Anda di halaman 1dari 6

Ahmadiyah memaksakan pemahamannya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi sesudah kenabian

Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Paham punya nabi sesudah Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. itu jelas bertentangan dengan Islam.
Bahkan, kelompok Ahmadiyah ini bercita-cita menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penganut
paham sesat Ahmadiyah terbesar di dunia. Cita-cita itulah yang membuat mereka militan. Dalam kasus
Cikeusik, jemaat Ahmadiyah yang hanya berjumlah 25 orang, tentu tidak akan diusik bila mereka tidak
melakukan upaya-upaya menyebarkan paham sesat Ahmadiyah kepada lingkungan sekitarnya.
Yang jadi pertanyaan, mengapa jemaat Ahmadiyah yang sedikit itu punya keberanian menyebarkan
paham sesatnya? Padahal, tindakan itu tidak dibenarkan dan bertentangan dengan SKB (Surat
Keputusan Bersama) yang ditandatangani Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung,
yang diterbitkan pada hari Senin tanggal 9 Juni 2008.
SKB No 3/2008, KEP-033/A/JA/6/2008, dan No 199/2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada
Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga
Masyarakat, selengapnya berisi:
1. Memberi peringatan dan memerintahkan warga masyarakat untuk tidak menceritakan,
menganjurkan, atau mengusahakan dukungan umum melakukan penafsiran tentang suatu agama
yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan
keagamaan dari agama itu yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran itu.
2. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus
JAI sepanjang mengaku beragama Islam untuk menghentikan penyebaran penafsiran dan
kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam, yaitu penyebaran paham yang
mengakui adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad SAW.
3. Penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus JAI yang tidak mengindahkan peringatan dan
perintah sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu dan diktum kedua dapat dikenai sanksi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk organisasi dan badan hukumnya.
4. Memberi peringatan dan memerintahkan warga masyarakat untuk menjaga dan memelihara
kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban kehidupan bermasyarakat dengan
tidak melakukan perbuatan dan/atau tindakan melawan hukum terhadap penganut, anggota,
dan/atau anggota pengurus JAI.
5. Warga masyarakat yang tidak mengindahkan peringatan dan perintah sebagaimana dimaksud
pada diktum kesatu dan diktum keempat dapat dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Memerintahkan aparat pemerintah dan pemerintah daerah melakukan langkah-langkah
pembinaan dalam rangka pengamanan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan Bersama ini.
Masalahnya, bukan hanya jemaat Ahmadiyah yang membandel, tetapi pihak pemerintah juga tidak
tegas. Seharusnya, sudah sejak kemarin-kemarin Ahmadiyah dibubarkan. Menteri Agama Suryadharma
Ali usai mengikuti rapat gabungan pemerintah dan DPR tentang ormas di Gedung DPR, Senayan, hari
Senin tanggal 30 Agustus 2010 lalu, pernah mengatakan: “Ahmadiyah itu seharusnya dibubarkan.
Kalau tidak dibubarkan permasalahannya akan terus berkembang.”
Sehari kemudian, 31 Agustus 2010, usai mengikuti buka bersama Wakil Presiden Boediono dengan
para ulama di Kediaman Dinas Wapres, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Suryadharma Ali kembali
menegaskan: “Jadi sekali lagi, ini harus diselesaikan. Kalau dibiarkan ini me-maintenance masalah. Ini
setiap hari, setiap minggu, potensi konflik terus ada gitu, lho. Kalau ini tidak diselesaikan, kita khawatir
eskalasinya makin meningkat dan pada akhirnya keadaannya makin buruk.”
Dimanfaatkan untuk menutupi kasus yang lebih besar?
Faktanya, hingga enam bulan kemudian, posisi Ahmadiyah tetap menggantung. Padahal, umat Islam
sudah seperti hilang kesabaran menanti realisasi dibubarkannya aliran dan paham sesat Ahmadiyah.
Seperti ada politik pembiaran terhadap kasus ini, yang sewaktu-waktu akan dimanfaatkan untuk
menutupi kasus yang lebih besar, misalnya kasus mafia pajak. Barangkali, itulah yang terjadi pada
kasus Cikeusik, Pandeglang, Banten, pada tanggal 6 Februari 2011 lalu.
