I. Latar Belakang
Dakwah merupakan sebuah ajakan yang ditujukan kepada diri sendiri dan
orang lain menuju kepada perubahan yang lebih baik. Agar mencapai tujuan dakwah
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien maka diperlukan sebuah manajemen
dakwah. Kegiatan perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital dalam kerangka
manajemen, tetapi kegiatan itu tidak akan mewujudkan hasil kongkrit jika tidak
diimplementasikan. Untuk itu diperlukan tindakan nyata, yaitu actuating, usaha yang
menimbulkan Action atau gerakan.
Dalam aktivitas keorganisasian dalam suatu manajemen, masing-masing
anggota mempunyai tanggung jawab untuk menggerakkan setiap tugas yang
dipikulnya. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemimpin dalam menggerakkan
bawahannya. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan kami jelaskan tentang pengertian,
fungsi dan proses dakwah. Agar pembahasan ini lebih fokus maka pembahasan ini
hanya diarahkan kepada pembahasan dakwah jamaiah.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Actuating (Penggerakan)
Penggerakan (actuating) adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.1 Sedangkan menurut M.
Munir penggerakan adalah
Seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa,
sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien dan ekonomis. Motiving secara implisit berarti bahwa
pimpinan organisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan,
instruksi, nasehat dan koreksi jika diperlukan.2
3
Husein Umar, Business an Introduction . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2000 hlm. 79
4
M. Munir dan Wahyu Ilaihi. op.cit. Hlm. 140
5
Husein Umar, op.cit. hlm: 80
6
M. Munir dan Wahyu Ilaihi. op.cit. hlm: 141
Pemberian motivasi sangatlah penting dalam sebuah organisasi dakwah.
Hubungan antara pemimpin dengan bawahan akan harmonis jika seorang pemimpin
mampu memberikan motivasi dengan maksimal. Seorang bawahan yang telah
termotivasi, ia akan berusaha dengan maksimal dalam upaya mencapai tujuan
dakwah yang telah direncanakan.
Menurut Strauss dan Sayles terdapat lima tehnik dalam memotivasi, yaitu:7
2.3.1.1. Dengan kekerasan
Dalam hal ini pemimpin lebih menekankan wewenang yang dimilikinya.
Bentuk motivasinya:
a. pemaksaan orang untuk bekerja dengan ancaman
b. pemimpin harus memberitahu secara tepat apa yang harus dilakukan bawahan.
c. pemimpin harus menyebutkan setiap peraturan.
d. pemimpin tidak banyak memberikan kebebasan kepada bawahan.
Beberapa kelemahan:
a. Tidak memberikan rangsangan untuk bekerja lebih baik karena melakukan
pekerjaan sekedar menghindari hukuman.
b. tekanan yang terlalu banyak menyebabkan bawahan akan melawan.
c. bawahan akan membentuk kelompok (komplotan) untuk melindungi dari
tekanan pemimpin.
d. Bila bawahan terlalu banyak ditekan akan menimbulkan frustasi.
b. Bersikap baik
2.3.1.2. Pemimpin berusaha meningkatkan semangat bawahan dengan memberikan
kondisi kerja yang baik, berbagai tunjangan, servis, gaji yang tinggi dan sebagainya.
2.3.1.3. Melalui perundingan secara implisit.
Pada prakteknya melalui persetujuan antara atasan dan bawahan terhadap
hasil kerja dengan imbalan yang akan diberikan oleh atasan.
2.3.1.4. Melalui kompetisi
Kompetisi merupakan sumber motivasi yang cukup, setiap orang bergantung
pada dirinya sendiri untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin. Gaji, promosi
diberikan kepada mereka yang bekerja sangat baik.
2.3.1.5. Internalisasi
Dalam hal ini perlu diperhatikan:
a. kepuasan kerja
7
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia. Cet. 5. 2001.
Hlm. 198-201
b. Pentingnya kepuasan sosial dalam pekerjaan
c. Gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh atasan
Sehubungan dengan internalisasi motivasi perlu diperhatikan kembali
berbagai kebutuhan bawahan, yaitu: keterampilan; kebebasan; prestasi; pengertian;
pengetahuan posisi seseorang; pujian; penerimaan; perhatian dan rasa percaya diri.
2.3.2. Bimbingan
Bimbingan di sini diartikan sebagai tindakan pemimpin dakwah yang dapat
menjamin terlaksananya sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan. Adapun komponen-komponen bimbingan dakwah adalah:
a. Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya. Ini
merupakan prinsip yang mendasar dari sebuah bimbingan, dimana diharapkan
para pemimpin dakwah memiliki perhatian yang sungguh-sungguh mengenai
perkembangan pribadi serta kemajuan para anggotanya.
b. Memberikan nasehat yang berkaitan dengan tuga dakwah yang bersifat
membantu, yaitu dengan memberikan saran yang berkaitan dengan strategi
dakwah yang diiringi dengan alternatif-alternatif tugas dakwah dengan
membagi pengetahuan
c. memberikan sebuah dorongan, ini bisa berbentuk dengan menginstruksikan
ke dalam program-program pelatihan yang relevan.
d. Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah untuk
ikut serta dalam pembuatan keputusan dan strategi perencanaan yang
pentingdalam rangka perbaikan efektivitas unit organisasi.8
2.3.3. Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari satu pihak ke pihak
lain, jika apa yang dimaksudkan oleh pengirim informasi dapat ditangkap
sepenuhnya maka komunikasi tersebut dikatakan komunikasi yang efektif. 9 Tanpa
komunikasi yang efektif antara pemimpin dan pelaksana dakwah maka pola
hubungan dalam sebuah organisasi akan mandek, sebab komunikasi akan
mempenagaruhi seluruh sendi organisasi dakwah.
