Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI III

FARMAKOTERAPI OBGYN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK C-2
1. Ikhwan Yuda K G1F007065
2. Farikhah Arinda R G1F007066
3. Anggraeni Restu P G1F007067
4. Fitri Fauziyah Hayati G1F007068
5. Lina Nurfadhila G1F007069
6. Lia Ruby F G1F007070
7. Rizki Khotimah G1F007071
8. Resti Susanti G1F007072
9. Wahyu Indra A G1F007073
10. Intan Mega G1F007074
11. Toix Nur Arifiani G1F007075
12. Mega Sekar L G1F007076

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2010
FARMAKOTERAPI OBGYN

A. KASUS
Nn. B umur 25 tahun, dating ke klinik dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah,
beberapa hari sebelum haid selesai, dan hilang timbul sekitar 5 hari setelah haid selesai.
Pasien kadang merasa demam. Beberapa hari yang lalu pasien baru selesai haid. Dokter Sp.
OG kemuadian memintanya untuk melakukan cek laboratorium.
Riwayat penyakit dahulu : asma
Riwayat obat : Parasetamol
Pemeriksaan Fisik dan Vital Sign:
TD : 150/100 mmHg
RR : 20 x/menit
Gangguan visual : (-)
Ekstrimitas :edema (-)
Pemeriksaan Lab:
Kehamilan :-
Leukosit : 3x dari nilai normal
WBC : 3x dari nilai normal
Clamydia dan Gonococcus : positif
Data Lab Lain : dalam batas normal
Diagnosis : Pelvic Inflammantory Disease (PID)

Pertanyaan :
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, susunlah terapi farmakologi, non farmakologi,
monitoring dan evaluasi pada Nn. B !

B. DATA BASE PASIEN


Subyektif
 Nama Pasien : Nn. B
 Usia : 25 tahun
 Kondisi : hamil 5 bulan
 Keluhan : - nyeri pada perut bagian bawah, beberapa hari sebelum haid selesai,
dan hilang timbul sekitar 5 hari setelah haid selesai.
- pasien kadang merasa demam
- beberapa hari yang lalu pasien baru selesai haid.

C. DATA KLINIK DAN LABORATORIUM


Obyektif
 Data Klinik
Data Klinik Hasil Normal Keterangan

TD 150/100 mmHg 120/80 (Hipertensi Stage 1)

RR 20 x/menit 60-100 x/menit

Gangguan visual - Normal

Ekstrimitas edema (-) Normal

 Data Laboratorium
Data Lab Hasil Normal Keterangan

Leukosit 3x nilai normal 5000-10000 uL (Terjadi infeksi)

WBC 3x nilai normal 150.000-400.000 µL (Terjadi infeksi)

Clamydia dan + Terjadi infeksi


Gonococcus

Kehamilan -

D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
 HIPERTENSI
Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetus keadaan hipertensi.

Etiologi hipertensi

Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :

 Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial,
 Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,
 Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
 Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
 Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat
badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan
darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor
tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang
kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
2. Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal
jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil,
tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada
wanita yang berat badannya di atas normal.

GEJALA

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).

Gejala Klinis Hipertensi: Pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarang), sukar
tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

 sakit kepala
 kelelahan
 mual
 muntah
 sesak nafas
 gelisah
 pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.

Berdasarkan klasifikasi tekanan darah,maka kasus Ny.B (25th) termasuk hipertensi stage
1 karena tekanan darah diastoliknya 100mmHg.

ETIOLOGI (PENYEBAB)

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko timbulnya Hipertensi


Faktor Keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial
lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur),
apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.

Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stress, kegemukan (obesitas) dan kurang olah raga juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. (saraf simpatis adalah saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota. Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga
isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk
mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit). Kebiasaan lainnya seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi walaupun
mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.

 PID (Pelvic Inflammantory Disease)


Patofisiologi PID

Penyakit PID adalah keadaan terjadinya infeksi pada genitalia interna, disebabkan
berbagai mikroorganisme, dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium, parametrium, dan
peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dari organ sekitarnya, secara hematogen
ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.
Penyebab

PID disebabkan oleh bakteri yang melakukan perjalanan ke organ reproduksi. Sebuah
bakteri tunggal atau campuran beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi. Yang bakteri yang
paling umum yang memulai PID adalah gonore dan klamidia .