Ketika perhatian sedang tercurah kepada kasus Cikeusik, tiba-tiba Buyung Nasution yang selama ini
menjadi pengacara Gayus Tambunan, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pengacara Gayus
sejak 7 Februari 2011. Keputusan itu disampaikan Buyung pada 8 Februari 2011, dalam sebuah jumpa
pers di Menara Global, Jl Gatot Subroto, Jakarta.
Jangan lupa, selain nama Adnan Buyung Nasution tercantum dalam iklan AKKBB Mei-Juni 2008, ia
juga pembela Ahmadiyah (lihat tulisan berjudul Adnan Buyung Bela Ahmadiyah Mewakili Siapa? di
nahimunkar.com edisi May 9, 2008 5:19 am).http://www.nahimunkar.com/adnan-buyung-bela-
ahmadiyah-mewakili-siapa/#more-59. Menurut Buyung, ia mundur karena Gayus sudah memakai jasa
pengacara lain (Hotma Sitompoel), dan mengubah haluan soal mafia pajak dan mafia hukum.
Menurut Buyung, Gayus yang semula menyudutkan perusahaan Bakrie terkait pajak, kini berbalik
arah. Bahkan Gayus berani mengatakan, nama Bakrie ia kait-kaitkan karena diarahkah oleh Denny
Indrayana. Jika semula Gayus terkait dengan 149 perusahaan yang laporan pajaknya ia rekayasa, kini
arahnya berbalik yaitu Gayus sama sekali tidak ada kaitannya dengan perusahaan-perusahaan tersebut.
Jangan juga dilupakan, bahwa Hotma Sitompoel selama ini adalah anak emas Buyung Nasution.
Kedekatan mereka sudah terjalin sejak keduanya aktif di Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Kalau saat
ini terkesan keduanya seperti berseberangan, apakah punya makna tersembunyi?
Para pembela Ahmadiyah pasca kerusuhan Cikeusik, bagai sekawanan laron yang menyerbu cahaya
usai hujan petang hari. Mereka antara lain Anick H. Tohari. Menurut Anick, negara gamang dalam
menangani kasus Cikeusik ini secara tuntas. Anick juga berpendapat, negara tidak berhak membuat
penafsiran suatu agama. Pendapat itu terkesan gagah, tapi ngawur. Karena, kesesatan Ahmadiyah
bukanlah produk penafsiran negara, tetapi merujuk kepada akidah baku umat Islam yang dilandaskan
pada Al-Qur’an yang kemudian diikuti oleh para ulama shalih.
Selain Anick, yang juga tercantum namanya dalam iklan AKKBB adalah Eva Kusuma Sundari dari
PDIP. Menurut Eva, pemerintah telah gagal menjamin kebebasan warga negara dalam memeluk agama
dan melaksanakan ibadah. Pendapat itu dikemukakan Eva terkait insiden penyerangan terhadap jemaat
Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten.
Pendapat tersebut juga terkesan gagah dan humanis, namun ya ngawur juga. Karena, masalahnya bukan
pada memeluk (memilih) agama dan melaksanakan ibadah, tetapi kepada adanya keyakinan (akidah)
yang bertentangan dan dipaksakan untuk diterima sebagai kebenaran, padahal bathil. Menurut Akil
Mochtar (hakim konstitusi), “Keyakinan itu tidak dilarang. Konstitusi mengaturnya secara tegas,
memberikan jaminan atas kebebasan berkeyakinan. Namun, ketika keyakinan tersebut telah
menyinggung keyakinan orang lain, maka itu harus dibatasi.”
Dalam hal ini, Ahmadiyah tidak mau dibatasi. Mereka maunya disamakan, dibebaskan dengan
kebathilannya, dan dibebaskan merusak akidah umat Islam. Sikap bathil ini ternyata didukung oleh
laron-laron AKKBB yang neo-sinkretis. Salah satu laron itu adalah Qasim Mathar, Guru Besar UIN
Alauddin Makassar.
