Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era otomasi industri di Indonesia pada saat ini sudah sangat maju dan
memberikan kemudahan bagi banyak kalangan terutama industri. Salah
satunya keunggulan dalam teknologi robotik tak dapat dipungkiri telah lama
dijadikan sebagai teknologi otomasi terutama di idustri-industri besar.
Kecanggihan teknologi yang dimiliki sangat bermanfaat bagi industri karena
dengan adanya robot, jumlah produksi dapat ditingkatkan karena robot
mampu bekerja selama 24 jam tanpa istirahat.

Robot adalah sebuah mekanik yang dapat melakukan tugas fisik, baik
menggunakan pengawasan dan kontrol manusia, atau menggunakan program
yang didefinisikan (kecerdasan buatan). Robot biasanya digunakan untuk
tugas berat, bahaya, pekerjaan berulang dan kotor. Biasanya menunjuk robot
industri digunakan dalam garis produksi. Penggunaan lainnya termasuk
pembersihan limbah beracun, penjelajahan bawah air, luar angkasa, dan
pertambangan. Belakangan ini robot mulai memasuki pasaran konsumen di
bidang hiburan, penyedot debu, dan pemotong rumput.

Dengan semakin lajunya perkembangan teknologi dibidang robotik,


menjadikan persaingan perkembangan teknologi robotik menjadi semakin
ketat dalam hal teknologi robotik. Hal ini menyebabkan, dalam beberapa
dekade terakhir ini, setelah robot menjadi penelitian yang sangat intensif,
ajang kontes robot menjadi salah satu cara untuk menarik minat mahasiswa
dalam ikut berkiprah di dunia robotik. Di Indonesia, salah satunya dengan
diselenggarakannya Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas
Indonesia (KRCI). Peserta Kontes Robot Cerdas Indonesia merupakan hasil
seleksi dari seluruh Universitas se-Indonesia yang diselenggarakan oleh
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIRJEN DIKTI), dalam hal ini KRI
maupun KRCI akan menjadi parameter kreatifitas mahasiswa se-indonesia
dalam membuat teknologi dibidang robotika. Pada tahun 2010 Kontes Robot
Cerdas Indonesia kembali digelar dengan tema “Robot Cerdas Pemadam
Api”, dalam kontes ini robot bertugas untuk menyusuri ruangan-ruangan dan
memadamkan api secepatnya kemudian kembali ke home base. Robot yang
tercepat memadamkan api dan kembali ke home base mendapatkan nilai
tertinggi dan memenangkan pertandingan.

Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari


pembuatan robot maka perlu adanya pengembangan media pembelajaran
robot cerdas berkaki pemadam api. Media pembelajaran harus mampu
mengajak mahasiswa untuk aktif dalam memahami proses pembuatan robot.
Kesempatan belajar mahasiswa dalam memahami setiap bagian robot cerdas
berkaki pemadam api harus diberikan, tidak hanya sekedar teori dan
mengoperasikannya.

Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika , Fakultas Teknik, Universitas


Negeri Yogyakarta merupakan salah satu jurusan yang memiliki kompetensi
di bidang elektronika. Dari survey yang dilakukan penulis pada tanggal 29
Maret 2011 diperoleh data bahwa Study Club Robotika Jurusan
P.T.Elektronika telah mengikuti event perlombaan robotika khususnya KRCI
(Kontes Robot Cerdas Indonesia) yang diselenggarakan oleh DIKTI baik
tingkat regional maupun nasional. Dari data inilah yang menjadikan alasan
penulis memilih Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika , Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Yogyakarta sebagai tempat penelitian.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ditemukan identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Media pembelajaran robotika harus dikembangkan di Jurusan

P.T.Elektronika.
2. Perguruan Tinggi dituntut responsif dan antifatif terhadap kemajuan

teknologi.

3. Mahasiswa mengalami kesulitan belajar dan berlatih mendalami konsep

pembuatan robot dan pemrograman mikrokontroller.

4. Belum ditemukannya desain robot yang baik untuk media pembelajaran.

5. Robot di pasaran belum memberikan kesempatan kepada mahasiswa

untuk terlibat aktif dan belajar dalam membuat robot.

6. Media pembelajaran robot di pasaran masih belum dilengkapi modul

pendamping untuk membantu mahasiswa dalam membuat robot.

C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya lingkup permasalahan yang ada, maka fokus permasalahan
dibatasi pada pengembangan trainer robot dan modul pendukung pembuatan
robot cerdas berkaki pemadam api sebagai media pembelajaran robotika di
Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika, FT, UNY. Untuk mengetahui tingkat
kelayakan produk dilakukan dengan uji validasi terhadap produk yang
dikembangkan.

D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana desain Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api sebagai media

pembelajaran pada study club robotika di Jurusan PT Elektronika, FT,

UNY ?

2. Bagaimana unjuk kerja dari Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api

sebagai media pembelajaran pada study club robotika di Jurusan PT

Elektronika, FT, UNY ?


3. Bagaimana tingkat kelayakan Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api

sebagai media pembelajaran pada study club robotika di Jurusan PT

Elektronika, FT, UNY ?

E. Tujuan
Tujuan penelitian ini mengacu pada masalah yang telah disebutkan di atas
yaitu untuk :

1. Memperoleh desain Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api sebagai

media pembelajaran pada study club robotika di Jurusan PT

Elektronika, FT, UNY.

2. Mengetahui unjuk kerja Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api sebagai

media pembelajaran pada study club robotika di Jurusan PT

Elektronika, FT, UNY.

3. Mengetahui tingkat kelayakan Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api

sebagai media pembelajaran pada study club robotika di Jurusan PT

Elektronika, FT, UNY.

F. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan


ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah pada
lingkungan pendidikan.
b. Dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar agar mahasiswa dapat
mudah memahami dan memperdalam proses pembuatan robot
cerdas berkaki pemadam api.

2. Bagi Jurusan

a. Dapat dikembangkan sebagai media pembelajaran yang dapat


menunjang kegiatan belajar pada mata pelajaran yang berhubungan
dengan bidang robotika.
b. Sebagai aplikasi nyata pengembangan teknologi elektronika yang
berhubungan pada sistem kendali.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Dikmenjur, 2003), pembelajaran diartikan sebagai proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan

menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk

mencapai tujuan kurikulum. Pembelajaran merupakan suatu aktivitas

yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang


diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan

kurikulum.