Faktor Risiko

Faktor risiko adalah sesuatu yang meningkatkan kesempatan mendapatkan penyakit atau
kondisi termasuk Faktor Risiko.:

 Lancar atau penyakit menular seksual sebelumnya (PMS)


 Beberapa seks mitra
 Hubungan seksual dengan pasangan yang memiliki PMS
 Hubungan seksual tanpa perlindungan kondom
 Umur: 15-24 tahun
 Penggunaan alat kontrasepsi (IUD) untuk pengendalian kelahiran-ini tidak meningkatkan
risiko terkena PMS, tetapi dapat mempercepat jalannya PID.

Gejala

Wanita dengan PID tidak selalu memiliki gejala. Namun, jika gejala muncul, mereka mungkin
termasuk:

 Nyeri di perut bagian bawah


 Vaginal discharge dengan bau busuk
 Kelelahan
 Demam
 Mual atau muntah
 Nyeri hubungan
 Nyeri buang air kecil
 Perdarahan haid tidak teratur
 Sering terjadi setelah haid

Penyakit PID ini dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu:

1. Penyakit PID akut

2. Penyakit PID kronik

Penyakit PID akut

Diagnosis penyakit PID akut ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis didapatkan demam tinggi, sakit kepala, malaise,nyeri perut bagian bawah dan
daerah panggul, sekret vagina yang purulen, dan sering terjadi setelah haid, riwayat
pemakaian AKDR.

Penyakit PID kronik

Dari anamnesis, penyakit PID kronik ditegakkan dengan adanya perdarahan, dismenore,
riwayat adneksitis akut atau infeksi panggul lainnya, infeksi pascapersalinan ataupun
pascaabortus, dispareunia, dan infertilitas. Sedangkan dari pemeriksaan fisik dapat
ditemukan subfebris, takikardi, nyeri goyang genitalia interna,dan dapat teraba massa
pada daerah adneksa ataupun parametrium, terdapat penebalan dan kaku di daerah
adneksa.

(Mansjoer,Arif;dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius


FKUI )

Penyakit radang panggul (PID) terjadi ketika infeksi menyebar dari vagina ke
endometrium, leher rahim (lapisan rahim) dan tuba fallopi. Infeksi ini biasanya ditularkan secara
seksual. PID dapat menyebabkan parut pada saluran tuba dan infertilitas. Penyakit radang
panggul (PID) terjadi ketika infeksi menyebar dari vagina ke endometrium, leher rahim (lapisan
rahim) dan tuba falopii. Infeksi ini biasanya ditularkan secara seksual. Hal ini juga dapat terjadi
setelah usus buntu yang pecah (pecah) atau infeksi usus.

Mikroorganisme infeksius di PID bermigrasi ke atas dari uretra dan serviks ke dalam
saluran kelamin bagian atas. Banyak organisme yang berbeda dapat menyebabkan PID, tetapi
kebanyakan kasus berhubungan dengan gonore dan infeksi klamidia kelamin, dua umum PMS
sangat. The gonococcus ( Neisseria gonorrhea), yang menyebabkan gonore, mungkin perjalanan
sampai ke dalam tuba falopi, dimana hal itu menyebabkan peluruhan (casting off) dari beberapa
sel dan lainnya menyerang. Ini mengalikan dalam dan di bawah sel-sel ini. Infeksi kemudian
menyebar ke organ lain, sehingga lebih peradangan dan jaringan parut satu. Kehadiran serviks
lendir plug normal membantu mencegah penyebaran mikroorganisme ke saluran kelamin bagian
atas, tetapi kurang efektif pada saat ovulasi dan menstruasi. gonococcus mungkin mendapatkan
akses lebih mudah selama mens, jika darah menstruasi mengalir mundur dari rahim ke dalam
tuba falopi, membawa organisme dengan itu. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa gejala PID
disebabkan oleh gonore sering dimulai segera setelah menstruasi dibandingkan dengan waktu
lain selama siklus menstruasi

Etiologi PID

Tanda dan gejala yang dapat terjadi

Tanda dan gejala PID yang mungkin terjadi meliputi:

 Bawah perut sakit atau kelembutan


 Gangguan haid
 Pembakaran nyeri saat kencing (disuria)
 Sebuah perubahan bau, warna atau jumlah vagina
 Nyeri pada saat hubungan seksual
 Demam.
 Periode bulanan dapat diubah. Beberapa wanita akan mengalami keputihan, nyeri buang
air kecil dan bercinta dan juga dari rasa sakit di bagian belakang (dubur).

 Sebagian kecil penderita akan mengembangkan bekas luka saluran telur, yang dapat
menyebabkan kesulitan dengan jatuh hamil (hamil) di masa depan.

