Anda di halaman 1dari 20

Kumpulan.

info - Vitamin ini mudah larut dalam air sehingga bila vitamin yang dikonsumsi
melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine. Karena tidak disimpan
dalam tubuh, vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis yang rata-rata dibutuhkan bagi
orang dewasa adalah 60-90 mg/hari. Tapi bisa juga lebih tergantung kondisi tubuh dan daya
tahan masing-masing orang yang berbeda-beda. Batas maksimum yang diizinkan untuk
mengkonsumsi vitamin C adalah 1000 mg/hari.

Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan gusi berdarah, sariawan, nyeri otot atau gangguan
syaraf. Kekurangan lebih lanjut mengakibatkan anemia, sering mengalami infeksi dan kulit
kasar. Sementara kelebihan vitamin C dapat menyebabkan diare. Bila kelebihan vitamin C akibat
penggunaan suplemen dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan batu ginjal,
sedangkan bila kelebihan vitamin C yang berasal dari buah-buahan umumnya tidak
menimbulkan efek samping.

Makanan yang mengandung vitamin C umumnya adalah buah-buahan dan sayuran. Buah yang
mengandung vitamin C tidak selalu berwarna kuning, misalnya pada jambu biji yang merupakan
buah dengan kandungan vitamin C paling tinggi yang dapat kita konsumsi. Bahkan, pada
beberapa buah, kulitnya mengandung vitamin C lebih tinggi daripada buahnya. Misalnya pada
kulit buah apel dan jeruk walaupun tidak semua kulit buah bisa dimakan.

Untuk mengetahui kandungan vitamin C pada buah, berikut adalah tabel kandungan pada buah-
buah yang umum kita temui dalam 100 gram.

http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/80-kandungan-vitamin-c-buah.html

Penetapan Kadar Vitamin C dalam Natrium Askorbat

Dasar : Natrium Askorbat bersifat reduktor dan dapat dititar langsung     oleh I2 dalam suasana
asam ,dengan indikator kanji .

Penetapan Kadar Vitamin C dalam T-M

Dasar : Vitamin c bersifat pereduktor dan dapat dititar langsung oleh I2 dalam suasana asam ,
dengan indikator kanji dengan titik akhir berwarna biru.

Penetapan Kadar Vitamin C Cara Iodimetri

Dasar : Kadar vitamin C yang ditetapkan secara iodimetri menggunakan iod sebagai penitar.
Vitamin C dalam Contoh bersifat reduktor kuat akan dioksidasikan oleh I2 dalam suasana asam
dan I2 tereduksi menjadi ion iodide. Indikator yang digunakan adalah kanji dengan titik akhir
biru.

Reaksi :
Label: kadar vit c
Reaksi: 
IV. PENENTUAN KADAR VITAMIN C

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang
berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia,
hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan
vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. Vitamin
berdasarkan kelarutannya di dalam air, yaitu Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan
Vitamin C dan Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K atau disingkat
Vitamin ADEK (Anonim, 2009b)
Kebutuhan untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap individu. Stres
fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok, penggunaan terus-menerus obat-
obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C.
Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari.
Buah dan sayuran mengandung banyak vitamin C. Beberapa buah yang memiliki kandungan
vitamin C diantaranya alpukat yang menawarkan asam lemak yang sehat, vitamin, dan mineral
seperti kalsium. Menurunkan kolesterol sementara meningkatkan karbohidrat. Baik untuk
malnutrisi dan kulit yang kering. Ada juga anggur yang sangat baik untuk meningkatkan energi
tubuh. Mereka merupakan bahan yang sangat baik untuk ginjal dan hati, dan kaya akan senyawa
yang mencegah pembentukan kanker. Baik untuk serangan jantung, kejang otot, kelelahan,
infeksi virus, dan mencegah pembentukan lubang pada gigi.
Vitamin C (asam askorbat) penting untuk tubuh manusia. Karena sifatnya larut dalam air,
vitamin C banyak terlibat membantu metabolisme energi. Vitamin ini tidak disimpan di dalam
tubuh, tetapi dikeluarkan melalui urin dalam jumlah kecil. Karena itulah, vitamin C perlu
dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh
normal.
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui kadar vitamin C dalam 100 g bahan.
b. Menentukan perbedaan kadar vitamin C pada kulit buah dan daging buah.
c. Menentukan kadar vitamin C pada buah pada berbagai stadia kemasakan.
3. Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum acara IV. Penentuan Kadar Vitamin C, dillaksanakan di Laboratorium Ekologi
Manajemen dan Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian Unversitas Sebelas Maret, pada hari
Selasa April 2009, Pukul 15.00 WIB.
B. Tinjauan Pustaka
Para ahli gizi, telah meneliti besarnya kandungan vitamin C pada setiap buah. Pada 1 buah jeruk
yang berukuran sedang, memiliki kandungan vitamin C sebesar 66 mg, 1 cangkir jus anggur
segar = 93 mg, 1/2 cangkir stroberi = 44 mg, 1 cangkir jus jeruk segar 124 mg, 1/2 blackberry =
15 mg, 1/2 pepaya ukuran sedang = 85 mg, 1/2 mangkuk brokoli mentah = 70 mg, dan 1/2
mangkuk bayam mentah = 14 mg. Untyk Kebutuhan dari vitamin adalah 60 mg/hari, tapi hal ini
bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat,
rokok, penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur)
meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100
mg/hari (Anonim, 2009a).
Buah melon kaya vitamin a dan c, melon oranye kaya akan beta karoten. jika dikombinasikan
dengan lemon, dapat membantu menghilangkan asam urat. baik untuk membantu menghilangkan
kanker paru-paru, obesitas, penyakit crohn, gangguan lambung. Buah Jeruk, lemon, dan limau
adalah buah-buahan yang menghilangkan lemak, yang kaya akan vitamin C. baik untuk batuk
pilek, hidung tersumbat, infeksi tenggorokan, melarutkan lemak, dan mengatur kolesterol. tomat
kaya vitamin C dan beta karoten. Buah tomat mengandung lycopene, bahan pelawan kanker.
tomat rendah natrium dan kalori serta kaya akan asam nitrat dan kalium. baik untuk nafsu makan
yang rendah, gangguan hati, kelelahan, pms, hipoglikemia, infeksi ragi, gangguan prostat, dan
kegemukan (Anonim, 2009a).
Cabai rawit ternyata mengandung vitamin C tinggi dan betakaroten (provitamin a) mengalahkan
buah-buahan populer seperti mangga, nanas, pepaya, semangka. kadar mineralnya, terutama
kalsium dan fosfornya meng-ungguli ikan segar. demikian juga dengan cabai hijau, memiliki
kandungan vitamin C cukup besar. sedangkan paprika terutama berwarna merah memiliki
kandungan vitamin C dan betakaroten lebih banyak dibandingkan yang hijau (Anonim, 2009a).
Vitamin C mempunyai rumus C6H8C6 dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tak
berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu 190-192 0C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan
mempunyai rasa asam. Sifat yang paling utama vitamin C adalah kemapuan mereduksi yang kuat
dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag (Patricia, 1983).
Sebuah buah konsumsi, jeruk besar mempunyai kedudukan ekonomi yang cukup tinggi. Menjadi
nilai nutrisi tinggi yaitu beberapa macam vitamin, terutama vitamin C. Dalam 100 gr bagian
jeruk besar yang dapat dimakan dikandung vitamin C sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak
20 mg. Karena kandungan vitamin C dan Ayang cukup tinggi, maka jeruk ini mampu mencegah
rabun dan sariawan (Setiawan, 1993 ).
Buah tomat yang merupakan buah yang mengandung vitamin C, ternyata juga banyak
mengandung mineral. Satu buah tomat mengandung 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin A 1500
SI, zat besi dan kalsium. Karena tingginya kandungan vitamin, kalsium serta rendahnya lemak
dan kalori, buah tomat ini tidak menggemukkan (Tugiyono, 1990)

Vitamin berasal dari kata vita(hidup) dan amin (gugusan NH2). Vitamin dapat membantu kerja
enzim, seperti pada vitamin B-komplek yang berfungsi sebagai koenzim dari beberapa enzim
tertentu. Pada tanaman tingkat tinggi yang berkhlorofil tidak semua bagiannya memproduksi
vitamin, jadi bagian yang kekurangan vitamin akan menerima vitamin dari bagian tanaman yang
kelebihan (translokasi vitamin). Contoh yang terjadi pada tanaman adalah apabila daun-daun tua
yang kekurangan vitamin, ia akan mendapat vitamin dari daun-daun muda. Contoh lain misalnya
dari daun ke bagian akar begitu juga sebaliknya (Dwiseputro dkk, 1980).
Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai sifat asam dan
sifat pereduksi yang kuat. Sifat tersebut terutama disebabkan adanya struktur eradial yang
berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lekton. Bentuk vitamin C yang ada di alam
terutama adalah L-asam askorbat, D-asam askorbat jarang terdapat di alam dan hanya dimiliki
10% aktivitas vitamin C (Andarwulan N dan Kuswano S, 1992).
C. Bahan, Alat, dan Cara Kerja
1. Bahan
a. Jeruk (Citrus sp) (hijau dan kuning)
b. Cabai (Hijau dan merah)
c. Tomat (Lycopersicum esculentum) (merah dan kuning)
d. Jambu (Psidium guajava) (mentah dan matang)
2. Alat

a. Mortir dan penumbuknya


b. Pisau stainless steel
c. Neraca analitis
d. Gelas arloji
e. Gelas ukur 50 cc
f. Lampu spiritus/kompor
g. Gelas pengaduk
h. Erlenmeyer 250 cc (2 buah)
i. Corong
j. Kertas filter
k. Mikro buret
l. Pipet volume 25 cc
m. Botol warna gelap
n. Beaker glass 400 cc (2 buah) dan 100 cc (1 buah)
o. Pipet tetes 1 cc