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar

dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-

sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar

dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal

yang guru lakukan di dalam kelas. Apa yang dilakukan guru agar

proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat

mahasiswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar,

juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk

mengimplementasikan kurikulum dalam kelas.

Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh

suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering

menguntungkan dan biasanya mudah diamati. Mengajar diartikan

dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu

merangsang mahasiswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa

transformasi pengetahuan dari guru kepada mahasiswa saja tetapi

dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran

yang sudah disiapkan. Pembelajaran adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu proses belajar mahasiswa, yang berisi

serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang

bersifat internal.
2. Study club

Study club adalah suatu kegiatan belajar di luar jam sekolah yang

dilakukan oleh beberapa orang siswa (kelompok) guna mendalami

suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu. Dengan adanya study club di

sekolah diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa di

sekolah dan membentuk pribadi yang gemar belajar dan bersosial.

Kegiatan yang dilakukan dalam study club bermacam–macam

jenisnya, ada yang bersifat pendalaman materi-materi pelajaran di

sekolah ataupun ada yang bersifat penelitian di bidang teknologi,

sosial, agama dan lainnya.

Kelompok studi juga mendorong siswa untuk menjelaskan hal-hal

yang keras. Dengan berbicara dan mendengarkan orang lain, murid-

murid sering memperbaiki kemampuan mengingat, atau kemampuan

untuk mengingat informasi pada hari tes. Proses pertukaran ide atau

pemikiran diantara individu dalam proses kegiatan belajar dapat

mempercepat proses pemahaman dalam mengkaji suatu permasalahan.

Kegiatan diskusi akan menjadikan kebiasaan yang baik dalam proses

belajar. Dengan diskusi siswa diajak untuk terlibat aktif dalam

mengutarakan masalah ataupun menjawab dan memberikan solusi

pemecahan masalah kepada siswa yang lainnya. Kejadian ini

menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat dalam individu-individu

anggota study club.


Kegiatan study club memberikan ilmu yang lain yang tidak

didapatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di sekolah.

Ditemukannya suatu masalah baru akan menimbulkan rasa

keingintahuan antara siswa untuk ikut terlibat aktif dalam mencari

solusi permasalahan, sehingga menjadikan pribadi yang haus akan

ilmu dan senantiasa timbul dorongan dari dalam diri untuk selalu

belajar. Siswa yang belajar dengan orang lain juga dipaksa untuk

menjadi lebih terorganisir. (Sumber: http://www.ncrel.org)

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian

Menurut Azhar Arsyad (2010:3) media berasal dari bahasa

latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,’perantara’ atau

‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara

lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali

informasi visual atau verbal. Dengan kata lain media adalah

komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung

materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang

siswa untuk belajar. Istilah media bahkan sering dikaitkan atau

dipergantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin


tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu”)

(Azhar Arsyad, 2010:5).

Menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Anissatul

Mufarokah (2009:102) dalam kepustakaan asing, ada ahli yang

menggunakan istilah “audiovisual aids”. Untuk pengertian yang

sama banyak pula ahli yang menggunakan istilah “teaching

material” atau instruksional material, artinya identik dengan

pengertian keperagaan yang berasal dari kata “raga”. Raga berarti

suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan dapat diamati

melalui indera.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa media media pembelajaran merupakan segala

sesuatu yang dapat dijadikan alat bantu untuk menyampaikan

materi pembelajaran oleh guru kepada siswa sehingga pesan atau

informasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dan

dipahami. Berbagai media dari berbagai macam model dapat

digunakan guru untuk membantu proses belajar mengajar.

b. Landasan Teori Penggunaan Media Pembelajaran

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-

perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara

pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami


sebelumnya (Azhar Arsyad, 2010: 7). Menurut Bruner yang

dikutip oleh Azhar Arsyad (2010: 7-8) ada tiga tingkatan utama

modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman

pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic).

Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan

sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar

adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale)

(Dale, 1969). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari

konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner

sebagaimana diuraikan sebelumnya. Hasil belajar seseorang

diperoleh mulai dari pengalaman langsung, kenyataan yang ada di

lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan,

sampai kepada lambang verbal (Azhar Arsyad , 2010: 10).

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale


Semakin ke atas dipuncak kerucut semakin abstrak media

penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut-urutan ini tidak

berarti proses belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu

dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis

pengalaman paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

kelompok siswa yang dihadapi dengan pertimbangan situasi

belajarnya.

Dari berbagai teori diatas pengalaman langsung akan

memberikan dampak pemahaman yang lebih dari seorang siswa

karena diperoleh melibatkan indera penglihatan, perasaan,

pendengaran, penciuman, dan peraba. Metode pengalaman

langsung sangat cocok apabila diterapkan kepada siswa misalnya

dalam kegiatan praktikum. Dengan adanya media yang nyata

maka siswa dapat langsung memberikan pertumbuhan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran memiliki pengaruh dalam

percepatan pemahaman materi yang disampaikan guru kepada

siswa. Keterlibatan seluruh panca indera dalam belajar

memberikan dampak lebih cepat siswa dalam menyikapi hasil

pembelajaran. Menurut Hamalik yang dikutip oleh Azhar Arsyad

(2010: 10) mengemukakan bahwa pemakaian media


pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Penggunaan media pada tahap orientasi pembelajaran akan

sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan

penyampaian pesan dan pelajaran pada saat itu. Dari pendapat

para ahli media terdapat empat fungsi media pembelajaran,

khususnya media visual, yaitu :

1) Fungsi Atensi

Yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa

untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan

dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai

teks materi pelajaran.

2) Fungsi Afektif

Fungsi ini dapat terlihat dari tingkat kenikmatan

siswa belajar (atau membaca) teks bergambar. Gambar

atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap

siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah

sosial atau ras.

3) Fungsi Kognitif

Terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar


memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam

gambar.

4) Fungsi Kompensatoris

Fungsi ini dapat terlihat dari hasil penelitian bahwa

media visual yang memberikan konteks untuk memahami

teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali.

Menggunakan media pembelajaran berdasarkan teori-teori

diatas dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari

sesuatu bidang ilmu. Berbagai aspek manfaat ditimbulkan dari

penggunaan media pembelajaran dalam belajar.

d. Kriteria dan Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Anissatul Mufarokah (2009: 113-14) dalam proses

belajar mengajar seorang guru belum cukup apabila hnaya

mengetahui nilai kegunaan dan mengetahui penggunaan media

pembelajaran, melainkan harus mengetahui dan terampil

bagaimana cara menggunakannya. Ada beberapa kriteria

penggunaan media yang perlu diketahui dalam proses belajar

mengajar yaitu:

1) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran.


2) Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran.

3) Kemudahan memperoleh media.

4) Keterampilan guru dalam menggunakan media.

5) Tersedianya waktu untuk menggunakannya.

6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang

terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa.

Berbagai kriteria diatas harus diperhatikan agar penggunaan

media pembelajaran dapat digunakan secara tepat dalam proses

mengajar. Dengan ketepatan media yang digunakan maka

pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan fungsi media

pembelajaran sebagai sarana untuk mempermudah penyampaian

materi dapat berhasil.

Jenis media pembelajaran menurut Sadiman (1993:28)

dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

1) Media grafis yaitu media yang dalam menyalurkan pesan

ajaran melalui indera penglihatan.

2) Media audio yaitu jenis media yang dalam menyalurkan

pesan-pesan ajaran berkaitan dengan indera pendengaran.

3) Media proyeksi diam yaitu media dimana pesan yang

disampaikan lebih dulu dengan alat proyektor agar bisa

dilihat.
4. Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api

a. Teknik Desain Robot Berorientasi Fungsi


Teknik disain robot dengan pendekatan praktis cenderung akan
menambah semangat mahasiswa karena dalam benak mereka yang
ingin menerjuni dunia robotic pertama kali adalah segera
bereksperiment dengan bentuk fisik robot, segera menciptakan
perangkat keras dan segera memfungsikan robot dengan program-
program aplikasi sesuai dengan tujuanakan bukan mempelajari teori
yang terlalu besifat matematis. Pada gambar 2 adalah ilustrasi tentang
diagram sistem robotik yang berhubungan dengan dunia nyata.

Gambar 2. Sistem Robot dan Orientasi fungsi.

Rangakaian kontroler berbasis Prosesor atau Mikrokontroller


Sistem robot yang mengguanakan kontroler berbasis prosesor atau
sistem mikrokontroller dapat digambarkan seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Sistem Robot dengan controller berbasis prosesor.

Secara umum deskripsi controller berbasis prosesor lengkap


dengan user interface dapat digambarkan seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Sistem Robot berbasis prosesor dengan user inteface

b. Pengertian Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api


Robot Cerdas Berkaki Pemadam Api adalah robot yang
bergerak atau berpindah menggunakan kaki sebagia penggerak
utamanya, robot ini bertugas untuk menyusuri ruang untuk
menemukan api dan memadamkan api kemudian kembali ke
homebase. Robot dilengkapi dengan beberapa jenis sensor, rangakaian
mikrokontroller dan beberapa jenis aktuator. Sensor yang digunakan
sebagi data masukan pada robot antara lain:
1) Sensor Ultrasonik (SRF 04).
2) Sensor Thermal Array (TPA 81).
3) Sound Aktifasi.
4) Flame detector (Hamamatsu UV tron).

Untuk mendukung pergerakan robot tersebut maka dibutuhkan


sistem hardware dan mekanik. Sistem hardware yang mendukung
adalah mikrokontroller, driver motor servo. Sedangkan aktuator yang
digunakan pada robot antara lain:

1) Motor servo standart (Hitec HS-5625-Mg)


2) Motor DC kipas 12V

c. Piranti Masukan (input)

1) Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip
pantulan gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi
keberadaan suatu objek tertentu di depannya, frekuensi kerjanya
pada daerah diatas gelombang suara dari 40 KHz hingga 400
KHz. Prinsip kerja Sensor Ultrasonik Sensor ultrasonik terdiri
dari dari dua unit, yaitu unit pemancar dan unit penerima. Struktur
unit pemancar dan penerima sangatlah sederhana, sebuah kristal
piezoelectric dihubungkan dengan mekanik jangkar dan hanya
dihubungkan dengan diafragma penggetar. Tegangan bolak-balik
yang memiliki frekuensi kerja 40 KHz – 400 KHz diberikan pada
plat logam. Struktur atom dari kristal piezoelectric akan
berkontraksi (mengikat), mengembang atau menyusut terhadap
polaritas tegangan yang diberikan, dan ini disebut dengan efek
piezoelectric.
Gambar 5. Sensor ultrasonik

Kontraksi yang terjadi diteruskan ke diafragma penggetar


sehingga terjadi gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke udara
(tempat sekitarnya), dan pantulan gelombang ultrasonik akan
terjadi bila ada objek tertentu, dan pantulan gelombang ultrasonik
akan diterima kembali oleh oleh unit sensor penerima.
Selanjutnya unit sensor penerima akan menyebabkan diafragma
penggetar akan bergetar dan efek piezoelectric menghasilkan
sebuah tegangan bolak-balik dengan frekuensi yang sama. Untuk
lebih jelas tentang prinsip kerja dari sensor ultrasonik dapat
dilihat prinsip dari sensor ultrasonic pada gambar 6. berikut:

Gambar 6. Prinsip kerja sensor ultrasonik


Besar amplitudo sinyal elekrik yang dihasilkan unit sensor
penerima tergantung dari jauh dekatnya objek yang dideteksi serta
kualitas dari sensor pemancar dan sensor penerima. Proses
sensing yuang dilakukan pada sensor ini menggunakan metode
pantulan untuk menghitung jarak

antara sensor dengan obyek sasaran. Jarak antara sensor


tersebut dihitung dengan cara mengalikan setengah waktu yang
digunakan oleh sinyal ultrasonik dalam perjalanannya dari
rangkaian Tx sampai diterima oleh rangkaian Rx, dengan
kecepatan rambat dari sinyal ultrasonik tersebut pada media
rambat yang digunakannya, yaitu udara. Prinsip pantulan dari
sensor ulrasonik ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Prinsip pemantulan gelombang Ultrasonik

Waktu di hitung ketika pemencar aktif dan sampai ada input


dari rangkaian penerima dan bila pada melebihi batas waktu
tertentu rangkaian penerima tidak ada sinyal input maka dianggap
tidak ada halangan didepannya.
Gambar 8. Blok diagram rangkaian sensor ultrasonik

Untuk mengaktifkan sensor maka modul diberi triger pulsa


maka sensor akan mengeluarkan sinyal pwm dan duty cycle
tersebut sebagai jarak objek dengan sensor. Keenam sensor
ditriger secara bergantian, kemudian dihitung lebar duty cyclenya.
Selanjutnya data ultrasonik dikirim secara berurutan sesuai urutan
scanning dengan komunikasi serial. Data yang dikirim adalah
data 8-bit dengan nilai 5-255, dimana nilai 0 digunakan sebagai
tanda akhir data.

