Dalam bagian III materi (bahan) ajar ini, akan menyajikan pokok bahasan ”Sifat Fisika Tanah”.
Melalui pembahasan terhadap materi ini diharapkan mahasiswa memahami tentang 1) tekstur dan
struktur tanah, 2) konsistensi tanah, 3) temperatur tanah, 4) warna tanah, 5) permeabilitas, porositas,
dan drainage, dan 5) pelapukan fisik.
Setelah memahami materi tersebut, mahasiswa diharapkan dapat:
a) menjelaskan tentang tekstur dan struktur tanah,
b) menjelaskan secara benar apa yang dimaksud dengan konsistensi tanah,
c) menerangkan dan menjelaskan mengenai temperatur tanah,
d) menjelaskan warna tanah sebagai salah satu sifat tanah,
e) menjelaskan dan menerangkan dengan benar mengenai permeabilitas, porositas, dan drainase
tanah,
f) menjelaskan bahwa pelapukan fisik sebagai salah satu proses dalam pembentukan tanah
Untuk dapat memahaman materi dengan baik dapat dilakukan dengan cara membaca secara
berulang, tergatung kepada kemampuan mahasiswa dalam memahami dan mencermati materi yang
disajikan dalam bab ini. Soal-soal atau pertanyaan dan tugas yang disediakan pada bagian akhir bab
ini, disarankan untuk dijawab secara kesluruhan. Pengerjaan terhadap soal-soal tersebut mahasiswa
dapat mengukur kemampuan diri sendiri dalam memahami materi yang disajikan. Setelah mengerti
dan memahami semua materi pad bab ini, disarankan untuk melanjutkan mempelajari materi pada
bab selanjutnya.
Secara fisik, suatu tanah mineral itu merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga bagian, yaitu
berupa padat, cair, dan gas. Pada material yang bersifat padat baik persentase berat maupun volume,
terdiri atas bahan organik dan anorganik, menempati posisi yang terbesar. Gejala semacam ini
disebut dengan sistem dispers tanah (Jamulya dan Suratman, 1983: 9). Di samping itu dijelaskan pula
koloid organik dan anorganik serta beberapa bahan lainnya berperan sebagai bahan pengikat yang
menghasilkan gumpalan bahan mineral. Dengan adanya gumpalan-gumpalan tersebut akan
terbentuk rongga-rongga yang disebut dengan pori-pori tanah, yang memungkinkan massa cair dan
gas menempati rongga-rongga tersebut. Komposisi tanah yang beraneka ragam, oleh karena itu
memiliki sifat-sifat fisika yang khusus pula. Sifat fisika tanah yang dimaksud adalah meliputi tekstur,
struktur, konsistensi, lengas tanah, udara tanah, warna tanah, suhu tanah, permeabilitas, porositas
dan drainase. Uraian masing-masing akan disajikan secara satu persatu pada bagian berikut.
i gede sugiyanta
Bahan
ahan Ajar Geografi Tanah
3) Berdasarkan ISSSS (International Soil Science Society Syastem), seperti dalam Tabel 2.
Tabel 1. Kelas Tekstur Tanah Berdasarkan Lembaga Penelitian tanah Bogor tahun 1969.
Diameter (mikron) Jarak Tekstur (mikron)
Nama Tekstur Fraksi
Debu VI 20 -- 50 2 -- 50
VII 5 -- 20
VIII 2 -- 5
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
Cara membacanya adalah cari pada kaki kiri persentase liat, kemudian pada kaki kanan persentase
debu, dan terakhir pada alas segi tiga adalah persentase pasir dari kanan ke kiri. Anda bisa mencoba
di rumah dalam menentukan kelas tekstur tanah. Tentunya segitiga ini berguna manakala anda telah
menemukan persentase dari masing-masing fraksi debu, liat, dan pasir. Untuk mendapatkan
persentase ketiga fraksi tersebut adalah bisa menggunakan ayakan dengan ukuran tertentu atau
larutan kimia di laboratorium.
Tekstur tanah penyebarannya terdapat secara vertikal pada profil tanah, dari masing-masing lapisan
(horison tanah) biasanya terdapat berbeda-beda. Tekstur tanah lapisan A relatif lebih kasar
dibandingkan dengan yang ada di apisan bawah (horison B), lapisan tanah beralih ke batuan induk
(horison C) bertekstur lebih kasar. Hal ini disebabkan karena adanya proses aluviasi dan illuviasi,
yaitu tyerjadinya proses pencucian pertikel-pertikel tanah halus (koloidal) dari lapisan atas yang
selanjutnya diendapkan di lapisan tanah bawah dengan membentuk selaput-selaput lempung pada
agregat-agregat tanah atau mengisi pori-pori tanah di sebut horison argilik.