Qasim Mathar selaku jurubicara Forum Masyarakat Sulawesi Selatan (FMS) yang terdiri dari tokoh-
tokoh lintas agama, akademisi dan aktivis organisasi non pemerintah, meminta pemerintah merevisi
SKB 3 Menteri. Alasannya, SKB tersebut telah menjadi penyebab terjadinya sejumlah tindak kekerasan
dan dijadikan dasar bertindak untuk menyerang kelompok Ahmadiyah.
Pandangan itu jelas mengada-ada dan tidak sesuai kenyataan. Karena, SKB itu justru bagai macan
ompong yang tidak bisa menghentikan perusakan akidah yang sedang dijalankan Ahmadiyah. Kalau
toh mau direvisi, SKB itu perlu diperkuat dan dipertegas, sehingga penyebaran paham sesat Ahmadiyah
bisa berhenti, dan umat Islam tidak lagi direpotkan dengan ulah mereka. Barulah kita bisa berharap
potensi konflik bisa diakhiri.
Sekedar mengingatkan, pada harian Media Indonesia edisi 26 Mei 2008 (hal. 13), pernah terpampang
ratusan nama pendukung AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan), sebagai berikut:
Membela Aliran Sesat dan Memprovokasi
Masih banyak laron-laron AKKBB yang berkomentar di berbagai media cetak dan elektronik. Posisi
mereka sangat jelas, yaitu memprovokasi rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk terus
memelihara konflik horizontal dengan Ahmadiyah. Provokasi yang mereka lakukan memang licik,
yaitu dengan memposisikan Ahmadiyah sebagai pihak yang benar dan teraniaya, padahal penyebaran
paham sesat Ahmadiyah bertentangan dengan SKB dan akidah umat Islam. Sementara itu, pihak lain
mereka posisikan sebagai pelaku kekerasan, anarkis dan mau memang sendiri.
Akibatnya, pihak Ahmadiyah semakin percaya diri dan arogan dengan kebathilannya, sehingga
semakin berani melawan umat Islam. Sementara itu, umat Islam kian merasa terdzalimi. Perasaan
terdzalimi ini tentu membangun potensi balas dendam. Kalau potensi ini kemudian diprovokasi oleh
kekuatan dari luar, konflik horizontal alias anarkisme tinggal menunggu waktu.
Apalagi, bila kerusuhan itu memang dirancang sebagaimana kecurigaan sementara orang terkait
beredarnya video aksi kekerasan massa di Cikeusik yang diunggah Andreas Harsono di Youtube.
Namun siapa sesunguhnya yang merekam kejadian itu? Yang jelas, pelaku perekaman berada di posisi
Ahmadiyah, dan ia begitu leluasa bergerak di tengah-tengah konflik yang menewaskan tiga nyawa
jemaat Ahmadiyah itu.
Susahnya Menelusuri Pengupload Video Tragedi Ahmadiyah di Youtube
Anwar Khumaini – detikNews
Kamis, 10/02/2011 07:05 WIB
Jakarta – Tak lama setelah terjadi kasus kekerasan yang dilakukan oleh massa terhadap warga
Ahmadiyah Cikeusik, Pandeglang, Banten, muncul video tentang aksi kekerasan massa tersebut di
Youtube. Video itu pun banyak diunduh. Namun tak lama kemudian, video itu pun diblokir.
Sebenarnya, siapakah orang yang mengupload video berdurasi 1.06 menit tersebut? Menurut kabar,
sang pengupload bernama Andreas Harsono. Namun saat dikonfirmasi detikcom, Andreas menolak
untuk menjawab. Menurutnya, ada timnya yang bertugas khusus untuk menjawab pertanyaan ini.
“Ada tim saya bernama Elin yang akan menjawabnya,” kata Andreas singkat kepada detikcom via
telepon, Rabu (9/2/2011) malam.
Anderas kemudian meminta detikcom untuk meneleponnya kembali 2 menit kemudian. Namun saat
ditelepon kembali, Andreas tidak mengangkat teleponnya. Baru setelah di-SMS, Andreas
membalasnya.
