Anda di halaman 1dari 2

Achalasia, Pelemahan Otot Kerongkongan

Achalasia adalah kelainan yang jarang terjadi pada kerongongan, aluran yang
membawa makanan dari tenggorokan ke perut. Di kenal juga dengan achalasia
esofagus, atau simple ectasia, kardiospasme, megaesofagus, dilatasi esofagus difus
tanpa stenosis atau dilatasi esofagus idiopatik adalah suatu gangguan neuromuskular.
Menurut dr Sarup Singh, SpB KBD dari RS Dr Mohammad Hoesin Palembang, pada
penyakit Achalasia terjadi pembesaran kerongkongan, yakni pelemahan otot
kerongkongan yang fungsinya mendorong makanan turunmenuju perut. “Otot tersebut
berkontraksi dan mengalami pengenduran dalam menggerakkan makanan ke saluran
pencernaan,” ujarnya.
Gejalnya, akan mengalami kesulitan menelan dan terkadang nyeri pada dada. Untuk
pengobatannya perawatan awal untuk penderita penyakit ini adalah dengan
memberikan obatyang mengurangi tenakan LES(otot sebagai kelep antara
kerongkongan dan lambung). Namun dilakukan operasi, jelasnya. Enderita achalasia
perlu mendorong atau memaksa turunnya makanan dengan air atau minuman guna
menyempurnakan proes menelan.
Gejala lain dapat berupa rasa penuh substernal dan umumnya terjadi regurgitasi.
Prevalensi achalasia esofagus sekitar 10 kasus per 100.000 npopulasi dimana rasio
kejadian penyakit ini sama antara laki-laki dan perempuan yaitu 1:1. Menurut
penelitian, distribusi umur pada achasia biasanya sering terjadi antara umur kelahiran
sampai dekade 9, tapi jarang terjaadi pada 2 dekade pertama.

Rusak saraf, Uban Jangan Dicabut

Uban identik dengan usia. Biasanya ketika usia mulai 40 tahun, uban mulai bak bunga
jambu bertaburan. Sebenarnya, rambut putih yang lebh dikenal dengan uban ini bisa
menghinggapi rambut siapa saja.
“Normalnya uban tumbuh pada usia 40 tahunan, tapi terkadang diusia muda juga
sudah muncul”, kata dr Rasrinam Syahril SpS. Terkadang berbagai cara di gunakan
agar uban tidak terlihat. Salah satunya dengan mencabut uban. Mencabut uban,
sebenarnya cara seperti ini justru tidak baik, jelas Ras.
Pencabutan rambut itu akan merusak rambut dan merusak pori-pori sekitarnya. Selain
itu akan mengganggu saraf akar rambut.”Lebih baik uban digunting sampai akar
rambut. Ini dimaksudkan agar peredaran kulit kepala lancar. Usai di gunting pori-pori
dikepala tadi dipijat dengan mengggunakan ujung jari,”saran Ras.
Lebih lanjut ia mengatakan, penyebab uban bersifat multi faktor. Selain faktor
genetik, uban bisa disebabkan karena stres, minuman keras, kurang makan sayur, atau
ikan laut. Jika pria dan wanita usia 35 tahun sudah mulai beruban, penyebab uban
pada usia ini karena gaya hidup yang tidak sehat.
Oleh sebab itu,saran Ras, berolahraga, karena dengan olahraga peredarandarah di
kulit kepala bisa lebih lancar, dan pertumbuhan rambut bisa lebih sehat. Selain itu
banyak mengonsumsi makanan dan sayuran yang bergizi.

Sumber : Harian Sumatera Ekspres, edisi Selasa 16 November 2010.


Amandel Parah Picu Sinusitis Dan Mendengkur

Amandel yang terlampau besar dan parah tak bisa diabaikan. Ada beberapa gangguan
yang mungkin muncul. Misalnya sinusitis, congek(kopokan), dan mendengkur.
Spesialis telinga hidumg dan tenggorokan dari Rs Dr Mohammad Hoesin Palembang
dr Abla Ghanie, SpTHT mengatakan, tonsil yang disebut juga sebagai amandel
tampak pada saat orang menjulurkan lidahnya. Jumlahnya ada dua, dikanan dan kiri.
“Nah, posisi adenoid agak tersembunyi. Tempatnya di belakang hidung dan langit-
langit mulut belakang atas,”ujar Abla.
Menurutnya, kelenjar limfe itu mempunyai tugas penting. Sebagai garda depan
saluran napas, tonsil dan adenoid berfungsi sebagai pertahanan tubuh lini terdepan.
Begitu kuman masuk, dua organ tersebut akan bereaksi dengan membentuk zat-zat
kakebalan yang merupakan bagian dari sistem imunitas.
Lantaran letaknya yang strategis itulah, kata Abla, tonsil dan adenoid mudah
terinfeksi kuman dan meradang. Itu yang merepotkan. Sebab, hal tersebet bisa
memicu penyakit atau keluhan lain, misalnya, sinusitus, congek(kopokan), dan
mendengkur.
Mengapa bisa begini, dokter Abla menjelaskan, radang tonsil dan adenoid, umumnya
ditandai pilek. Lendir yang dihasilkan dari reaksi pilek akan menyebabkan hidung
tersumbat. Ketika saluran hidung buntu, otomatis saluran sinus yang bermuara ke
hidung ikut tersumbat.
Bila sudah begini, cairan dari rongga sinus yang seharusnya dialirkan ke hidung jadi
tertahan dan menumpuk. Penumpukan ini memicu datangya kuman. Jika
mikroorganisme itu terlanjur datang, mereka akan berulah hingga menyebabkan
radang yang disebt sinusitus.
Begitu pula kasus congek(kopokan). Hidung dan telinga dihubungkan saluran
eustachius. Saat seseorang mengalami pilek, lendir dari hidung bisa mengalir ke
telinga. Bila radang terjadi, cairan yang sudah disusupi bakteri jahat akan menekan
gendang telinga heingga pecah. “Keadaaan ini yang disebut otitis media
puruleta(OMP) atau congek,”terang Abla.

Sumber: Harian Sumatera Ekspres, edisi selasa 16 November 2010.

Anda mungkin juga menyukai