Hasil pengukuran parameter kualitas air sungai, yang meliputi fisika, kimia,
dan biologi, pada beberapa sungai di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung
disajikan pada
Tabel 1.
.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air pada Beberapa Sungai di Wilayah Pesisir Kota Bandar
Lampung Tahun 2007
NO. PAR Sat. B.M K1 K2 K3 K4 K5 K6
AM *)
ETE
R
A. FISIKA :
TDS mg/l 1.000 91 1080 1190 254 2680 1100
Suhu °C Dev 3 25,6 25,5 27,4 32,7 29,6 31,5
TSS mg/l 400 8 11 6 43 8 26
B. KIMIA :
DO mg/l 3 3,18 0,48 0,69 0,37 0,65 0,87
COD mg/l 50 149,9 145,4 218,1 236,3 199,9 218,1
BOD mg/l 6 43,18 52,34 78,52 85,06 71,96 47,11
Kesadahan mg/l --- 36,51 136,1 178,1 76,66 381,9 421,2
6 7 7 4
Salinitas ‰ --- 0 1 1 0 4 1
Alkalinitas mg/l --- 12,5 73,04 12,08 36,52 25,00 22,05
pH --- 6-9 7,44 8,02 7,38 7,35 7,75 7,45
PO4 mg/l 1 2 3 2 4,2 5 2
SO4 mg/l --- 0,312 0,721 14,22 0,507 14,43 12,23
3 3 6
Nitrit mg/l 0,06 0,15 0,10 0,15 0,05 0,05 0
Nitrat mg/l 20 0,474 1,889 0,141 0,506 0,337 0,439
Besi (Fe) mg/l --- 0,24 1,91 0,40 0,81 0,81 0,99
Sulfida mg/l 0,002 0,018 0,041 0,053 0,069 0,044 0,033
Pb mg/l 0,03 0,017 0,042 0,008 0,024 0,006 0,014
Hg mg/l 0,002 Ttd 0,001 Ttd Ttd 0,002 0,002
Cu mg/l 0,02 0,001 0,004 0,001 0,002 0,002 0,003
Cd mg/l 0,01 0,001 ttd 0,001 0,001 0,005 0,005
C. BIOLOGI :
MPN Coliform Jml/1 10.00 ≥ 240 ≥ 240 ≥ 240 ≥ 240 ≥ 240 ≥ 240
00ml 0
MPN Coli Tinja Jml/1 2.000 ≥ 240 ≥ 240 ≥ 240 ≥ 240 ≥ 240 ≥ 240
00ml
Kesadahan air disebabkan oleh ion-ion magnesium atau kalsium yang
terdapat di dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan hidrogen karbonat.
Tingkat kesadahan air sungai di pesisir Bandar Lampung adalah sebagai
berikut: lunak (Way Sukamaju), agak sadah (Way Kunyit), sadah (Way
Keteguhan, Way Kuripan, dan Way Galih), serta sangat sadah (Way Kuala
dan Way Lunik). Kesadahan tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh
kondisi geologi tanah di sekitarnya, namun dapat juga disebabkan oleh
aktivitas industri yang membuang limbahnya ke sungai tersebut.
Kandungan fosfat (PO4) seluruh sungai yang diukur juga telah melebihi baku
mutu yang ditetapkan. Keberadaan fosfat ini merupakan indikasi bahwa
sungai-sungai tersebut tercemar oleh limbah industri maupun rumah tangga.
Sumber pencemaran fosfat dari limbah rumah tangga diduga berasal dari
sisa-sisa detergen yang mengalir ke sungai. Way Kunyit, Way Kuala, dan
Way Galih mengandung fosfat yang cukup tinggi dibandingkan sungai-
sungai lainnya.
Kandungan nitrit dan sulfida pada sebagian besar sungai diketahui telah
melebihi baku mutu. Kondisi ini memungkinkan karena sebagian besar
sungai-sungai tersebut dalam kondisi anaerob dan tercemar bahan organik.
Keberadaan sulfida di perairan sungai menyebabkan sungai tersebut berbau
busuk dan berbahaya bagi biota air. Demikian pula halnya dengan nitrit yang
dapat mematikan organisme air karena beracun.
