Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Anak merupakan individu yang nantinya akan terjun ke dalam masyarakat

sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab atas kehidupan rumah tangganya

dan juga insyaf akan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Karena itulah ia

harus disiapkan sedini mungkin sebagai pribadi yang matang dan siap untuk

melakukan fungsi-fungsinya tersebut.

Hal ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh lingkungan yang sangat

penting terhadap proses pembentukan pola perilaku yang nantinya dapat

membentuk kepribadian yang lebih baik sesuai dengan ajaran agama dan norma-

norma dalam masyarakat.

Pada proses pemebentukan perilaku tersebut, maka individu itu akan selalu

berhubungan dengan lingkungannya, baik lingkungan alam atau luar ( external or

physical environment ), yaitu segala sesuatu yang ada didalam dunia ini, yang

bukan manusia seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan hewan,

lingkungan dalam ( internal environment ), yaitu segala sesuatu yang telah

termasuk ke dalam diri kita yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita,

lingkungan sosial ( social environment ), yaitu semua orang atau manusia lain

yang mempengaruhi.

Jika dibandingkan dengan kedua macam lingkungan tersebut, ( lingkungan

alam dan lingkungan dalam ), maka lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang

lebih besar terutama terhadap pertumbuhan rohani atau kepribadian anak. Maka

1
jika dihubungkan kembali antara pembawaan atau keturunan ( heredity ) dan

lingkungan ( environment ) dalam hal pengaruh terhadap pertumbuhan manusia,

dapat dikatakan ‘’ sifat-sifat dan watak adalah hasil interaksi antara pembawaan,

keturunan dan lingkungan individu. ‘’. Dalam hal ini pengertian harus ditekankan

pada kata ‘’ interaksi ‘’. Interaksi antara diri seseorang dengan lingkungannya

itulah yang akan menentukan bagaimana hasil perkembangan aspek-aspek tertentu

dalam diri manusia, yang selanjutnya akan menentukan bagaimana sifat, watak

dan kepribadiannya.

B. PENGESAHAN JUDUL

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami istilah judul ‘’

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PEMBENTUKAN

KEPRIBADIAN ANAK ‘’, maka penulis akan menjelaskan masing-masing

istilah yang ada didalamnya sebagai berikut :

Pengaruh : suatu tingkah laku yang cenderung diikuti oleh

anak

Lingkungan : segala sesuatu yang berada di luar diri anak

Terhadap pembentukan : segala sesuatu yang dapat menimbulkan terjadinya

Kepribadian : himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau

kejiwaan yang relative tetap yang membedakan

seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi

yang berbeda-beda.

Anak : keturunan ayah dan ibu

2
C. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, penulis ingin merumuskan masalah yang ada

diantaranya yaitu :

1. apakah lingkungan berpengaruh terhadap pola perilaku anak ?

2. bagaimana lingkungan dapat membentuk kepribadian anak ?

D. TUJUAN PEMBAHASAN

Adapun yang mendorong penulis dalam mengemukakan judul tersebut

agar dapat dimengerti kegunaannya adalah :

1. mendidik anak dengan penuh kasih sayang

2. memahami dan mendidik anak sesuai dengan sifat dan karakter masing-masing

anak sebagai pribadi yang unik dalam perkembangannya

3. menciptakan lingkungan yang sehat bagi pembentukan kepribadian anak

E. BATASAN MASALAH

Untuk menghindari meluasnya masalah, maka penulis sengaja membatasi

masalah dari judul diatas yaitu ‘’ PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK ‘’. Karena penulis melihat bahwa

pembentukan kepribadian anak sangat diperngaruhi oleh faktor lingkungannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEPRIBADIAN

Kata kepribadian berasal dari bahasa Italia dan bahasa Inggris yang berarti

persona atau personality yang berarti ’’topeng’’. Akan tetapi sampai saat ini asal

usul kata ini belum diketahui. Konteks asli dari kepribadian adalah gambaran

eksternal dan sosial, hal ini diilustrasikan berdasarkan peran seseorang yang

dimainkannya dalam masyarakat. Pada dasarnya manusialah yang menyerahkan

sebuah kepribadian kepada masyarakatnya dan masyarakat akan menilainya

sesuai dengan kepribadian tersebut. Definisi kepribadian memiliki lebih dari lima

puluh arti, akan tetapi definisi kepribadian yang penulis maksud disini adalah

himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau kejiwaan yang relative tetap yang

membedakan seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi yang berbeda-

beda.