Klasifikasi tekstur berdasarkan sistem AASHTO, dikembangkan dalam tahun 1929 sebagai Public
Road Administration Classification System. System ini sudah mengalami beberapa perbaikan. Adapun
klasifikasi ASSHTO yang dipakai saat ini adalah sebagai yang tercantum dalam Tabel 3.1. Dalam
klasifikasi ini digolongkan menjadi 7 kelompok besar, yaitu A-1 sampai dengan A-7.
Tabel 3.1. Klasifikasi sistem ASSHTO
Klasifikasi umum Tanah berbutir (35%/ kurang dari seluruh contoh tanh yang lolos ayakan No. 200
A-1 A-2
Klasifikasi kelompok A-1-a A-1-b A3 A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis ayakan
(% lolos)
No. 10 Maks 50
No. 40 Maks 40 Maks 50 Maks 51
No. 200 Maks 10 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40
Batas cair (LL) Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 40
Indeks plastisitas /PI Maks. 6 NP Maks 10 Maks 10 Min 10 Min 10
Tipe material yg paling Batu pecah, kerikil, dan Pasir Kerikil dan pasir yang berdebu atau berlempung
dominan pasir halus
Penilaian sebgai bahan Baik sekali sampai baik
tanah dasar
Sumber: Braja M Das Dalam Noor Endah dan Surya B Mochtar, (1985: 67)
Kemudian ada sistem lain yaitu Sistem Klasifikasi Unified, yang dapat mengelompokkan ke dalam 2
kelompok besar, yakni:
1. Tanah berbutir kasar (coarse grained soil) yaitu: tanah kerikil dan pasir dimana kurang dari 50%
berat total sampel/contoh tanah yang lolos ayakan No 200. kelompok ini adalah dimulai dengan
huruf G atau S. G adalah kerikil (gravel ) tanah berkerikil, dan S adalah untu pasir (sand) atau
tanah berpasir.
2. Tanah berbutir halus (fine grained soil), yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat total contoh
tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari jenis ini dimulai dengan huruf M untuk debu/lanau (silt)
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik ,
PT digunakan untuk gambut (peat), muck, dan tanah-tanah dengan kadar organik yang tinggi.
Simbol-simbol yang lain digunakan untuk klasifikasi USCS adalah:
W = well graded (tanah dengan gradasi baik)
P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = low plasticity (tanah dengan plastisitas rendah LL < 50)
H = high plasticity (plastisitas tinggi LL > 50)
Tanah-tanah berbutir kasar ditandai dengan diambil kelompok seperti: GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM, dan
SC.
Untuk klasifikasi yang benar, faktor-faktor berikut ini perlu diperhatikan:
1. % butiran yang lolos ayakan no. 200
2. % butiran yang lolos ayakan no. 40
3. untuk koefisien keseragaman (uniformity coeffisien, Cu) dan coeffisien gradation, Cc, untuk tanah
dimana 0 – 12% lolos ayakan No. 200
4. batas cair /LL, dan indek plastisitas / PI bagian tanah yang lolos ayakan No. 40 (untuk tanah dimana 5%
atau lebih lolos ayakan No. 200)
Untuk lebih jelasnya mengenai sistem Klasifikasi Unified, dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Sistem Klasifikasi Unified
Divisi Utama Simbol Nama Umum
kelompok
Pasir > GW Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama
50% sekali tidak mengandung butiran halus
fraksi
kasar GP Kerikil bergradasi buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama
Kerikil sekali tidak mengandung butiran halus
lolos
ayakan Kerikil dgn GM Kerikil berlanau/berdebu, campuran kerikil pasir-lanau
no. 4 butiran halus
Tanah
GC Kerikil berlempung, campuran kerikil pasir lempung
berbutir
kasar > Pasir > SW Pasir bergradasi baik, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak
50% 50% mengandung butiran halus
butiran fraksi Pasir
tertahan kasar SP Pasir bergradasi buruk dan pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali
pada ltertahan tidak mengandung butiran halus
ayakan
no. 200 ayakan Pasir dgn SM Pasir berlanau, campuran pasir lanau
no. 4 butir halus
SC Pasir berlempung, campuran pasir – lempung
ML Lanau organik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau
atau berlempung
CL Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang
Lanau dan lempung lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung
Tanah Batas cair dari 50% atau kurus (lean clay)
berbutir kurang
OL Lanau organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas
kasar >
50% MH Lanau organik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau
butiran yang elastis
lolos
ayakan CH Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi, lempung
Lanau dan lempung gemuk (fat clays)
no. 200
Batas cair lebih dari 50%
OH Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi
Tanah-tanah dengan kandungan PT Peat (gambut, muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik
organik sangat tinggi tinggi
Sumber: Noor Endah dan Surya B Mochtar, (1985: 67)
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
Tabel 3.3. Maual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat dalam ASTM Designation D - 2488
Kriteria Klasifikasi
Cu = D60/D10 > 4
Klasifikasi perbatasan
GW, GP, SW, SP (D30 )2
yang memelukan
GM, GC, SM, SC Cc = ----------------- antara 1 dan 3
D10 X D60
penggunaan
Dua simbol
Klasifikasi berdasarkan persentase butir halus
Batas-batas Atterberg di atas garis A dengan PI < 4 Batas-batas Atterberg yang digambar
dalam daerah yang diarsir
Lebih dari 12% lolos ayakan No. 200
Kurang dari 5% lolos ayakan No. 200
Cu = D60/D10 > 6
(D30 )2
5% -- 12% lolos ayakan
Batas-batas Atterberg di atas garis A dengan PI < 4 Batas-batas Atterberg yang digambar
dalam daerah yang diarsir
Batas-batas Atterberg di atas garis A dengan PI < 7 merupakan klasifikasi batas yang
membutuhkan simbul ganda
60
Batas Plastisitas
Untuk klasifikasi tanah butir-butir halus
50 dan fraksi halus dari tanah berbutir kasar
Batas Atterberg yang digambarkan di
CH Grs A
bawah yang diarsir merupakan klasifikasi
40 batas yang membutuhkan simbol ganda
Indek Plastisitas
Persamaan garis A
PI = 0,73 (LL – 20)
30
CL
20
MH OH
10
7
ML OL
4
0 10 20 40 50 60 70 80 90
100
Batas cair
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
Tabel 3. 4. Perbandingan sistem ASSHTO dengan sisten Unified
Kelompok Kelompok tanah yang sebanding (sistem Unified)
tanah dalam Kemungkinan Kemungkinan Kemungkinan kecil
sistem besar
ASSHTO
A-1-a GW, GP SW, SP GM,SM
A-1-b GM, SP,SM, SP GP
A3 SP SW, GP
A-2-4 GM, SM GC, SC GW, GP, SW, SP
A-2-5 GM, SM GW, GP, SW, SP
A-2-6 GC, SC GM. SM GW, GP, SW, SP
A-2-7 GM, GC, SM, SC GW, GP, SW, SP
A-4 ML, OL CL, SM, SC GM, GC
A-5 OH, MH, ML, OL SM, GM
A-6 CL ML, OL, SC GC, GM, SM
A-7-5 OH, MH ML. OL, CH GM, SM, GC, SC
A-7-6 CH, CL ML. OL, SC OH, MH, GC, GM,
SM
Sumber: Noor Endah dan Surya B Mochtar, (1985: 75)
Penyebaran ke arah horisontal atau lateral, berdasarkan katena tanah yang ditentukan oleh
perbedaan sifat terutama tekstur tanah dari lereng atas hingga lereng bawah. Di daerah dataran kaki
mempunyai tekstur tanah relatif lebih halus di bandingkan dengan daerah lereng bawah. Lereng
bawah, tekstur tanahnya lebih halus dengan lereng tengah dan seterusnya.
Struktur Tanah
Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan geometrik butiran tanah. Di antara faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur tanah adalah bentuk, ukuran, dan komposisi mineral dari butiran tanah serta
sifat dan komposisi dari air tanah. Dari penjelasan di atas, jika struktur tanah diibaratkan dengan
besar butir, merupakan batuan untuk membuat pondasi, maka bagaimana tersusunnya batuan
tersebut menjadi pondasi tersebut adalah struktur. Dengan demikian hanya untuk struktur tanah
ialah tersusun butir-butir atau fraksi-fraksi dalam segumpal tanah. Dapat diberikan batasan bahwa
struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel primer (Pasir, debu, dan liat) menjadi berbagai
kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran, bentuk, dan warnanya (suryatna, 1985:
27). Kemudian pengertian lain yang mengemukakan tentang struktur adalah susunan atau
pengikatan butiran-butiran tanah membentuk agregat tanah dalam pelbagai kemantapan, bentuk dan
ukuran (Jamulya & Suratman, 1983: 17).
Secara umum, tanah dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu, tanah tak berkohesi
(cohesionless soil) dan tanah kohesif (cohesive soil). Di samping itu struktur tanah dibahas
berdasarkan kelompok-kelompok zarah zarah (butir-butir tanah primer) yang menggumpal. Butir-butir
tanah sekunder terbentuk karena penggabungan butir-butir primer menjadi satuan-satuan dengan
pelbagai kemantapan maupun bentuk dan ukuran. Struktur tanah di berbagai horison tanah dapat
berbeda-beda dan hal inilah merupakan ciri khas yang penting, karena komposisi kimia, warna dan
teksturnya tanah itu sendiri yang menjadi faktor pembeda.
Perubahan struktur tanah terjadi oleh pengaruh perubahan tekstur sehubungan dengan adanya
kelembaban dan pertukaran udara, juga oleh karena pengambilan dan atau penambahan unsur hara,
mekanisme pertumbuhan akar dan akibat pekerjaan organisme mikro dalam tanah. Jika tipe struktur
tanah itu mengelompok menjadi satu kelompok atau menggumpal besar, maka kelompok atau gumpal
tersebut dinamakan ped. Dengan tersusunnya partikel-partikel atau fraksi-fraksi pasir, debu dan liat
tanah primer, terdapat ruang kosong atau pori-pori tergantung kepada struktur tanahnya. Pori-pori
tersebut diisi oleh air atau udara.