Dalam balasannya tersebut, Andreas kemudian memberikan nomor Elin yang dia maksud. Namun
ternyata nama lengkap orang yang dimaksud adalah Elaine Pearson, yang saat ini berada di Perth,
Australia. Selain meminta menghubungi Elaine, Andreas juga meminta agar detikcom menghubungi
Brad Adams yang saat ini berada di London.
“Elaine saat ini mungkin sudah tidur, tapi coba SMS nanti dia akan menelepon,” kata Andreas.
Namun hingga saat ini detikcom belum berhasil menghubungi kedua nomor tersebut.
Dari video yang ditonton detikcom, Senin (7/2/2011) lalu, tampak beberapa orang dari massa yang
beringas itu menimpuki dua pemuda yang sudah tidak berdaya itu dengan batu, bambu, dan kayu.
Tampak seorang pemuda berjaket biru memukul dengan bambu tanpa henti. Sementara pemuda lainnya
ikut memukul bertubi-tubi.
Salah satu pemuda yang nyaris telanjang tampak sudah tidak bergerak. Kemungkinan, pemuda yang
hanya memakai celana dalam itu sudah tewas. Tubuhnya penuh dengan luka dan berdarah-darah.
Sementara satu pemuda lainnya yang menjadi amukan massa tampak terus dipukuli. Pemuda itu
tampak tidur tengkurap dan tidak bergerak.
Sementara itu, kerumunan massa yang mengitari dua pemuda yang kondisinya sangat mengenaskan itu
terus meneriakkan takbir. Bahkan beberapa di antara mereka tampak asyik merekam kejadian itu
melalui ponselnya. (anw/nvc)
(http://www.detiknews.com/read/2011/02/10/070526/1568194/10/susahnya-menelusuri-pengupload-
video-tragedi-ahmadiyah-di-youtube)
Sikap Menteri Agama Berobah
Kecurigaan sebagian masyarakat terhadap adanya rekayasa dalam kasus Cikeusik ini semakin menajam
ketika merasakan adanya perobahan sikap dari Menteri Agama. Enam bulan lalu, Menteri Agama
Suryadhama Ali melalui pernyataannya di berbagai media terkesan begitu fokus dan antusias bahwa
aliran dan paham sesat Ahmadiyah akan dibubarkan setelah Lebaran (Idul Fitri 1431 H). Namun kini,
pasca kasus Cikeusik, tidak fokus dan tidak antusias lagi. Siapa menekan Menteri Agama?
Dalam rapat bersama antara anggota DPR RI dengan Menteri Agama dan Kapolri, 09 Februari 2011,
Suryadharma menawarkan 4 alternatif. Pertama, Ahmadiyah membuat sekte sendiri di luar Islam.
Kedua, Ahmadiyah menjadi Islam yang benar. Ketiga, Ahmadiyah dibubarkan. Keempat, Ahmadiyah
dibiarkan.
Suryadharma sendiri nampaknya lebih condong kepada alternatif kedua. Karena, menurutnya, jamaah
Ahmadiyah memiliki semangat ber-Islam yang kuat, namun mendapatkan dakwah yang salah. Oleh
karena itu, menurut Menag, dengan dialog mereka dapat dikembalikan ke jalan yang benar.
Ada apa dengan Menteri Agama Suryadharma Ali? Rasanya tidak mungkin beliau takut hanya kepada
segerombolan laron.
Ancaman siksa neraka sangat dahsyat
Perkataan ngawur dari para pembela Ahmadiyah (pengikut nabi palsu) yang telah meragukan dan
bahkan bertentangan dengan ayat Al-Qur’an itu sangat membahayakan bagi diri orang yang
mengatakannya, bahkan bisa membahayakan bagi orang lain yang terpengaruh dengannya. Maka wajar
kalau sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam masuk neraka atas orang yang hanya
gara-gara ia mengucapkan satu perkataan.