Gambar 9. Koneksi modul sensor ultrasonik


Sensor ultrasonik (software)
Mikrokontroller memberikan sinyal pulsa high pada pin
triger pulse input dari sensor untuk mengaktifkan sensor
ultrasonik. Untuk menghitung lebar PWM mengunakan timer0.
Timer0 aktif ketika register TCCR0B diisi dengan nilai 4H yang
berarti bahwa timer berjalan dengan frekuensi 43,2 KHz. Pin echo
pulse output terhubung dengan pin-pin pada mikrokontroler.
Ketika pin echo pulse output high maka timer0 aktif dan ketika
pin echo kembali bernilai low maka timer0 dimatikan dan data
TCNT0 diambil sebagai data jarak. Sementara jika timer
menghitung sampai terjadi overflow dan masuk ke dalam
interrupt overflow, maka jarak dianggap maksimal, yaitu 255.

Gambar 3.5 Flowchart kontrol sensor ultrasonik


Proses scanning dilakukan tidak secara urut dari sensor US0-US5,
tetapi secara melompat-lompat. Hal ini dilakukan karena sensor yang
berdekatan akan saling interferensi satu sama lain. Urutan scanning
sensor ultrasonik adalah US2, US0, US4, US1, US5.
Gambar 3.6 Urutan scanning sensor ultrasonik
Ketika scanning sensor dilakukan secara berurutan, yaitu dari US0,
US1, sampai dengan US5, sensor yang salling bersebelahan akan saling
mengganggu. Hal ini dikarenakan sisa-sisa dari pantulan gelombang ultrasonik
yang dipancarkan akan masuk ke sensor yang ada di sebelahnya, sehingga akan
mengganggu validitas data. Hal ini dapat diatasi dengan beberapa cara. Yang
pertama adalah dengan memberikan waktu jeda ketika dilakukan scanning antara
ultrasonik satudengan ultrasonik berikutnya. Ini dimaksudkan supaya sisa-sisa
gelombang ultrasonik yang dipancarkan telah hilang sehingga tidak mengganggu
validitas data. Cara seperti ini dapat bekerja dengan baik dengan memberikan
waktu jeda yang tepat. Akan tetapi cara in berakibat pada lambatnya scanning
sensor ultrasonik secara keseluruhan, karena selalu ada jeda antara scanning
sensor satu dengan scanning sensor berikutnya. Dengan demikian data yang
diperoleh kurang real time. Cara yang kedua adalah dengan melakukan scanning
secara tidak urut, melompat-lompat dari satu sisi ke sisi yang lain, dari sensor
yang ada di sisi kiri berpindah ke sensor sisi kanan, kemudian kembali lagi ke
sensor sebelah kiri dan seterusnya. Dengan cara seperti ini, scanning dapat
dilakukan secara lebih cepat dibandingkan dengan cara yang pertama. Cara ini
dapat dilakukan karena sisa-sisa gelombang ultrasonik yang dipancarkan pada
suatu sisi tidak akan mempengaruhi sensor yang berada di sisi yang lain. Setelah
sebuah sensor selesai melakukan scanning, data yang dihasilkan akan langsung
dikirimkan ke kontroler utama melalui komunikasi serial dengan baudrate 9600
bps. Data yang dikirim adalah data dalam bentuk byte secara langsung, tanpa
dikonversi ke dalam kode ASCII. Sebagai penutup proses pengiriman data
dikirimkan data 0, yang digunakan kontroler utama untuk mereset index buffer
penerima.
Gambar 3.7 adalah potongan program dari proses scanning sebuah sensor
ultrasonik.

Gambar 3.7 Program scanning sebuah sensor ultrasonik


Pin trigger dari modul ultrasonik dihubungkan dengan PORTB.6, sedangkan pin
echo dihubungkan dengan PORTB.7 sebagai input pada mikrokontroler ATMega
8. Pin trigger diberi sinyal ”high” minimal selama 10us. Selanjutnya ditunggu
sampai pin echo menjadi ”high”, yang menunjukkan bahwa modul sensor telah
memancarkan gelombang ultrasonik. Saat pin echo berubah menjadi ”high”,
timer0 yang digunakan untuk menghitung lebar pulsa dijalankan. Selanjutnya
ditunggu sampai pin echo kembali menjadi ”low” atau timer0 overflow. Data
jarak dapat diambil pada register TCNT0 yang merupakan register counter untuk
timer0. Bila timer0 menghitung sampai terjadi overflow tetapi pin echo tetap high,
maka akan dianggap sebagai jarak maksimal, dan program akan masuk ke dalam
subrutin interrupt timer0 overflow. Di dalam subrutin tersebut, timer akan
dihentikan dan data dianggap maksimal, yaitu 255. Selanjutnya data sensor
dikirimkan melalui komunikasi serial. Jarak maksimal yang dapat terdeteksi oleh
sensor ultrasonik dapat diatur dari frekuensi clock yang digunakan sebagai clock
timer penghitung lebar pulsa. Dari potongan program pada gambar 3.7, timer0
yang digunakan diatur pada frekuensi 43,2 kHz yang diperoleh dari frekuensi
clock dibagi 256. Frekuensi ini diatur dari nilai register TCCR0B yang diisi nilai
0x04. Dengan menggunakan frekuensi sebesar
ini, jarak maksimal yang dapat dideteksi sensor sampai timer overflow adalah ±50
cm. Jarak ini dapat diperbesar dengan cara memperkecil frekuensi timer atau
menggunakan timer lain yang memiliki resolusi sebesar 16 bit. Lima sensor
ultrasonik yang dikontrol oleh mikrokontroller ATMega8 ini proses pengambilan
datanya (scining) dapat diatur berdasarkan permintaan dari mikrokontroller utama.
Tujuan dari pengaturan scaning berdasrakan permintaan mikrokontroller master
adalah untuk menghindari interfrensi antara robot master dengan robot slave.

