penglihatannya untuk merencanakan dan
atau melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.
Pandangan tentang low vision :
Low Vision tidak buta ( Low Vision is not Blind)
Lebih dari 9o% tunanetra memiliki sisa
penglihatan yang dapat dirangsang untuk
dapat digunakan dalam merencanakan dan
atau melaksanakan gerak dan mobilitas
Tidak semua tunanetra memerlikan huruf
Braille dalam proses pendidikannya dan 60%
tunanetra setelah melalui Assesment, latihan,
bantuan alat dan modifikasi lingkungannya
masih dapat menggunakan sisia
penglihatannya dalam membaca dan menulis
huruf awas atau latin.
Low Vision bisa disandang oleh anak balita
sampai orang tua, dari golongan miskin sampai
golongan kaya.
9
2.6. Pendidikan Luar Biasa (PLB)
10
terdiri atas anak normal di sekolah reguler, yang memiliki
ketunaan, dan kesulitan belajar serta dilaksanakan secara
terpadu atau lebih dikenal dengan integrated (Puslit, 1999). Hal
ini sejalan dengan Surat Keputusan (SK) Mendikbud Nomor:
002/U/1986 Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan
terpadu ialah model penyelenggaraan program pendidikan bagi
anak cacat yang diselenggarakan bersama-sama anak normal di
lembaga pendidikan umum dengan menggunakan kurikulum
yang berlaku di lembaga pendidikan yang bersangkutan.
11
ideal tersebut jarang terlaksana bahkan keberadaan guru
pembimbing khususpun masih susah dipenuhi terutama di
tingkat SLTP.
Berdasarkan Undang- Undang No. 2 tahun 1989,
penyelenggaraan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah
maupun luar sekolah dilakukan dalam satuan pendidikan. Jalur
pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan
di sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar secara berjenjang
dan berkesinambungan. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur
pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menegah, dan pendidikan tinggi (pasal 9 ayat (1), pasal 10 ayat
(2), dan pasal 12 ayat (1) Undang Undang Nomor 2 Tahun 1989).
Pada jalur sekolah terdapat 6 jenis pendidikan yaitu
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa,
pendidikan kedinasan, pendidikan akadenik dan pendidikan
profesional. Dari keenam jenis pendidikan ini hanya dua jenis
pendidikan yang umumnya diminati peserta didik tunanetra,
kedua jenis pendidikan tersebut adalah pendidikan umum dan
pendidikan luar biasa. Dalam mengikuti pendidikan umum
tunanetra menggunakan sisitem terpadu.
12
2.7. Gometris 3D matematika.
13
2.8.2. Balok.
Adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang
sisi yang terbentuk persegi panjang dan sepasang-
sepasang kongruen.
Keterangan :
p = panjang balok
l = lebar balok
t = tinggi balok
2.8.3. Prisma.
Adalah bangun ruang yang dibatasi dengan atau oleh
dua bidang sejajar, dimana dua bidang sejajar disebut
sebagai bidang alas dan bidang atas (tutup).
Nama Prisma ditentukan oleh kedudukan rusuk tegak
dan bentuk bidang alasnya.
Jika bidang alas berbentuk segi n beraturan maka
prisma tersebut disebut prisma segi n beraturan.
Jika rusuk tegak, tegak lurus pada bidang alas maka
disebut prisma tegak.
Jika rusuk, tidak tegak lurus pada bidang alas disebut
prisma miring.
14
Prisma tegak Prisma miring
2.8.4. Limas.
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh
sebuah segi sebagai bidang alas dan beberapa bidang
tegak berbentuk segitiga. Limas dibedakan menjadi dua
macam yaitu limas segi n dan limas segi n sembarang.
15
Lima Segitiga Lima Segi empat beraturan
Jaring-jaring limas :
Adalah rangkaian bidang alas dan bidang sisi limas
dan merupakan bidang datar.
D D C
A C
B A B
Limas terpancung :
Adalah limas yang dipotong oleh bidang yang
sejajar dengan bidang datar (alas). Limas terpancung
disebut juga limas terpotong
16
T
D
A C
B
2.8.5. Silinder.
Adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah
lingkaran yang berfungsi sebagai alas dan tutupnya.
Keterangan :
t = tinggi silider
r = jari-jari lingkaran
t
T
Rumus-rumus dalam bangun ruang silinder adalah :
Luas alas silinder (lingkaran) :
Luas = nr2
Luas permukaan silinder :
17
Volume silinder :
Volume = luas alas X tinggi
= nr2t
2.8.6. Kerucut.
Adalah bangun ruang yang dibatasi oleh lingkaran pada
bidang alasnya:
Keterangan :
t = tinggi kerucut
r = jari-jari lingkaran alas
Luas = nr2
Volume kerucut :
Volume = 1/3 X luas alas X tinggi
18
= 1/3 nr2 t
2.8.8. Bola.
Keterangan :
r = jari-jari bola r
Luas = 4 nr2
Volume bola :
19