B. LINGKUNGAN YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN

KEPRIBADIAN

Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak,

khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran

lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra

kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa

dipungkiri, khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah

basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Keluarga menyiapkan sarana

pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain,

4
kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan

lingkungannya.

Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar batasan-batasan

kemampuan dan potensi genetic seseorang dan ia berperan dalam menyiapkan

fasilitas-fasilitas atau bahkan menghambat seseorang dari pertumbuhan.

Lingkungan jika dihadapkan dengan genetik, ia adalah faktor luar yang

berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan kepribadian seseorang, baik itu

faktor-faktor lingkungan pra kelahiran atau pasca kelahiran yang mencakup

lingkungan alam, lingkungan ekonomi, dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial

juga mencakup lingkungan keluarga, sosial, mazhab dan sebagainya.

C. PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN

ANAK

Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap

manusia. Banyak hadits yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam

pendidikan anak, dalam beberapa masalah seperti masalah aqiqoh, budaya, norma,

emosional, dan sebagainya, keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan

pembentukan kepribadian anak sejak dini,. Dengan kata lain, kepribadian

anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungan.

Rasulullah besabda ‘’Setiap anak yang dilahirkan berdasarkan fitrah, kedua orang

tuanyalah yang akan menjadikannya dia Yahudi, Nasrani atau Majusi’’. Perlu

ditekankan bahwa lingkungan tidak seratus persen mempengaruhi manusia,

karena Allah menciptakan manusia disertai dengan adanya ikhtiar dan hak pilih.

Dengan ikhtiarnya manusia bisa mengubah nasibnya sendiri.

5
Dalam tulisan ini. Penulis ingin mengkaji peran lingkungan dalam

pembentukan kepribadian seseorang, baik itu lingkungan keluarga maupun

lingkungan sosial lainnya yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadiannya.

Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Meskipun

demikian, peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih

pada awal-awal perkembangan yang menjadi landasan bagi perkembangan

kepribadian selanjutnya.

Anak yang baru dilahirkan berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya,

tidak bisa melakukan apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, dan tidak bisa

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, ia tergantung sepenuhnya dari

lingkungan hidupnya, yakni lingkungan keluarga, dan lebih luas lagi lingkungan

sosialnya.

Dalam perkembangannya, anak membutuhkan uluran tangan dari orang

lain agar bisa melangsungkan hidupnya secara layak dan wajar. Anak yang baru

dilahirkan bisa diibaratkan sebagai sehelai kertas putih yang masih polos.

Bagaimana jadinya kertas putih tersebut pada kemudian hari tergantung

dari orang yang akan menulisinya. Jadi, bagaimana kepribadian anak pada

kemudian hari tergantung dari bagaimana ia berkembang dan dikembangkan oleh

lingkungan hidupnya, terutama oleh lingkungan keluarganya. Lingkungan

keluarga berperan besar karena merekalah yang langsung atau tidak langsung

terus-menerus berhubungan dengan anak, memberikan perangsangan (stimulasi)

melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dengan anak.

Tatapan mata, ucapan-ucapan mesra, sentuhan-sentuhan halus,

kesemuanya adalah sumber-sumber rangsangan untuk membentuk sesuatu pada


6
kepribadiannya. Seiring dengan tumbuh kembang anak, akan lebih banyak

lagi sumber-sumber rangsangan untuk mengembangkan kepribadian anak.

Lingkungan keluarga acap kali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

yang mepengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya, hal ini

berlangsung melalui ucapan-ucapan atau perintah-perintah yang diberikan secara

langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau

dilakukan oleh anak. Adakalanya pula, orang tua bersikap atau bertindak

sebagai patokan, sebagai contoh atau model agar ditiru. Kemudian,

apa yang ditiru akan meresap dalam diri anak dan menjadi bagian dari

kebiasaan bersikap dan bertingkah laku, atau bagian dari kepribadiannya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, orang tua jelas berperan besar dalam

perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam

menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran

kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat

dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan serta

proses-proses yang ada dan yang terjadi sebelumnya.

Lingkungan rumah, khususnya orang tua, menjadi teramat penting sebagai

tempat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan berkembang lebih

lanjut. Pengalaman buruk dalam keluarga akan buruk pula diperlihatkan

terhadap lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah

akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang dialami dalam keluarga.

Hubungan antarpribadi dalam keluarga, yang meliputi pula hubungan

antarsaudara, menjadi faktor penting yang mendorong munculnya perilaku yang

tergolong nakal.