2) UV Tron
UVTron Flame Detector digunakan untuk menemukan sumber api dalam hal ini
adalah api lilin. UV Tron dapat menemukan nyala api dalam jarak 5 meter dari
sumber dan alat ini beroprasi dalam range spektral 185 sampai dengan 160 nm.
Alat ini terdiri dari 2 paket yaitu:
a) Hamamatsu R2868 Flame (UV) Sensor
b) UVTron C3704 Rangkaian driver
UVTron adalah suatu device yang sangat sederhana. Ketika katoda diarahkan
pada sinar ultraviolet (dari lilin), photoelektron dipancarkan dari katode secara
efek photoelectric dan kemudian dipercepat ke arah anoda dengan medan elektrik.
Ketika tegangan yang diterapkan menjadi lebih tinggi dan medan elektrik
bertambah kuat, energi kinetic dari electron menjadi cukup besar untuk
mengionisasikan molekul-molekul gas yang terdapat pada tabung dengan cara
dibenturkan. Elektronelektron yang dihasilkan dari ionisasi dipercepat, sehingga
memungkinkannya untuk mengionisasi molekul-molekul lain sebelum mencapai
anoda. Pada sisi lain, ion positive dipercepat ke arah katode dan menabrak
sehingga membangkitkan elektron-elektron kedua. Proses ini menyebabkan arus
yang besar antara elektroda-elektroda dan saat proses pelepasan berlangsung.
Pelepasan yang pertama terjadi, tabung terisi dengan electron-elektron dan ion-
ion. Tegangan turun atau jatuh antara katoda dan anoda dengan cepat. Status ini
akan terjadi tanpa menurunkan tegangan anode sampai di bawah titik jenuh.
Rangkaian pengarah menciptakan perbedaan tegangan yang diperlukan pada
tabung untuk mengijinkan proses peluruhan ketika terkena sinar ultraviolet.
Kemudian rangkaian mengamati arus keluaran dari tabung dan ketika proses
peluruhan terjadi, tegangan pada anode dikurangi oleh rangkaian untuk
mengijinkan bola lampu mengulang lagi atau mereset. Tiap waktu proses
peluruhan dan pelepasan terjadi, sinyal dibangkitkan dengan cirkut atau rangkaian
dengan beberapa pengaruh
untuk latar belakang.

Gambar 2.7 Daerah jangkauan dari sensor falme detektor posisi tidur
Posisi dari tabung Uvtron mempengaruhi jarak dari jangkauan pendeteksian sinar.
Dengan posisi berdiri jangkauan lebih jauh tetapi jangkauan luasan daerah lebih
sempit hal ini berkebalikan dengan posisi tidur sehingga posisi dari tabung harus
disesuaikan dengan kebutuhan.
Gambar 2.8 Daerah jangkauan dari sensor falme detektor posisi berdiri

3) Perancangan dan Pembuatan Sensor Thermal Array

a) Thermal Array Sensor


Sensor Thermal Array sensor yang digunakan adalah tipe TPA-81. Sensor ini
digunakan untuk mendeteksi infra merah pada range panjang gelombang 2 um -
22 um, yang merupakan panjang gelombang dari radiasi panas. Sensor ini
memiliki 8 buah sensor panas yang tersusun dalam satu baris. TPA-81 dapat
mengukur suhu pada 8 titik yang
berdekatan secara bersamaan dan dapat mendeteksi api lilin pada jarak 2 meter
dengan tidak terpengaruh oleh cahaya luar. Secara keseluruhan, TPA-81 memiliki
range horizontal sebesar 41° dan range vertikal sebesar 6°. Sensor ini dapat
mendeteksi api lilin dari jarak sekitar 2 m. Data yang dihasilkan dari sensor
thermal array berupa data biner 8 bit dari masing-masing pixel sensor yang
merupakan data suhu yang terukur. Misalkan pada salah satu sensor mendeteksi
suhu sebesar 48ºC, maka data yang dihasilkan pada sensor tersebut adalah 48
(30H). Sensor thermal array memiliki 10 register yang dapat diakses dengan
menggunakan protokol I2C. Data suhu dari tiap-tiap pixel sensor terdapat pada
register-register ini. Data Register-register tersebut antara lain seperti tampak pada
tabel 2.1.
Data register-register tersebut diakses dengan menggunakan protokol I2C, dengan
alamat 0xD0. Alamat ini dapat diubah dengan langkah-langkah sesuai prosedur
yang telah ditentukan.

b) Sensor Thermal Array (hardware)


Sensor Thermal Array yang digunakan adalah Thermal Array Sensor TPA-81
produksi Devantech. Sensor ini dapat digunakan untuk mengukur nilai suhu yang
ada di daerah kerja sensor. Pada robot Genier, sensor ini digunakan untuk
mendeteksi boneka yang memancarkan panas.

