Fisil Rangkuman Ubai
Fisil Rangkuman Ubai
Filsafat Ilmu
Ubaidah
1215071046
Manusia disebut sebagai Homo faber yaitu makhluk yang membuat alat dan kemampuan
membuat alat Itu dimungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan tersebut juga
memerlukan alat-alat. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berfikir.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Oleh sebab itu sebelum mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ,
manusia harus terlebih dahulu menguasi langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.
Selain itu tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan manusia melakukan
penelaahan ilmiah secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.
Ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif.
A. Bahasa sebagai Sarana Ilmiah
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah
di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Karena dengan menguasai bahasa maka manusia akan menguasai
pengetahuan.
Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur
tidak mungkin dapat dilakukan. Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak
mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilanglah
kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi yang
selanjutnya. Dan tanpa bahasa juga manusia tidak dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti
apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara
abstrak dimana obyek-obyek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang
bersifat abstrak. Dengan ini maka manusia dapat berpikir mengenai sesuatu obyek tertentu
meskipun obyek tersebut secara faktual tidak berada di tempat dimana kegiatan berpikir itu
dilakukan.
Bahasa juga memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis. Kedua
aspek bahasa yakni aspek informatif dan emotif terkandung dalam bahasa yang digunakan
manusia. Artinya dalam berbicara ada informasi yang disampaikan dan mengandung unsure-
unsur emotif, demikian juga dalam menyampaikan perasaan , maka ekspresi yang dikeluarkan
mengandung unsur-unsur informatif.
Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emptif
menonjol dalam komunikasi estetik. Dalam komunikasi ilmiah, proses komunikasi harus terbebas
dari unsure emotif agar pesan yang disampaikan dapat diterima secara reproduktif yang berarti
identik dengan pesan yang dikirimkan.
1. Apakah sebenarnya bahasa
Komunikasi dengan menggunakan bunyi dikatakan sebagai komunikasi verbal dan manusia
yang bermasyarakat dengan kominikasi bunyi disebut masyarakat verbal. Bahasa merupakan
lambang dimana rangkaian bunyi membentuk suatu arti. Rangkaian bunyi yang kita kenal
sebagai kata melambangakan suatu obyek tertentu,sebagai perumpamaan adalah kata
gunung. Manusia mengumpulkan lambang dan menyusunnya dengan yang dikenal sebagai
perbendaharaan kata. Dengan perbendaharaan kata, mausia dapat mengkomunikasikan
segenap pengalaman dan pemikiran mereka. Inilah yang menyebabkan bahasa terus
berkembang dikarenakan pengalaman dan pemikiran manusia yang terus berkembangan. Dan
dengan adanya berbagai macam lambang memungkinkan manusia dapat berpikir dan belajar
dengan lebih baik.
Manusia mengembangkan pengetahuan untuk menguasi alam. Manusia mencoba
mengerti semua gejala yang dihadapi dan membuahkan pengentahuan yang memberikan
penjelasan-penjelasan. Di samping pengetahuan, manusia mencoba member arti kepada
semua gejala fisik yang dialaminya. Dan dengan inilah manusia member arti kepada hidupnya.
Arti yang terpateri dalam dunia simbolik yang diwujudkan lewat kata-kata.
Komunikasi ilmiah mensyaratkan bentuk komunikasi yang sangat lain dengan komunikasi
estetik. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi berupa pengetahuan.
Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik, maka bahasa yang digunakan harus terbebas
dari unsur-unsur emotif. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktir, artinya bila si pengirim
komunikasi menyampaikan suatu informasi x, maka si penerima komunikasi harus menerima x
juga.
Berbahasa dengan jelas artinya semua makna yang terkandung dalam kata-kata yang
dipergunakan diungkapkan secara tersurat (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang
lain. Karenanya, dalam komunikasi ilmiah kita sering melihat definisi dari kata-kata yang
dipergunakan. Berbahasa dengan jelas artinya juga mengemukakan pendapat atau jalan
pemikiran secara jelas. Kalau kita teliti lebih lanjut, dalam sebuah karya ilmiah pada dasarnya
merupakan suatu pernyataan. Pernyataan itu melambangkan suatu pengetahuan yang lain
dari yang ingin kita komunikasikan kepada orang lain.
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan
informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikitan dalam mendapatkan pengetahuan
tersebut. Karenanya, seseorang harus menguasai tata bahasa yang baik agar dapat
mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan baik. Tata bahasa menurut Laird, merupakan
alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan
emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu.
Karya ilmiah juga mempunyai gaya penulisan yang pada hakikatnya merupakan usaha
untuk mencoba menghindari kecendrungan yang bersifat emosional bagi kegiatan seni namun
merupakan kerugian bagi kegiatan ilmiah.
2. Beberapa kekurangan bahasa
Sebagai sarana komunikasi ilmiah, maka bahasa mempunyai beberapa kekurangan.
Kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat
multifungsi, yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif, dan simbolik. Dalam komunikasi
ilmiah kita ingin mempergunakan aspek simbolik saja dari ketiga fungsi tersebut tadi, di mana
kita ingin mengkomunikasikan informasi tanpa kaitan emotif dan afektif. Namun, faktanya hal
ini hampir tidak mungkin, bahasa verbal mau tidak mau tetap mengandung ketiga unsur yang
bersifat emotif, afektif, dan simbolik tadi.
Kekurangan yang kedua terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung kata-
kata yang membangun bahasa. Padahal, usaha untuk menyampaikan arti sejelas dan seeksak
mungkin dalam proses komunikasi akan menyebabkan proses penyampaian informasi itu
malah tidak komunikatif lagi, disebabkan bahasa yang bertele-tele dan membosankan.
Kelemahan lain terletak pada sifat majemuk (pluralistik) dari bahasa. Sebuah kata kadang-
kadang mempunyai lebih dari satu arti berbeda, dan sebaliknya beberapa kata yang
memberikan arti yang sama.
Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang serius dari para ahli filsafat modern.
Kekacauan dalam filsafar menurut Wittgenstein, disebabkan karena “kebanyakan dari
pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai
logika bahasa”
Pengetahuan yang hakiki bukan didapat lewat penalaran melainkan lewat intuisi. Tanpa
diketahui kita sudah sampai di sana, dengan kebenaran yang membukakan pintu, entah dari
mana datangnya. Dan bahasa, menurut Whitehead, “berhenti di belakang intuisi”