Kandungan logam berat Pb, Hg, Cu, dan Cd pada umumnya masih di bawah
baku mutu, kecuali kandungan Pb di Way Keteguhan. Walaupun nilainya
masih di bawah baku mutu, namun keberadaan logam berat ini perlu
diwaspadai karena dapat mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi
melalui rantai makanan pada ekosistem perairan. Selain itu, keberadaan
logam-logam berat dalam konsentrasi yang kecil pun dapat berbahaya bagi
organisme renik, seperti larva ikan, sehingga dapat menimbulkan kematian
ataupun ketidaknormalan dalam pertumbuhan.
b) Perairan Laut
Hasil pengukuran kualitas air di perairan Teluk Lampung yang merupakan
bagian dari wilayah pesisir Kota Bandar Lampung disajikan pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 diketahui bahwa perairan laut di wilayah Kota Bandar
Lampung telah mengalami pencemaran. Pencemaran yang terjadi tidak
terlepas dari aktivitas masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah pesisir,
seperti kegiatan rumah tangga, pengolahan ikan, dan industri lainnya yang
banyak terdapat di sekitarnya. Selain itu, polutan juga dapat berasal dari
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI LAMPUNG 2007 5
industri yang berasal dari perkotaan yang terbawa oleh sungai-sungai yang
bermuara di sekitar perairan tersebut, seperti sungai Way Belau, Way
Sukamaju, Way Keteguhan, dan Way Kunyit. Di wilayah Kecamatan
Panjang terdapat aktivitas bongkar muat batubara, yaitu di DUKS milik PT
Bukit Asam. Pada saat bongkar muat cukup banyak debu-debu batubara
yang masuk ke perairan laut. Hal ini juga diduga turut menyumbangkan
sejumlah besar kandungan logam berat di perairan laut di sekitarnya.
c) Sumur Penduduk
Hasil pengukuran kualitas air sumur di 12 kelurahan pesisir di Kota Bandar
Lampung disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 diketahui bahwa sumur-
sumur penduduk di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung telah mengalami
pencemaran yang dapat diamati dari beberapa parameter kualitas air yang
tidak sesuai dengan baku mutu air kelas satu.
Penduduk yang tinggal di masing-masing kelurahan tersebut pada umumnya
tidak mengkonsumsi air sumur yang mereka miliki dengan alasan air sumur
tersebut tidak layak untuk diminum. Air sumur hanya digunakan untuk
keperluan mandi dan mencuci saja. Pada umumnya mereka membeli air
bersih yang banyak dijual oleh pedagang keliling ataupun air minum
kemasan yang banyak tersedia di toko-toko. Kelangkaan air bersih di
wilayah pesisir Kota Bandar Lampung memang sudah lama dialami oleh
masyarakat setempat; bahkan masalah ini telah menjadi isu utama dalam
penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung yang
dilakukan oleh Wiryawan dkk (2000).
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa kandung bahan organik sumur-
sumur penduduk cukup tinggi. Hal ini dapat diketahui dari nilai COD yang
cukup tinggi dan melebihi baku mutu yang ditetapkan, yaitu 10 mg/l. Di
wilayah tersebut nilai COD berkisar antara 145-218 mg/l. Selain itu,
kandungan fosfat dan sulfida juga telah melebihi baku mutu yang ditetapkan
Masalah utama yang sering dikeluhkan warga adalah kondisi kesadahan air
sumur yang mereka miliki. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa tingkat
air sumur tersebut digolongkan sadah karena memiliki kandungan CaCO 3
antara 150-300 mg/l. Bahkan kesadahan air sumur di Kelurahan Bumi
Warah dan Way Lunik sudah termasuk sangat sadah (> 300 mg/l CaCO 3 ).
Selain kesadahan, masalah intrusi air laut juga dialami oleh sumur-sumur
tersebut. Di beberapa kelurahan diketahui salinitas air sumur berkisar antara
0,5-5 ‰ .
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sumur-sumur tersebut telah
tercemar oleh logam berat Pb dan Cu dalam jumlah yang relatif kecil.