7
Agar terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan peran aktif

orang tua untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis di antara

semua pihak dalam keluarga. Namun, yang tentunya terlebih dahulu harus

diperlihatkan adalah hubungan yang baik di antara suami dan istri.

Lebih jelasnya kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah

laku kedua orang tua serta lingkungannya. Kedua orang tua memilikia peran yang

sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Islam menawarkan amalan-

amalan yang sangat berpengaruh bagi jiwa anak, seperti masa pra kelahiran, pasca

kelahiran, aqiqoh, khitan dan lain-lain. Perilaku-perilaku anak akan menjadikan

penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga dan pada saat yang sama

interaksi ini akan membentuk kepribadian secara bertahap dan memberikan arah

serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam

kehidupan.

Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak.

Keyakinan-keyakinan pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya

memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak.

Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam

situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Keluarga berperan sebagai faktor

pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi

budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugas-

tugas di hadapan anaknya, khususnya ibu yang memfokuskan dirinya dalam

menjaga akhlaq, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa

kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan

sholih.

8
Banyak hadits yang mengisyaratkan tentang pengaruh genetik dan

lingkungan dalam pendidikan anak. Hadits yang mengisyaratkan tentang

pengaruh genetik ‘’orang yang bahagia adalah orang sudah bahagia semenjak ia

berada dalam perut ibunya dan orang yang celaka adlah orang yang sudah celaka

semenjak ia berada dalam perut ibunya’’. Faktor-faktor genetik dan lingkungan

ini secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa

adanya yang lainnya. Akan tetapi masing-masing saling memiliki andil dalam

menentukan pendidikan dan kepribadian seseorang, sehingga jika salah satu tidak

banyak dipergunakan, maka yang lain harus ditekankan lebih keras.

Dalam bahasan ini yang dikaji adalah kepribadian yang baik dan positif

dalam bingkai peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak. Kedua orang

tua memiliki tugas dihadapan anaknya, dimana mereka harus memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memikul

kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya. Dengan dipenuhinya kebutuhan-

kebutuhan mereka, maka orang tua akan menghasilkan anak yang riang gembira.

Untuk mewujudkan kepribadian pada anak yang konsekuensinya kedua orang tua

harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam Al qur’an,

begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan denan masalah

psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia. Demikian keuda

orang tua dalam menghadapi anaknya baik dalam berpikir atau menghukum

mereka akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan.

Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain :

1. kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya . ketika

anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari keua orang

9
tuanya, maka pada saat mereka diluar rumah dan menghadapi masalah-

masalah baru, mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan

baik. Sebaliknya, jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan

mereka, atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka,

maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang

bagi kesempurnaan kepribadian mereka.

2. kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan

menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan

pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak pada akhirnya keinginan

dan kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak pilih.

3. saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat disini

bukan berarti bersikap sopan secara lahir, akan tetapi selai ketegasan kedua

orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan

fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan

pembicaraan negatif berkaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta

menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang

bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak merka yang terkait

dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas

supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.

4. mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan

terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap

mereka, karena hal ini akan menjadikan merka maju dan berusaha serta

berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan

menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan

10
yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan

kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain, mereka merasa

keberadaannya bermanfaat dan penting.

5. mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga ( kedua orang tuan dan anak ).

Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu

ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan

informasi mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka

tentang susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-anaknya

terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka

tentang masalah keyakinan, akhlaq dan hukum-hukum fiqih serta kehidupan

manusia. Jika kedua orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang dan cukup

bagi anak-anaknya, maka anak-anak akan mencari contoh lain, baik atau

tidak baik dan hal ini akan menyiapkan sarana penyelewengan anak.

D. PERAN LINGKUNGAN SOSIAL DALAM MEMBENTUK

KEPRIBADIAN ANAK

Lingkungan sosial tidak kalah pentingnya dengan lingkungan keluarga

dalam proses pembentukan kepribadian anak. Karena kepribadian anak terbentuk

oleh pengarahan lingkungan terhadap perilaku anak dari waktu ke waktu secara

terus menerus.

Salah contoh lingkungan sosial yang sangat dekat dengan anak adalah

sekolah. Dimana sekolah merupakan lingkungan kedua bagi dalam anak

berinteraksi dan mengembangkan kemampuannya. Pendidikan yang baik di

11
sekolah sudah pasti akan sangat berperan dalam pembentukan kepribadian anak

yang baik.

Berikut ini beberapa sifat yang menunjang pembentukan kepribadian

menyenangkan dan peran guru di sekolah dalam rangkan

menumbuhkembangkannya :

1. Ambisi, dalam pengertian positif adalah kadar kemauan anak untuk

mencapat sesuatu yang diinginkannya. Guru harus membantu anak

didik dalam menentukan sasaran keberhasilan sesuai dengan

kemampuannya agar anak didik berprestasi tanpa resiko frustasi.

2. Asertif, ketegasan atau kemampuan untuk memutuskan atau

memilih secara mandiri. Guru harus memberikan kesempatan

kepadada anak didik untuk mengekspresikan dirinya dan membuat

keputusan. Seperti mengekspresikan hobinya dan memilih

ekstrakurikuler yang disenanginya.

3. Antusias, kepribadian yang selalu bersemangat dalam menuntaskan

/ menyelesaikan hal-hal yang menjadi keinginannya. Guru harus

selalu mengajak anak didik untuk mengamati keberhasilan dan

menyoroti semangat juang orang-orang atau teman-temannya yang

telah berhasil. Guru juga harus mengusahakan anak didiknya

berada di lingkungan yang penuh semangat.

4. Percaya diri, kepribadiana yang mengutamakan kepercayaan

terhadap kemampuan diri dan membentuk kepribadian. Guru haru

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melaksanakan

sesuatu dengan kemampuannya sendiri dan selalu memberikan

12
pujian atas keberhasilan atau kemajuan terhadap prestasi yang

diraihnya.

5. Mau bekerja sama, kepribadian yang mengarah kepada keinginan

untuk membangun kerja sama dengan teman-temannya. Guru

harus memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk

mengerjakan tugas-tugas di sekolah secara berkelompok atau

bersama-sama dan tunjukkan penghargaan terhadap hasil kerjanya.

6. Berbesar hati, kemampuan untuk mengakui kelemahan/kekurangan

diri dan bias memaafkam kesalahan orang lain. Guru harus

memberikan contoh dan pengarahan kepada anak didik tentang

cara-cara menerima kekalahan/kelemahan diri dan bagaimana

cara mengekspresikan kemenangan tanpa merendahkan

orang lain.

7. Kontrol diri. Kemampuan untuk mengontrol diri terhadap situasi

atau kondisi yang dialaminya. Guru harus membantu anak

didik untuk mengindentifikasi penyebab permasalahan yang

dialami anak didik. Memberi contoh dan membimbing anak

tersebut untuk mengontrol emosinya.

8. Tidak mudah putus asa. Pribadi yang gigih dalam berjuang dan

berusaha, baik dalam belajar maupun dalam melaksanakan

kegiatannya sehari-hari. Menghadapi kesulitan sebagai hal

yang harus diselesaikan bukan suatu hal yang harus dihindari.

Guru harus mengenalkan cara-cara menghadapi kesulitan

walaupun tidak selalu membantu secara total semua kesulitan

13
anak didiknya.

9. Gembira. Kemampuan untuk selalu menciptakan suasana gembira

dalam setiap hal. Guru harus mampu menciptakan dan

mengembangkan suasana kegembiraan kepada anak didik

dalam kegiatan belajar-mengajar.

10. Humoris. Mampu menciptakan suasana ceria dalam setiap

pertemuan dan mampu menyikapi suatu hal dari sisi positifnya.

Guru harus selalu mencoba menciptakan suasana ceria dalam

setiap pertemuan

11. Menunjukkan simpati. Memupuk kebiasaan untuk merasakan hal-

hal yang dirasakan orang lain, mengasah kemampuan melakukan

empati terhadap permasalahan sehingga menjadi pribadi yang

penuh perhatian terhadap lingkungan dan teman-temannya. Guru

harus sering-sering mengajak anak didik berkomunikasi

tentang perasaan kita, perasaannya, dan perasaan orang lain. Beri

anak didik kesempatan untuk melatih daya imajinasinya dengan

demikian anak didik akan mampu membayangkan bagaimana bila

mereka berada dalam kondisi orang lain yang kurang

beruntung dalam hidupnya sehingga dapat melatih empatinya.

14
BAB III

PENUTUP

Keluarga sebagai sumber stimulasi ke arah terbentuknya ciri kepribadian

yang negatif, yang bisa berlanjut menyimpang dan nakal, perlu lebih aktif mengatur

sumber stimulasi agar berfungsi positif. Karena itu, keluarga acap kali perlu

memperoleh pengarahan dan bimbingan sesuai dengan fungsinya, namun usaha-usaha

tersebut hendaknya tidak terlalu memerhatikan hal-hal yang bersifat kognitif,

sebaliknya perlu memerhatikan hal-hal yang afektif. Dalam melaksanakan usaha-

usaha aktif ini, beberapa hal perlu diperhatikan, yakni:

1. Pendekatan terpusat pada anak (child centered approach), yakni dasar adanya

kekhususan pada anak, jadi berbeda antara seorang anak dengan anak lain.