َ َ ُ ‫حدي‬
ُ ‫ن ال ْعَب ْلد َ ل َي َت َك َل ّل‬
‫م‬ ّ ِ‫ل إ‬ُ ‫قللو‬ ُ َ‫م ي‬َ ّ ‫س لل‬
َ َ‫ه ع َل َي ْلهِ و‬
ُ ‫صلّلى الل ّل‬ َ ِ‫ل الل ّه‬ َ ‫سو‬
ُ ‫معَ َر‬
ِ ‫س‬
َ ‫ه‬
ُ ّ ‫ أن‬: ‫ه‬ ُ ّ ‫ي الل‬
ُ ْ ‫ه ع َن‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ث أِبي هَُري َْرة َ َر‬ ِ َ
‫ب‬ ْ ْ ‫م‬ ْ َ ُ ِ‫مةِ ي َن ْز‬ َ ْ
ِ ِ‫مغْر‬ َ ‫ق َوال‬ ِ ِ‫شر‬ َ ‫ن ال‬َ ْ ‫ما ب َي‬
َ َ ‫ل ب َِها ِفي الّنارِ أب ْعَد‬ َ ِ ‫ ِبالكل‬.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda:
Adakalanya seorang hamba mengucapkan satu kalimah (satu kata) yang menyebabkan dia tergelincir
ke dalam Neraka yang jarak dalamnya antara timur dan barat. (Hadits ruiwayat Al-Bukhari dan
Muslim).
ْ َ ‫ن أ َِبي هَُري َْرة َ َقا‬
‫سللا‬ً ‫ملةِ َل ي َلَرى ب ِهَللا ب َأ‬َ ِ ‫م ِبال ْك َل‬ُ ‫ل ل َي َت َك َل ّل‬
َ ‫جل‬ ُ ‫ن الّر‬ َ ّ ‫س لل‬
ّ ِ‫م إ‬ َ َ‫ه ع َل َي ْهِ و‬
ُ ّ ‫صّلى الل‬
َ ِ‫ل الل ّه‬ُ ‫سو‬ َ ‫ل َقا‬
ُ ‫ل َر‬ ْ َ‫ع‬
‫ه‬
ِ ‫ج‬ ْ
ْ َ‫ذا الو‬ َ َ‫ن ه‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ب‬ ٌ ‫ري‬ َ
ِ ‫نغ‬ ٌ ‫س‬ َ ‫ح‬ َ ‫ث‬ ٌ ‫دي‬ ِ ‫ح‬ َ ‫ذا‬ َ َ
َ َ‫فا ِفي الّنارِ قال ه‬ ً ‫ري‬ ِ ‫خ‬ َ ‫ن‬َ ‫سب ِْعي‬
َ ‫وي ب َِها‬
ِ ْ‫* ي َه‬.
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Sesungguhnya
bisa jadi seseorang mengucapkan suatu perkataan yang disangkanya tidak apa-apa, tapi dengannya
justru tergelincir dalam api neraka selama tujuh puluh musim.” (HR At-Tirmidzi, ia katakan ini hadits
hasan gharib dari arah ini, dan Ahmad – 6917).
Mengenai pembela nabi palsu (terkena juga bagi orang yang membela pengikut nabi palsu, seperti
membela Ahmadiyah hakekatnya membela nabi palsu pula), dalam Musnad Al-Humaidi diriwayatkan:
َ َ ‫ف‬
1230- ‫ه‬ُ َ ‫مع‬ِ ‫سل‬ َ ‫ه‬ ُ ّ ‫ة أن‬ َ ‫حِني‬ َ ‫ن ب َِنى‬ ْ ‫م‬ِ ‫ل‬ٍ ‫ج‬ ُ ‫ن َر‬ ْ َ‫ن ع‬ َ ‫ن ظ َب َْيا‬ ُ ْ‫ن ب‬ ُ ‫مَرا‬ ْ ‫ع‬ِ ‫حد ّث ََنا‬
َ ‫ل‬َ ‫ن َقا‬ ُ ‫فَيا‬ ُ ‫حد ّث ََنا‬
ْ ‫س‬ َ ‫ل‬ َ ‫مي ْد ِىّ َقا‬
َ ‫ح‬ ُ ْ ‫حد ّث ََنا ال‬َ
‫صللى اللله عليله‬- ِ‫ل اللله‬ ّ َ ‫سلو‬ َ َ
َ ‫ قا‬.‫م‬ ْ ُ ً َ َ َ ‫ل قا‬َ ُ ‫قو‬
ُ ‫ت َر‬ ُ ْ ‫مع‬ ِ ‫سل‬ َ ‫ فإ ِّنى‬: ‫ل‬ ْ َ‫ ن َع‬: ‫ت‬ ُ ‫جال؟ قل‬ ّ ‫ف َر‬ُ ‫ أت َعْر‬: َ ‫ل ِلى أُبو هَُري َْرة‬ ُ َ‫ي‬
‫ (مسللند‬.‫ة‬ َ ‫م‬َِ ‫سلي ْل‬ ‫م‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ح‬
ِ َ ‫ل‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ت‬‫ر‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ل‬ُ ‫ث‬ ‫م‬ َ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫س‬ َ ‫ فَك َللان أ‬.« ‫» ضرسه فللى ِالنللار أ َع ْظ َلم ملن أ ُحلد‬: ‫ل‬ ُ ‫قو‬ُ ‫ي‬ -‫وسلم‬
َ ُ ِ َ َ ّ َ ْ ّ َ ْ َ ٍ ُ ْ ِ ُ ِ ّ ِ ُ ُ ْ ِ َ
409 / 3) – ‫()الحميدي – مكنز‬
Dari Imran bin Dhabyan dari seorang dari Bani Hanifah (suku yang ada nabi palsunya, Musailimah