Klamidia dan gonore merupakan penyebab yang paling umum PID


Chlamydia adalah bertanggung jawab untuk 50 persen dari kasus PID sedangkan gonore
merupakan penyebab dalam 25 persen dari kasus. Risiko penyumbatan tuba fallopi sedikit lebih
tinggi untuk PID disebabkan oleh gonore. Keduanya adalah infeksi bakteri dan penyakit menular
seksual (PMS). uretritis non-spesifik, PMS yang paling umum di antara manusia, paling sering
disebabkan oleh klamidia.

Penyebab

Penyakit radang panggul (PID) yang paling mungkin terjadi antara usia 15 dan 25, pada
wanita aktif seksual. Dalam banyak kasus penyebabnya adalah kuman (mikroba) yang ditularkan
secara seksual. Kadang-kadang, namun datang sebagai hasil dari penyebaran infeksi, dalam
aliran darah, dari bagian lain dari tubuh. Kadang-kadang disebabkan oleh penyebaran kuman dari
sebuah struktur di dekatnya (seperti pada radang usus buntu).

Yang paling umum kuman menyebabkan PID di Inggris adalah Chlamydia trachomatis
(di setidaknya 50%). Gonore (Neisseria gonorrhea) juga merupakan penyebab umum yang
cukup. Keduanya dapat terjadi bersama-sama. Berbagai kuman lain kadang-kadang terlibat,
tetapi setidaknya 20% dari pasien dengan PID ada penyebab yang pasti ditemukan.

Dari gejala-gejala di atas maka pada kasus Ny.B (25th) menderita penyakit PID seperti
nyeri pada perut bagian bawah, beberapa hari sebelum haid selesai,dan hilang timbul setelah haid
selesai,kadang-kadang demam. Terdapat bakteri Clamydia dan Gonococcus pada pemeriksaan
laboratorium. Ny.B menderita penyakit PID akut.

E. KOMPOSISI TERAPI

F. PEMBAHASAN TERAPI
 Terapi Non Farmakologi:
 Diet garam
 Istirahat yang cukup
 Olahraga ringan seperti yoga
 Menjaga kebersihan badan, seperti menjaga kebersihan organ kewanitaan
 Minum air putih
 Makan makanan yang 4 sehat 5 sempurna.
 Menghindari alergen

 Terapi Farmakologi
1. Cefotaxim (Cefotaxim Hexpharm)
Indikasi : Infeksi saluran napas, kulit dan struktur kulit, tulang dan sendi, saluran urin,
ginekologi seperti, septisemiam dugaan meningitis, aktif terhadap basil
Gram negative (kecuali Pseudomonas), Gram positif cocci (kecuali
enterococcus). Aktif terhadap beberapa penicillin yang resisten
pneumococcus.
Dosis : Injeksi 2 g setiap 24 jam
KI : Hipersensitif terhadap cefotaxim, komponen lain dalam sediaan dan
sefalosporin lainnya.
ES : kolitis, diare, mual dan muntah
Mekanisme : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu
atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang
selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan
dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri
akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein
hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.
Interaksi : Kombinasi Furosemid, Amonoglikosida dengan Cefotaxim dapat
meningkatkan efek nefrotoksik.
Kombinasi dengan diuretik kuat (misalnya, diuretik loop) atau
aminoglikosida dapat meningkatkan nefrotoksisitas; bioavailabilitas
menurun dengan antasida yang mengandung aluminium, kalsium,
magnesium, besi, atau bismut bismuth; Tetrasiklin dapat meningkatkan efek
hypoprothrombinemic dari antikoagulan.
Alasan : Sefotaksim adalah sefalosporin generasi kedua diindikasikan untuk infeksi
yang rentan disebabkan oleh basil Gram negative (kecuali Pseudomonas),
Gram positif cocci (kecuali enterococcus). Aktif terhadap beberapa
penicillin yang resisten pneumococcus.