Berangkat dari keadaan khusus yang dimiliki oleh anak itulah (termasuk

misalnya potensi yang khas), arah penanganan dilakukan.

2. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal diperlihatkan anak sesuai dengan

keinginan, kebutuhan, dan caranya yang khas yang di pihak lain tentu banyak

pula yang tidak sesuai atau tidak disetujui orang tua. Upaya mengubah

perbuatan yang salah hendaknya mempergunakan dasar dalam proses

pendidikan, antara lain sikap tegas, konsisten, bertahap, dan berulang-ulang.

3. Perlunya meperhatikan masa dan tahapan perkembangan karena sebenarnya

setiap saat seorang anak berada dalam keadaan berubah dan kemungkinan untuk

diubah. Hukum kesiapan (law of readiness) dalam proses belajar harus

15
diterapkan agar apa yang ingin ditanamkan dapat diterima dan disimpan dengan

baik dan menjadi bagian dari kepribadiannya.

4. Perubahan perilaku adalah proses yang terjadi secara bertahap, sedikit demi

sedikit dan berulang-ulang, sesuai dengan hukum pengulangan (law of exercise)

dalam proses belajar. Usaha mengubah perilaku anak membutuhkan kesabaran

untuk mengulang-ulang (repetition - reinforcement) dan memperkuat apa yang

baru diberikan agar menjadi bagian dari kepribadian dan kehidupannya

(internalisasi).

5. Perlu memperhatikan teknik yang mendasarkan pada kasih sayang (love

oriented technique). Bahwa banyak perubahan perilaku terjadi justru dengan

teknik yang mendasarkan pada kelembutan dan kasih sayang. Teknik yang

menyentuh emosi anak sehingga mau membukakan diri dan menuruti apa yang

dikehendaki orang tua. Teknik ini bukan sikap memanjakan atau

memperbolehkan semua tindakan atau perbuatan anak, tetapi cara pendekatan

yang bisa meningkatkan perasaan diterima, dimengerti, sehingga emosinya lebih

tenang, terkendali, harmonis, dan mudah menerima saran-saran, dorongan-

dorongan untuk bertingkah laku atau sebaliknya menahan untuk tidak

melakukan suatu tindakan.

Di samping usaha-usaha aktif, usaha-usaha menciptakan suasana

yang baik dalam keluarga adalah usaha lain untuk memengaruhi kepribadian anak.

Banyak hal yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak senang, bahagia

atau tertekan, sangat dipengaruhi oleh suasana rumah yang tentunya diarahkan dan

ditentukan oleh orang tua.

16
Cara orang tua menangani masalah, melakukan kebiasaan-

kebiasaan, semua menjadi objek, menjadi model, patokan yang sengaja atau tidak

disengaja ditiru oleh anak. Apalagi pada anak-anak yang sedang berada pada masa

peka untuk menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Proses peniruan tidak hanya

terjadi terhadap hal-hal yang menarik untuk ditiru (positif), namun juga, secara tidak

disadari, terhadap hal-hal yang negatif, misalnya terhadap perilaku agresif yang cocok

dengan keadaannya.

Suasana emosi yang baik dalam keluarga bisa menjadi penangkal

yang ampuh munculnya perilaku yang tidak baik pada anak. Orang tua menjadi

pribadi-pribadi yang banyak menentukan suasana emosi dalam keluarga.

Dalam usaha menciptakan lingkungan keluarga yang baik dengan

pribadi-pribadinya dan lingkungan sosial, perlu memperhatikan lingkungan hidup

secara lebih luas dan menyeluruh dengan semua faktor yang mempengaruhinya.

Berbagai perubahan sesuai dengan dinamika kehidupan hendaknya tidak terlalu

banyak menimbulkan kegoncangan, kepincangan, dan kesenjangan yang mudah

sekali mempengaruhi kondisi psikis pribadi maupun kelompok.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, diakses7Agustus2010,
http://ekowibowo.prophp.us/2008/06/membentuk-kepribadian-melalui-interaksi-
sosial/

Anonymous, diakses 7 Agustus 2010


http://www.sabda.org/c3i/faktor_penyebab_kenakalan_remaja

18

Anda mungkin juga menyukai