Al-Kadzdzab) bahwa ia mendengarnya, dia berkata, Abu Hurairah berkata kepadaku: Kenalkah kamu
(seorang bernama) Rajjal? Aku jawab: ya. Dia (Abu Hurairah) berkata: Sesungguhnya aku telah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Gigi gerahamnya (Ar-Rajjal) di
dalam neraka lebih besar daripada Gunung Uhud”. Dia dulunya masuk Islam kemudian murtad dan
bergabung dengan Musailimah (Nabi palsu).(Musnad Al-Humaidi).
Para pembela nabi palsu diancam siksa neraka sangat dahsyat. Termasuk para pembela Ahmadiyah
pada hakekatnya adalah pembela nabi palsu, karena Ahmadiyah adalah pengikut nabi palsu Mirza
Ghulam Ahmad.
Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, “Suatu hari
aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin Anfawah.
Nabi bersabda,
ُ ‫إن فيكم لرجل ضرسه فى النار أ َع ْظ َم م‬
ٍ ‫حد‬
ُ ‫نأ‬ْ ِ ُ ِ ّ ِ ُ ُ ْ ِ
“Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar dari
Gunung Uhud.”
Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah wafat, dan yang tinggal
hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga
akhirnya Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailimah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah
Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailimah.” Hal ini diriwayatkan oleh
Ibnu Is-haq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra. (Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan-Nihayah, dalam
bahasan nabi palsu Musailimah Al-Kadzdzab, atau lihat buku Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-nabi Palsu
dan Para Penyesat Umat, Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, 2007, bab Nabi Palsu Musailimah Al-Kadzdzab).
Dengan adanya ancaman dahsyat itu, kekhawatiran akan hilangnya keimanan akibat membela
Ahmadiyah pun ada. Contohnya adalah artikel berjudul ParaPembela Kafirin Ahmadiyah, Perlukah
Mayatnya Disholati? (lihat nahimunkar.com, June 4, 20089:23 pm,http://www.nahimunkar.com/para-
pembela-kafirin-ahmadiyah/#more-77)
Demikianlah ancaman keras dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang yang perkataannya
dianggap tidak mengapa (padahal sangat merusak agama) maka mengakibatkan dicemplungkan ke
neraka yang jarak dalamnya saja 70 tahun (perjalanan). Sedang yang membela nabi palsu maka gigi
gerahamnya di neraka lebih besar dibanding Gunung Uhud. Betapa ngerinya. Namun kini betapa
beraninya mereka berkata-kata dengan sangat ngawurnya, hanya untuk membela pengikut nabi palsu.
Sumber : eramuslim
Dari Tulisan: Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede adalah penulis buku Ummat Dikepung Maksiat,
Politik Kotor dan Sesat
http://exiaprasetya.wordpress.com/2011/04/01/para-pembela-ahmadiyah-bejibun-dan-ngawur/

Anda mungkin juga menyukai