Gambar 3.12 Modul Sensor Thermal Array


Koneksi sensor Thermal Array ini melalui protokol I2C seperti
halnya kompas elektronik. Pin SDA dihubungkan dengan pin
mikrokontroler yang berfungsi sebagai serial data, dan pin SCL
dihubungkan dengan pin mikrokontroler yang berfungsi sebagai serial
clock.
Gambar 3.13 Koneksi modul sensor Thermal Array

c) Sensor Thermal Array (software)


Modul sensor Thermal Array dengan komunikasi protokol I2C ini sama dengan
modul kompas elektronik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Alamat fix
dari sensor ini adalah 0xD0. Selanjutnya membaca data register dengan
mengirimkan nilai alamat register yang diinginkan. Data sensor ada pada alamat
register 0x02-0x09 untuk data sensor pixel 1-pixel 8. Untuk sistem komunikasi
I2C secara keseluruhan sama dengan modul kompas elektronik, yang berbeda
hanyalah alamat dari modul dan register-register yang dibaca. Sedangkan cara-
cara komunikasinya sama, yaitu dengan menggunakan sistem komunikasi
standard I2C. Data yang terbaca pada register-register yang menyimpan data
sensor tiap pixel adalah data 8 bit yang mempresentasikan nilai suhu yang terukur.
Secara umum, cara untuk mendapatkan nilai-nilai suhu dari sensor thermal array
sama seperti pada kompas elektronik, yang berbeda hanyalah pada alamat register
yang akan dibaca dan alamat device-nya. Berikut ini adalah potongan program
subrutin pembacaan data sensor thermal array pada register dengan alamat sesuai
input variabel addr.
Gambar 3.14 Program pembacaan data sensor thermal array

4) Perancangan dan Pembuatan Sound Aktifasi


Untuk rangakain sound aktifasi terdiri dari 2 bagian yaitu pemancar dan penerima.
Rangkaian pemancar berfungsi membangkitkan sinyal suara dengan frekuensi
tertentu. Rangkaian pemancar terdiri atas rangkaian pembangkit gelombang
dengan frekuansi tertentu dan rangkaian penguat agar suara yang dihasilkan
mempunyai daya yang tinggi selanjutnya adalah speaker sebagai output yang
berfungsi untuk mengeluarkan suara.

Gambar 3.20 Blok diagram pemencar sound aktifation

Pembangkit gelombang yang digunakan adalah IC LM555 yang diatur sebagai


pembangkit gelombang kotak. Frekuensi yang diinginkan adalah sebesar 3 – 4
Khz sesuai dengan aturan pada pertandingan.
Gambar 3.21 IC LM555 sebagai pulse generator

Frekuensi yang dihasilkan dapat diatur dari kombinasi nilai resistor dan kapasitor
RA, RB, dan C yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Supaya lebih memudahkan pengaturan, resistor RB menggunakan sebuah variabel


resistor supaya dapat diubah-ubah frekuensinya sesuai kebutuhan. Nilai-nilai RA,
RB, dan C yang diperoleh dari perhitungan dengan rumus di atas adalah sebagai
berikut :
RA = 1 kΩ
RB = 3.9 kΩ
C = 0.047 uF
Gambar 3.22 Pemancar sound aktifation

Pada rangkaian penerima terdiri atas mic sebagai input dan juga menerima
gelombang suara dari pemancar. Selanjutnya rangakain preamplifire untuk
menguatkan input dari mic. Dari rangkaian amplifire masuk ke rangkaian
bandpass filter. Rangkaian band pass filter berfungsi untuk memfilter suara yang
masuk agar benar-benar suara dari pemancar saja yang dapat diterima.

Gambar 3.23 Blok diagram penerima sound actifation


Sebagai band pass filter digunakan IC LM567. Dengan mengatur nilai resisitor
dan kapasitor, dapat diatur range frekuensi yang dapat dideteksi oleh IC ini. Pada
aturan KRCI, ditentukan bahwa nilai frekuensi suara untuk sound aktifasi adalah
berada diantar 3 - 4 KHz. Jadi nilai resistor dan kapasitor yang dihubungkan pada
IC tersebut diatur sehingga dapat mendeteksi suara pada range frekuensi tersebut.
Gambar 3.24 Rangkaian Tone decoder LM567
Besarnya frekuensi tengah dari tone dekoder ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

Untuk selanjutnya, nilai kapasitor C1 dibuat tetap sedangkan nilai R1 dibuat


variabel untuk memudahkan dalam melakukan setting dalam rangka mendapatkan
nilai frekuensi yang diinginkan. Output dari IC ini adalah berupa open colector
yang dapat disambung dengan sebuah LED sebagai indikator. Output dapat
langsung dihubungkan dengan pin mikrokontroler dengan terlebih dahulu diberi
resistor pullup.

Gambar 3.25 Rangkaian Amplifier


Sedangkan untuk rangkaian amplifiernya menggunakan penguat sebuah transistor
biasa untuk memperbesar sinyal yang ditangkap oleh microphone, seperti pada
gambar 3.25.

Gambar 3.26 Penerima sound actifation

d. Piranti keluaran (output)

1) Driver Motor Servo


Driver motor digunakan sebagai penghubung antara mikrokontroller ke motor
servo. Digunakan driver servo karena arus yang keluar dari mirokontroller tidak
mampu mencukupi kebutuhan dari motor servo. Rangkaian driver motor berupa
rangkaian regulator dan TTL schimit trigger 7414.
Dalam regulator terdiri dari IC Regulator 7805 dengan transistor jenis PNP
2N2955 sebagai penguat arus. Kelebihan penguat arus regulator 78xx dengan
transistor PNP lebih unggul dari rangkaian berbasis NPN, karena rangkaian
dengan arus lebih optimal tidak mudah panas, dan tidak terjadi pengurangan
tegangan sebesar 0.7V. TTL Schmit Trigger 7414 berfungsi sebagai penguat atau
penegas sinyal PMW dari mikrokontroller sehingga mikrokontroller tidak
terbeban oleh servo yang berjumlah 12 dan mikrokontroller tidak panas.
Motor Servo
e. Algorithm
Pada posisi di Home maka robot akan active jika sound active di tekan. Robot
akan menginisialisasi PORT I/O yang akan digunakan oleh microcontroller.
Robot akan mengakses pembacaan sensor jarak Ping yang berjumlah 5 pada sisi
samping robot dan depan. Ketika jarak samping dan depan tidak ada indikasi
halangan dengan jarak yang telah ditentukan pada program robot maka robot akan
bergerak maju. Jika robot menemui persimpangan maka robot akan berbelok 90
derajat dengan bantuan kompas digital. Jika sudah terpenuhi maka robot akan
bergerak maju. Jika sensor depan ada halangan, kiri ada halangan dan sensor
kanan tidak ada halangan robot akan berbelok ke kanan 90 derajat. Jika sensor kiri
ada halangan, kanan tidak ada halangan dan depan tidak ada halangan robot akan
bergerak maju. Saat sensor garis mendeteksi adanya warna putih maka robot
mengidentifikasi telah masuk suatu ruangan. Robot akan maju 5 langkah dan
sensor UV tron akan active dan mendeteksi kondisi sekitar apakah ada lilin apa
tidak. Jika tidak ada lilin maka robot akan berbalik arah 180 derajat dan maju
sampai menyentuh garis putih lagi dan menandakan telah keluar ruangan dan
robot akan melangkah sesuai keadaan sensor jarak. Jika ada indikasi terdapat api
maka robot akan bergerak mendekati api sampai jarak 10 cm. Ketika jarak
terpenuhi maka kipas akan hidup sampai api lilin padam. Pada saat lilin padam
sensor UV tron akan non active dan robot akan berbalik 180 derajat dan kembali
melangkah sesuai keadaan sensor jarak.