8
M. Munir dan Wahyu Ilaihi. op.cit. hlm. 151-152
9
Mamduh, M. Hanafi. 2003. Manajemen, Yogyakarta: UPP AMP YKPN Hlm. 380
mengendalikan. Pemimpin dakwah dapat mengembangkan sebuah rencana
dan strategi dakwah yang baik kepada anggotanyadalam sebuah organisasi
dalam mendistribusikan wewenang dan pekerjaan dengan memastikan bahwa
kewajiban tersebut menumbuhkan sebuah motivasi yang kemudian diaktifkan
lewat kegiatan dakwah secara sistematis.
b. Keterampiklan komunikasi yang efektif dapat membuat pemimpin dakwah
menggunakan berbagai keterampilan serta bakat yang dimilikinya dalam
dunia organissasi.10
2.3.4. Pengembangan dan peningkatan SDM
Suatu organisasi dapat bertahan dan berkembang dengan baik jika organisasi
tersebut selalu tanggap terhadap perkembangan lingkungan, tehnologi, dan ilmu
pengetahuan. Hal ini dikarenakan tantangan serta kesempatan suatu organisasi
semakin sempit karena banyaknya persaingan. Oleh karena itu, sebuah organisasi
harus dapat menyesuaikan kualitas tenaga kerjanya dengan perubahan yang terjadi,
supaya penggerakan dalam organisasi berjalan dengan lancar.
Pengembangan sumber daya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di
antaranya adalah dengan pelatihan/pendidikan, rotasi jabatan, delegasi tugas,
promosi, dan lainnya.11
a. Pelatihan/pendidikan
latihan/pendidikan di sini diartikan sebagai kegiatan organisasi yang
didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
tenaga kerja sesuai dengan bidangnya dan kebutuhan organisasi. Sehingga tenaga
kerja yang bersangkutan lebih maju dalam melakukan tugas-tugasnya. Dalam hal ini
latihan lebih bersifat praktis sedangkan pendidikan lebih bersifat teoritis.
b. Rotasi jabatan
rotasi jabatan pada dasarnya adalah salah satu cara dari latihan/pendidikan.
Dengan rotasi jabatan seseorang ditugaskan memegang jabatan yang berbeda supaya
memperoleh pengetahuan yang lebih mengenai berbagai jabatan. Selain itu, agar
seorang tenaga kerja memahami pelaksanaan berbagai tugas.
c. Delegasi tugas
untuk meningkatkan kemampuan pegawai seorang manajer harus sesekali
mendelegasikan karyawannya. Dengan cara ini seorang karyawan diharapkan dapat
menambah pengalamannya.
10
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, op.cit. hlm. 160.
11
M. Manulang, 1992. Dasar-dasar manajemen. Cet: 15. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm
200
d. Promosi
promosi adalah kegiatan pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan
yang lebih tinggi.12 Sasaran promosi ini adalah supaya seorang karyawan yang
berprestasi tidak meerasa bosan dalam suatu jabatan dan ia dapat mengembangkan
kemampuannya. Yaitu salah satunya dengan cara memberikan tugas dan tanggung
jawab yang lebih besar.
2.3.4. Relationship (Hubungan)
Dalam penggerakan sebuah organisasi, relation sangatlah penting. Baik
dengan orang yang berada dalam organisasi ataupun di luar organisasi tersebut.
Hubungan dengan pihak yang berada di luar organisasi, berupa hubungan dengan
masyarakat atupun dengan organisasi yang diperlukan. Hubungan dapat terjalin
dengan beberapa alasan. Menurut mamduh M. Hanafi terdapat beberapa penyebab
terjadinya hubungan dalam organisasi yaitu: fisik, ekonomi, aktifitas yang menarik,
dan memenuhi kebutuhan.13
a. Fisik. orang yang terdapat dalam bangunan yang sama dan dalam pekerjaan
yang sama, akan cenderung untuk melakukan hubungan. Dalam dakwah,
organisasi dakwah juga tidak terlepas dari hubungan dengan masyarakat atau
organisaasi lainnya.
b. Ekonomi. Seseorang melakukan mengikuti sebuah organisasi sering kali
berkaitan dengan masalah ekonomi. Namun tidak selalu demikian dengan
organisasi dakwah.
c. Aktifitas menarik. Seseorang akan melakukan hubungan apabila aktivitas
yang dilakukan organisasi menarik dan bermanfaat.
d. Memenuhi kebutuhan. Terpenuhinya kebutuhan adalah alasan yang sangat
tepat untuk melakukan sebuah hubungan. Kebutuhan tersebut sangat beragam
sesuai dengan masing-masing individu.