Keberadaan Hg dan Cd tidak terdeteksi pada semua sample air sumur yang
diteliti. Kandungan logam berat Pb dab Cu pada umumnya masih di bawah
baku mutu atau kriteria yang ditetapkan berdasarkan PP No.82 tahun 2001
untuk Mutu Air Kelas I, kecuali sumur di Kelurahan Sukamaju yang
mengandung logam Pb hingga 0.046 ppm.
Sumber utama pencemaran logam berat Pb dan Cu yang terdeteksi di sumur-
sumur penduduk belum diketahui secara pasti. Keberadaan unsur-unsur
logam berat tersebut di alam memang sudah ada walaupun dalam jumlah
yang relatif kecil. Dari hasil pengukuran salinitas air sumur diketahui bahwa
di beberapa sumur penduduk telah terjadi intrusi air laut, sehingga
diperkirakan sumber pencemar logam berat tersebut dapat berasal dari
intrusi air laut ataupun aliran air permukaan yang juga telah tercemar oleh
logam berat.
2. Perusakan Terumbu Karang
Terumbu karang yang terdapat di perairan pesisir Kota Bandar Lampung
sudah banyak mengalami degradasi akibat aktivitas manusia, terutama
reklamasi pantai, illegal fishing, dan pencemaran perairan. Di beberapa
tempat hampir dijumpai hamparan karang mati yang disebabkan oleh
kegiatan tersebut. Hamparan karang mati ditemukan di sekitar Pulau
Pasaran, Pulau Kubur, Gosong Pamunggutan, Pantai Sukaraja hingga
Karang Maritim. Keberadaan karang mati ini dapat dilihat dari beberapa ciri,
yaitu mengalami bleaching (pemucatan), patah, dan tercerai berai. Karang
mati yang mengalami bleaching diduga disebabkan aktivitas illegal fishing
yang menggunakan racun sianida untuk menangkap ikan karang, baik ikan
konsumsi maupun ikan hias; sedangkan karang mati yang patah dan
berserakan diduga kuat disebabkan oleh penggunaan bom ikan. Dari hasil
wawancara dengan nelayan
3. Upaya Penanggulangan
Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berupaya untuk mengurangi dan
mencegah pencemaran dan perusakan sumberdaya pesisir melalui berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan menggalakkan Program Ayo Bersih-
Bersih. Lingkungan pesisir Kota Bandar Lampung merupakan wilayah yang
menjadi sasaran gerakan tersebut.
Di samping itu juga Pemda Kota Bandar Lampung melalui Dinas Perikanan
dan Kelautan giat membangun opini publik dan meningkatkan pemahaman
mereka tentang pentingnya menjaga wilayah pesisir dari berbagai aktivitas
yang merusak. Hal ini dilakukan melalui media massa setempat, forum
diskusi, ataupun penyuluhan langsung kepada masyarakat pesisir.
Pembentukan Kelompok Mayarakat Pengawas (Pokmaswas) di masing-
masing kecamatan pesisir oleh Dinas Perikanan dan Kelautan merupakan
upaya lainnya untuk memberdayakan dan mengoptimalkan pengawasan
yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Dengan adanya kelompok
pengawas ini setidak-tidaknya perusakan sumberdaya pesisir dapat
berkurang.
Di bidang lingkungan hidup, Bapedalda Kota Bandar Lampung secara rutin
memantau kualitas air sungai-sungai dan perairan laut Kota Bandar
Lampung. Hal ini merupakan upaya dini untuk mencegah dampak lebih
lanjut yang ditimbulkan akibat pencemaran perairan.
Pemerintah Kota Bandar Lampung saat ini tengah menata wilayah
pesisirnya. Dimulai pada tahun 2006 melalui beberapa kajian untuk
menginventarisir potensi dan permasalahan di wilayah pesisir, seperti
kondisi habitat-habitat pesisir yang sensitif (terumbu karang, padang lamun,
dan mangrove) yang masih tersisa, kajian tentang fisik dan spasial wilayah
pesisir, serta sosial ekonomi masyarakat pesisir Kota Bandar Lampung.
Dalam rangka penataan wilayah pesisirnya, Pemerintah Kota Bandar
Lampung telah merumuskan kebijakan pembangunan kawasan ini, antara
lain: