Anda di halaman 1dari 4

SISTEM SYARI’AT

Pengertian dan Ruang Lingkup Syari’at

Pergantian tahun, zaman, dimensi, menyebabkan banyak terjadinya perubahan yang ada
di dunia ini, termasuk juga dalam perubahan kata dan bentuk penggunaannya, termasuk salah
satunya, yaitu kata syari’at. Dahulu, orang Arab menggunakan kata syari’at sebagai sebutan bagi
jalan setapak menuju ke mata (sumber) air yang diperlukan manusia untuk minum dan
membersihkan diri. Perkataan syari’at tersebut berasal dari kata syari’ yang secara harfiah
berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Selain akidah (pegangan hidup) dan akhlak
(sikap hidup), syari’at (jalan hidup) juga merupakan salah satu bagian dari Islam.

Menurut ajaran Islam, syari’at merupakan suatu patokan hidup semua muslim yang
ditetapkan oleh Allah SWT. Ia juga merupakan jalan hidup bagi umat Islam. Allah berfirman
seperti pada ayat di bawah ini:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui).”
(Ar-Rum:30)

Syari’at merupakan suatu ketetapan yang mutlak dari Allah SWT. Tidak ada satu orang pun dari
manusia bisa dan boleh mengubahnya, seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam ayat tersebut.

Menurut Mohammad Idris as Syafi’I (Imam Syafi’i) dalam kitab beliau ar Risalah,
syari’at merupakan peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-
kesimpulan yang berasal dari wahyu tersebut mengenai tingkah laku manusia.

Dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at adalah norma hukum dasar yang diwahyukan Allah
SWT, yang wajib diikuti oleh seluruh umat Islam, baik dalam hablumminallah, maupun
hablumminannas. Syari’at terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ruang lingkup syari’at
adalah seluruh ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan akidah, maupun peraturan dan sistem
kehidupan yang menjadi turunannya. Sementara itu, peraturan atau sistem kehidupan Islam
merupakan kumpulan ketentuan yang mengatur seluruh urusan manusia, baik yang berkaitan
dengan ubudiah, akhlak, makanan, pakaian, muamalat, maupun persanksian.

Semua umat Islam di dunia ini harus memiliki jalan hidup, yaitu syari’at. Dalam
kehidupan ini, banyak sekali cakupan yang ada dalam syari’at, mulai dari kehidupan sehari-hari,
ekonomi, hukum, dan sebagainya. Allah menurunkan agama Islam ke muka bumi ini dengan
segala kesempurnaannya, yang tentunya mencakup seluruh aspek kehidupan. Menurut saya,
yang terpenting bagi semua umat Islam sekarang ini adalah, menjalankan dan
mengimplementasikan syari’at tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.
Perbedaan Syari’at dan Fiqh

Dewasa ini agama islam mulai terbagi menjadi beberapa golongan sesuai yang dikatakan
oleh Rasulullah. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam menyikapi suatu keadaan. Ini tidak
terlepas dari keberadaan fiqh sebagai salah satu aturan yang ada pada Islam. Ada beberapa
perbedaan antara fiqh dan syari’ah sebagai hukum mutlak yang datangnya dari Allah.

Syari’ah : wahyu Allah. QS Al Jaatsiyah (45):18, “Kami jadikan kamu berada di atas
satu syariat (aturan) dari urusan agama itu, maka ikuti syariat itu (Al-Qur’an dan sunnah), dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. QS Asy Syuura (42):21
“Apakah mereka mempunyai sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama
yang tidak diijinkan Allah, sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah
mereka telah dibinasakan”.

Fiqh : berasal dari pemikiran/tafsir akal manusia. QS Al Mu'minuun (23):53 “Kemudian


mereka (pengikut-pengikut Rasul) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa
pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka masing-
masing”. QS Al Furqaan (25) : 30 “Berkatalah Rasul : Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku
menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan”.

Perbedaan antara syari’at dan fiqh bisa dilihat dari beberapa segi atau aspek.

Berdasarkan kandungannya :

Kebenaran sya’riat adalah mutlak. Seperti yang terkandung dalam QS Al Baqarah (2) :
147 “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-
orang yang ragu”. QS Ali Imran (3) : 60 “(Apa yang telah Kami ceritakan itu) Itulah yang
benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang
ragu”.

Kebenaran berdasarkan fiqh adalah relatif. QS Yunus (10) : 36 “Dan kebanyakan mereka
tidak mengikuti kecuali persangkaan. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran (sama sekali tidak bisa menggantikan sesuatu yang diperoleh
dengan keyakinan)”.
Berdasarkan masa berlakunya :

Syari’at berlaku sampai dengan hari akhir/kiamat. QS Al-Hijr (15) : 9 “Sesungguhnya


Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
(selamanya)”.

Fiqh berlaku temporal atau lokal. Masa berlakunya pada waktu fiqh tersebut
dimunculkan, diperlukan pembaharuan/tadjid.

Berdasarkan subjeknya :

Syari’at diperuntukkan kepada umat manusia. QS Saba' (34) : 28 “Dan Kami tidak
mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira
dan sebagai peringatan”.

Fiqh hanya menimbulkan taqlid bagi penganutnya. QS At-Taubah (9) : 31 “Mereka


menjadikan orang alim & rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan juga mereka
menuhankan Isa padahal mereka hanya disuruh menyembah Allah yang Esa”.

Jika kita lihat dari ciri-ciri di atas maka dapat kita simpulkan bahwa syari’at dan fiqh
merupakan hal yang berbeda. Maka dari itu, jika kita menemukan suatu masalah yang membuat
kita ragu, yang perlu kita lakukan pertama kali ialah kembali ke syari’at baru kemudian fiqh.

SUMBER PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud.Pendidikan Agama Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998

http://www.mail-archive.com/rezaervani@yahoogroups.com/msg02570.html diakses pada 15


Maret 2011 jam 12:43

Ahmad, Ruslan. Perbedaan antara Syari’ah dan Fiqh, Style Sheet. http://www.islamologi.edu
diakses pada 12 Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai