Anda di halaman 1dari 97

HUKUM WARIS ISLAM

OLEH: SURYATI,S.H.,M.H
DOSEN FAK.HUKUM UNWIKU
PURWOKERTO
BAB I
PENDAHULUAN
DI INDONESIA SAMPAI SEKARANG MASALAH
WARISAN MASIH TETAP DIWARNAI
PLURALISME: HK.WARIS ADAT, HK.WARIS
B.W DAN HK.ISLAM
FAKTOR PLURALISME DIDASARKAN PADA:
-FAKTOR GOLONGAN PENDUDUK
-FAKTOR AGAMA
GOLONGAN PENDUDUK
BERDASARKAN PASAL 163 JO 131 IS, PENDUDUK
INDONESIA DIBAGI 3 GOL. DIMANA MASING-
MASING GOL.BERLAKU HK. YANG BERBEDA-BEDA
TERMASUK HK.WARIS
A.UNTUK GOL.EROPAH, BERLAKU KETENTUAN
HK.WARIS B.W
B.GOL. TIMUR ASING, BERDASARKAN S.1917-129
MULAI 1 MEI 1919, MAKA B.W BERLAKU UNTUK
GOL.TIMUR ASING TIONGHOA DI BEBERAPA
DAERAH DI INDONESIA (JAWA, MADURA).JADI
SEBELUMNYA BERLAKU HK.ADAT MEREKA
S.1924-557, MULAI BERLAKU 1 MARET 1925
SELURUH B.W BERLAKU BAGI SEMUA GOL.TIMUR
ASING TIONGHOA DI SELURUH INDONESIA.
S.1855-79 DINYATAKAN HK WARIS TESTAMENTER
BERLAKU UNTUK GOL. TIMUR ASING. DIPER-
BAHARUI DENGAN S.1924-556 DITETAPKAN BAGI
TIMUR ASING KECUALI: BK I TITEL 2,4 S/D 15, BK
II TITEL 12. JADI DALAM MEMBERI TESTAMEN
HARUS MEMENUHI PERSYARATAN TESTAMEN
DALAM B.W
C. GOL BUMI PUTRA BERLAKU HUKUM ADAT
FAKTOR AGAMA
SEJAK BERLAKUNYA S.1882-152, S.1937-116 MAUPUN PP 45/1957
FAKTOR AGAMA BELUM BE-GITU TAJAM MEMBEDAKAN GOL.
BUMI PUTRA ANTARA YANG BERAGAMA ISLAM & NON ISLAM,
NAMUN SEJAK BERLAKUNYA UU 7/1989 YANG DIRUBAH
DENGAN UU 3/2006 (PERADILAN AGA-MA), SEMAKIN
DIPERTEGAS AZAZ PERSONALITAS KEISLAMAN DALAM
BIDANG KEWARISAN. HAL INI SESUAI DENGAN KETENTUAN
PASAL 49 AYAT 1 b UU PERADILAN AGAMA, YANG
MENENTUKAN:
- TERHADAP MEREKA YANG BERAGAMA ISLAM
DIBERLAKUKAN HK.WARIS ISLAM
- DAN BADAN PERADILAN YANG BERWENANG ME-NGADILINYA
IALAH PERADILAN AGAMA, SEHING-GA MASALAH SENGKETA
KEWARISAN BAGI ME-REKA YANG BERAGAMA ISLAM TUNDUK
KEPADA HK.WARIS ISLAM & KEWENANGAN MENGADILI
TERMASUK MENJADI YURISDIKSI PENGADILAN AGAMA
BERDASARKAN PATOKAN AZAZ PERSONALITAS KEISLAMAN YANG
DIATUR PADA PASAL 2 JO 49 UU 7/1989 HK.WARIS YANG
DITERAPKAN TERHADAP GOL. BUMI PUTRA TERPECAH
MENJADI:
A.BAGI MEREKA YANG BERAGAMA ISLAM, DITERAPKAN HK.WARIS
ISLAM
B.BAGI GOL.BUMI PUTRA YANG NON ISLAM DITERAPKAN HK.
ADAT
SELANJUTNYA HK.WARIS YANG DITERAPKAN KEPA-DA MEREKA
YANG BERAGAMA ISLAM TELAH DI-ATUR LEBIH LANJUT DALAM
KOMPILASI HK.ISLAM YANG EFEKTIF BERLAKU SEJAK 10 JUNI
1991 BER-DASARKAN INPRES NO.1/1991:
-DIATUR DALAM BUKU II KHI
-TERDIRI DARI PASAL 171-214
-KETENTUAN YANG DIATUR DIDALAMNYA: BAB I (KETENTUAN
UMUM), BAB II (AHLI WARIS), BAB III (BESARNYA BAGIAN), BAB IV
(AUL DAN RAD), BAB V (WASIAT) DAN BAB VI (HIBAH).
JADI SECARA TEORITIS UNTUK GOL. BUMI PUTRA
BERLAKU HUKUM ADAT, TAPI INKONKRETO PE-
NERAPAN HK.ADAT SEKARANG HANYA KEPADA
GOL. BUMI PUTRA NON ISLAM. SEDANG MEREKA
YANG BERAGAMA ISLAM SEBAGAIMANA YANG
DIATUR DALAM BUKU II KHI.
BERDASARKAN KEDUA FAKTOR DI ATAS, TETAP
BERLANJUT PENERAPAN HK.WARIS YANG DI-ATUR
DALAM BUKU II B.W BAGI GOL. EROPA DAN TIMUR
ASING TIONGHOA. BAGI GOL. BUMI PUTRA YANG
NON ISLAM BERLAKU HUKUM ADAT. SE-DANG GOL.
BUMI PUTRA YANG BERAGAMA ISLAM BERLAKU
HK.WARIS ISLAM YANG DIATUR DALAM BUKU II KHI,
DAN KEKUASAAN MENGADILI SENGKETA WARIS:
-GOL.EROPA-TIONGHOA, BUMI PUTRA NON ISLAM
JATUH MENJADI YURISDIKSI PERADILAN UMUM
-MEREKA YANG BERAGAMA ISLAM, KEWENANGAN
MENGADILI JATUH MENJADI YURISDIKSI PERADI-LAN
AGAMA
HK WARIS ISLAM MENGATUR PERALIHAN HARTA
SESEORANG YANG TELAH MATI KEPADA YANG MASIH
HIDUP.
DALAM LITERATUR HK ISLAM ADA BEBERAPA ISTILAH:
1.FARAID (LAZIM DIPAKAI)
2.FIKIH MAWARIS
3.HUKM AL WARIS
FARAID DIDASARKAN PADA BAGIAN YANG DITERIMA OLEH
AHLI WARIS
MAWARITS LEBIH MELIHAT KEPADA YANG MENJADI OBJEK
DARI HUKUM INI (YAITU HARTA YANG BERALIH KEPADA
AHLI WARIS YANG MASIH HIDUP—PUSAKA).
YANG MENGGUNAKAN HUKUM WARIS, MEMANDANG
KEPADA ORANG YANG BERHAK MENERIMA HARTA
WARISAN (YAITU SUBYEK DARI HUKUM INI).
A.Kedudukan Hukum Waris
Dalam Hukum Islam
• Hukum waris menduduki tempat amat penting dalam
Hukum Islam. Ayat Alqur’an mengatur hukum waris
dengan jelas dan terperinci. Hal ini dapat dimengerti,
sebab masalah warisan pasti dialami oleh setiap orang.
Kecuali itu, hukum waris langsung menyangkut harta
benda yang apabila tidak diberikan ketentuan pasti, amat
mudah menimbulkan sengketa diantara ahli waris.
Setiap terjadi peristiwa kematian seseorang, segera
timbul pertanyaan bagaimana harta peninggalannya
harus diperlakukan dan kepada siapa saja harta itu
dipindahkan serta bagaimana caranya.Inilah yang diatur
dalam hukum waris itu.
hadist Nabi riwayat Ibnu Majjah
dan Addaraquthni
mengajarkan :

