PENDAHULUAN
Tawuran yang dilakukan oleh para remaja ini erat hubungannya dengan
konsep peer group atau kelompok teman sebaya yang terjadi pada masa remaja.
Adanya kelompok teman sebaya ini merupakan salah satu bentuk kebutuhan pada
remaja yaitu kebutuhan untuk ikut serta dan diterima dalam kelompok. Kebutuhan
tersebut adalah hal yang sangat penting bagi pelajar atau remaja (Andi
Mappiare,1982:152). Ketika telah berada dalam kelompoknya, seorang remaja
akan dituntut untuk mengalami perubahan-perubahan tingkah laku sebagai usaha
penyesuaian terhadap kelompoknya. Salah satu bentuk penyesuaiannya adalah
seorang remaja akan dapat mengembangkan sikap solider dan mengesampingkan
ego pribadinya serta harapan-harapan pribadi demi kepentingan sebuah kelompok.
Sehingga tak jarang demi alasan solidaritas kelompok beberapa pelajar ikut dalam
sebuah perkelahian dengan kelompok lain yang sebenarnya para pelajar itu tidak
memiliki sangkut paut permasalahan, tetapi karena solidaritas dan pembelaan
terhadap kelompok inilah yang membuat sekelompok pelajar rela ikut tawuran
yang bisa jadi akan membahayakan dirinya sendiri bahkan orang lain. (jadikan
fakta2 cari datanya)belum lagi masalah tawuran ini dianggap sebagai hal yang
wajar dilakukan oleh para remaja. Masalah tawuran ini bukan lagi masalah
kenakalan remaja yang hanya terjadi di banyak kota besar seperti Surabaya,
Jakarta, Medan tetapi masalah tawuran ini sudah menjadi masalah di berbagai
kota di Indonesia. Dan berdasarkan data yang ada kasus tawuran antar remaja ini
semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Berdasarkan data di Jakarta
(Bimmas Polri Metro Jaya) sejak tahun 1992 yang tercatat sebanyak 157 kasus
perkelahian kemudian pada tahun 1994 kasus tawuran semakin meningkat
menjadi 182 kasus, kemudian pada tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan
15 pelajar dan 2 anggota Polri (duniaesai.com). Bahkan sering tercatat dalam satu
hari yang sama terdapat sampai tiga perkelahian di tempat sekaligus. Selain itu
para pelajar yang melakukan aksi tawuran bahkan banyak membawa senjata tajam
seperti celurit, pisau, tongkat, dan lain sebagainya sehingga tak jarang dari
perkelahian yang terjadi juga terdapat korban yang meninggal dunia. Dalam
aksinya tak jarang para pelajar ini mengeluarkan kata-kata kasar dan umpatan-
umpatan terhadap kelompok lawan, belum lagi dalam aksi tawuran ini pemukulan,
perampasan, dan aksi pengerusakan akan terjadi.
Melihat dari data yang ada peneliti ingin melihat apakah benar ada
pengaruh antara konformitas yang dimiliki anggota kelompok terhadap
perilaku agresi yang dilakukan oleh remaja dalam hal ini adalah pelajar SMP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.2 Agresi
a. Penyebab sosial
c. Penyebab situasional
a. Pengertian solidaritas
remaja
Kenakalan
remaja Konformitas
agresi
Kepercayaan
terhadap kelompok
Kecenderungan
membalas
2.6 Hipotesis
Hipotesis awal dari penelitian ini adalah ada hubungan antara konformitas
kelompok terhadap perilaku agresi yang dilakukan remaja SMP.
1) Agresi instrumental
3) Agresi langsung