2.3.5. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah pokok dari penggerakan organisasi. Karena sebuah
organisasi dapat berkembang dan berjalan jika dipimpin seorang yang dapat
menggerakkan organisasi dengan baik.
12
ibid. Hlm 202
13
Mamduh M. Hanafi. Op.cit. hlm: 355
Di bawah ini beberapa definisi kepemimpinan yang dikutip oleh
wahjosumidjo dalam bukunya "kepemimpinan dan motivasi"14
a. kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan pembuat
keputusan
b. kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi
kelompok yang konsisten dan bertujuan menyesuaikan problem-problem
yang saling berkaitan
c. kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dan
dalam rangka perumusan dan pencapian tujuan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok
dalam usahanya mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang paling
penting dalam penggerakan karena di dalamnya mencakup semua proses
penggerakan (motivasi, bimbingan, komunikasi, pengembangan SDM, relationship),
karena ketika sebuah organisasi tidak mempunyai pemimpin niscaya organisasi tidak
dapat bergerak.
Gaya kepemimpinan menurut wahjosumidjo dalam bukunya kepemimpinan
dan motifasi terdapat empat sistem, yaitu:15
a. Direktif
tipe ini di tandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pimpinan membatasi
peranan bawahan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
sepenuhnya menjadi tanggungjawab pimpinan. Untuk memotifasi bawahanya
yatiu dengan ancaman atau hukuman.
b. Konsultatif
tipe konsultatif menggunakan komunikasi dua arah (atas bawah dan
sebaliknya). Dalam pengambilan keputusan yang bersifat umum berada pada
tingkat atas dan keputusan yang lebih spesifik pada tingkat bawah.
c. Partisipatif
kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pimpuinan
dan bawahan berada dalam keadaan seimbang. Hal ini terjadi karena pimpinan
14
Wahjosumidjo. Op.cit. Hlm. 21
15
ibid. hlm. 102
menilai bahwa bawahan memiliki kemampuan serta pengetahuan yang
memadai untuk menyelesaikan tugas.
d. Delegatif
pimpinan mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahan, yang
selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada
bawahan. Bawahan diberikan wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas
sesuai dengan keputusannya sendiri. Sebab mereka telah dianggap telah
memiliki kecakapan dan dipercaya untuk memikul tanggung jawab
mengerahkan dan mengelola diri sendiri.
Berdasarkan empat dasar dalam gaya kepemimpinan di atas, maka
kepemimpinan yang dapat dikatakan berhasil adalah pemimpin yang mampu
menerapkan gayanya sesuai dengan situasi yang dibutuhkan.
III. Studi Kasus di BAZIS Al-Hikam
Data ini diperoleh melalui observasi dan mewawancarai sekretaris BAZIS
3.1. Sejarah singkat BAZIS Al-Hikam
BAZIS al-Hikam berdiri pada tanggal 26 Agustus 2010. Bazis ini berada di
bawah garis komando dari sebuah Ikatan Jamaah Haji al-Hikam yang bergerak di
bidang sosial keagamaan. Pada awal mulanya bazis ini hanya merupakan bagian dari
sebuah Ikatan Jamaah Haji Al-hikam yang mengurusi anak yatim, yaitu memberikan
santunan pendidikan. Kemudian karena dirasa kemanfaatan salah satu bagian bidang
sosial ini hanya sebatas mengurusi anak yatim saja, maka atas kesepakatan dari
pengurus Ikatan Jamaah Haji al-Hikam dirubah menjadi Bazis al-Hikam yang tidak
hanya mengurusi anak yatim saja.
3.2. Visi dan misi
Visi: meningkatkan kesejahteraan dan kualitas sumber daya umat melalui pendidikan
dan dakwah serta kegiatan sosial lainnya.
Misi: Menjadikan pondok pesantren sebagai pusat Dakwah binaan, pelayanan umat
serta pusat pemberdayaan yang amanah dan profesional.
Ketua BAZIS
Hj. Ima Fithriana
b. Belum maksimal dalam merekrut donatur tetap. Dari sekitar 1500 alumni jamah
haji, baru 40 orang yang menjadi donatur tetap.
c. Jika dilihat dari jumlah personal yang sedikit yaitu 3 orang dan juga Bazis ini
baru berdiri, bazis ini sudah bisa dikatakan berhasil, karena sudah bisa
mengcaver 57 anak dengan pengeluaran rutin setiap bulan Rp 3.100.000,00.
V. Daftar Pustaka
Hanafi.Mamduh, M. 2003. Manajemen, Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Julitriarsa. Djati dan John Suprihanto. Manajemen Umum Sebuah Pengantar. Edisi
Pertama, Yogyakarta :. BPFE. 1998.
M. Manulang, Dasar-dasar manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Cet: 15. 1992.
Munir. M. dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Jakarta Kencana. Cet 1.
2006.
Umar. Husein, Business an Introduction . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2000
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia. Cet. 5.
2001.