“Pelajarilah faraid dan ajarkanlah


kepada orang banyak, karena faraid
adalah separuh llmu dan mudah
dilupakan serta merupakan ilmu yang
pertama kali hilang dari umatku “.
Hadist Nabi riwayat Ahmad bin
Hanbal
• memerintahkan: “Pelajarilah Alqur`an
dan ajarkanlah kepada orang banyak;
pelajari pula faraid dan ajarkanlah
kepada orang banyak karena aku
adalah manusia yang pada suatu ketika
mati dan ilmupun akan hilang; hampir-
hampir dua orang bersengketa dalam
faraid dan masalahnya, maka mereka
tidak menjumpai orang yang memberi
tahu bagaimana penyelesaiannya”.
Pengertian hk waris islam
• Karena ada perintah khusus untuk mempelajari dan
mengajarkan hukum waris itulah para ulama
menjadikannya sebagai salah satu cabang ilmu yang
berdiri sendiri, yang disebut Ilmu Faraidl.
1.Menurut Ahmad Azhar Basyir, ilmu faraid adalah ilmu
tentang pembagian harta warisan. Kata faraidl ialah
bentuk jamak dari faridah yang antara lain berarti bagian
tertentu dari harta warisan (Ahmad Azhar Basyir, 2001:
4).
2. Menurut Zakiah Daradjat (1995: 3) dengan singkat ilmu
faraid dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang ketentuan-ketentuan harta
pusaka bagi ahli waris.
3. Menurut Kompilasi Hukum
Islam (KHI) bahwa
hukum kewarisan ialah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak kepemilikan harta
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-
siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa
bagiannya masing-masing (Pasal 171 a).
4.Menurut M. Mawardi Muzamil (1981: 16) bahwa
Hukum Waris Islam ialah ketentuan yang mengatur
perhitungan dan pembagian serta pemindahan harta
warisan secara adil dan merata kepada ahli warisnya
dan atau orang/badan lain yang berhak menerima
sebagai akibat matinya seseorang.
PENGERTIAN HK WARIS ISLAM/ ILMU FARA,IDL

PENGERTIAN HK WARIS ISLAM SAMPAI SAAT INI BELUM


TERDAPAT KESERAGAMAN, SEHINGGA ISTILAH YANG
DIGUNAKAN BERANEKA RAGAM, MISAL:
1.WIRYONO PRODJODIKORO
WARISAN: SOAL APAKAH & BAGAIMANAKAH PERBAGAI HAK
& KEWAJIBAN TENTANG KEKAYAAN SEORANG PADA
WAKTU MENINGGAL DUNIA AKAN BERALIH KEPADA ORANG
LAIN YANG MASIH HIDUP
2.M.MAWARDI MUZAMIL
HK.WARIS ISLAM: KETENTUAN YANG MENGATUR
PERHITUNGAN & PEMBAGIAN SERTA PEMINDAHAN HARTA
WARISAN SECARA ADIL & MERATA KEPADA AHLI WARISNYA
& ATAU ORANG/BADAN LAIN YANG BERHAK MENERIMA
SEBAGAI AKIBAT MATINYA SESEORANG.
YANG DIMAKSUD ADIL DALAM HK WARIS ISLAM
JANGAN DILIHAT SECARA MATEMA-TIS, YAITU
JUMLAH PENERIMAAN SAMA SETIAP AHLI
WARIS, TAPI MELETAKAN SE-SUATU PADA
PROPORSI YANG SEBENAR-NYA MENURUT
KETENTUAN HK ISLAM ALQUR,AN & HADITS.
ARTI MERATA: YANG BERHAK MENERIMA HARTA
WARISAN/MEWARIS TIDAK SAJA PADA
GENERASI PENERUSNYA/AHLI WARIS DALAM
GARIS KE BAWAH TAPI AHLI WARIS DALAM
GARIS KEATAS MAUPUN KESAM-PING
DIMUNGKINKAN MEWARIS BERSAMA
3.MUHAMAD ALI AS SHABUNI
MIRATS/WARIS MENURUT LUGHAT: PINDAHNYA
SESUATU DARI SESEORANG KEPADA ORANG
LAIN ATAU DARI SATU KAUM KEPADA KAUM
YANG LAIN. SESUATU ITU LEBIH UMUM DARI
PADA HARTA MELIPUTI ILMU, KEMULIAAN DAN
LAIN-LAIN

MIRATS MENURUT ISTILAH: PINDAHNYA HAK MILIK


ORANG YANG MENINGGAL DUNIA KEPADA PARA
AHLI WARISNYA YANG MASIH HIDUP BAIK YANG
DITINGGALKAN-NYA ITU BERUPA HARTA
BERGERAK & TIDAK BERGERAK ATAU HAK-HAK
MENU-RUT HK.SYARA
MENURUT PASAL 171 (a)KHI: KEWARISAN
ADALAH HK.YANG MENGATUR TENTANG
PEMINDAHAN HAK PEMILIKAN HARTA
PENINGGALAN (TIRHAH) PEWARIS, MENEN-
TUKAN SIAPA-SIAPA YANG BERHAK MENJA-
DI AHLI WARIS & BERAPA BAGIANNYA
MASING-MASING
ARTI TIRHAH: SESUATU YANG DITINGGALKAN
OLEH SESEORANG SETELAH MENINGGAL
DUNIA, BAIK BERUPA HARTA BENDA & HAK-
HAK KEBENDAAN ATAU BUKAN HAK KEBEN-
DAAN
B. SUMBER HK.WARIS ISLAM
1.ALQUR,AN
.2.SUNAH ROSUL/HADITS
3.IJTIHAD.
ALQUR,AN
SEMUA AYAT ALQUR,AN MENGENAI HK.WARIS ADLH
AYATYANG PASTI YANG TERDPT DALAM BBRP. AYAT SURAT
AN NISA DITAMBAH SATU AYAT SURAT AL ANFAL MEMUAT
KETENTUANPOKOK:
-SURAT AN NISA AYAT 1: MENEGASKAN TENTANG KUATNYA
HUBUNGAN KELUARGA KARENA PERTALIAN DARAH
-SURAT AN NISA AYAT 7: LELAKI & PEREMPUAN SAMA-SAMA
BERHAK ATAS HARTA WARISAN ORANG TUANYA &
KELUARGANYA
-SURAT AN NISA AYAT 11: BAGIAN ANAK LAKI-LAKI SAMA
DENGAN BAGIAN DUA ORANG ANAK PEREMPUAN
-Ayat 75 srt Al Anfal:
menegaskan bahwa hak kerabat karena
pertalian darah, sebagian lebih diutamakan dari
sebagian yang lain.
-Ayat 8 srt An Nisa memerintahkan agar kepada
sanak kerabat ,anak-anak yatim dan orang-
orang miskin yang hadir menyaksikan
pembagian harta warisan, diberi sejumlah harta
sekedar untuk dapat mengikuti menikmati harta
warisan yang baru saja dibagi itu.
LANJUTAN Ayat 8 srt An Nisa
• Realisasi dari ajaran tersebut dapat
diperkembangkan secara kenegaraan, hingga
dimungkinkan menjadi dasar kuat untuk
dikeluarkannya undang-undang atau peraturan
wajib pajak atas harta warisan

• Ayat 9 srt An Nisa memperingatkan agar orang


senantiasa memperhatikan kepada anak cucu
yang akan ditinggalkan agar jangan sampai
mereka mengalami kesempitan hidup sebagai
akibat kesalahan orang tua membelanjakan
hartanya
HADITS
WALAUPUN ALQUR,AN TELAH MENYEBUT SECARA
TEGAS & TERINCI KETENTUAN-KETENTUAN BAGIAN
AHLI WARIS NAMUN HADITS MENYEBUTKAN PULA
BEBERAPA HAL YANG TIDAK DISEBUTKAN DALAM
ALQUR,AN ANTARA LAIN:
-HADITS RIWAYAT BUHORI & MUSLIM:
1. AHLI WARIS LAKI-LAKI YANG LEBIH DEKAT KEPADA
MAYIT, LEBIH BERHAK ATAS SISA HARTA WARISAN
SETELAH DIAMBIL BAGIAN AHLI WARIS YANG
MEMPUNYAI BAGIAN TERTENTU
2.WALA (HARTA WARISAN BEKAS BUDAK YANG TIDAK
MENINGGALKAN AHLI WARIS) ADALAH MENJADI HAK
ORANG YANG ME-MERDEKAANNYA
-HADITS RIWAYAT AHMAD & IBNU MAJAH
: PEMBUNUH TIDAK BERHAK MEWARIS
ATAS HARTA ORANG YANG DIBUNUH-
NYA
-HADITS RIWAYAT ABU DAWUD: NABI
MEMBERI BAGIAN NENEK 1/6 APABILA
TIDAK DIHALANGI IBU
-HADITS RIWAYAT AHMAD: ANAK DALAM
KANDUNGAN BERHAK MEWARIS SETE-
LAH DILAHIRKAN DALAM KEADAAN HI-
DUP YANG DITANDAI TANGISAN KELA-
HIRAN
Hadist riwayat Al Jama`ah, kecuali
Muslim dan Nasa`i :
mengajarkan bahwa orang muslim tidak
berhak waris atas harta orang kafir, dan
orang kafir tidak berhak waris atas harta
orang muslim

