Anda di halaman 1dari 22

Modelling of Biot Wave In The Fault

Structure by Finite Difference Method

Thaqibul Fikri Niyartama (thaqibul@yahoo.com)


Program Studi Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Pendahuluan
 Pengembangan dan produksi lapangan minyak selalu
memerlukan informasi atau data tentang karakteristik
reservoir hidrokarbon.
 Teknologi : metode seismik seperti survei seismik 3
dimensi (3-D) maupun 4 dimensi (4-D), vertical
seismic profiles, maupun pendugaan sumur ke sumur.
 Deskripsi ”lingkungan reservoir” seperti struktur,
stratigrafi, dan detail petrofisik tidak dapat diperoleh
hanya dari beberapa data sumur.
 Ketidaktersediaan tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan analisis data lapangan dari pemodelan
seismik reservoir.
 Pada perkembangannya diperlukan kesesuaian antara
pemodelan geofisika eksplorasi dengan struktur–struktur
kompleks atau stratigrafi kompleks baik dari keadaan
bawah permukaan reservoir pada khususnya, maupun
lapangan produksi pada umumnya yang dicirikan dengan
ketidakteraturan antar muka yang memisahkan unit geologi
terbesar.
 Pertama kali dimunculkan oleh Boore yang kemudian
diperluas oleh Kelly [1][8] untuk mengamati perubahan
amplitudo dari converted wave, gelombang Rayleigh,
gelombang bias (head wave), dan gelombang difraksi dari
struktur patahan pada medium elastik.
 Sedangkan pemodelan seismik reservoir mulai
diperkenalkan pada tahun 1986 oleh Buyl, dengan asumsi
medium dari reservoir adalah single-phase (elastic solid)
[4].
 lingkungan reservoir pada kondisi
sebenarnya  medium yang heterogen,
multifase, viskos, dan padat berpori yang
terisi fluida.
 Kelly maupun Buyl belum menunjukkan
hubungan yang langsung antara
karakteristik bulk dari reservoir dengan
kecepatan maupun fase gelombang seismik
(karakteristik gelombang seismik).
 Karakterisasi dari reservoir memerlukan sebuah
model matematis yang dapat menghitung efek
porositas dan permeabilitas dari gelombang seismik.
 Salah satu pendekatan untuk hal tersebut adalah
formulasi elastik dari medium berpori yang
diperkenalkan oleh Biot dan Gassman [2].
 Aplikasi teori Biot telah terbukti berhasil pada untuk
kegiatan eksplorasi seismik, akustik laut, maupun
atenuasi dan dispersi dari gelombang kompresi, yang
kesemuanya itu memberikan jaminan terhadap
aplikasi teori tersebut untuk memodelkan struktur
bawah permukaan dari lingkungan reservoir [7].
 Stoll menggunakan teori Biot dengan memperhitungkan
modulus bulk butiran dan fluida menjadi konstanta elastik
sebenarnya, dan menghasilkan tiga modulus yang baru (H,
C, M) [12].
 Stoll mendapatkan dua persamaan dari gerakan yang
menggambarkan penjalaran dua gelombang dilatasi dengan
menggabungkan persamaan respon kerangka partikel
sedimen dengan persamaan aliran pada medium porus dan
persamaan stress dari gerakan.
 Model yang diperolehnya dapat memperlihatkan variasi dari
parameter fisik yang berbeda seperti overburden stress,
fluid compressibility, dan stiffness dari kerangka sedimen
untuk setiap litifikasi.
 Dengan alasan itulah maka dapat digunakan untuk
memprediksi perubahan kecepatan dan atenuasi dengan
kedalaman pada sedimen nonhomogen sebenarnya.
 Pada makalah ini disampaikan sebuah metode
pemodelan gelombang Biot, yang merambat melalui
medium poroelastik yang tersaturasi fluida dengan
struktur berbentuk sesar berdasarkan simulasi
numerik pendekatan beda hingga. Metode beda
hingga terpusat diaplikasikan pada dua persamaan
diferensial gelombang dilatasi Biot untuk memperoleh
penyelesaian persamaan gelombang dilatasi sebagai
fungsi grid points (titik-titik kisi). Sumber
dibangkitkan dengan turunan pertama fungsi Gauss
dan diaplikasikan ke dalam model. Parameter model
yang dibuat menggunakan parameter batu gamping
dan batu pasir. Seismogram sintetik serta snapshot
dari hasil perambatan gelombang Biot dikomputasikan
untuk menunjukkan efek dari antar muka yang
memisahkan unit geologi terbesar.
II. Metodologi
 Batuan pada struktur bawah permukaan dapat diasumsikan
sebagai medium yang elastik, homogen dan isotropis
secara makroskopik. Energi gelombang yang merupakan
sumber usikan gelombang merambat di dalam batuan dan
menimbulkan gejala pemampatan atau penekanan (stress)
dan peregangan (strain). Kondisi sebenarnya dari batuan
yang berpotensi mempunyai cebakan minyak (reservoir)
mempunyai sifat-sifat fisis yang berbeda dengan batuan
pada umumnya. Reservoir mempunyai karakteristik
berpori, elastik dan tersaturasi fluida yang jika dilewati
gelombang akan terjadi gerak pergeseran relatif antara
fluida yang ada di pori dengan pergeseran di dalam
kerangka padatnya. Gerakan relatif ini akan menghasilkan
jenis gelombang kompresi baru di dalam batuan yang
dicirikan oleh adanya gerak gelombang yang memiliki
kelajuan relatif rendah serta atenuasi tinggi yang
melengkapi gerakan gelombang P dan S dari kerangka
padatnya [11].
Diagram Alir Metodologi
Diagram Alir Metodologi
 Persamaan dinamik yang mengacu kepada perambatan
gelombang kompresi atau dilatasi tersebut di dalam
medium porus dan elastik yang tersaturasi fluida adalah:

