Kebutuhan kedelai nasional Indonesia meningkat tiap tahunnya. Saat ini kebutuhan
perkapita mencapai 13, 41 kg. Kebutuhan kedelai secara nasional per tahun 2004
sebanyak 2.955.000 ton sedangkan produksi dalam negeri hanya 1.878.898 ton.
Produks rerata nasional 1,2 ton per hektar, sedangkan produk rerata dunia saat ini
sudah mencapai 1,9 ton per hektar. Ini merupakan peluang sekaligus sebai tantangan
bagi para petani Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
Bila pengelolaan penanaman kedelai di Indonesia dilakukan secara baik dan benar
ternyata produksinya masih dapat ditingkatkan. Sebagai contoh di Jawa Timur saat
dilakukan lomba Insus kedelai dapat dicapai produktivitas rerata 2,8 ton per hektar,
bahkan ada yang mencapai 4,3 ton per hektar.
Upaya yang dapat dilakukan adalah terus membina petani yaitu dengan
penggunaan bibit unggul yang memiliki umur pendek/genjah serta tahan terhadap hama
dan penyakit. Selain itu harus didukung oleh irigasi yang baik, penggunaan pupuk yang
tepat serta penanganan pasca panen yang baik.
Badan Tenaga Nuklir Nasional ( BATAN ) sebagai lembaga penelitian sejak tahun
1972 telah melakukan penelitian dengan teknologi mutasi radiasi untuk mendapatkan
varietas baru yang unggul.
Pemuliaan mutasi kedelai dimulai pada tahun 1977. Sampai dengan tahun 1998
dengan memanfaatkan teknik mutasi radiasi telah dihasilkan 3 vareietas unggul kedelai
yaitu Muria dan Tengger, yang dirilis pada tahun 1987 dan varietas Meratus yang dirilis
pada tahun 1998. Hasil dari kegiatan litbangyasa di bidang kekacangan ini agak lambat
karena penelitian lebih difokuskan pada varietas padi yang merupakan bahan pangan
utama dan lebih memerlukan perhatian untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional
Pada tahun 2004 yang lalu BATAN kembali merilis varietas unggul baru kedelai
setelah beberapa tahun tidak merilis varietas sejak tahun 1998. Varietas baru ini
merupakan hasil persilangan dari galur mutan No. 214 dengan Galur Mutan 23-D
( dihasilkan dari iradiasi sinar Y terhadap varietas Guntur) . Varietas ini diberi nama
Rajabasa dan dilepas sebagai varietas unggul melalui SK Menteri Pertanian No. 171/
KPTS/LB 240/3/2004.
Dibandingkan denagn varietas sebelumnya varietas Rajabasa memiliki beberapa
keunggulan tertentu, yaitu tingkat produktivitasnya mencapai 2, 05 – 3,90 ton per hektar,
sedangkan varietas lainnya hanya berkisar antara 1,4-1,6 ton per hektar. Biji kedelai
varietas Rajabasa berwarna kuning mengkilat dan ukuran butir lebih besar serta berat per
butirnya mencapai 150 gr. Namun sisi kelemahannya adalah umur tanaman lebih panjang
sekitar 6-8 hari.