"Suatu saat saya pasti pakai jilbab, tapi tidak sekarang. Soalnya saya belum dapat
HIDAYAH" …..
"Saya belum sempat naik haji tahun ini, kelihatannya saya belum dapat HIDAYAH
ya?",
...ataupun ungkapan lainnya yang terkadang sering menghampiri diri kita ataupun kita
dengar dari orang-orang disekitar kita. Dimana, ungkapan-ungkapan itu senantiasa
mengajak kita untuk "menyalahkan" HIDAYAH.
Kita belum soleh-lah, belum ber-Islam secara baik-lah yang kemudian bermuara pada
HIDAYAH TIDAK MENGHAMPIRI KITA.
Allah selalu memberi petunjuk kepada siapa saja yang mencari kebenaran, di mana
pun hamba-Nya berada, di barat atau timur, di negri kafir atupun di negri muslim.
Pertanyaan besar yang kemudian muncul adalah, HIDAYAH itu, DIJEMPUT atau
MENJEMPUT? Kita renggut atu kita tunggu?
saya faham hidayah itu seperti air hujan. Air hujan turun untuk semua isi alam ini,
bukan hanya bagi mereka yang msulim azza!
Cumin, ada yang menampungnya ada juga yang hanya melewatkannya saja.
menampung misalnya, kolam2 tanah2 subur. adapun yang melewatkan begitu saja,
pasir dan batu2 itu, basah ketika itu saja!
begitu juga tanam2an ada yang meresapnya ada juga yang "mengambil" seperlunya
saja.
nach sekarang manusia, kita perhatikan: ada yang menampungnya, pake ember,
menyediakan bak, tapi ada juga yang hanya dengan telapak tangannya, bahkan ada
juga yang malah menggerutu, iyyya khan? Sialah, hujan lagi, hujan lagi.
tapi kita lihatlah: quran ada yang hanya dipajankan dilemari ruang tamunya.
ada yang dipake "penolak" kecelakaan dipajangkan di autonya -- hati2 ini bisa2 malah
syirik lhoh!!!! --
ada yang baca azza, baca doang, hatta diperlombakan bacaannya. Hanya sampe di
tenggorokannya tidak turun ke qalbunya yang mendorong sepak terjangnya sesuai
dengan apa yang dibacanya. Ya ayat2 Allah ini hanya sampe ditenggorokkannya saja.
atau lebih rendah lagi kaya kera ngagugulung kalapa kata orang sunda.
dan......ada ya ada pula ayat2 quran ini dipikirkan, ditadaburi, direnukan untuk
dijadikan pedoman dan pegangan hidupnya.
inilah ayat2 yang turun kekalbunya, dijabarkan dalam peri kehidupannya. Menjadi
pedoman bergerak dalam hidup dan kehidupan sehari2nya.
lain kata dengan kosa kata yang keren: jadi way of lives.
yang mana kita? kita masing2 bisa menjawabnya.
man (= barang siapa dalam anak kalimat ini, sebagai subyekt) adalah mubtada'
sekaligus pula fa'il dan adapun
yasya-u (= mau) adalah khabar (predikat, atau kata kerja).
maka ayat itu berarti: Allah menunjukkan hidayah kepada barang siapa yang mau.
Abu jahal dan abu lahab misalnya kerabat terdekat rasulu-lLah SAW, paman beliau
karena TAK mau maka Allah juga tidak tunjukkan kepada mereka hidayah, jauh dari
hidayah maka jauh pula dari taufiq, keberhasilan alias sukses.
taufiq, ke-berhasilan atau sukses itu tentu hanya bagi mereka yang mau menerima
hidayah itu tadi.
(2:272:5)
ّ ا
ل
Allah
accusative proper noun
لفظ الجللة منصوب
(2:272:6)
َيْهِدي
guides
3rd person masculine singular imperfect verb
فعل مضارع
(2:272:7)
َمن
who(m)
relative pronoun
اسم موصول
(2:272:8)
شاء
َ َي
wills.
3rd person masculine singular imperfect verb
فعل مضارع