Secara alami, tanah tidak mempunyai struktur yang sempurna, namun demikian orang
menyederhanakannya dalam ide yang sempurna yang dinamakan tanah ideal. Cara tersusunnya ada
dua kemungkinan. Pertama, tersusun menurut susunan terbuka (open arrangement). Susunan
terbuka inilah merupakan susunan yang terluas. Susunan terbuka disebut pula susunan kubik (cubic
arrangement). Kedua, tersusun menurut susunan tersempit. Susunan kedua ini, disederhanakan
sebagai susunan rhobendodekaeder. Kedua susunan tersebut adalah penting untuk kedudukan pori-
pori yang diisi oleh air maupun udara untuk kehidupan jasad hidup ataupun pertumbuhan akar dan
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
mikrobiologi tanah. Berikut ini adalah contoh dari kedua cara tersusunnya butir dalam membentuk
struktur tanah seperti dalam Gambar 3 – 2.
1) 2)
Analogi agregasi berdasarkan atas penjonjotan atau flokulasi zarrah koloid dalam suspensi cucer atau
medium dispersinya meskipun agregasi yang menyangkut struktur tanah di dalam suasana daratan.
Dalam medium dispersinya, zarah-zarah koloid terjonjot bila potensial zarah menurun, seolah-olah
seperti mengental. Lempung, oksidasi Fe, Al, dan bahan organik berperan sebagai perekat. Pada
keadaan basah atau terhidratasi, karena bentuk lempung yang umumnya berlempung-lempung itu,
maka titik singgung antara zarah atau kohesi makin meningkat. Jadi lempung dapat
mengagregasikan atau mengraulasikan pasir, dan debu menjadi agregat yang mantap, dan daya
perekatan lempung itu nyata pada agregat yang berukuran kecil dan akan berkurang nyata bila kadar
bahan organik makin meningkat. Berikut ini disajikan tabel jenis atau tipe struktur tanah pada halaman
berikut.
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
Berikut ini disajikan mengenai struktur tanah lempung.
Hal Keterangan
Struktur terdispersi Terbentuk oleh partikel-partikel lempung yang mengendap secara individu.
Orientasi butir-butirnya hampir paralel
Struktur terflokulasi Terbentuk oleh gumpalan-gumpalan butiran lempung yang mengendap
Domain Kelompok unit-unit submikrospis dari partikel lempung
Cluster Kelompok dari domain yang membentuk cluster. Dapat dilihat dengan
mikroskop biasa
Ped Kelompok dari cluster yang membentuk ped. Dapat dilihat tanpa
miskroskop
Sumber: Noor Endah dan Surya B Mochtar, (1985: 59)
Peranan akar, tekanan dan hidratasi setempat menyebabkan agregat terbentuk. Akar membusuk,
menjadi humus. Akar akan mengeluarkan ekresi dan bahan ini berperanan sebagai perekat. Jasad
renik itupun berfungsi sebagai perekat (Bover, 1974) dalam Jamulya (1983: 18).
Klasifikasi struktur tanah terutama untuk penelitian lapangan dalam penelaahan morfologi tanah.
Pengamatan struktur tanah terdiri dari atas komponen:
a. Bentuk dan susunan agregat, disebut tipe struktur
b. Ukuran Φ (diameter), disebut kelas struktur.
c. Kemantapan atau kekuatan agregat disebut derajat struktur
1. Tipe lempeng (platy), dibedakan menjadi beberapa kelas, yaitu:
a) Sangat tipis < 1 mm
b) Tipis 1 – 2 mm
c) Sedang 2 – 5 mm
d) Tebal 5 – 10 mm
e) sangat tebal > 10 mm
5. Tipe tak berstruktur, dibedakan menjadi butir tunggal, pejal atau masif
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
Derajat struktur tanah
0 = tak berstruktur, yaitu pejal, berkohesi lepas-lepas
1 = lemah, jika tersentuh mudah hancur, dibedakan lemah dan agak lemah
2 = Sedang, agregat sudah jelas terbentuk dan mudah dipecahkan.
3 = Kokoh, agregat yang matang dan jika dipecahkan terasa berketahanan,
dibedakan kokoh dan cukup kokoh
Penetapan dan penilaian
Penetapan dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Penetapan secara langsung dibedakan menjadi cara makroskopik dan mikroskopik. Cara
Makroskopik dikerjaklan di lapangan, dengan jalan mengamati horison demi horizon dalam profil
tanah. Pengamatan secara mikroskopik, mengambil segumpal tanah diinterpretasi di bawah
mikroskop stereo.
