Naskah Akademis Final
Naskah Akademis Final
AKADEMIS
PENJELASAN UMUM
(NASKAH AKADEMIS)
PENYELENGGARAAN
PENGAWASAN PEMERINTAHAN
DAERAH
3
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN.............................................................................................................. 6
4
GAMBAR, BAGAN dan MATRIKS
5
I. PENDAHULUAN
6
merujuk atau didasarkan pada landasan legal formal yang jelas baik dalam
kaitannya dengan pemerintahan daerah, pengawasan atau audit kinerja, atau
pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
7
II. KONSEP-KONSEP YANG RELEVAN DALAM KAJIAN PENYUSUNAN
PEDOMAN PENGAWASAN
Pada bagian di bawah ini akan diuraikan sejumlah konsep atau bahasan
terkait, yang dapat dijadikan justifikasi bagi pentingnya penyusunan pedoman
audit kinerja penyelenggaran pemerintahan tersebut.
II. 1. PENGAWASAN
Audit kinerja merupakan jenis audit yang relatif baru dalam organisasi
publik. Selama ini yang lebih sering dilakukan adalah audit keuangan (financial
audit) dan audit kepatuhan (compliance audit). Audit keuangan lebih
difokuskan pada validasi dan kewajaran laporan keuangan. Sedangkakn audit
8
kepatuhan lebih difokuskan untuk menguji kepatuhan terhadap kebijakan
manajemen dan peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut Mahmudi (2005) setidaknya ada 3 (tiga) hal yang membuat audit
kinerja begitu penting untuk dilakukan, yaitu :
9
mengabaikan hasil (outcome) dari anggaran tersebut. Kinerja diukur hanya
sebatas habis tidaknya anggaran dibelanjakan, terpenuhi atau tidaknya
target anggaran, dan sebagainya. Yang lebih penting dari itu adalah apakah
anggaran telah mencapai hasil yang diharapkan, apakah anggaran telah
dilaksanakan secara ekonomis, efektif dan efisien. Terlalu terfokus pada
anggaran saja dapat menyebabkan gambaran kinerja yang dihasilkan
menjadi tidak komprehensif. Oleh karena itu, selain audit keuangan
diperlukan audit kinerja yang difokuskan pada pemeriksaan hasil kerja
untuk menguji tingkat ekonomi, efisiensi, dan efektifitas suatu program,
kegiatan, fungsi atau organisasi dalam menggunakan sumberdaya
(anggaran, personil, dan infrastruktur).
3. Akuntabilitas publik
10
terletak pada manajemen atau eksekutif. Selanjutnya manajemen, dalam
hal ini pemerintah, bertanggungjawab untuk memberikan laporan kinerja
atas pelaksanaan program, kegiatan, fungsi atau organisasi kepada publik.
Gambar1
Peran Auditing dalam Proses Akuntabilitas Publik
MASYARAKAT (PUBLIK)
Meminta Tanggungjawab
Pemerintah dan Kinerja Dewan
AUDITOR
SEKTOR PUBLIK
PEMERINTAH DPR/DPRD
(PUSAT/DAERAH) Perantara Publik
(Auditee) yang Meminta
Tanggungjawab Auditee
Dari gambar tersebut terlihat jelas bahwa ada 4 pihak yang terlibat dalam
proses akuntabilitas pemerintah, yaitu :
11
1. Pihak pertama adalah pemerintah, yang dalam hal ini berperan sebagai
pihak yang diaudit (auditee).
3. Pihak ketiga adalah publik atau masyarakat yang berhak untuk meminta
pertanggungjawaban pihak I (pemerintah) dan pihak II (DPR/DPRD).
4. Pihak keempat adalah auditor yang memegang fungsi auditing dan fungsi
atestasi.
Secara tipologis ada beberapa jenis audit kinerja dalam literatur audit
sektor publik. Audit kinerja terdiri atas 2 jenis, yaitu :
12
• sumberdaya yang digunakan sudah mencukupi untuk melaksanakan
suatu program atau kegiatan yang sesuai dengan jumlah yang
disetujui oleh otoritas yang berwenang, misalnya legislatif;
13
2. Audit program atau audit efektivitas
• Tujuan dan sasaran telah sesuai dengn misi dan visi organisasi;
14
lingkungan entitas (organisasi) yang akan diaudit serta untuk mengkaji
sistem pengendalian manajemen. Dalam tahap ini auditor mempelajari
gambaran umum entitas, struktur organisasi, visi dan misi, proses kerja,
sistem informasi, dan sistem pelaporan.
15
II.2.4. Indikator Kinerja
Ada kebutuhan untuk mengkaitkan audit kinerja ini dengan upaya untuk
mengembangkan indikator kinerja pemerintah daerah. Penggunaan indikator
kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program
yang dilaksanakan pemerintah telah dilakukan secara efisien dan efektif.
