Anda di halaman 1dari 5

PELUANG

1.1. Pendahuluan
Pembelajaran tentang peluang berasal dari analisa dari beberapa permainan
mengenai kemungkinan / peluang. Hal tersebut diaplikasikan dalam sebagian
besar ilmu pengetahuan dan teknik.

1.2. Ruang Sampel dan Peristiwa


A. Percobaab acak
Dalam materi peluang, beberapa proses pengamatan adalah sebagai percobaan.
Hasil dari suatu pengamatan dinamakan “outcomes” (hasil) dari sebuah
percobaan. Dan percobaan itu sendiri dinamakan percobaan acak, jika hasilnya
tidak bisa diprediksi. Contoh dari percobaan acak adalah lemparan mata dadu
atau lemparan koin.

B. Ruang sampel
Kumpulan dari semua kemungkinan hasil dari percobaan acak disebut ruang
sampel, dan hal tersebut ditunjukkan dengan S. dan unsure didalam S
dinamakan titik sampel. Beberapa hasil dari sebuah percobaan acak dapat
disamakan dengan titik dampel.
Contoh : carilah ruang sampel dari percobaan lemparan koin
a. Sekali b. dua kali
Jawaban :
a. Ada dua kemungkinan hasil, kepala atau ekor. Sehingga
S = {H,T}
Dimana H dan T berturut-turut merupakan kepala dan ekor.
b. Ada 4 kemungkinan hasil, yaitusepasang kepala dan ekor. Sehingga
S = {HH, HT, TH, TT}

C. Peristiwa
Sejak kita dapat mengidentifikasikan ruang sampel S sebagai kumpulan atau
himpunan dari semua kemungkinan hasil dari sebuah percobaan acak, kita akan
meninjau beberapa notasi himpunan sebagai berikut.
- Jika τ adalah semua unsur dari S, maka kita tuliskan τ ∈ S
- Jika τ bukan merupakan unsur S, maka kita tulis τ ∉ S
- Sbuah himpunan A yang merupakan himpunan bagian dari B, dinotasikan
sebagai A ⊂ B.
1.3. Aljabar Himpunan
A. Operasi Aljabar
1. Persamaan
Dua himpinan A dan B adalah sama, ditunjukkan dengan A= B, jika dan
hanya jika A ⊂ B dan B ⊂ A.
2. Melengkapi
Andaikan A ⊂ S. pelengkap himpunan A, dutunjukkan dengan A, adalah
himpunan yang berisi semua unsur dalam S tetapi tidak di A.
Á = {τ : τ ∈ S danτ ∉ S}
3. Penyatuan / Penggabungan
Gabungan dari himpunan A dan B, dinyatakan dengan A∨ B. merupakan
himpunan yang berisi semua unsur dalam salah satu atau kedua A dan B.
A∪ B = {τ : τ ∈ A danτ ∈ B}
4. Irisan
Irisan himpunan A dan B dinyatakan dengan A ∩B.
A ∩ B = {τ : τ ∈ A danτ ∈ B}
5. Himpunan kosong
Merupakan sebuah yang tidak berisi unsure. Dinyatakan ∅.
∅ =τ

B. Diagram Venn
Gambaran grafik yang sangat berguna untuk mengambarkan operasi
himpunan adalah diagram venn. Contohnya pada diagram venn yang
ditampilkan dibawah ini. Daerah yang diarsir merupakan masing-masing
kejadian A∪ B, A ∩ B dan Á . diagram venn pada gabar paling bawah
menunjukkan A∪ B dan kejadian A ∩ B ditampulkan pada daerah yang
diarsir.

S S

A B A B

(a) Shaded region : A∪ B (b) Shaded region : A ∩ B

S S
A
B
A
A⊂B
(c) Shaded region : Á (d) Shaded region : A ∩ B́
Fig. 1-1 Fig. 1-2
C. Identitas
Dari defenisi atau referensi himpunan untuk diagram di atas, kita mendapatkan
identitas berikut:
τ =∅
∅= S
Á = A
S∪ A = S
S∩A=A
A ∪ Á = S
A ∩ Á = ∅
Operasi gabugan dan irisan juga memenuhi hokum berikut :
- Hukum Komunikatif
A∪ B = B ∪ A
A ∩ B = B ∩A

- Hukum Asosiatif
A∪(B∪C) = ( B ∪ A)∪C
A ∩ ( B∩C)= (B ∩A)∩C

- Hukum Distributif
A ∪ ( B∪C) = (A ∪B ) ∪(A ∪ C)
A ∩ ( B∩ C) = (A ∩B ) ∩(A∩C)