Penetapan secara tidak langsung yaitu dengan mengukur jumlah dan kemantapan agregat/butir
tanah sekunder menurut jumlah dan penyebaran porositas dan harkat gerak air di dalam tanah, antara
lain dengan menetapkan:
1. Daya serap air gumpalan tanah dan tingkat agregasi secara kwantitatif analisa agregat. Kadar (%
berat) zarah sekunder dinyatakan dalam “keadaan agregat” state of aggregation), “tingkat
agregasi” (degrre of aggregation). Keadaan agregasi :
Berat agregat
= ---------------------------- x 100 %
berat tanah
Nilai , 1 = makin mendekati, 1 = agregat makin tidak mantap (Barver, 1974) dalam
(Jamulya dan Suratman, 1983 : 21).
i gede sugiyanta
Bahan
ahan Ajar Geografi Tanah
Penyebaran dapat ditemukan secara vertikal maupun horizontal, hampir sama
dengan tekstur tanah, seperti yang telah diuraikan pada bagian terdahulu.
Gambar 3 –3.
Penyebaran Strutur tanah
secara vertikal
Konsistensi Tanah
Klasifikasi
ATTERBERG, tokoh yang pertama kali meneliti dan menggolongkan konsistensi tanah dalam
hubungannya dengan kadar lengas (dalam Jamulya dan Suratman, 1983 : 23) sebagai berikut:
1. Konsesistensi lekat, bercirikan dapat melekat atau menempeli macam-macam macam macam benda yang
mengenainya.
2. Konsistensi liat atau plastis, bercirikan keliatan atau dapat
d diuli, diubah-ubah
ubah bentuknya
3. Konsistensi lunak, bercirikan kegemburan
4. Konsistensi keras, bercirikan kekerasan, pecah-pecah
pecah bila di belah.
Secara lebih rinci mengenai konsistensi tanah berikut:
a. Konsistensi tanah dalam keadaan basah
a.1. Kelekatan
0 = tak lekat, tidak ada adhesi tanah di jari.
1 = agak lekat, adhesi di jari sedikit, mudah lepas
2 = lekat, ada adhesi tanah di jari yang bila dipijit memapar
4 = sangat lekat, adhesi tanah merekatkan ibu jari dan telunjuk dan sukar
dilepaskan
a.2. Keliatan dan plastisitas
0 = tak liat, tidak dapat dibnetuk/digulungan kecil.
1 = agak liat, gulungan kecil mudah dibuat tetapi mudah rusak
2 = liat,gulungan kecil mudah dibuat dan diubah
3 = sangat liat, gulungan kecil mudah dibuat, untuk mengubahnya
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
diperlukan pijitan yang kuat.
b. Konsistensi tanah dalam keadaan lembab
0 = Lepas-lepas
1 = sangat gembur, dipijit mudah hancur
2 = gembur, bila dipijit agak kuat baru hancur
3 = teguh, bila dipijit sukar hancur
4 = sangat teguh, bila dipijit kuat baru hancur
5 = luar biasa teguh, sukar dipijit sukar hancur, kecuali menggunakan alat
c. Konsistensi tanah dalam keadaan basah
0 = Lepas-lepas
1 = Lunak, lemah dan rapuh bila ditekan sedikit mudah hancur
2 = agak keras, tahan terhadap pijitan
3 = Luar biasa keras, hanya dapat dipecah dengan menggunakan alat pemukul.
Penetapan
(1) Secara kualitatif dilakukan di lapangan dalam deskripsi profil tanah. Cara-nya dengan jalan
memijit di atara ibu jari dan Cara menetapkan kosistensi tanah ada dua cara yaitu: telunjuk, atau
dilakukan dengan menggunakan pnetrometer. Pengamatan dengan menggunakan alat
3
pnetrometer, memberi hasil kuantitatif, nilainya dinyatakan dalam kg/cm .
(2) Secara kuantitatif, dikerjakan di laboratorium. Penentuan konsistensi tanah dilakukan secara
tidak langsung dengan menggunakan angka-angka “ATTERBERG”
Dalam menguji konsistensi dan menetapkan tahapan konsistensi tanah berturut-turut yaitu:
a. menentukan batas car (BC)
b. menentukan batas gulung (BG)
c. menentukan batas lekat (BL)
d. menentukan batas perubahan warna (BW)
e. menentukan batas derajat kerut (DK)
f. menentukan batas berai (BB)
g. menentukan batas pecah (BP)
h. menentukan batas patah (BPt)
i. ninali kisaran antara batas tertentu , yaitu indeks plastisitas (IP) dengan cara IP = BC - BG
j. menghitung jangka olah (JO) = BBW - BG atau
JO = BL - BG (khusus untuk tanahbertekstur lempung)
k. menghitung surplus (S) = BL - BG
l. persediaan air maksimum (B.A.K / P.A.T) = BC - BBW, terbangun pada gambar dibawah ini, yaitu
BC,BL, BBW disebut dengan tetapan atau angka ATTERBERG.
KONSISTENSI
Basah Lembab Kering
Kental Liat
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
Angka-angka ATTERBERG menghubungkan kadar air dengan konsistensi tanah, dapat
digambarkan sebagai berikut:
BL Kurang plastis
BL Sangat p;astis
“J.O. B A V E R”
BBW
Kering Hawa
Kering Mutlak
Peranan.