- Hadist riwayat Ahmad dan Abu Daud


mengajarkan bahwa harta warisan orang
yang tidak meninggalkan ahli waris adalah
menjadi milik baitul mal.
IJTIHAD

MESKIPUN ALQUR,AN & HADITS TELAH MEMBERI


KETENTUAN TERPERINCI TENTANG PEMBAGIAN
HARTA WARISAN, TAPI DALAM BEBERAPA HAL
MASIH DIPERLUKAN ADANYA IJTIHAD ANTARA
LAIN:
-BAGIAN IBU APABILA BERSAMA BAPAK, SUAMI
ATAU ISTERI
-BAGIAN AHLI WARIS KAKEK BERSAMA SAUDARA
-HARTA WARISAN YANG TIDAK HABIS TERBAGI
KEPADA SIAPA SISANYA DIBERIKAN
BAB II .
ASAS-ASAS HUKUM KEWARISAN ISLAM

• Hukum kewarisan islam ialah hukum yang mengatur


segala sesuatu yang berkenaan dengan peralihan hak
dan atau kewajiban atas harta kekayaan seseorang
setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya. Hukum
kewarisan islam disebut juga hukum Fara`id, jamak dari
kata farida. Sumbernya Alqur`an terutama surat An Nisa
ayat 11, 12, 176 dan Al Hadist yang memuat Sunnah
Rasulullah yang kemudian dikembangkan secara rinci
oleh ahli hukum fiqih islam melalu ijtihad orang yang
memenuhi syarat, sesuai dengan ruang dan waktu,
situasi dan kondisi tempatnya berijtihad.
LANJUTAN
Asas hukum kewarisan islam
Asas hukum kewarisan islam yang
bersumber dari Alqur`an dan Al Hadist,
menurut Amir Syarifudin adalah:
• 1.Ijbari
• 2.Bilateral
• 3.Individual
• 4.Keadilan berimbang dan
• 5.Akibat kematian (Amir Syarifudin, 1984:
18).
Ad 1 Asas Ijbari
Asas Ijbari yang terdapat dalam hukum kewarisan islam
mengandung arti bahwa peralihan harta dari seorang
yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku
dengan sendirinya menurut ketetapan Allah tanpa
digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli
warisnya. Unsur memaksa (ijbari=compulsory)
dalam hukum kewarisan islam itu terlihat, terutama
dari kewajiban ahli waris untuk menerima
kehendaknya sendiri. Oleh karena itu calon pewaris
yaitu orang yang akan meninggal dunia pada suatu
ketika, tidak perlu merencanakan penggunaan
hartanya setelah ia meninggal dunia kelak, karena
dengan kematiannya, secara otomatis hartanya akan
beralih kepada ahli warisnya dengan perolehan yang
sudah dipastikan
Asas ijbari hukum kewarisan islam dapat dilihat
dari beberapa segi yakni:

a.Dari segi peralihan harta yang pasti terjadi


setelah orang meninggal dunia. Ini dapat dilihat
dari firman Allah dalam surat An Nisa ayat 7

b.Unsur ijbari dapat dilihat juga dari segi jumlah


harta yang sudah ditentukan bagi masing-
masing ahli waris. Ini tercermin dalam kata
mafrudan yang makna asalnya adalah
ditentukan atau diperhitungkan. Apa yang sudah
ditentukan atau diperhitungkan oleh Allah wajib
dilaksanakan oleh hambaNya
c.Unsur ijbari lain yang ada dalam
hukum kewarisan islam :

adalah penerima harta peninggalan sudah


ditentukan dengan pasti yakni mereka
yang mempunyai hubungan darah dan
ikatan perkawinan dengan pewaris seperti
yang dirinci dalam pengelompokan ahli
waris di surat An Nisa ayat 11, 12 dan
176.
Ad.Asas Bilateral

• Asas bilateral dalam hukum kewarisan


islam berarti seseorang menerima hak
atau bagian warisan dari kedua belah
pihak: dari kerabat keturunan laki-laki dari
kerabat keturunan perempuan. Asas ini
dapat dilihat dalam surat An Nisa ayat-
ayat 7, 11, 12 dan 176
Ad. Asas Individual
Asas individual ini dimaksudkan bahwa dalam
hukum kewarisan islam harta warisan dapat
dibagi-bagi kepada ahli waris untuk dimiliki
secara perorangan. Untuk itu dalam
pelaksanaannya, seluruh harta warisan
dinyatakan dalam nilai tertentu yang kemudian
dibagikan kepada setiap ahli waris yang berhak
menerimanya menurut kadar bagian masing-
masing. Dalam hal ini setiap ahli waris berhak
atas bagian yang didapati tanpa terikat kepada
ahli waris yang lain, karena bagian masing-
masing sudah ditentukan.
LANJUTAN ASAS INDIVIDUAL:
• Asas individual hukum kewarisan islam ini
diperoleh dari kajian aturan Alqur`an mengenai
pembagian harta warisan. Ayat 7 surat An Nisa,
misalnya dalam garis-garis besar telah
menjelaskan tentang hak laki-laki untuk
menerima warisan dari orang tua atau keluarga
dekatnya. Demikian juga halnya dengan
perempuan berhak menerima harta warisan
orang tua atau kerabatnya baik sedikit maupun
banyak. Bagian mereka (masing-masing) sudah
ditentukan
Ad. Asas Keadilan Berimbang

• Perkataan adil terdapat dalam Alqur`an. Oleh


karena itu kedudukannya sangat penting dalam
sistim hukum islam termasuk hukum kewarisan
di dalamnya. Oleh karena itu pula, dalam sistem
ajaran islam keadilan adalah titik tolak proses
dan tujuan segala tindakan manusia. Dalam
hubungannya dengan materi, yang diatur dalam
hukum kewarisan, keadilan dapat diartikan
sebagai keseimbangan antara hak dan
kewajiban, keseimbangan antara yang diperoleh
dengan keperluan dan kegunaannya.
Ad. Asas yang Menyatakan bahwa Kewarisan Ada
Kalau Ada yang Meninggal Dunia (Akibat Kematian

