“Aku tidak tahu pasti harus berbuat apa, apa yang bisa aku lakukan
dengan kemampuanku yang seadanya ini? Hhh….” desah Rani dengan
langkah gontai.
Sore itu Rani pulang dari Gramedia, ia memang acap kali berkunjung
ke tempat itu. Baginya, duduk atau berada diantara ratusan bahkan ribuan
buku sangat nyaman. Ia merasa itulah dunia yang nyaman. Dengan suasana
yang tenang, ia dapat mencurahkan rasa, cipta, dan karsanya dalam bidang
jurnalistik.
**
“Mak, coba Mamak bantu bapak supaya mau shalat. Aku kan jauh,
susah mau komunikasi dengan Bapak.” Pintaku pada mak.
“Ah, mamak capek ngomong sama bapakmu tuh. Kalau disuruh shalat
pasti jawabnya, ‘Nanti saja kalau sudah mudah hidupnya. Sekarang kita
masih susah, masih banyak tanggung jawab bapak untuk kita semua.
Percuma kalau shalat setiap hari tapi mengeluh juga setiap hari.’ Sudah
berbuih-buih mulut mak.” Jawab mak sambil mendesah.
“Ya Allah, ini janjiku padamu. Aku akan berusaha untuk menyadarkan
Bapak supaya mau kembali mengingat dan menyembahmu, ya Allah.” Ucap
Rani lirih sekaligus memohon keridhoan-Nya, sebutir air menitik dari
matanya di atas sajadah itu.
Rani kembali berjalan keluar, duduk di teras rumah sambil menunggu
bapak pulang dari bengkel. Tepat 15 menit setelah itu bapak Rani datang,
Karena rumahnya hanya tiga jam dari tempat Rani kuliah, maka ia
memutuskan untuk naik motor saja. Kalau naik travel sebentar saja
kepalanya sudah pusing. Rani mencium tangan maknya, kemudian tangan
bapaknya sambil berkata, “Kalau Rani pulang membawa kebahagiaan untuk
Bapak dan Mak, Rani minta Bapak shalat di atas sajadah yang Rani bentang
di tempat shalat. Mak juga ikut shalat di belakang bapak. Ajak juga adik ya
Mak.” Ucap Rani sebelum berpamitan.
“Ya mak.” Jawab Rani. Kemudian ia berlalu dari hadapan orang tuanya.
**
***
Pagi ini Rani masuk jam 7.30 WIB, ia agak terlambat. Ia setengah
berlari dari tempat parkir menuju kelas. Tanpa sengaja di ujung koridor kelas
ia menabrak seorang bapak, ia terpental ke belakang.
***
Tiga minggu berlalu, sekarang sudah hampir akhir bulan, dan sampai
saat ini Rani belum juga menemukan cara untuk bisa membuat orang tuanya
bangga dengan satu karyanya. Rani merenung sendiri di bawah pohon
akasia di kampusnya.
Yth,
Pekanbaru
Yang terhormat,
Direktur PT. Sundala
“Saat anda jatuh menabrak saya novel anda jatuh. Kemudian saya
bawa kepada atasan saya untuk permohonan penerbitan sebagai ucapan
maaf saya. Ternyata novel anda diterima. Selamat ya.” Bapak tersebut
menjelaskan.
Sabtu ini Rani pulang, ia sudah tidak sabar ingin berlari memeluk
maknya sambil berkata, “Rani berhasil menepati janji, Mak.” Sampai ia tidak
sadar ada mobil Fuso yang tiba-tiba muncul di depannya dengan kecepatan
sangat tinggi, karena tidak sempat mengelak lagi Rani hanya mampu
berteriak “Aaaa…..!!!”
Dan, “Braak!!”
Tubuh Rani terpental dan mendarat di tepi kiri jalan, tubuh Rani
mengejang. Segera warga sekitar membawanya ke rumah sakit terdekat.
Begitu mendengar kabar tentang Rani orang tuanya segera pergi ke rumah
sakit. Begitu tiba di rumah sakit dan mengetahui kondisi anaknya, mak
langsung pingsan. Bapak Rani pun sangat kalut.