Mengawali pendapat ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya pada kesempatan ini kita dapat
menghadiri forum yang terhormat, Rapat Pleno Badan Legislasi DPR-RI untuk
mendengarkan Pendapat Fraksi-fraksi dan pengambilan keputusan atas
Rancangan Undang-Undang tentang Mata Uang menjadi RUU Usul inisiatif
DPR-RI. Selanjutnya shalawat teriring salam kita sampaikan kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ummatnya dari kegelapan
(dzulumat) kepada masa depan yang lebih cerah. Amiin.
Dalam catatan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, RUU Mata Uang ini
sesungguhnya adalah sebuah RUU yang pada DPR periode 2004-2009 sudah
dibahas dalam sebuah Pansus sampai pada tingkat Panja, tetapi karena
beberapa pasal tidak mencapai titik temu, maka pembahasannya tidak selesai
sampai berakhirnya masa periodisasi DPR-RI 2004-2009. Di dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, apabila sebuah RUU tidak
selesai pembahasannya di DPR-RI dalam periode tertentu, maka RUU tersebut
harus dibahas kembali dari awal oleh DPR-RI periode berikutnya. Jadi dalam
pembahasan sebuah RUU, tidak dikenal pembahasan lanjutan antar periode
DPR-RI. Untuk itu, kami berharap pada periode DPR-RI 2009-2014, RUU
Tentang Mata Uang ini dapat segera diselesaikan, karena RUU ini sudah
ditunggu kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.
RUU Tentang Mata Uang merupakan sebuah RUU yang diamanatkan secara
langsung oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
2
Terhadap Laporan hasil kerja Panja RUU tentang Mata Uang, Fraksi Partai
Persatuan Pembangunan mengapresiasi karena telah berhasil menyelesaikan
tugasnya dengan baik. Di dalam rapat-rapat Panja, kita telah berdebat sangat
serius dan argumentatif tentang beberapa hal yang dianggap sangat krusial
seperti masalah, siapa yang harus membubuhkan tandatangan dalam uang
tersebut, apakah cukup Gubernur dan Deputy Gubernur seperti selama ini atau
harus menyertakan tandatangan Menteri Keuangan?. Terhadap polemik ini,
alhamdulillah Panja telah menemukan titik temu dengan menyepakati bahwa
tandatangan dalam uang cukup ditandangani oleh Gubernur BI dan Deputy
Gubernur BI. Hal ini tentu bukan tanpa argumen, melainkan merujuk kepada
UUD 1945 Pasal 23D “Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur
dengan undang-undang.” Kalau dalam uang rupiah ada tandatangan Menteri
Keuangan, maka itu dapat dimaknai sebagai bentuk intervensi pemerintah
terhadap independensi Bank Indonesia.
Billahittaufiq Walhidayah,
Wassalamualaikum Wr. Wb.