Ini berarti bahwa kewarisan semata-mata


sebagai akibat dari kematian seseorang.
Menurut hukum kewarisan islam,
peralihan harta seseorang kepada orang
lain yang disebut dengan nama kewarisan,
terjadi setelah orang yang mempunyai
harta itu meninggal dunia.
lanjutan
• Ini berarti bahwa harta seseorang tidak dapat beralih
kepada orang lain dan disebut sebagai harta
warisan, selama orang yang mempunyai harta itu
masih hidup. Juga berarti bahwa segala bentuk
peralihan harta seseorang yang masih hidup kepada
orang lain, baik secara langsung maupun yang akan
dilaksanakan kemudian sesudah kematiannya, tidak
termasuk ke dalam kategori kewarisan menurut
hukum islam. Ini berarti bahwa hukum kewarisan
islam hanya mengenal satu bentuk kewarisan saja
yaitu kewarisan sebagai akibat kematian seseorang
atau yang disebut dalam hukum kewarisan perdata
barat kewarisan ab intestato atau kewarisan karena
kematian atau kewarisan menurut undang-undang.
lanjutan
• Hukum kewarisan islam, karena itu tidak
mengenal kewarisan atas dasar wasiat
atau kewarisan karena diangkat atau
ditunjuk dengan surat wasiat yang
dilakukan oleh seseorang pada waktu ia
masih hidup, yang disebut dalam hukum
perdata barat dengan istilah kewarisan
secara testamen.
lanjutan
• Asas ini mempunyai kaitan dengan asas ijbari tersebut di
atas yakni seseorang tidak sekehendaknya saja
menentukan penggunaan hartanya setelah ia mati kelak.
Melalui wasiat, menurut hukum islam dalam batas-batas
tertentu, seseorang memang dapat menentukan
pemanfaatan harta kekayaannya setelah ia meninggal
dunia, tetapi wasiat itu merupakan ketentuan tersendiri
terpisah dari ketentuan hukum kewarisan. Dalam kitab-
kitab hukum fiqih, wasiat ini dibahas tersendiri di luar
hukum kewarisan. Namun dalam Kompilasi Hukum Islam
wasiat dimuat dalam Buku II Hukum Kewarisan Bab V.
BAB IV
SEBAB TERJADINYA WARISAN
1.HUBUNGAN KERABAT/NASAB.
SEPERTI: BAPAK, IBU, ANAK, CUCU,
SAUDARA KANDUNG, SDR.SEAYAH,
SDR. SEIBU DAN LAIN-LAIN
2.HUBUNGAN PERKAWINAN. SEPERTI:
SUAMI ISTERI MESKIPUN BELUM
PERNAH BERKUMPUL ATAU TELAH
BERCERAI TAPI MASIH DALAM MASA
IDAH TALAK RAJ,I
3.HUBUNGAN WALA/WALAH, :HUBUNGAN ANTARA BEKAS
BUDAK DENGAN ORANG YANG MEMERDE-KAANNYA,
APABILA BEKAS BUDAK ITU TIDAK MEM-PUNYAI AHLI
WARIS YANG BERHAK MENGHABIS-KAN SELURUH
HARTA WARISAN (PRAKTEK SUDAH TDK ADA).
4.TUJUAN ISLAM. JIKA PEWARIS TDK MENINGGALKAN
AHLI WARIS YANG MENERIMANYA & SAMPAI BATAS
WAKTU TERTENTU TELAH DIUSAHAKAN UNTUK
MENCARI/MENUNGGU AHLI WARIS YANG BERHAK &
TDK MUNCUL, MAKA HARTA WARISAN DAPAT
DISERAHKAN KE BAITUL MAL: PERBENDAHARAAN
NEGARA, TEMPAT MENAMPUNG HARTA BENDA
KEPENTINGAN UMUM, YANG AKAN DIBELANJA-KAN
UNTUK UMUM, BERSUMBER DARI : ZAKAT, RAMPASAN
PERANG, WARISAN TDK ADA AHLI WARISNYA
LANJUTAN
Pasal 191 KHI :
• ” Bila pewaris tidak meninggalkan ahli
waris sama sekali, tau ahli warisnya tidak
diketahui ada atau tidaknya, maka harta
tersebut atas putusan Pengadilan Agama
diserahkan penguasaannya kepada Baitul
Mal untuk kepentingan agama islam dan
kesejahteraan umum”
BAB V
RUKUN DAN SYARAT WARISAN
• Di dalam hukum islam dikenal adanya rukun dan
syarat. Antara rukun dan syarat ada perbedaan
dalam pengertiannya. Rukun warisan ialah
sesuatu yang harus ada dalam suatu warisan
dan merupakan hakekat dari warisan itu sendiri.
Jadi tanpa adanya salah satu rukun, warisan
tidak mungkin dilaksanakan. Sedangkan yang
dimaksud dengan syarat warsan ialah sesuatu
yang harus ada dalam warisan akan tetapi tidak
termasuk dalam hakekat warisan itu sendiri.
Kalau salah satu syarat dari warisan itu tidak
dipenuhi, maka warisan itu tidak sah
Rukun Warisan

Rukun warisan ada 3, yaitu:


1.Muwarrits atau pewaris
Pewaris/muwarrits, yaitu orang yang meninggal dunia,
yang harta pening-galannya berhak dimiliki oleh ahli
warisnya (M Mawardi Muzamil, 1981: 18)

Pasal 171 b KHI :


”Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya
beragama islam atau yang dinyatakan meninggal
berdasarkan keputusan pengadilan, meninggalkan ahli
waris dan harta peninggalan ”.
2.Warits atau ahli waris

Ahli waris /warits, yaitu orang yang berhak mendapatkan


harta peninggalan si mati baik disebab-kan ada
hubungan kekerabatan dengan jalan nasab atau
pernikahan dan sebagainya (M Mawardi Muzamil, 1981:
18)

Pasal 171 c KHI:


”Ahli waris ialah orang yang pada saat meninggal dunia
mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan
dengan pewaris, beragama islam dan tidak terhalang
karena hukum untuk menjadi ahli waris ”
3.Mauruts atau tirkah
Yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh pewaris. Dalam
KHI dibedakan antara harta peninggalan dan harta
warisan.
Harta peninggalan ialah harta yang ditinggalkan oleh
pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadi
miliknya maupun hak-haknya (Pasal 171 d KHI).
Harta warisan ialah harta bawaan ditambah bagian dari
harta bersama setelah digunakan untuk keperluan
pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya
pengurusan jenazah (Tajhiz), pembayaran hutang dan
pemberian untuk kerabat (Pasal 171 e KHI).
Para ahli hukum islam berbeda
pendapat mengartikan tarikah
I.Mazhab Hanafiah
a.Gol Hanafi, tirkah : harta benda yang ditinggalkan si mati yang
tidak mempunyai hubungan hak dengan orang lain. Meliputi:
kebendaan & hak kebendaan. Tirkah harus dikeluarkan untuk
memenuhi hak biaya perawatan, pelunasan utang & hak
wasiat serta hak ahli waris
b.Fukoha Hanafiah sebagian, tirkah: sisa harta setelah diam-bil
biaya perawatan & pelunasan hutang. Jadi tirkah di sini adalah
harta peninggalan yang harus dibayarkan untuk melaksanakan
wasiat & yang harus diterimakan kepada para ahli waris.
c.Sebagian fukoha yang lain, tirkah diartikan secara mutlak,
yaitu setiap harta benda yang ditinggalkan oleh si mati. Tirkah
di sini mencakup benda-benda yang bersangkutan dengan hak
orang lain, biaya perawatan & penerimaan kepada para ahli
waris.
II.Ibnu Hazn = fukoha Hanafiah
Bahwa harta peninggalan yang harus diwaris
ialah yang berupa harta benda melulu, sedang
yang berupa hak tidak diwaris-kan kecuali jika
hak tersebut mengikuti bendanya seperti
mendirikan hak bangunan/ tanaman tumbuh-
tumbuhan di atas tanah
III.Ulama Malikiyah, Syafiiyah & Hambaliyah,
tirkah: segala yang ditinggalkan oleh si mati baik
berupa harta benda maupun hak-hak baik hak
kebendaan maupun bukan kebendaan
Harta Syarikat

Hampir seluruh Indonesia dikenal adanya harta


syarikat. Di Jateng & Jatim dikenal: harta gono
gini. Jabar: guna kaya. Minahasa & Bugis: cara.
Bali : dwuwe gabro. Sumut: harta serikat.
Kalimantan: barang derpantangan.
- Menurut Hazairin, bahwa agama islam tidak
mempunyai hukum tentang harta bersama
dalam perkawinan
- Abdurrauf, bahwa alqur,an tidak ada peraturan
mengenai harta perkawinan
-Said Usman bin Abdullah
bahwa harta yang diperoleh semasa
perkawinan yang disebut gono gini tidak
ada babnya yang shahih di dalam syarikat
yang syahih. Apabila ada orang mela-
kukan gono gini, maka adakanlah
perdamaian antara suami &isteri dengan
aturan yang adil, yaitu dibagi hasil antara
suami isteri menurut ukuran usahanya,
menurut ukuran lelah tenaga yang
dikeluarkan atas pekerjaan itu.
Dalam UUP/UU NO.I TAHUN 1974
Pasal 29 (1,2,3 ,5) membuka untuk membuat
perjanjian kawin apabila kedua suami isteri tidak
menghendaki membagi harta benda perkawinan
menjadi harta bersama
Perjanjian kawin itupun dibenarkan oleh hukum
islam sebagaimana ternyata dalam Alqur,an
surat al Maidah ayat 1:
“Perjanjian kawin yang dibuat antara manusia
dalam pergaulan bersama, hukum islam
mewajibkan pula untuk mematuhi perjan-jian
itu.”
Menurut T.Jafizham
bahwa:
“jika suami & isteri sama-sama bekerja &
masing-masing menghasilkan sama-sama 50%,
maka dapat ditetapkan masing-masing
memperoleh ½.