1. Flow Chat Algoritma Pergerakan Robot


2. Flow Chat Algoritma Pencarian Lilin
Strategi Pergerakan Robot Mencari Api di Arena
1. Mekanik Robot

Mekanik dibuat dengan tujuan memberikan bentuk kepada

robot. Bagian ini berfungsi untuk menggabungkan beberapa

bagian robot sehingga menjadi dalam satu kesatuan. Desain

dari mekanik robot ini akan mempengaruhi dari kinerja gerakan

robot. Untuk mendapatkan hasil yang baik desain robot dibuat

seringan mungkin agar robot dapat bergerak dengan lincah.

Gambar 6. Contoh Rancangan Mekanik Line Follower

Robot

2. Driver Motor

Driver motor digunakan untuk menguatkan arus yang

masuk ke motor. Terdapat bermacam jenis driver motor dari

yang menggunkan transistor sampai dengan IC. Prinsip kerja

dari berbagai driver motor sama yaitu mengendalikan laju


putaran motor. Kebutuhan jenis driver motor yang digunakan

pada pembuatan line follower robot tergantung dari konsumsi

arus yang dibutuhkan motor. Driver motor pada line follower

robot dapat dibuat dengan menggunakan sebuah IC H-Bridge

jenis L293D. IC L293D memiliki tegangan suplai logic 5V dan

untuk tegangan sumber pada motor maksimum 12V.

Kemampuan arus yang dihasilkan driver ini adalah sebesar 1A.

Driver motor inilah yang memproses sinyal pulsa PWM (Pulse

Width Modulation) dari mikrokontroler.

(a) Bentuk Fisik (b) Konfigurasi Pin

Gambar 7. Bentuk Fisik IC L293D dan Konfigurasi


Susunan Pin

Pemasangan rangkaian driver motor supaya dapat bekerja

dengan baik maka pin input harus dihubungkan ke port

mikrokontroler dan pin output dihubungkan ke motor DC.

Gambar pengawatan pada driver motor L293D ditunjukkan

pada gambar 8.
Gambar 8. Rancangan Rangkaian Driver Motor

3. Motor DC

Motor adalah komponen yang berfungsi untuk

menggerakkan roda pada robot. Motor yang digunakan harus

memiliki kemampuan untuk berputar searah jarum jam dan

berlawanan arah jarum jam. Untuk itu dapat dipilih motor DVD

yang memiliki konsumsi tegangan 5-7 V. Motor DVD

memiliki kecepatan maksimum yang cukup tinggi yaitu 1000-

1300 rpm.

Gambar 9. Motor DVD


4. Mikrokontroler

Mikrokontroler adalah suatu chip yang dapat digunakan

sebagai pengontrol utama sistem elektronika, misalnya sistem

pengukur suhu digital (termometer digital), sistem keamanan

rumah (Home Remote System), sistem kendali mesin industri,

robot penjinak bom, dan lain-lain (Widodo Budiharto dan

Gamayel Rizal, 2006:27). Mikrokontroler inilah yang nantinya

akan membangkitkan pulsa PWM untuk diumpankan ke driver

motor. Mikrokontroler memiliki berbagai jenis dan

kemampuan masing-masing.

Keluarga mikrokontroler terdiri dari MCS51 dan AVR.

Untuk saat ini AVR lebih banyak digunakan karena memiliki

berbagai keunggulan terutama dalam segi fasilitas dan

pemrograman. Banyak tipe mikrokontroler AVR yang dapat

digunakan untuk membuat robot diantaranya ATmega8,

ATmega8535, ATmega16, ATmega32, ATmega64 dan

ATmega128. Setiap jenis AVR memiliki fasilitas yang

berbeda-beda. Pada perancangan line follower robot ini

digunakan mikrokontroler berjenis ATmega8535. Pemilihan

mikrokontroler ini berdasarkan fasilitas yang dimiliki dan

kapasitas memori yang cukup apabila digunakan untuk

membuat line follower robot.


(a) Bentuk Fisik (b) Konfigurasi Pin

Gambar 10. Bentuk Fisik IC ATmega8535 dan


Konfigurasi Pin

B. Kerangka Berpikir

Langkah awal sebelum penelitian yaitu bagian-bagian pendukung dari

sebuah robot cerdas berkaki pemadam api diuraikan dan dijelaskan

seperti pada kajian teori. Hasil dari perumusan berbagai kajian teori

digunakan untuk menciptakan sebuah media pembelajaran robot cerdas

berkaki pemadam api. Kerangka berfikir yang digunakan pada penelitian

ini adalah sebagai berikut.

Sebuah media pembelajaran digunakan sebagai alat untuk membantu

pembelajaran di sekolah. Robot cerdas berkaki pemadam api merupakan

robot yang mampu bekerja untuk mengikuti garis. Beberapa teori yang

disebutkan pada kajian pustaka jika disatukan maka akan membentuk

suatu produk berupa robot cerdas berkaki pemadam api. Untuk dapat
membuat sebuah robot cerdas berkaki pemadam api diperlukan komponen

berupa foto sensor, mikrokontroler, driver motor, motor dc dan mekanik.

Dari setiap komponen penyusun robot cerdas berkaki pemadam api

dapat dijabarkan fungsi dari masing-masing bagian yaitu:

1. Mekanik robot berfungsi menempatkan semua komponen yang

terdapat pada robot.

2. Foto sensor berfungsi sebagai pendeteksi garis yang dilalui robot.

3. Mikrokontroler berfungsi mengolah output pembacaan sensor untuk

dihasilkan pulsa PWM (Pulse Width Modulation).