3. Cara kerja
Metode titrasi iodine
a. Membelah buah jambu dan memeras, kemudian menyaringnya.
b. Mengambil 5 ml cairan buah dengan menggunakan pipet dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer.
c. Menambahkan 20 ml aquadest dan 2 ml larutan amilum 1%.
d. Menitrasi dengan 0,001 N larutan iodine (1 liter larutan mengandumg 16 kg Kj)
e. Mengamati perubahan warnanya dengan membandingkan dengan larutan pembanding.
D. Hasil dan Analisis Hasil Pengamatan
1. Hasil pengamatan
Tabel 4.1 Pengamatan Data Rekapan Kadar Vitamin C pada Beberapa Macam Buah dan Sayur
Ulangan Jambu Cabai Tomat Jeruk
mentah matang hijau merah merah kuning hijau Kuning
1 36,7 48,4 13,36 35,64 14,96 10,78 9,68 5,72
2 19,18 38,72 35,42 45,95 18,92 7,92 40,92 6,6
3 9,68 35,2 7,04 55,44 8,8 7,04 10,12 9,24
Rata-rata 21,85 40,77 18,61 45,67 14,22 8,58 20,24 7,18
Sumber : Laporan sementara
2. Analisis hasil pengamatan
Kadar vitamin C = ml iodine x 0,88
Kadar vitamin C pada jambu matang = 44 ml x 0,88 = 5,984
= 38,72