Jika suami dua kali lebih besar dari isteri, maka


isteri dapat ditentukan 1/3 & suami 2/3 demikian
seterusnya. Harta warisan dibagi sesuadh
dikeluarkan harta sarikat ini”
Harta keluarga

Di beberapa daerah di indonesia ada bermacam-


macam harta yang menurut hukum adat
dipertahankan menjadi harta keluarga secara
kolektif. Harta tersebut tidak dibenarkan dibagi
waris kepada anak keturunannya atau ahli
warisnya secara individual.
1.harta pusaka di Minangkabau, merupakan harta
bersama/harta badan hukum yang tidak dapat
dibagi waris secara individual kepada ahli
warisnya
2.tanah dati di Ambon
Di Ambon/maluku terutama di daerah yang
didiami pen-duduk yang beragam islam dijumpai
kekayaan-kekayaan yang berupa tanah
perkebunan yang tidak dapat dibagi waris
kepada ahli warisnya se-cara individual. Tanah
tersebut me-rupakan milik kelompok
kekerabatan yang dikuasai oleh klen & sub klen.
3.barang kalakeran di Minahasa. Barang
kalakeran: harta benda keluarga yang tidak
dapat dibagi-bagi. Berbeda dengan harta
pusaka di Minangkabau, maka harta kalakeran
dapat dibagi atas persetujuan yang berhak
Harta benda dalam perkawinan menurut
UU.PERKAWINAN
UUP tidak hanya mengatur perkawinan, tapi juga harta
benda dalam perkawinan, yaitu dalam pasal 35 jo 36,
juga dalam khi pasal 85-97.

Harta bersama apabila suami kawin poligami, maka


penentuan harta bersama dapat diambil batas garis
pemisah sebagaimana yang diatur dalam pasal 65 ayat
1b, c UUP:
(b).isteri kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas
harta bersama yang telah ada sebelum perkawinan
dengan isteri kedua & berikutnya itu terjadi
(c) semua isteri mempunyai hak yang sama atas harta
bersama yang terjadi sejak perkawinannya masing-
masing
Pasal 65 ayat 2 UUP

memberi kemungkinan penyimpangan dari


ketentuan di atas, yaitu jika suami isteri
membuat ketentuan-ketentuan lain
sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang ini seperti membuat
perjanjian kawin yang diatur PASAL 29
UUP JO KHI PASAL 45-52
Lanjutan:
Sehubungan dengan tidak adanya
kesepakatan diantara para ulama dalam
mengartikan tirkah atau harta
peninggalan, serta adanya bermacam-
macam harta di indonesia yang dapat
dibagi & yang tidak dapat dibagi secara
individual, maka sering terjadi kesalahan
mengenai harta apa yang dapat dibagi
kepada ahli waris bila seseorang mati.
Menurut M Mawardi Muzamil
bahwa perlu diadakan pembedaan
mengenai macam-macam harta, yaitu:
1.harta kekayaan: semua harta yang
dimiliki oleh seseorang secara pribadi &
atau secara bersama-sama pada waktu ia
masih hidup.
- harta:harta benda & hak-hak yang
mempunyai nilai kebendaan atau hak
yang mengikuti bendanya
lanjutan
- harta yang dimiliki secara pribadi: harta yang
diperoleh sebelum mati & belum melangsungkan
perkawinan, harta bawaan, harta warisan, harta
hibah, harta yang diperoleh sebagai hadiah
perkawinan

-harta yang dimliki secara bersama: harta gono


gini, guna kaya, campu kaya, harta sarikat.
Harta persekutuan, harta pusaka dll
2.harta peninggalan
: segala harta kekayaan yang menjadi milik/
haknya pribadi pewaris pada saat ia mati. Oleh
karena itu harta peninggalan = harta kekayaan
apabila sebelum ia mati tidak mempunyai harta
secara bersama
3.harta warisan: segala harta peninggalan
pewaris setelah dikurangi dengan:
-biaya perawatan/penguburan jenazah
-pelaksanaan pembayaran hutang
-pelaksanaan wasiat.
Syarat Warisan

Syarat-syarat warsan adalah sebagai berikut:

1.PEWARIS/MUWARRITS TELAH MENINGGAL


DUNIA BAIK SECARA HAKIKI (BAHWA
PEWARIS BENAR-BENAR SECARA NYATA
TELAH MENINGGAL DUNIA), MAUPUN
SECARA HUKUM (BAHWA PEWARIS SECARA
YURIDIS/ MENURUT KEPUTUSAN
PENGADILAN TELAH DINYATAKAN
MENINGGAL DUNIA
2.HIDUPNYA AHLI WARIS HARUS JELAS PADA SAAT MUWARRITS
MENINGGAL DUNIA
3.AHLI WARIS YANG BERSANGKUTAN BERHAK WARIS
DIKETAHUI DARI SEBAB-SEBAB TERJADINYA WA-RISAN.
4.Tidak terdapat penghalang warisan.
SECARA BENAR BAIK MENURUT KENYATAAN MAU-PUN
HUKUM BAHWA SESEORANG BERKEDUDUKAN SEBAGAI AHLI
WARIS YANG BERHAK SEPERTI : SUAMI ATAU ISTERI,
HUBUNGAN KERABAT DAN DERAJAT KEKERABATANNYA,
SEHINGGA HAKIM YANG ,ALIM DAPAT MENERAPKAN HUKUM
SESUAI DENGAN SEMESTINYA.
PENGHALANG WARISAN

1.BERBEDA AGAMA. PERBEDAAN AGA-MA YANG MENJADI KEPERCAYAAN


ANTARA PEWARIS & AHLI WARIS MENYEBABKAN SESEORANG AHLI WARIS
GUGUR HAKNYA UNTUK MENERIMA WARISAN. MISAL: ANTARA ORANG
ISLAM DGN. ORANG NASRANI, MAKA ORANG ISLAM TDK MENDAPAT
WARISAN DARI ORANG NASRANI & SEBALIKNYA.
JIKA PEWARIS MENGINGINKAN AHLI WARISNYA YANG BEDA AGAMA DAPAT
IKUT MENIKMATI HARTA WARISANYA, DAPAT DILAKUKAN DENGAN JALAN
WASIAT (M MAWARDI MUZAMIL) ANTARA SUAMI ISTERI YANG BEDA AGAMA
PASAL 195 (2) KHI: WASIAT HANYA DIPERBOLEHKAN SEBANYAK-BANYAKNYA
1/3 DARI HARTA WARISAN KECUALI APABILA SEMUA AHLI WARIS MENYETU-
JUINYA
BERBEDA DENGAN HIBAH , DALAM HUKUM ISLAM JUMLAH HARTA
SESEORANG YANG AKAN DIHIBAHKAN TIDAK TERBATAS (HIBAH:
PENYERAHAN LANGSUNG & TIDAK BERSYARAT TANPA PEMBERIAN
BALASAN)