Konsistensi tanah mempunyai arti penting bagi teknologi. Pada teknologi tembikar, digunakan untuk
menilai plastisitas bahan dasarnya. Dalam teknik sipil misalnya untuk menelaah daya dukung tanah
sebagai calon tempat pondasi suatu bangunan. Bagi bidang pertanian, yaitu kaitannya dengan
konsep jangka olah, persediaan air maksimum = BT - BBW, dan sebagainya yang berkaitan dengan
pengolahan tanah untuk pertanian.
Telah disebutkan di depan, bahwa lengas gravitasi, kurang bermanfaat bahkan merugikan.
Sebaliknya lengas yang terikat di atara kapasitas lapangan atau disebut pula lengas normal (0,1 – 0,2
Atm) dan titik layu permanen (13 atm), disebut dengan “lengas tersediakan”. Dari uraian itu dapat
memberikan tetapan lengas tanah yang beranalogi dengan tetapan konsistensi tanah. Minimal air
diperlukan di tanah geluh bergranulasi sempurna. Pada saat air masuk, udara didesak ke luar dan
seluruh pori terisi air. Apabila ditambahkan air, air akan mengalir ke bawah atau tanah telah telah
akan air atau telah mencapai “kapasitas retensi maksimum” air terikat oleh tanah (disebut kenyataan
matrik) = 0 bar = 0 atm (Brady, 1974) dalam Jamulya dan Suratman (1983: 30),
Penetapan Lengas
Penetapan lengas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Di lapangan
b) Di laporatorium
Kedua: cara tensiometer berdasarkan manometer, alat ini terdiri dari atas manometer, disambung
dengan tabung air yang pada satu ujungnya mempunyai pipa tempat mengisi tabung dan
ujung yang lain berupa mangkuk tembikar berpori-pori; ujung bermangkuk ini ditempatkan
di jeluk yang akan dicari kadar lengasnya. Air dapat meresap ke luar lewat pori-pori dan ini
menyebabkan kehampaan yang nilainya dapat dibaca di manometer.
Di laboratorium menggunakan beberapa cara, yaitu:
1) Presure plate apparatus, suatu alat laboratorium untuk menguji kapasitas lapangan
dengan kepekaan 0 – 1 bar. Tanah dimasukan ke alat tersebut kurang lebih selama 24
jam, tetapi sebelunya ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan timbangan
elektronik agar teliti dan setelah dikeluarkan ditimbang lagi. Alat tersebut adalah
sebagai muat pada halaman berikut:
i gede sugiyanta
Bahan
ahan Ajar Geografi Tanah
Gambar 3.5.
Presure plate
digunakan untuk
menghitung kapa--
sitas lapangan
Peranan Lengas
Lengas tanah dipertimbangkan untuk keperluan irigasi dan drainase. Keterdapatan lengas pada suatu
tanah mineral, berpengatusan sempurna/terbaik pada kandungan bahan organik 5%, lengas
berpengaruh langsung kepada struktur (Brady, 1974) dalam Jamulya & Suratman (1983: 36).
Dengan demikian
kian mengetahui suatu lengas tanah akan sangat baik bila memberikan perlakukan
kepada tanah yang akan dimanfaatkan , misalnya untuk pertanian.
Kedalaman efektif (jeluk mempan) sangat mempengaruhi perakaran, lebih-lebih
lebih lebih bagi tumbuh
tumbuh-
tumbuhan berakar dalam. Hambatan itu di disebabkan oleh kedudukan permukaan air tanah yang
sangat dangkal menyebabkan tanaman kekurangan O2, dan sebaliknya jika air tanah
nah sangat dalam
tanaman tidak dapat memperoleh suplei air tanah.
Udara tanah
Udara tanah merupakan fasa gas dalam sisten dispers tanah yang terdapat di dalam rongga
rongga-rongga
tanah atau pori-pori,
pori, baik pori mikro maupun pori makro. Terutama pada pori makro yang terdapat
dalam agregat tanah, juga dapat terlarut dalam lengas tanah, terabsorpsi dalam koloid tanah.
Udara tanah ini berbeda dengan udara di atmosfer, karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1) Udara tanah tidak selalu terus menerus terdapat dalam
da pori-pori,
pori, melainkan silih berganti
dengan lengas tanah; berawal dari atmosfer maupun proses kimia serta biologi yang
berlangsung di tanah.
2) Udara tanah umumnya mengandung uap air lebih banyak dari pada udara di atmoesfer.
3) Kandungan CO2 udara tanahtana umumnya lebih banyak sedangkan 02 lebih sedikit dibandingkan
udara di atmosfer, sedangkan kandungan N hampir sama.