Indikator untuk tiap unit organisasi berbeda tergantung pada tipe pelayanan
yang dihasilkan. Yang dimaksud dengan indikator kinerja adalah , “ ukuran
kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara itu, menurut
Lohman (2003), indikator kinerja adalah ,”suatu variabel yang digunakan untuk
mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi
dengan berpedoman pada target dan tujuan organisasi. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja hakekatnya merupakan
kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.
16
II.2.5 Jenis Indikator Kinerja
2. Indikator Proses
17
kegiatan apabila tolok ukur diaitkan dengan sasaran yang terdefinisi dengan
baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator keluaran harus sesuai dengan
lingkup dan sifat kegiatan instansi. Misalnya, untuk kegaitan yang bersifat
penelitian indikator kinerja berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi
ilmiah.
Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang
diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah
beberapa waktu emudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang.
Indikator manfaat menunjukkan hal yang diharapkan dapat selesai dan
berfungsi dengan optimal (tepat lokasi dan tepat waktu).
18
II. 3. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
Dengan merujuk pada pasal 1 ayat 5 PP No. 38 Tahun 2007 dan pasal 1
ayat 4 dari Permendagri Nomor 23 Tahun 2007 disebutkan bahwa urusan
pemerintahan adalah , “fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan
kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur
dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam
rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan
masyarakat.” Yang menjadi pertanyaan mendasar kemudian adalah mengapa
dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan perlu dilakukan pembagian atau
pemencaran urusan pemerintahan ? Beberapa alasan atas pertanyaan ini ada
sejumlah alasan sebagai penjelasan.
19
II.3.1. Jenis dan Kriteria Pembagian Urusan Pemerintahan
Selain itu, dengan merujuk pada Pasal 11 ayat 3 dari UU Nomor 32 Tahun
2004, Pasal 2 ayat 1 dari PP No. 38 Tahun 2007, Pasal 6 ayat 2 dari PP No. 38
Tahun 2007 disebutkan bahwa tipologi atau jenis urusan Pemerintahan dapat
dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
2) Urusan Wajib dan Urusan Pilihan: Urusan wajib berkaitan dengan pelayanan
dasar sedangkan urusan pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan
kekhasan daerah.
Ketiga, efisiensi. Dalam kaitan ini bila suatu urusan penanganannya akan lebih
berdayaguna dan berhasil guna dilaksanakan oleh daerah provinsi dan/atau
daerah kabupaten/kota dibandingkan ditangani pemerintah maka urusan
tersebut diserahkan pada daerah dan demikian pula sebaliknya (vice versa).
20
II.3.2. Desentralisasi
1. desentralisasi territorial
2. desentralisasi fungsional
Hal senada juga dikemukakan oleh Humes IV (1991) yang menyatakan bahwa
pendistribusian kewenangan dalam pemerintahan dapat dikembangkan atas 2
basis, yaitu areal dan fungsional :
21
Bagan 1
GENERAL FUNCTIONAL
LEVEL GOVERNMENT AGENCIES
Areal
a. inter-organisasi (regulations)
b. subsidiarization-hybrid
22
c. supervision (hibrid)
d. intra-organisasi (subordination)
• Kelembagaan
23
• Pegawai daerah
• Keuangan daerah
• Barang daerah
• Urusan wajib
• Urusan pilihan
• Dana dekonsentrasi
• Tugas pembantuan
24
Gambar 2
Siklus Pengawasan
SIKLUS PENGAWASAN
PELAKSANAAN
PKPT 1. Pemeriksaan
2. Monev
PEMANTAUAN dan
TINDAK LANJUT
PEMUTAKHIRAN
Secara lebih rinci siklus pengawasan tersebut akan diuraikan pada bagian
di bawah ini.
25
Pemeriksaan secara berkala dan komprehensif terhadap administrasi
umum pemerintahan dan urusan pemerintahan.
26
Bagan 2
ALUR LHP
MENTERI BPK
L1 L1’
ITJEN
L2’’
L2 L2’
INSPEKTORAT
L3’’ PROVINSI
BUPATI/WALIKOTA
L3 L3’
INSPEKTORAT
KABUPATEN/KOTA
27
Bagan 3
ALUR LHME
MENTERI
L1
ITJEN
L2’
L1’
GUBERNUR
L2 INSPEKTORAT
L3’ PROVINSI
BUPATI/WALIKOTA
L3
INSPEKTORAT
KABUPATEN/KOTA
Dalam kaitan dengan tindak lanjut hasil pemeriksaan ada sejumlah hal
penting yang harus diperhatikan, yaitu :
28
• Pihak Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat
Kabupaten/Kota melakukan pemantauan dan pemutakhiran atas
pelaksanaan tindaklanjut.
29
III. PENUTUP
30