Stoop smpai 69
ADA 3 SYARAT YANG HARUS DIPENUHI
DALAM MELAKUKAN HIBAH MENURUT HK
ISLAM:
-IJAB: PERNYATAAN DARI ORANG YANG
MEMBERIKAN
-QOBUL: PERNYATAAN DARI ORANG YANG
MENERIMA PEMBERIAN
-PENYERAHAN MILIK ITU SENDIRI, BAIK
DALAM BENTUK YANG SEBENARNYA
MAUPUN SECARA SIMBOLIS.
HIBAH DAPAT TERJADI SECARA
TERTULIS,LISAN
JIKA PEMBERIAN DILAKUKAN SECARA TERTULIS,
MAKA DIBEDAKAN:
- BENTUK TERTULIS YANG TIDAK PERLU
DIDAFTARKAN, JIKA ISINYA HANYA MENYATAKAN
TELAH TERJADI ADANYA PEMBERIAN
- BENTUK TERTULIS YANG PERLU DIDAFTAR-KAN,
JIKA SURAT ITU MERUPAKAN ALAT DARI PENYERA-
HAN PEMBERIAN ITU SENDIRI, MAKSUDNYA JIKA
PERNYATAAN & PENYERAHAN BENDA YANG BER-
SANGKUTAN KEMUDIAN DISUSUL OLEH DOKUMEN
RESMI TENTANG PEMBERIAN, HAL INI HARUS
DIDAFTARKAN.
HIBAH YANG DIGANTUNGKAN PADA KEJADIAN TER-
TENTU TIDAK SAH
2.MEMBUNUH.
SEORANG PEMBUNUH GUGUR HAKNYA UNTUK MENERIMA
WARISAN DARI PEWARIS YANG DIBU-NUHNYA. JADI AHLI
WARIS YANG MEMBUNUH MUWARRITS, MAKA IA TIDAK
BOLEH MENERIMA WARISAN DARI YANG DIBUNUHNYA.
PEMBUNUHAN DIMAKSUD ADALAH PEMBUNUHAN YANG
DISENGA-JA YANG MENGANDUNG UNSUR PIDANA PEMBU-
NUHAN & BUKAN KARENA MEMBELA DIRI DSB.
PASAL 173 KHI: SEORANG TERHALANG MENJADI AHLI WARIS
APABILA DENGAN PUTUSAN HAKIM YANG TELAH MEMPUNYAI
KEKUATAN HUKUM YANG TETAP DIHUKUM KARENA;
a.DIPERSALAHKAN TELAH MEMBUNUH ATAU MENCOBA
MEMBUNUH ATAU MENGANIAYA BERAT PADA PEWARIS
3.HAMBA SAHAYA/MENJADI BUDAK ORANG LAIN
BUDAK TIDAK BERHAK MEMILIKI SUATU HARTA, SEHINGGA
BUDAK TIDAK DAPAT MENERIMA WA-RISAN DARI
KELUARGANYA, & JIKA IA MEMILIKI SESUATU MAJIKAN YANG
MENGAMBIL
PERBEDAAN ANTARA MAHRUM & MAHJUB
-MAHRUM: TERHALANGNYA SESEORANG DARI MENERIMA
WARISAN DISEBABKAN MEMBUNUH ATAU BEDA AGAMA.
DALAM ISTILAH FARA,ID DISEBUT JUGA MAMNU & MAHRUM
(TERCEGAH/ TER-HALANG), SEDANG TIDAK BOLEHNYA
MEWARISI DINAMAKAN PENCEGAHAN & PENGHARAMAN.
KEBERADAAN ORANG YANG TERCEGAH DIANGGAP TIDAK ADA
SERTA TIDAK MEMPENGARUHI BAGIAN & KEBERA-DAAN AHLI
WARIS YANG LAIN.
CONTOH: SUAMI MATI (DIBUNUH ANAK LAKI-LAKI-NYA) IA
MENINGGALKAN ISTERI, ANAK LAKI-LAKI YANG TELAH MBUNUH,
SAUDARA LAKI-LAKI KANDUNG, MAKA BAGIAN ISTERI ¼
(DIANGGAP TDK PUNYA ANAK), SISANYA ¾ BAGI SAUDARA
LAKI-LAKI KANDUNG SEBAGAI ASHOBAH & ANAK LAKI-LAKI TDK
MENDAPAT APA-APA. JIKA ANAK LAKI-LAKI TDK MEMBUNUH,
ISTERI MENDAPAT 1/8 (MUWARRITS PUNYA ANAK) & SISANYA
7/8 BAGI ANAK LAKI-LAKI SEBAGAI ASHOBAH, SEDANG
SAUDARA LAKI-LAKI KANDUNG TERHALANG ANAK LAKI-LAKI.
-MAHJUB: TERHALANGNYA SESEORANG UNTUK
MENDAPATKAN WARISAN KARENA ADA AHLI WARIS LAIN
YANG LEBIH DEKAT DAN LEBIH KUAT DARI DARINYA. MISAL:
KAKEK BERSAMA AYAH, MAKA KAKEK MAHJUB KARENA
ADA YANG LEBIH DEKAT YAITU AYAH, ATAU SAUDARA LAKI-
LAKI SEAYAH BERSAMA SAUDARA SEKANDUNG, MAKA
SAUDARA LAKI-LAKI SEAYAH MAHJUB ADANYA SAUDARA
LAKI-LAKI SEKANDUNG YANG HUBU-NGANNYA LEBIH
DEKAT.
CONTOH: ORANG MENINGGAL DENGAN MENING-GALKAN
AYAH, IBU DAN SAUDARA SEKANDUNG. SAUDARA
SEKANDUNG TIDAK MENDAPAT WARISAN KARENA
TERHALANG AYAH, NAMUN MEREKA TETAP
MEMPENGARUHI BAGIAN IBU, YAITU 1/3 MENJADI 1/6,
SEBAB JIKA TIDAK ADA MEREKA (SDR KANDUNG), BAGIAN
IBU ADALAH 1/3.
LIHAT HIJAB
PRINSIP HUKUM WARIS ISLAM AL:
1.HK WARIS ISLAM MENEMPUH JALAN TENGAH
ANTARA MEMBERI KEBEBA-SAN PENUH KEPADA
SESEORANG UNTUK MEMINDAHKAN HARTA PE-
NINGGALANNYA DENGAN JALAN WA-SIAT KEPADA
ORANG YANG DIKE-HENDAKI, DENGAN JALAN
PEMBA-GIAN WARISAN
2.WARISAN TERBATAS DALAM LINGKUNAN
KELUARGA BAIK KARENA PERKAWINAN ATAU
HUBUNGAN DARAH. KELUARGA YANG LEBIH
DEKAT HUBUNGANNYA DENGAN PEWARIS LEBIH
DIDAHULUKAN. MISAL:
-AYAH DAN KAKEK, MAKA YANG DEKAT ADALAH
AYAH BARU KAKEK
-SAUDARA KANDUNG LEBIH DIUTAMAKAN DARI
PADA SUDARA SEAYAH
3.HK WARIS ISLAM LEBIH CENDERUNG UNTUK MEMBAGIKAN
HARTA WARISAN KEPADA SEBANYAK MUNGKIN AHLI WARIS
DENGAN BAGIAN TERTENTU. MISAL: AHLI WARIS TERDIRI
AYAH/IBU, SUAMI/ ISTERI DAN ANAK-ANAK, MEREKA SEMUA
BERHAK MENJADI AHLI WARIS
4.HK WARIS ISLAM TIDAK MEMBEDAKAN HAK ANAK-ANAK ATAS
HARTA WARISAN, ANAK-ANAK YANG SUDAH BESAR, MASIH
KECIL SEMUANYA BERHAK UNTUK MENDAPATKAN HARTA
WARISAN DARI ORANG TUANYA, TAPI BESAR KECILNYA
TERGAN-TUNG PADA BEBAN KEWAJIBAN MASING-MASING.
MISAL: ANAK LAKI-LAKI MEMIKUL BEBAN TANGGU-NGAN
NAFKAH KELUARGA MEMPUNYAI HAK LEBIH BESAR DARI
PADA ANAK PEREMPUAN YANG TDK DIBEBANI TANGGUNGAN
NAFKAH KELUARGA
5.HK WARIS ISLAM MEMBEDAKAN BESAR KECIL BAGIAN
TERTENTU AHLI DISELARASKAN DENGAN KEBUTUHAN HIDUP
SEHARI-HARI & JAUH DEKAT HUBUNGAN DENGAN PEWARIS.
BAGIAN TERTENTU : 2/3,1/2, 1/3, 1/4, 1/6 DAN 1/8
6. SUAMI ATAU ISTERI DIJADIKAN AHLI WARIS
BAB VI
PENGHALANG WARISAN/HIJAB
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
pembagian warisan adalah mengenai
penghalang warisan atau hijab. Seseorang yang
berak untuk mendapatkan harta warisan, akan
tetapi karena ada sesuatu keadaan (sifat atau
sebab) tertentu, maka ahli waris seharusnya
dapat dan berhak menerima bagian dari harta
warisan menjadi berkurang dari penerimaan