4. Driver motor berfungsi mengolah sinyal PWM dari mikrokontroler

yang diumpankan ke motor DC.

Hasil dari penggabungan komponen inilah sebuah robot cerdas

berkaki pemadam api dapat terbentuk. Untuk dapat dijadikan sebuah

media pembelajaran setiap komponen dibuat secara terpisah sehingga

terbentuk dalam paket modul. Penggabungan setiap modul digunakan

kabel dengan konektor white housink. Setiap soket memiliki pasangan

tersendiri sehingga tidak memungkinkan dapat dipasang secara terbalik.

Sebagai sarana untuk memudahkan siswa dalam membuat robot cerdas

berkaki pemadam api maka diberikan satu buah modul pendukung. Modul

berisi pemaparan teori yang terdapat dalam sebuah robot cerdas berkaki

pemadam api beserta alur pembuatannya.

Langkah terakhir setelah sebuah media pembelajaran robot cerdas

berkaki pemadam api terbentuk, maka untuk memperoleh tingkat


kelayakan media pembelajaran dilakukan uji validasi. Uji validasi materi

dan media oleh pakar ahli serta uji pemakaian oleh siswa . Dari proses

inilah sebuah robot cerdas berkaki pemadam api diharapkan dapat

dijadikan media pembelajaran.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan
(Research and Development). Metode penelitian dan pengembangan
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:297). Langkah-langkah
penelitian pengembangan ditunjukkan pada gambar 11.

Gambar 11. Langkah-Langkah Metode Research and Development


(R&D)
Perencanaan desain produk dilakukan dengan langkah awal
analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan menghasilkan kebutuhan
yang harus disediakan dalam pembuatan produk. Produk yang akan
dihasilkan dalam penelitian ini adalah robot cerdas berkaki pemadam
api yang telah teruji tingkat kelayakannya. Dalam proses uji
kelayakan, desain robot dikonsultasikan kepada pakar ahli bidang
robotika. Media pembelajaran juga dilengkapi dengan modul materi
yang berhubungan dengan produk. Pengujian kelayakan materi
dikonsultasikan kepada ahli materi untuk menyesuaikan isi materi
dengan produk.

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini objek yang akan diteliti adalah robot cerdas
berkaki pemadam api sebagai media pembelajaran pada study club
robotika di Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika , Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika ,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta yang beralamat di Kampus
Karangmalang, Depok, Sleman, Yogyakarta. Waktu penelitian direncanakan
bulan Maret sampai selesai

B. Perencanaan Desain Produk


1. Analisis Kebutuhan
2. Desain
Berikut ini merupakan gambar dari konstruksi robot Gareng Punk.
15cm

LCD

S.KOMPAS

S.JARAK

15cm
S.JARAK
MICRO1
MIC MICRO2

S.JARAK

Gambar 1. Robot Gareng Punk Tampak Atas.

3. Implementasi
4. Pengujian Kelayakan Media

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengujian dan Pengamatan


Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja dari
robot cerdas berkaki pemadam api yang akan dijadikan sebagai media
pembelajaran pada study club robotika. Hasil pengujian dipaparkan
dengan data berupa uji coba dan hasil-hasil pengamatan.

2. Kuisioner (Angket)
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:142). Angket
digunakan untuk menentukan kelayakan media yang dibuat berupa
robot cerdas berkaki pemadam api. Responden yang dilibatkan dalam
pengambilan data adalah dosen ahli materi sekaligus ahli media
pembelajaran dan pengguna atau siswa.

D. Instrumen Penelitian

1. Menurut Arikunto (2009: 134) instrumen penelitian merupakan alat bantu


penelitian dalam mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan
menentukan kualitas data yang terkumpul. Penyusunan instrumen
dilakukan dengan memahami variabel yang akan diteliti. Variabel
dijadikan sebagai objek yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian.
2. Untuk memperoleh data tentang pengujian dan pengamatan maka
instrumen yang digunakan adalah alat ukur berupa multimeter dan
penggaris. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan media yang telah
dibuat untuk pembelajaran robotika, maka digunakan instrumen berupa
angket yang diberikan kepada ahli robotika, ahli media pembelajaran, dan
sejumlah siswa.
3. Instrumen yang diberikan kepada dosen ahli materi digunakan untuk
mengetahui tingkat kelayakan media dilihat dari validasi isi (Content
Validity), sedangkan instrumen yang diberikan kepada dosen ahli media
pembelajaran untuk mengetahui tingkat kelayakan media dilihat dari
validasi konstrak (Construct validity).

E. Teknis Analisis Data


Penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan
(Arikunto, 2009:234). Teknik analisis data yang dilakukan pada tahap
pertama adalah menggunakan deskriptif kualitatif yaitu memaparkan
produk media hasil rekayasa setelah diimplementasikan dalam bentuk
produk jadi, dan menguji tingkat validasi dan keandalan produk.
Tahap kedua juga menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu
memaparkan mengenai kelayakan produk untuk diimplementasikan pada
kegiatan study club robotika. Skala dalam pengukuran kelayakan ini
memiliki jenis ordinal. Skala yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembuatan jawaban dalam instrumen adalah skala Likert. Skala Likert
memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat
diwujudkan dalam beragam kata-kata. Tingkatan bobot nilai yang
digunakan sebagai skala pengukuran adalah 4,3,2,1. Analisis data awal
dari penelitian deskriptif kualitatif memanfaatkan persentase. Rumus
perhitungan persentase skor menurut Arikunto (2009:95) ditulis dengan
rumus berikut :

skor yang diobservasi


Persentase kelayakan(% )= x 100 %
skor yang di h arapkan

Hasil perolehan persentase kelayakan disimpulkan berdasarkan tabel


skala persentase menurut M. Chabib Thoha (1996: 89).

Tabel 5. Tabel Skala Penilaian Kesesuaian Produk Media


Persentase Pencapaian Skala nilai Interprestasi
91 - 100 % 4 sangat layak
81 - 90 % 3 layak
71 - 80 % 2 cukup layak
61 - 70% 1 kurang layak
0 - 60% 0 Tidak layak

Anda mungkin juga menyukai