- De Morgan
A∪´ B = Á ∪ B́
A∩´ B= Á ∩ B́

1.4. Gagasan dan Aksinoma Peluang


A. Definisi Frejuensi Relatif
Dianggap bahwa percobaan acak diulang, jika peristiwa A terjadi n (A) kali,
maka peluang peristiwa A, dinotasikan dengan P(A), di defenisikan sebagai.
n (A )
P(A)=lim
1−∞ n
Dimana n(A)/n disebut frekuensi relative dari dari sebuah peristiwa. Untuk
setiap peristiwa A, frekuense relatif dari A akan memiliki sifat :
1. O ≤ n (A) / n ≤ 1, dimana n (A) / n= 0 pada percobaan tidak berulang, dan
n(A) / n =1 pada percobaan yang berulang.
2. Jika A dan B adalah peristiwa yang saling bepisah, maka
N (A∪B) = n (A) + n(B)
Dan
n( A ∪ B)
= n( A) + n(B)
n n n
B. Definisi Aksiomatik
Jika S menjadi ruang sampel terbatas dan A menjadi peristiwa dalam S.
kemudian dalam aksiomatik, peluang P(A) dari suatu peristiwa adalh
bilangan real yang ditetapkan untuk A yang memenuhi 3 aksiomatik berikut :
Aksiomatik 1 : P(A) ≥ 0
Aksiomatik 2 : P(S) = 1
Aksiomatik 3 : P(A∪B) = P(A) +P(B) jika A∪B=∅

C. Sifar Dasar Peluang


Dengan menggunakan aksinoma adalah, dapat diperoleh sifat dari peluang
sebagai berikut :
1. P( Á ) = 1 – P(A)
2. P(∅) = 0
3. P(A) ≤ P(B) Jika A⊂B
4. P(A)≤ 1
5. P(A∪B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)

1.5. Kemungkinan Peristiwa Yang SamA


A. Ruang Sampel Terbatas
Mempertimbangkan ruang sampel S dengan n unsur,
S = (τ 1 , τ 2,…τ n)
Dimana τ / S adalah peristiwa dasar. Biarkan P(τ i ) = Pi, maka
1. 0 ≤ Pi ≤ 1 τ = 1,2,…n
n
2. ∑ Pi = P1 + P2,…+ Pn = 1
τ=1

3. Jika A= ¿ τ ∈1 τ i , dimana 1 adalah kumpulan dari tulisan dibawah garis,


maka :
P(A) = ∑ P ¿ ¿) = ∑ Pi
τi τ ∈I

B. Kemungkinan Peristiwayang sama


Ketika semua kejadian dasar τ i ( i=1, 2,…n)adalah sama yaitu
P1 : P2 = …= Pn
Kemudian dari persamaan diatas kita dapat
1
Pi = i = 1, 2,…n.
n
n( A)
P(A) =
n

1.6. Syarat Peluang


A. Definisi
Syarat probabilitas dari suatu peristiwa A diberikan kejadian B, dinyatakan
dengan P( A|B ) , dimana P (A ∩ B) bersama peluang A dan B, merupakan
probabilitasbersyarat dari suatu peristiwa B diberikan peristiwa A. maka:
P (A ∩ B) = P( A|B ) P(B) = P (( B| A ) P (A)
B. Aturan baye’s
Dari persamaan diatas kita peroleh aturan baye sebagai berikut :
P ( A|B ) P( A)
P( A|B ) =
P( B)

1.7. Total Peluang


Peristiwa A1, A2,.. An dikatakan saling berkaitan jika
¿ τ :1 ¿ n A i : A1 ∪ A2 ∪ … ∪ An = S dan Ai ∩ A1 = ∅ i≠5
Kemudian B menjadi beberapa peristiwa dalam S. kemudian
n n
P (B) = ∑ P ( B∩ A ) : ∑ P ( B| A i) P ( Ai )
τ :1 τ :1

Dikehui dsebagai total peluang dari peristiwa B, maka kita dapatkan


P ( B| A i )= P ( B| A i ) P ¿ ¿

1.8. Kejadian Bebas


Untuk membedakan antara yang berkaitan dengan yang bebas dari kumpulan
peristiwa, kita ringkas menjadi:
1. Jika { Ai , τ : 1,2,…n) adalah kejadian yang berkaitan, maka
n
P (¿ τ :1 ¿ n A i) = ∑ P ¿ ¿)
τ :1

2. Jika { Ai , i=1,2, … n} merupakan urutan kejadian yang bebas, maka


P(¿ τ ;1 ¿ n A i):¿ τ :1 ¿ n P ¿ ¿)

Anda mungkin juga menyukai