yang semula harus diterimanya atau bahkan
menjadi teralang sama sekali sehingga tidak
berhak menerima bagian dari harta warisan.
• Menurut loghat/bahasa, hijab adalah tabir,
rintangan.dinding, tutup, mencegah, menghalangi.
Dalam hukum waris berarti: dinding yang menghalangi
untuk mendapatkan harta warisan atau menghalangi
mendapatkan bagian yang lebih banyak (M Mawardi
Muzamil).
• Menurut M Ali Hasan, hijab ialah dinding yang menjadi
halangan sampai kepada sesuatu. Maksunya dinding
yang menjadi halangan untuk mendapatkan warisan bagi
sebagian ahli waris, karena masih ada ahli waris yang
lebih dekat pertaliannya (hubungannya ) dengan orang
yang meninggal itu.
Penghalang warisan atau hijab dibagi menjadi
dua golongan (macam), yaitu:
1.Hijab Nuqshon
ialah penghalang warisan atau hijab yang
dapat mengurangi bagian ahli waris yang
telah ditentukan. Misalnya:
• -Suami kalau tidak ada anak akan
mendapatkan ½, tetapi jika ada anak
mendapat ¼
-Isteri kalau tidak ada anak akan mendapat
¼, tetapi kalau ada anak ia mendapatkan
1/8
-Ibu mestnya mendapatkan 1/3, tetapi jika
ada anak ia mendapatkan 1/6
-Ayah mestinya menjadi waris ashabah,
tetapi kalau ada anak laki-laki, kemudian
ayah tersebut mengambil furudlnya
(bagiannya) sebanyak 1/6.
2.Hijab Hirman
Hijab Hirman ialah penghalang warisan atau
hijab yang menghalang-halangi ahli waris untuk
menerima bagian dari harta warisan. Dengan
adanya hijab hirman, maka ahli waris menjadi
sama sekali tidak mendapatkan bagian dari
harta warisan. Hijab Hirman digolongkan
menjadi dua, yaitu:
a.Hijab hirman bil washfi (hijab sebab sifat), yakni
menghijab atau menghalang-halangi ahli waris
untuk menerima bagian dari harta warisan
karena sifat (sebab) yang ada pada ahli waris.
Misal: membunuh pewaris, perbedaan agama.
b.Hijab hirman bisy-syakhshi, yakni
menghijab atau menghalang-halangi ahli
waris untuk menerima bagian dari harta
warisan karena terdapat ahli waris lain
yang lebih berhak. Misal:
-kakek terhijab oleh bapak
-cucu terhijab oleh anak laki-laki
-saudara terhijab oleh anak laki-laki.
Dalam hal hijab hirman terdapat
kemungkinan seorang ahli waris menjadi
terhalang untuk menerima warisan karena
ada ahli waris yang mengahalanginya. Ahli
waris yang menjadi penghalang bagi ahli
waris lain dalam hukum waris islam
disebut dengan istilah hajib, sedangkan
ahli waris yang terhalang disebut dengan
istilah mahjub.
-SAID USMAN BIN ABDULLAH, BAHWA HARTA YANG
DIPEROLEH SEMASA PERKAWINAN YANG DISEBUT
GONO GINI TIDAK ADA BABNYA YANG SHAHIH DI
DALAM SYARIKAT YANG SYAHIH. APABILA ADA
ORANG MELA-KUKAN GONO GINI, MAKA ADAKANLAH
PERDAMAIAN ANTARA SUAMI &ISTERI DENGAN
ATURAN YANG ADIL, YAITU DIBAGI HASIL ANTARA
SUAMI ISTERI MENURUT UKURAN USAHANYA,
MENURUT UKURAN LELAH TENAGA YANG
DIKELUARKAN ATAS PEKERJAAN ITU.
DALAM UUP/UU NO.I TAHUN 1974 PASAL 29 (1,2,3 ,5)
MEMBUKA UNTUK MEMBUAT PERJANJIAN KAWIN
APABILA KEDUA SUAMI ISTERI TIDAK MENGHENDAKI
MEMBAGI HARTA BENDA PERKAWINAN MENJADI
HARTA BERSAMA
PERJANJIAN KAWIN ITUPUN DIBENAR-KAN OLEH
HUKUM ISLAM SEBAGAI-MANA TERNYATA DALAM
ALQUR,AN SURAT AL MAIDAH AYAT I: “PERJANJIAN
KAWIN YANG DIBUAT ANTARA MANUSIA DALAM
PERGAULAN BERSAMA, HUKUM ISLAM MEWAJIB-
KAN PULA UNTUK MEMATUHI PERJAN-JIAN ITU.”
MENURUT T.JAFIZHAM BAHWA:
“JIKA SUAMI & ISTERI SAMA-SAMA BEKERJA &
MASING-MASING MENGHASILKAN SAMA-SAMA 50%,
MAKA DAPAT DITETAPKAN MASING-MASING
MEMPEROLEH ½.
JIKA SUAMI DUA KALI LEBIH BESAR DARI ISTERI,
MAKA ISTERI DAPAT DITENTUKAN 1/3 & SUAMI 2/3
DEMIKIAN SETERUSNYA. HARTA WARISAN DIBAGI
SESUADH DIKELUARKAN HARTA SARIKAT INI”
HARTA KELUARGA
DI BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA ADA
BERMACAM-MACAM HARTA YANG MENURUT
HUKUM ADAT DIPERTAHAN-KAN MENJADI
HARTA KELUARGA SECARA KOLEKTIF.
HARTA TERSEBUT TIDAK DIBENARKAN
DIBAGI WARIS KEPADA ANAK
KETURUNANNYA ATAU AHLI WARISNYA
SECARA INDIVIDUAL.
1.HARTA PUSAKA DI MINANGKABAU,
MERUPAKAN HARTA BERSAMA/HARTA
BADAN HUKUM YANG TIDAK DAPAT DIBAGI
WARIS SECARA INDIVIDUAL KEPADA AHLI
WARISNYA
Hajib dan mahjub dalam hukum waris islam dikelompokan
ke dalam tiga golongan, yaitu:
1.Ahli waris yang menjadi hajib (penghalang) bagi ahli waris
lain dan tidak mungkin mahjub (terhalang) oleh ahli waris
lain. Ahli waris yang temasuk dalam golongan ini ialah:
a. ayah
Ayah tidak mungkin terhalang oleh siapaun, bahkan
menjadi penghalang bagi: kakek (ayahnya ayah), nenek
(ibunya ayah), semua saudara si pewaris, semua
kemenakan si pewaris, semua paman si pewaris, semua
saudara sepupu si pewaris.
b.Ibu
Ibu tidak mungkin terhalang oleh siapaun, bahkan
menjadi penghalang bagi: nenek (ibunya ibu),
nenek (ibunya ayah).
c.Anak laki-laki
Anak laki-laki tidak mungkin terhalang oleh
siapapun, bahkan menjadi penghalang bagi:
semua cucu si pewaris, semua saudara si pewaris,
semua kemenakan si pewaris, semua paman si
pewaris, semua saudara sepupu si pewaris.
d.Anak perempuan