E. Pembahasan
Penentuan kadar vitamin C pada acara IV, bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C pada
beberapa komoditas hortikultura. Pada praktikum ini menggunakan metode titrasi iodine dan
bahan yang digunakan jeruk (hijau dan kuning), tomat (merah dan kuning), jambu (mentah dan
matang) dan cabai (hijau dan merah). Untuk kelompok 10 bahan yang digunakan yaitu jambu
matang (Psidium guajava)
Vitamin C (asam askorbat/C6H8O6) penting untuk tubuh manusia. Karena sifatnya larut dalam
air, vitamin C banyak terlibat membantu metabolisme energi. Vitamin ini tidak disimpan di
dalam tubuh, tetapi dikeluarkan melalui urin dalam jumlah kecil. Karena itulah, vitamin C perlu
dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh
normal (Anonim, 2009a)
Jambu matang yang telah dibelah kemudian ditumbuh menggunakan mortir dan penumbuknya,
kemudian diperas diambil sari/cairannya kurang lebih 5 ml dan dimasukkan dalam gelas ukur.
Setelah ditambahkan 20 ml aquadest, dititrasi dengan iodine 0,001 N. Titrasi dihentikan setelah
terjadi perubahan warna, volume iodine yang menyebabkan perubahan warna dikalikan 0.88
untuk mendapatkan nilai dari kadar vitamin C dari bahan-bahan tersebut. Warna pertama
sebelum dititrasi adalah warna merah muda (pink), kemudian setelah dititrasi dengan iodine 44
ml, berwarna merah keruh.
Penentuan secara titrasi iodine, tidak efektif untuk mengukur kandungan asam askorbat dalam
bahan pangan, karena adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi.
Senyawa-senyawa tersebut mempunyai warna titik akhir titrasi yang sama dengan titik akhir
titrasi askorbat dengan iodine. Pengukuran vitamin C dengan titrasi menggunakan 2,6
Dichlorophenol-indopenol. 2,6 ini akan berwarna biru dalam alkali/basa dan netral, serta
berwarna merah jambu (pink) dalam asam (Andarwulan dan Kuswara, 1992 ).
Dari hasil rekapan, untuk kelompok 10 diperoleh data untuk kadar vitamin C pada jambu matang
sebesar 38,72 dengan mengalikan 0,88 dengan iodine yang digunakan untuk titrasi (44ml).
Dari data yang dapat dilihat dari tabel rekapan, diketahui kadar vitamin C rata-rata yang tertinggi
adalah cabai merah, yaitu sebesar 45,67. Dari literatur yang diperoleh dari www.food-
info.net/id/vita/water,, cabai rawit ternyata mengandung vitamin C tinggi dan betakaroten
(provitamin a) mengalahkan buah-buahan populer seperti mangga, nanas, pepaya, semangka.
Kadar mineralnya, terutama kalsium (Ca) dan fosfor(P)nya mengungguli ikan segar, demikian
juga dengan cabai hijau, memiliki kandungan vitamin C cukup besar.
Kadar vitamin C tertinggi kedua setelah cabai merah adalah jambu matang, yaitu sebesar 40,77,
disusul jambu mentah (21,85) dan jeruk hijau (20,24). Dalam setiap 100 gram jambu masak,
terdapat 0,9 gram protein, 0,3 gram lemak, 12,2 gram karbohidrat, 14 mg kalsium, 28 mg posfor,
1,1 mg Besi, 87 mg vitamin C dan 86 gram air. Kandungan vitamin C pada jambu biji 2x lipat
dari jeruk manis yang hanya 49 mg/100 gram buah. Kandungan vitamin C dari jambu biji,
biasanya terkandung dalam kulit dan daging buah bagian luar yang lunak dan tebal (Anonim,
2009c).
Dari referensi yang ditulis oleh Tugiyono, dijelaskan bahwa kandungan vitamin C pada tomat
sebesar 40 mg, pada jambu 87 mg dan jeruk 49 mg. Hal tersebut telah sesuai dengan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, yaitu kadar vitamin C berturut-turut dari yang terbesar adalah
cabai, jambu, jeruk dan tomat.
Kandungan vitamin C pada jambu memuncak saat menjelang matang dan jambu biji ini sanggup
memenuhi kebutuhan harian anak berusia 13-20 tahun yang mencapai 80-100 mg/hari.
Kebutuhan vitamin C orang dewasa mencapai 70-75 mg/ hari (Anonim, 2009d)
Berdasar hasil praktikum, kadar vitamin terendah terdapat pada jeruk kuning yaitu sebesar 7, 18
dan tomat kuning yaitu 8,58. Vitamin C terdapat pada buah-buahan yang memiliki tingkat
keasaman tinggi, sedangkan tomat dan jeruk yang terlampau matang atau yang telah berwarna
kuning, tingkat keasamannya rendah, karena itu memiliki kadar vitamin C yang rendah pula.
Fungsi dari vitamin C ialah antioksidan yang diperlukan oleh sekurang-kurangnya 300 fungsi
metabolik dalam badan, termasuklah pertumbuhan dan penggantian tisu, fungsi kilang adrenal,
dan untuk gusi yang sehat. Vitamin menolong dalam pengeluaran hormon anti-stress dan
interferon, sejenis protin sistem imuniti yang penting dan diperlukan juga untuk metabolisma
folik acid, tairosin, dan phenylalanine.
Gejala awal kekurangan vitamin C adalah pendarahan disekitar gigi dan merusak pembuluh
darah di bawah kulit, menghasilkan pinpoint haemorrhages. Kekurangan banyak vitamin C
berakibat pada sistem syaraf dan ketegangan otot. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan otot
seperti juga rasa nyeri, gangguan syaraf dan depresi. Gejala selanjutnya adalah anemia, sering
terkena infeksi, kulit kasar dan kegagalan dalam menyembuhkan luka. Ketika seseorang
mengkonsumsi sejumlah besar vitamin C dalam bentuk suplemen dalam jangka panjang, tubuh
menyesuaikannya dengan menghancurkan dan mengeluarkan kelebihan vitamin C dari pada
biasanya. Jika konsumsi kemudian secara tiba-tiba dikurangi, tubuh tidak akan menghentikan
proses ini, sehingga menyebabkan penyakit kudisan
Penyakit akibat defisiensi vitamin C (scurvy), ditandai dengan anemia, gusi seperti spons,
kecenderungan perdarahan kapiler di bawah kulit, serta indurasi otot tungkai dan betis.
Sementara efek samping dari penggunaan dosis besar vitamin C yang umum adalah diare. Gejala
keracunan vitamin C adalah mual, kejang perut, diare, sakit kepala, kelelahan dan susah tidur.
Hal ini juga dapat mengganggu tes medis, atau menyebabkan buang air kecil yang berlebihan
dan membentuk batu ginjal (anonim, 2009b).
Kadar dari vitamin C, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Keadaan buah tersebut, semakin
layu/kusut atau tidak segarnya vitamin menyebabkan kadar vitamin C yang terkandung dalam
buah tersebut berkurang. Waktu dalam mengekstrasi juga mempengaruhi kadar vitamin C,
semakin lama waktu mengekstrasi kandungan vitamin C akan semakin berkurang.

F. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Kadar vitamin C dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut adalah cabai, jambu,
jeruk dan tomat.
b. Metode yang digunakan dalam penentuan kadar vitamin C adalah penentuan dengan titrasi
iodine.
c. Semakin banyak iodine yang dibutuhkan untuk titrasi semakin tinggi kadar vitamin C suatu
bahan.
d. Dari komoditi yang digunakan untuk praktikum, kadar vitamin C tertinggi ditemukan pada
cabai merah dengan kadar rata-rata 3 ulangan adalah sebesar 45,67. Sedangkan untuk komoditi
yang kadar vitamin C nya terendah adalah jeruk kuning yaitu : 7,18.
e. Kadar vitamin C jambu matang (Psidium guajava), dari hasil penelitian kelompok 10 adalah
sebesar 38,72 dan Iodine yang diperlukan untuk titrasi adalah sebanyak 44ml. Sedangkan rata-
rata dari ketiga ulangan sebesar 40,77.
f. Kandungan vitamin C pada buah jambu secara umum sebesar 87 mg, pada tomat 40 mg, pada
dan jeruk 49 mg.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C, diantaranya Keadaan buah tersebut
(dalam keadaan segar/kisut), umur buah dan waktu dalam mengekstrasi.
2. Saran
Perlu diadakannya penelitian mengenai penentuan kadar iodine dengan titrasi menggunakan 2,6
Dichlorophenol-indopenol. Diduga metode titrasi iodine tidak efektif untuk mengukur
kandungan asam askorbat/vitamin C dalam bahan pangan/hortikultura, karena adanya komponen
lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi.
http://nomist07.blogspot.com/2009/06/iv.html

B.
Vitamin C
Nama resmi
: ACIDUM ASCORBICUM
Nama lain
: Asam askorbat
Rumus Molekul : C6H8O6
BM
: 176,13
Pemerian
: Serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau rasa
asam, karena pengaruh cahaya jadi gelap.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, praktis tidak
larut dalam klorofom
5
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
(FI III, 47)

Keasaman atau pH vitamin C tergolong asam. Vitamin C sangat sensitif terhadap pemanasan, bahkan

pemanasan yang tergolong ringan (sedikit diatas suhu kamar). Vitamin C juga sensitif terhadap sinar, senyawa

oksidator (seperti: Iodium, Hydrogen Peroksida, dll), dan logam (besi, dll). Vitamin C mudah teroksidasi,

terutama bila terlarut dalam suatu pelarut (misalnya air). Vitamin C teroksidasi dalam larutan oleh oksigen,

dengan memberikan 2 elektron pada senyawa oksidator (Simon Bwidjanarko, 2008).


C.
Titrasi Iodimetri

Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif, terdapat dua cara melakukan

analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara

langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat

dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat

iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang

dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya

iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar atau asam arsenit)

(Day & Underwood, 1981).

Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar.

Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan

dalam reaksi kimia (Day & Underwood, 1981)..

Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang

dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara

sampel dengan ion iodide. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiter. Dalam reaksi redoks harus

selalu ada oksidator dan reduktor , sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan

electron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron).

Jadi, tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metode analisis ini, sampel

dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :

6
A ( Reduktor ) + I2 →
A ( Teroksidasi ) + 2 I–

Iodium merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga hanya zat-zat yang merupakan

reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum/kanji yang akan memberikan

warna biru pada titik akhir titrasi.

I 2 +2 e- → 2I -
Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada 25◦C , namun sangat larut

dalam larutan yang mengandung ion iodida . iodium membentuk kompleks triiodida dengan iodida :

I 2 + I - → I 3-
Iodium cenderung dihidrolisis membentuk asam iodide dan hipoiodit :
I2 + H2O → HIO + H+ + I-
Larutan standar iodium harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah
peruraian HIO oleh cahaya matahari.
2HIO → 2 H+ + 2 I- +O2 (g)
(Riana Septyaningrum, 2009)

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri.

Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon

tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan

tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks

kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang

sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Day & Underwood,

1981).

Larutan iodium merupakan larutan yang tidak stabil, sehingga perlu distandarisasi berulang kali.

Sebagai Oksidator lemah, iod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna, karena itu harus dibuat kondisi yang

menggeser kesetimbangan kearah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH atau dengan menambahkan

bahan pengkompleks. Larutan iod sering distandardisasi dengan larutan Na 2S2O3 . selain itu bahan baku primer

yang paling banyak digunakan ialah As2O3 pada pH tengah (Riana Septyaningrum, 2009).

Dua hal penting yang sering menyebabkan kesalahan dalam titrasi yang
melibatkan iod adalah:
7
Penyebab kedua adalah pengunaan indikator kanji yang terlalu sedikit. Pada titrasi iodimetri yang

dilakukan, indikator larutan kanji yang digunakan adalah 3 tetes. Kekurangan dalam penambahan larutan

indikator menyebabkan hanya ada sedikit iodium yang bereaksi dengan kanji, sehingga tidak ada perubahan

yang signifikan yang dapat diamati pada sampel. Jadi, ada kemungkinan titik akhir titrasi jauh terlewati karena

tidak adanya endapan biru yang teramati akibat sedikitnya jumlah indikator kanji yang digunakan.

Pada percobaan kedua, titrasi iodimetri yang dilakukan pada keempat sampel mencapai titik akhir

titrasi. Volume larutan iodium yang digunakan hingga tercapai terjadi perubahan warna menjadi biru adalah

sebagai berikut.

Sampel
Suhu (°C)
Volume Larutan Iodium 0,1 N
1
30
32,50 mL
2
50
13,90 mL
3
70
11,00 mL
4
90
10,20 mL

Dari data tersebut, kadar vitamin C pada sampel setelah dilakukan pemanasan dapat ditentukan. Berdasarkan

perhitungan, kadar vitamin C yang terdapat pada sampel setelah dilakukan pemanasan adalah sebagai berikut.

Sampel
Suhu (°C)
Kadar Vitamin C
1
30
143,1 %
2
50
61,2 %
3
70
48,435 %
4
90
44,91 %

Terlihat bahwa, kadar vitamin C yang terbesar terdapat pada sampel yang tidak dipanaskan (dibiarkan

pada suhu kamar 30°C). Kadar vitamin C terkecil didapat pada sampel yang dipanaskan pada suhu 90°C. Hal

ini disebabkan karena vitamin C mudah teroksidasi. Pemanasan yang dilakukan pada sampel mempercepat

terjadinya oksidasi sehingga kadar vitamin C yang tersisa pada sampel menjadi berkurang. Semakin tinggi

suhu pemanasan, semakin banyak jumlah vitamin C yang teroksidasi, sehingga semakin sedikit kadar vitamin

C yang tersisa pada sampel.

Untuk menentukan kadar vitamin C yang tersisa pada sampel, dilakukan titrasi
iodimetri dengan indikator kanji. Vitamin C bersifat reduktor kuat akan dioksidasikan
14
oleh I2 dalam suasana asam dan I2 tereduksi menjadi ion iodida. Reaksi yang terjadi pada
titrasi iodimetri ini adalah :

Pada sampel yang dibiarkan pada suhu 30°C, kadar vitamin C yang tersisa pada sampel lebih dari 100

%, yaitu 143,1 %. Ini berarti jumlah vitamin C yang terdapat di dalam sampel melebihi jumlah awalnya. Data

yang diperoleh tidak sesuai dengan sifat dari vitamin C yang mudah mengalami oksidasi. Vitamin C mudah

mengalami oksidasi, sehingga walaupun dibiarkan pada suhu kamar, akan terjadi oksidasi walaupun sedikit.

Kadar vitamin C sisa yang melebihi kadar awal ini dapat disebabkan oleh kesalahan saat melakukan titrasi,

yaitu terlewatnya titik akhir titrasi. Hal ini menyebabkan volume larutan iodium yang digunakan akan lebih

banyak daripada seharusnya dan akan berpengaruh pada perhitungan kadar vitamin C yang tersisa pada

sampel.

Dari kedua percobaan di atas, terlihat bahwa ada banyak factor yang harus diperhatikan dalam

melakukan uji stabilitas, terutama saat menentukan kadar dari sampel. Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara

lain :

• pembuatan larutan

• penyimpanan larutan
• Jumlah indicator, dan

• ketelitian dalam melakukan titrasi, yaitu dalam menentukan titik akhir dan pembacaan

skala pada buret


Data-data yang diperoleh dari percobaan pertama dan percobaan kedua jauh dari
sempurna. Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
 Kesalahan dalam penyimpanan larutan yang sangat mempengaruhi hasil percobaan.
15
 Kesalahan dalam penggunaan indicator yang menyebabkan tidak tercapainya titik
akhir titrasi (pada percobaan pertama).
 Kekurangterampilan dalam melakukan titrasi hingga titik akhir titrasi sedikit terlewat.
 Kekurangtelitian dalam pembacaan skala pada buret
VII. Kesimpulan

1. Kestabilan suatu zat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah suhu. Suhu yang tinggi dapat

mempercepat terjadinya berbagai reaksi yang dapat mengganggu kestabilan suatu zat.

2. Vitamin C sangat mudah teroksidasi dengan adanya penambahan suhu. Semakin tinggi suhu yang digunakan

untuk pemanasan vitamin C, semakin banyak vitamin C yang teroksidasi, sehingga kadar vitamin C yang

tersisa akan semakin sedikit.

3. Penentuan kadar vitamin C yang tersisa setelah pemanasan dilakukan dengan titrasi iodimetri. Pentiter yang

digunakan adalah larutan iodium 0,1 N dengan indikator larutan kanji. Titik akhir titrasi tercapai setelah

terbentik endapan berwarna biru.

4. Pada percobaan pertama, titik akhir titrasi tidak tercapai karena kesalahan dalam penyimpanan larutan iodium,

yang menyebabkan berkurangnya konsentrasi iodium dalam larutan dan penggunaan indikator yang terlalu

sedikit menyebabkan titik akhir titrasi tidak dapat diamati.

5. Pada percobaan kedua, diperoleh bahwa sampel vitamin C yang dibiarkan pada suhu kamar mengandung

vitamin C dengan kadar yang paling tinggi dibandingkan sampel lainnya (143,1 %). Sampel vitamin C yang

dipanaskan pada suhu yang paling tinggi mengandung vitamin C dengan kadar yang paling rendah

dibandingkan sampel lainnya (44,91 %).


6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi iodometri untuk penentuan kadar vitamin C ini adalah

pembuatan larutan, penyimpanan larutan, jumlah indikator yang digunakan, dan ketelitian dalam melakukan

titrasi (menentukan titik akhir titrasi dan pembacaan skala pada buret)

http://www.scribd.com/doc/30329778/Stabilitas-Vitamin-C

STABILITAS
I.Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk
1.
Menerangkan faktor – faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat
2.
Menerangkan pengaruh suhu terhadap kestabilan zat
II. Dasar teori
A.
Stabilitas

Dalam pengembangan suatu bahan obat, selain aktivitas farmakologis, salah satu faktor yang perlu

diperhatikan adalah stabilitas bahan obat. Stabilitas bahan obat merupakan tahap awal penentuan baik atau

tidaknya bahan obat tersebut untuk dibuat suatu sediaan, sehingga dapat digunakan secara aman.

Banyak hasil degradasi bahan obat yang dapat menimbulkan reaksi samping. Hasil degradasi tersebut

yang paling sering dapat menjadi senyawa inisiator pembentukan antigen adalah terjadinya reaksi anafilaksis

atau reaksi alergi. Beberapa diantara hasil degradasi tersebut bersifat sangat toksik. Oleh karena itu penentuan

stabilitas calon bahan obat sangat perlu dilakukan.

Tanggal kadaluarsa merupakan gambaran dari stabilitas obat dalam penyimpanan. Stabilitas obat

merupakan kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan. Sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk

dibuat. Kestabilan obat dapat dilihat dari beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik seperti

warna, bau, rasa dan tekstur. Sedangkan dalam hal lain perubahan kimia dapat terjadi yang tidak bisa

dibuktikan sendiri dan hanya bisa dibuktikan melalui analisis kimia.

Tanggal kadaluarsa menyatakan waktu dimana kandungan suatu obat telah mencapai 90% dari kadar

yang tertera pada etiket jika disimpan pada tempat dan suhu yang sesuai. Berarti sekitar 10% dari kandungan
obat telah mengalami penguraian. Disinilah letak perlu ditentukannya tanggal kadaluarsa. 10% kandungan obat

yang terurai tidak diketahui secara pasti menjadi zat apa setelah mengalami penguraian, apakah menjadi

senyawa yang tidak aktif atau bahkan berubah menjadi

senyawa yang bersifat toksik. Efek terapi yang diinginkan pun menjadi menurun
karena penguraian yang terjadi.

Perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi

pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kestabilan suatu zat antara lain panas, cahaya, kelembaban, oksigen, pH, mikroorganisme, dan bahan-bahan

tambahan yang dipergunakan dalam formula sediaan obat. Sebagai contoh: senyawa-senyawa ester dan amil

nitrat seperti anvil nitrat dan kloramfenikol merupakan zat yang mudah terhidrolisis dengan adanya lembab.

Sedangkan vitamin C sangat mudah sekali mengalami oksidasi. Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat

dapat dilakukan melalui perhitungan kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga

cukup praktis digunakan dalam bidang farmasi.

Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitan dengan

bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas

menunjukkan bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka

waktu yang cukup lama, di mana obat tidak berubah menjadi zat yang tidak berkhasiat atau racun.

Ф Penetapan kadar air kristal dalam terusi Ф

♣ Secara experiment

            ☻massa krus porselein kosong setelah pemanasan                = 30,3454 gram

            ☻massa (krus+CuSO4.5H2O) sebelum dipanaskan               = 31,5066gram


            ☻ massa (krus+ CuSO4.5H2O) setelah  dipanaskan              = 31,2309 gram

☻ menentukan  massa  CuSO4.5H2O awal  :

 = massa(krus+ CuSO4.5H2O) sebelum dipanaskan-massa krus kosong setelah dipanaskan

= 31,5066 gram – 30,3454 gram

= 1,1612 gram

            ☻ menentukan massa  CuSO4.5H2O  setelah pemanasan :

= massa(krus+ CuSO4.5H2O) setelah dipanaskan-massa krus kosong setelah dipanaskan

= 31,2309 gram – 30,3454 gram

= 0,8855 gram

            ☻ Menentukan massa H2O :

= m CuSO4 awal  -  m CuSO4 setelah pemanasan

 
=  1,1612 gram – 0,8855 gram

= 0,2757 gram

            ☻Menentukan kadar H2O dalam CuSO4.5H2O     :

% H2O  =  mH2O / CuSO4.5H2O x  100%

              =  0,2757 gram / 1,1612 gram  x  100%

              =  23,74 %

♣ Secara Teori

            ☻massa  CuSO4.5H2O   = 1 gram

            ☻ menentukan factor Gravimerti  :

            f.g  = ( 5x Mr H2O )  /  Mr  CuSO4.5H2O   

                  =  (5×18)  /  249,5

                  =  0,3607

 
 

            ☻ menentukan massa air kristal   :

            m H2O =  mCuSO4.5H2O  x f.g

                        =  1 gram x 0,3607

                       

                        = 0,3607 gram

           

☻ menentukan kadar  H2O dalam   CuSO4.5H2O   :

            %  H2O  =  mH2O  /  m CuSO4.5H2O x  100%

                          =  0,3607 gram /  1 gram  x  100%

                          = 36,07 %

Prinsip kerja pada percobaan ini sama dengan prinsip kerja pada percobaan penetapan kadar air
kristal pada kristal barium klorida yang berbeda hanya jenis bahannya saja. Bahan kristal yang
dipakai dalam percobaan ini adalah CuSO4.5H2O . Temperaturnya yang lebih tinggi lagi dapat
digunakan pada proses dehidrasi sebab tembaga sulfat anhidrat hanya suatu zat yang mudah
menguap,bahkan stabil pada temperature yang tinggi.

Rx sebagai berikut ;
CuSO4.5H2O(s)    à   CuSO4(s)   +   5H2O(g)

Beberapa garam berair kristal harus diselidiki dahulu temperatue limitnya. Diperoleh kadar
H2O ,berdasarkan percobaan ialah 23,74% dan secara teori diperoleh 36,07%. Selisih perolehan
kadar ini sangat besar.Hal ini dimungkinkan pemanasan krus kosong kurang lama sehingga berat
yang diperoleh belum konstan.

Warna kristal berubha dari biru menjadi putih pada akhir percobaan dikarenakan air (H2O) sudah
lepas pada saat kristal CuSO4.5H2O dipanaskan dan warna putih itu adalah CuSO4(s).

VIII.  KESIMPULAN

♪ . Analisi Gravimetri adalah salah satu metode dalam analisi kuantitatif yang man penetapan
jumlah atau kadar zat dilakukan dengan pengukuran berat melalui penimbangan,yang dalam hal
ini menimbang hasil reaksi setelah analat direaksikan.

♪ . Dalam percobaan ini digunakn analisis gravimetri dengan cara evolusi secara tidak langsung
yaitu analat ditimbang sebelum dan sesudah reaksi.

♪ . Syarat endapan gravimetric ialah sempurna,murni,serta susunannya tertentu dan pasti.

♪ . Tujuan pemanasan krus adalah untuk membersihkan krus dari zat pengotor dan uap air.

♪ . Kadar H2O dalam BaCl2.2H2O menurut teori yaitu 14,75% sedangkan dari hasil percobaan
diperoleh 13,49%.

♪ . Kadar H2O dalam CuSO4.5H2O menurut teori yakni 36,07% sedangkan dari hasil percobaan
diperoleh 23,74%

Analisis gravimetri merupakan salah satu metode dalam analisis kuantitatif yang mana penetapan
jumlah atau kadar air dilakukan dengan pengukuran berat (melalui penimbangan) yang dalam hal
ini menimbang hasil reaksi setelah analat direaksikan. Hasil reaksi tersebut berupa:

1. sisa bahan, atau


2. suatu gas, atau
3. suatu endapan

Ada 2 macam cara dalam analisis gravimetri :

1. 1.      Cara Evolusi

Bahan dipanaskan atau direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga timbul suatu gas.Gas ini lalu
ditetapkan jumlahnya, dapat :

1. Secara Langsung
Yaitu gas diserap oleh suatu bahan yang khusus oleh gas itu,yang telah diketahui beratnya,lalu
ditimbang. Selisih berat bahan sebelum dan sesudah menyerap gas adalah berat gas itu.

1. Secara tidak Langsung

Yaitu analat ditimbang sebelum dan sesudah reaksi. Selisih berat analat ini adalah berat gasnya.

1. 2.      Cara Pengendapan

Analat direksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk endapan suatu senyawa yang
sempurna,dan endapan

II. TUJUAN :

            Umum : Mahasiswa dapat melakukan analisis gravimetri.

            Khusus:Mahasiswa dapat memetapkan kadar air kristal dalam terusi.

Anda mungkin juga menyukai