Kapasitas tanah mengikat udara, tergantung kepada jumlah pori tanah yang sanggup menampung
udara, sedangkan persentase volume pori terhadap
terhadap persentase tanah keseluruhan disebut porositas
tanah. Untuk mengetahui porositas tanah dapat dilakukan cara (Harry, 1982: 66) sebagai berikut:
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
Cara menghitung BV dan BD (Harry, 1982: 62)
Volume 1 cc
Berat 1.33 grm 0.5 ruang padat
BV = 1,33 grm/ 1cc = 1,33 grm/cc BD = 1,33 grm/ 0,5cc = 2,66 grm/cc
Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi atau susunan udara tanah Morh & Barenl (1974) dalam
Jamulya & Suratman (1983: 38) adalah sebagai berikut:
a. Iklim dan musim di daerah tropik humid pada musim hujan kandungan udara tanah lebih
sedikit dibandingkan di daerah iklim arid.
b. Sifat tanahnya yang meliputi tekstur, struktur dan tinggi permukaan air tanah.
c. Tanaman penutup keterdapatan tanaman cenderung mengurangi kadar O2 dan menambah
kadar CO2; keterdapatan bahan organik dan kegiatan jasad renik, bila aerob terbentuk CO2
bila anaerob terbentuk OH4.
Peranan
Udara tanah menempati pori-pori antara butir tanah sekunder atau antara agregat tanah. Udara
diperlukan untuk pernapasan akar tanaman dan kegiatan jasad hidup tanah baik mikrobia mupun
makrobia tanah. Peranan aerasi terhadap jasad renik, tanah berasosiasi buruk, mineralisasi menurun.
Keadaan yang diderita oleh tanaman tingkat tinggi bila aerasi buruk adalah sebagai berikut:
1) Pertumbuhan, terutama akar tanaman terganggu dan tumbuhan mati,
2) Penyerapan lengas dan hara terlambat,
3) Berbentuk senyawa organik yang beracun.
Jamulya dan Suratman Woro Suprodjo (1983), mengemukakan bahwa permeabilitas adalah cepat
lambatnya air merembes ke dalam tanah baik melalui pori makro maupun pori mikro baik ke arah
horizontal maupun vertikal. Permeabilitas ditentukan oleh tekstur tanah Darmawijaya (1990) dalam
Andianto (1999).
Pengujian permeabilitas tanah dilakukan di laboratorium menggunakan metode falling head dengan
alat Thin Wall Sampler /ring sample (Afandi, Bustomi R, dan Sange M, 2000). Formula yang
digunakan untuk menghitung permeabilitas adalah:
a. l h1
K = 2,3 { ------ } log ---- Afandi, dkk., (2000)
A.t h2
Keterangan: K = Permeabilitas (cm/jam)
A = Luas penampang thin wall sampler (cm2)
a = Luas penampang pipa kaca (cm2)
t = waktu pengukuran dari t1 ke t2 (dt)
l = tebal contoh tanah (cm)
h1 = tinggi muka air dari permukaan tanah ke t1
h2 = tinggi muka air dari permukaan tanah ke t2
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
Kelas dan kriteria drainase (permeabilitas) tanah tersaji seperti dalam Tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11 Kriteria dan Kelas Permeabilitas Tanah
Kriteria (cm/jam) Kelas Harkat
Secara visual, alat Tin wall Sampler metode falling head (permukaan jatuh) disajikan
seperti dalam gambar 3.2.
Pipa kaca (R= 0,25 cm)
t1
h1 = 25 Cm
t2
Dalam kaitannya dengan drainase tanah adalah apabila permeabilitas tanah jelek, udara tanah jelek,
maka drainasi tanah menurun atau jelek pula. Drainase yang dimaksud disini adalah pengairan air
yang berlebihan pada tanah mencakup proses dan pengatusan dan pengaliran air yang berada dalam
profil tanah maupun pada permukaan tanah, yang menggenang akibat dari pengaruh:
a) topografi
b) air tanah yang dangkal
c) iklim dengan curah hujan yang tinggi
d) jenis tanah
e) porositas
f) dan lain-lain
Warna Tanah
Kalau kita pergi ke ladang/ sawah melihat dan mengamati warna tanah, ada bermacam-macam, ada
yang berwarna cokalt, merah, kelabu, kuning, hitam atau perpaduan dari warna-warna yang lain.
Warna tanah di bawah hutan berlainan dengan di tanah yang gundul, warna tanah lain dengan warna
tanah tegalan. Ini semua karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Kadar bahan organik, makin tinggi bahan organik makin tinggi tingkat kegelapan suatu tanah
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
b) Kadar dan mutu mineral:
- Mineral feldspar, kaolin, kapur, limonit memberikan warna putih.
- Besi (Fe), hematit, limonit memberikan warna merah, coklat dan kuning
c) Kandungan lengas (kelembaban), makin tinggi kadar makin kelam warnanya. Tingkat atau derajat
pengatusan itu bersangkut paut dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah. Hal ini
mengarah ke warna reduksi atau warna gleisasi, yaitu kelabu biru hingga kelabu kebiruan.