 ∂ (1)
∇ 2 (He − Cζ ) = 2 (ρe − ρ f ζ )
2

∂t
dan

∂ η ∂ζ
∇ (Ce − Mζ ) = 2 (ρ f e − mk ζ ) −
2
2
(2)
∂t k ∂t
Dengan
cρ f
ζ = β (e − ε ) dan mk =
β
 Dalam bentuk matrik
 e   a11 a12   e  b1 − b1   e 
∇  =
2
 +
ε  a 21
 
a 22  ε − b2 b2  ε
Formulasi Beda-Hingga

A22 B1 − A12 B2
e(m, n, l + 1) =
det 2
dan

A11 B2 − A21 B1
ε (m, n, l + 1) =
det 2 dengan

det 2 = A11 A22 − A21 A12 > 0


2
 dt 
B1 =   {e(m + 1, n, l ) + e(m − 1, n, l ) − 4e(m, n, l ) + e(m, n + 1, l ) + e(m, n − 1, l )}
h

− a11 (e(m, n, l − 1) − 2e(m, n, l )) − a12 (ε (m, n, l − 1) − 2ε (m, n, l ))

+ b1
dt
(ε (m, n, l − 1) − e(m, n, l − 1))
2
Kondisi Batas
 −1 
 ( i + j −1) 
2 2 2
α 2 
f abs = e  N 
 Syarat kestabilan sistem akan
terpenuhi apabila:
Sumber
 Pendekatan yang digunakan adalah fungsi sumber yang merupakan
fungsi waktu seperti turunan pertama atau kedua dari wavelet
Gaussian yang berada di dalam medium. Didefinisikan fungsi Gauss
[13]:
Hasil dan Pembahasan

Gbr.1b. Snapshot perambatan gelombang pada Sesar 65o, posisi


Gbr. 1a. Seismogram Synthetik sesar 65o Perbesaran amplitudo sumber (150, 80).
10 kali, posisi sumber (150, 80).
Gbr.2a. Seismogram Synthetik sesar 115o, Perbesaran Gbr.2b. Snapshot perambatan gelombang pada Sesar 115o,
amplitudo 10 kali, posisi sumber (150, 85). posisi sumber (150,80).
Kesimpulan
 Gelombang P mengalami refleksi, refraksi, dan difraksi.
 Kecepatan gelombang P dan S yang merambat pada batu
pasir adalah 3686 m/s dan 2082 m/s, dengan kecepatan
model teoretisnya adalah 3438 m/s dan 1903 m/s,
 Sedangkan kecepatan gelombang P dan S yang merambat
pada medium batu gamping adalah 4092 m/s dan 2217
m/s, dengan kecepatan model teoretisnya adalah 3874 m/s
dan 2167 m/s.
 Seismogram sintetik dan snapshot memperlihatkan bahwa
pada model struktur sesar terdapat bentuk gelombang
reflektor yang tidak simetri, semakin tajam sudutnya,
semakin tidak simetri rekaman seismogram sintetiknya.
 Refleksi gelombang tampak dominan di sisi kanan difraksi
gelombang karena bidang sesar di sisi kanan pada model
struktur sesar 65o, 90o, dan 115o, dengan waktu
kedatangan yang sama.
 Sebagai tambahan, pengembangan selanjutnya dari makalah ini
sangat dimungkinkan agar diperoleh model yang lebih realistik
secara fisis maupun matematis. Pengembangan tersebut sangat
penting agar mendapatkan informasi dan pemahaman yang
lengkap dari perambatan gelombang seismik pada keadaan
sebenarnya.

 Wallahu ‘alam bishshowab


 Matur nuwun
 Wallahu ‘alam bishshowab
 Matur nuwun

Anda mungkin juga menyukai