2. Dumoxin (Doxycycline)
Indikasi : Obat golongan tetrasiklin merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan
oleh Chlamydia (trachoma, psittacosis, salpingitis, urethritis,
lymphogranuloma venereum), brucella (Doxycycline dengan streptomycin
atau rifampicin , dan spirochaeta, Borrelia burgdorferi (penyakit lyme) ;
juga digunakan untuk infeksi saluran napas dan genital mikoplasma;
prostatitis kronik; sinusitis, sifilis, penyakit inflamasi pelviks.
Dosis : Kapsul 100mg setiap 12 jam
KI : Wanita hamil dan menyusui, pasien yang alergi dengan obat ini, Deposit
tetrasiklin pada jaringan tulang dan gigi selama pertumbuhan anak (melalui
ikatan dengan kalsium) menyebabkan pewarnaan dan kadang-kadang
hypoplasia pada gigi, sehingga tidak boleh diberikan pada anak dibawah 12
tahun.
ES : Mual muntah, diare, dysphagia, iritasi esophagus, anoreksia
Interaksi : Antasid yang mengandung alumunium, kalsium, magnesium dan besi karena
akan mengganggu absorbsi obat. Barbiturat, karbamazepin, dan fenitoin
mengurangi paruh doksisiklin. ACE inhibitor karena akan menurunkan
penyerapan doksisiklin.
Mekanisme: Doksisiklin memperlambat pertumbuhan bakteri yang sensitif dengan
mengganggu produksi protein yang diperlukan bagi pertumbuhan
bakteri . Dengan pertumbuhan bakteri yang lambat selanjutnya mekanisme
pertahanan badan (seperti sel darah putih) akan memusnahkan bakteri
tersebut.
Alasan : Merupakan antibiotik yang paling sensitif terhadap bakteri gram negatif
seperti Chlamydia trachomatis sebagai penyebab Pelvic Inflamatorry
Disease (PID). Doxycycline menghambat sintesis protein dan untuk
pertumbuhan bakteri, dengan mengikat dengan 30S. Dengan pertumbuhan
bakteri yang lambat selanjutnya mekanisme pertahanan badan bakteri
menjadi lebih terhambat.

3. Parasetamol (PAMOL)
Golongan OAINS
- Dosis :500 mg 3xsehari (tiap 6 jam)
- Mekanisme Kerja :
OAINS non-selektif memasuki kanal kedua enzim (COX-1 dan COX-2), memblok
enzim-enzim tersebut dengan mengikatnya dengan ikatan hydrogen ke jalur bawah
arginin. Hal ini secara reversible menghambat enzim tersebut dengan mencegah akses
asam arakhidonat. Parasetamol bekerja paling tidak sebagian dengan mengurangi tonus
peroksida sitoplasmik(peroksida penting untuk mengaktivasi enzim hem menjadi bentuk
ferri). Pada daerah inflamasi akut, parasetamol tidak begitu efektif karena neutrofil dan
monosit mengahsilkan kadar H2O2 dan peroksida lipid yang tinggu. Akan tetapi,
parasetamol erupakan analgesik efektif pada kondisis dimana infiltrasi leukosit rendah
atau tidak ada. Parasetamol diabsorbsi dengan baik secara oral dan tidak menyebabkan
iritasi lambung.
- Alasan Pemilihan :
karena parasetamol merupakan analgesik ringan
- Monitoring untuk obat ini :
Jika pasien sudah mulai merasa gejala asmanya kambuh, maka pemakaian untuk obat ini
segera dihentikan dan digantikan dengan golongan obat lain untuk mengobati neyeri.
Dan jika pasien sudah tidak merasa neyeri di bagian bawah perut, maka sebaiknya
pemakaian untuk parasetamol dihentikan.
- KIE :
 diminum 3x sehari setiap 6 jam setlah makan.
 pasien diberitahu, jika sudah tidak nyeri dan demam lagi, sebaiknya penggunaan obat
ini segera dihentikan

4. HCT

Hidroklortiazid merupakan diuretik golongan tiazid yakni diuretik dengan potensi sedang,
yang bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi natrium pada bagian awal tubulus distal.

Indikasi : edema, hipertensi

Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia; memperburuk diabetes dan pirai; mungkin


memperburuk SLE (eritema lupus sistemik); usia lanjut; kehamilan dan menyusui;
gangguan hati dan ginjal (hindarkan bila berat); porifiria.

Kontraindikasi : hipokalemia yang refaktur; hiponatremia; hiperkalsemia; gangguan ginjal


dan hati yang berat; hiperurikemia yang simtomatik; penyakit addison.

Efek samping : hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi
(reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia; hipomagnesemia; hiponatremia;
hiperkalsemia; alkalosis hipokloremik; hiperurisemia; pirai; hiperglikemia; dan
peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit; fotosensitivitas; gangguan
darah (termasuk neutropenia, trombositopenia) bila diberikan pada masa kehamilan akhir
trombositopenia, neonatal); pankreatitis; kolestasis intrahepatik; dan reaksi hipersensitivitas
(termasuk pneumonitis, edema paru, reaksi kulit yang berat).