Pelapukan Fisik
Pelapukan fisika adalah proses pemecahan mineral batuan oleh tenaga mekanik. Berbagai sumber
tenaga yang menyebabkan pecahnya mineral batuan, yaitu baik tenaga yang berasal dari dalam
batuan maupun dari luar batuan.
Proses pelapukan fisik merupakan tahap permulaan dari proses pelapukan, yaitu merupakan
peristiwa pemecahan batuan menjadi bagian-bagian ukuran yang sangat bervariasi. Pelapukan fisik
terjadi lebih cepat pada daerah-daerah yang memiliki perbedaan temperatur/amplitude suhu pada
siang danmalam hari, antara musim panas dan musim dingin. Pelapukan fisika mencangkup porses-
proses pembekuan pencairan, pemanasan, pendinginan, pembasahan, dan pengeringan, erosi serta
kegiatan makhluk hidup. Pembekuan dan pencairan, air yang ada dalam rongga-rongga batuan atau
mineral dapat membeku pada waktu suhu turun sampai titik beku. Pada waktu membeku air
i gede sugiyanta
Bahan Ajar Geografi Tanah
mengembang dan gaya tekan yang dikembangkan akan cukup kuat untuk memecahkan batuan atau
mineral. Hal ini terjadi secara berulang, sehingga lama kelamaan terjadi pemisahan partikel batuan
sehingga batuan menjadi lapuk secara fisik atau mekanis. Demikian pula jika terjadi pendinginan dan
pemanasan, pembasahan dan pengeringan yang pada prinsipnya secara mekanis sama dengan
proses pembekuan dan pencairan yang pada intinya adalah terjadi tenaga mekanis yang
menyebabkan pemisahan partikel batuan menjadi partikel yang lebih kecil.
Hanya saja karena adanya erosi berbeda dengan seperti di uraikan di atas, karena pada erosi,
pelapukan terjadi karena adanya penggerusan, peng-angkutan material oleh air, es, dan angin,
sehingga batuan induk menjadi terlapukan. Dan bahan yang dilapukan tidak diendapkan pada daerah
pelapukan, tetapi diendapkan di tempat lain melalui pengangkutan baik oleh air, es, maupun angin.
Demikian pula kegiatan organisme, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan dapat membantu dalam
hal pelapukan batuan untuk menjadi tanah.
Ringkasan
Sifat fisika tanah secara regional dapat dilihat melalui penyebaran bahan induk (batuan induk), karena
sifat fisika batuan induk (bahan induk) sebagai bahan dasar tentang tanah dapat tersebar
berdasarkan litologi suau daerah. Jenis batuan yang ada di permukaan bumi merupakan unsur utama
sebagai penentu dalam keadaan fisikna tanah sebelum mengalami proses pelapukan kimia. Tanah
adalah suatu benda alam yang bersifat kompleks atau memiliki sistem yang heterogen karena
tersusun daritiga fase cairan, fase padat dan gas. Bagian yang padat disebut pula matriks, terdiri dari
butir-butir yang berlainan susunan kimia dan mineralnya, ukuran, bentuk, dan arahnya. Susunan dan
hubungan butir tersebut satu sama lain menentukan sifat-sifat pergerakan air dan udara tanah dan
sifat penahannya. Untuk memisahkan ketiga fase atau bagian tanah tidak mudah, oleh karena
terdapat interaksi satu sama lain . Meskipun demikian setiap fase padat dinyatakan secara kuantitatif
dengan jalan mempelajari setiap fase secara skematik sebagai bagian yang kompleks. Sifat-sifat
fisika tanah di antaranya mencakup tekstur, struktur, konsistensi tanah, daya dukung, porositas, dan
permeabilitas tanah.
Pelapukan fisik adalah merupakan tingkat pertama pada proses pembentukan tanah. Hasil pelapukan
fisik berupa pecahan-pecahan batuan, mineral primer dan pecahannya dalam berbagai bentuk dan
ukuran, selanjutnya mengalami proses pelunakan dan penguraian yang merupakan bagian dari hasil
pelapukan kimia oleh air dan senyawa-senyawa terlarut dalam serta hasil penguraian bahan organik
yang dapat membentuk senyawa organik baru yang disebut dengan bunga tanah atau humus.
Buku Acuan
Afandi, Bustomi R., M. Utomo, Sange M, 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air Pada
Pertanaman Kopi di Lampung Barat, Makalah Seminar Nasional Pemanfaatan Teknologi
Pertanian Spesifik Lokasi Ekoregional Sumatra - Jawa, Bandar Lampung.
Herry O Buckman, 1982, Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman), Jakarta: Penerbit Bhratara Karya
Aksara.
Henry D Foth, 1984, Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Terjemahan Endang D, Dwi Retno, Rahayuning T),
Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada Press.
Jamulya dan Suratman, 1983, Geografi Tanah, Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Suwarno Hardjowigeno, 1988. Penerapan Survei Tanah Untuk Bidang Bukan Pertanian, Bogor-
Cibinong: Bakosurtanal – Puast Penelitian Tanah.
i gede sugiyanta