Anak perempuan tidak mungkin terhalang


oleh siapapun, bahkan menjadi
penghalang bagi: saudara seibu si
pewaris, dalam kasus tertentu dapat
menjadi penghalang bagi cucu
perempuan (dari anak laki-laki) dan
seterusnya ke bawah.
2.ahli waris yang tidak mungkin menjadi
hajib (penghalang) bagi ahli waris lain dan
tidak mungkin mahjub (terhalang) oleh ahli
waris lain. Ahli waris yang termasuk dalam
golongan ini ialah:
a.suami
b.isteri
3.Ahli waris yang dapat menjadi hajib (penghalang) bagi
ahli waris lain dan menjadi mahjub (terhalang) oleh ahli
waris lain. Ahli waris yang termasuk dalam golongan ini
ialah:
a.Kakek
Kakek dari garis ayah terhalang oleh ayah, begitu
seterusnya ke atas, kakek yang lebih jauh terhalang oleh
kakek yang lebih dekat. Kakek dari garis ayah ini
menjadi penghalang bagi:
-saudara seibu si pewaris
-semua kemenakan si pewaris
-semua paman si pewaris
-semua saudara sepupu si pewaris.
SEHUBUNGAN DENGAN TIDAK ADANYA
KESEPAKATAN DIANTARA PARA ULAMA
DALAM MENGARTIKAN TIRKAH ATAU HARTA
PENINGGALAN, SERTA ADANYA
BERMACAM-MACAM HARTA DI INDONESIA
YANG DAPAT DIBAGI & YANG TIDAK DAPAT
DIBAGI SECARA INDIVIDUAL, MAKA SERING
TERJADI KESALAHAN MENGENAI HARTA
APA YANG DAPAT DIBAGI KEPADA AHLI
WARIS BILA SESEORANG MATI.
MENURUT M MAWARDI MUZAMIL BAHWA PERLU
DIADAKAN PEMBEDA-AN MENGENAI MACAM-MACAM
HARTA, YAITU:
1.HARTA KEKAYAAN: SEMUA HARTA YANG DIMILIKI
OLEH SESEORANG SECARA PRIBADI & ATAU SECARA
BERSAMA-SAMA PADA WAKTU IA MASIH HIDUP.
-HARTA:HARTA BENDA & HAK-HAK YANG MEMPUNYAI
NILAI KEBENDAAN ATAU HAK YANG MENGIKUTI
BENDANYA
-HARTA YANG DIMILIKI SECARA PRIBADI: HARTA YANG
DIPEROLEH SEBELUM MATI & BELUM
MELANGSUNGKAN PERKAWINAN, HARTA BAWAAN,
HARTA WARISAN, HARTA HIBAH, HARTA YANG
DIPEROLEH SEBAGAI HADIAH PERKAWINAN
-HARTA YANG DIMLIKI SECARA BERSAMA: HARTA GONO
GINI, GUNA KAYA, CAMPU KAYA, HARTA SARIKAT.
HARTA PERSEKUTUAN, HARTA PUSAKA DLL
b.Cucu laki-laki
Cucu laki-laki terhalang oleh anak laki-laki, begitu
seterusnya ke bawah, cucu yang lebih jauh
terhalang oleh cucu yang lebih dekat. Cucu laki-
laki (dari anak laki-laki) menjadi penghalang bagi:
-semua saudara si pewaris
-semua kemenakan si pewaris
-semua paman si pewaris
-semua saudara sepupu si pewaris.
c.Nenek
Nenek (ibunya ayah) terhalang oleh ayah dan
ibu, sedangkan nenek (ibunya ibu) terhalang
oleh ibu, begitu seterusnya ke atas, nenek yang
lebih jauh terhalang oleh nenek yang lebih
dekat.
d.Cucu perempuan (dari anak laki-laki)
Cucu perempuan (dari anak laki-laki) terhalang
oleh anak laki-laki dan dua orang anak
perempuan atau lebih, begitu seterusnya ke
bawah, cucu yang lebih jauh tertutup oleh cucu
yang lebih dekat
e.Saudara laki-laki kandung

Saudara laki-laki kandung terhalang oleh anak


laki-laki, cucu laki-laki (dari anak laki-laki) dan
seterusnya ke bawah, dan tertutup juga oleh
ayah.
Saudara laki-laki kandung menjadi penghalang
bagi:
-saudara laki-laki seayah
-semua kemenakan si pewaris
-semua paman si pewaris
-semua saudara sepupu si pewaris.
f.Saudara laki-laki seayah

Saudara laki-laki seayah terhalang oleh anak laki-laki,


cucu laki-laki (dari anak laki-laki) dan seterusnya ke
bawah, ayah, saudara laki-laki kandung dan saudara
perempuan kandung ketika ia menjadi ahli waris ashabah
bersama-sama anak perempuan dan atau cucu
perempuan (dari anak laki-laki).

Saudara laki-laki seayah menjadi penghalang bagi:


-semua kemenakan si pewaris
-semua paman si pewaris
-semua saudara sepupu si pewaris.
g.Saudara perempuan kandung

Saudara perempuan kandung terhalang oleh anak laki-laki,


cucu laki-laki (dari anak laki-laki) dan seterusnya ke
bawah dan terhalang juga oleh ayah.

Saudara perempuan kandung apabila menjadi ahli waris


ashabah bersama-sama dengan anak perempuan dan
atau cucu perempuan (dari anak laki-laki) menjadi
penghalang bagi:
-semua kemenakan si pewaris
-semua paman si pewaris
-semua saudara sepupu si pewaris.
h.Saudara perempuan seayah

• Saudara perempuan seayah terhalang oleh


anak laki-laki, cucu laki-laki (dari anak laki-laki)
dan seterusnya ke bawah, dan ayah, saudara
laki-laki kandung, seorang saudara perempuan
kandung ketika menjadi ahli waris ashabah
bersama-sama dengan anak perempuan dan
atau cucu perempuan (dari anak laki-laki) dan
dua orang atau lebih saudara perempuan
kandung ketika tidak ada yang menariknya
menjadi ashabah.
lanjutan
Saudara perempuan seayah apabila
menjadi ahli waris ashabah bersama-
sama dengan anak perempuan atau cucu
perempuan (dari anak laki-laki) menjadi
penghalang bagi:
-semua kemenakan si pewaris
-semua paman si pewaris
-semua saudara sepupu si pewaris
i.Kemenakan laki-laki kandung

Kemenakan laki-laki kandung terhalang oleh anak laki-laki,


cucu laki-laki (dari anak laki-laki) dan seterusnya ke
bawah, ayah, kakek dari ayah dan seterusnya ke atas,
saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki seayah,
saudara perempuan kandung atau seayah jika menjadi
ahli waris ashabah bersama-sama dengan anak
perempuan dan atau cucu perempuan (dari anak laki-
laki).
Kemenakan laki-laki kandung menjadi penghalang bagi:
-kemenakan seayah si pewaris
-semua paman si pewaris
-semua saudara sepupu si pewaris.
j.Kemanakan laki-laki seayah

Kemenakan laki-laki seayah terhalang oleh anak laki-laki,


cucu laki-laki (dari anak laki-laki) dans eterusnya ke
bawah, ayah, kakek dari ayah dan seterusnya ke atas,
saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki seayah,
saudara perempuan kandung atau seayah jika menjadi
ahli waris ashabah bersama-sama dengan anak
perempuan dan atau cucu perempuan (dari anak laki-
laki) serta kemenakan laki-laki kandung.
Kemenakan laki-laki seayah menjadi penghalang bagi:
-semua paman si pewaris
-semua saudara sepupu si pewaris.
k.Paman kandung

Paman kandung terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-laki


(dari anak laki-laki) dan seterusnya ke bawah, ayah,
kakek dari ayah dan seterusnya ke atas, saudara laki-
laki kandung, saudara laki-laki seayah, saudara
perempuan kandung atau seayah jika menjadi ahli waris
ashabah bersama-sama dengan anak perempuan dan
atau cucu perempuan (dari anak laki-laki), kemenakan
laki-laki kandung serta kemenakan laki-laki seayah.
Paman kandung menjadi penghalang bagi:
-paman seayah si pewari
-semua saudara sepupu si pewaris.
l.Paman seayah

Paman seayah terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-laki


(dari anak laki-laki) dan seterusnya ke bawah, ayah,
kakek dari ayah dan seterusnya ke atas, saudara laki-
laki kandung, saudara laki-laki seayah, saudara
perempuan kandung atau seayah jika menjadi ahli waris
ashabah bersama-sam dengan anak perempuan dan
atau cucu perempuan (dari anak laki-laki) ,kemenakan
laki-laki kandung dan kemenakan laki-laki seayah serta
paman kandung.
Paman seayah menjadi penghalang bagi semua saudara
sepupu si pewaris
m.Saudara sepupu kandung

Saudara sepupu kandung terhalang oleh ahli


waris yang menghalangi paman seayah
ditambah terhalang pula oleh paman seayah.
Saudaraa sepupu kandung menjadi penghalang
bagi saudara sepupu seayah.
n.Saudara sepupu seayah
Saudara sepupu seayah terhalang oleh ahli
waris yang menghalangi saudara sepupu
kandung, ditambah terhalang pula oleh saudara
sepupu kandung.

Anda mungkin juga menyukai