Dosis : edema, dosis awal 12,5 – 25 mg sehari, untuk pemeliharaan jika mungkin kurangi;
edema kuat pada pasien yang tidak mampu untuk mentoleransi diuretika
berat, awalnya 75 mg sehari.

Hipertensi dosis awal 12,5 mg sehari jika perlu tingkatkan sampai 25 mg sehari.

Usia lanjut dosis awal 12,5 mg sehari mungkin cukup.

Peringatan : penghentian pemberian thiazida pada lansia tidak boleh secara mendadak,
karena resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi.

Efek samping :

o Hipokalemia : yakni kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretik dengan titik kerja
di bagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion-K + karena ditukarkan dengan ion
Na akibatnya kadar kalium plasma dapat turun di bawah 3,5 mmol/liter. Gejala
kekurangan kalium ini berupa kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia,
kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata.
Pemakaian HCTZ hanya sedikit menurunkan kadar kaluim.
o Hiperurikemia : terjadi akibat retensi asam urat (uric acid). Menurut dugaan, hal ini
disebabkan oleh adanya persaingan antar diuretikum dengan asam urat mengenai
transpornya di tubuli.
o Hiperglikemia : dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi akibat
dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan.
o Hipernatriemia : kekurangan natrium dalam darah. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot,
haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps.
G. MONITORING
 Monitoring
 Pemeriksaan Laboratorium dan klinik secara berkala.
 Melakukan evaluasi efek farmakologis obat yang telah diberikan kepada pasien
Mengurangi asupan garam
 Diet rendah garam (sodium), bermanfaat membantu mengendalikan tekanan darah dan
mencegah tertimbunnya kelebihan cairan tubuh. Garam (natrium) bersifat menahan
air. Jika asupan garam dikurangi, cairan dalam tubuh juga tidak terlalu banyak
menumpuk, pembengkakan tangan dan kaki yang sering terjadi manakala cairan tubuh
berlebihan juga akan berkurang, dan kerja jantung serta paru-paru juga menjadi lebih
ringan sehingga mengurangi keluhan sesak dan sulit bernapas. Selain itu, jika Anda
mengurangi garam, rasa haus juga akan berkurang sehingga otomatis tidak terlalu
banyak minum air.
 Monitoring kepatuhan pasien.
 Apabila tekanan darah belum kunjung turun, maka dimonitoring penggunaan
kombinasi obat dengan diuretic.
 Monitoring efek samping obat.
 Monitoring pemeriksaan fisik : tekanan darah.

 Konseling, Informasi dan Edukasi


 Memberikan informasi cara pemakaian dan penggunaan obat secara benar
 Memberikan informasi efek samping obat yang mungkin terjadi dalam terapi yang
digunakan
 Memberikan informasi tentang terapi non farmakologi seperti, pasien harus menjaga
ketat pola makannya yaitu harus sangat memperhatikan asupan nutrisinya agar sasaran
terapi untuk menurunkan gula darah dapat tercapai dan melakukan olahraga ringan
seperti yoga.
 Memberikan informasi penggunaan antibiotic harus di habiskan.
 Losartan diminum 1 x sehari setelah makan, merupakan obat hipertensi.
 Cefotaxim + doksisiklin diminum …………………………, merupakan antibiotic.
 Paracetamol diminum 3 x sehari setelah makan digunakan untuk nyeri dan demam.
 Jika ada efek samping obat , obat dihentikan.
 Patuhi aturan pemakaian obat supaya tercapai tujuan terapi.

H. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Data Obat di Indonesia. PT Muliapurna Jayaterbit : Jakarta


M.J.Neal. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta

http://alin-maliando.blogspot.com/2009/01/patofisiologi.html

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F
%2Fwww.empowher.com%2Fcondition%2Fsearch%2Fpathophysiology-of-pelvic-
inflammatory-disease

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.medterms.com/script/main/art.asp%3Farticlekey%3D4823

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F
%2Fwww.medinfo.co.uk%2Fconditions%2Fpid.html

http://ilmu-kedokteran.blogspot.com/2007/11/hidroklortiazid.html

Anonim. 2006. Centers for Disease Control and Prevention : Sexually Transmitted Diseases
Treatment Guidelines 2006.http://www.cdc.gov/std/treatment/2006/updated-regimens.htm.
Diakses tanggal 14 Oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai