Anda di halaman 1dari 12

2011

03 Maret 2011

MENGUKUR KECEPATAN
Wulan Wahyu Eganingrum
Filza Munir

RESPIRASI INSECTA
Alya Rahmania
Adinda Sari Putri
Ahmad Zakky Rabbani

KECIL
Fahmi Aulia Rahman

[ Laporan ini memuat hasil praktikum Biologi yang dimana telah dilaksanakan pada Kamis, 03 Maret
2011. Laporan praktikum ini berisi dasar teori, alat dan bahan, tahapan praktikum, hasil percobaan
beserta kesimpulan.]
Tempat dan Waktu Praktikum:

 Tempat : Laboratorium Biologi SMA Labschool Kebayoran Lt. 1


 Hari : Kamis
 Tanggal : 03 Maret 2011
 Pukul : 09.45 – 11.10 WIB

Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui kadar Oksigen yang dihirup Insecta kecil setiap menit.

Dasar Teori:

Respirasi adalah suatu proses pengambilan O 2 untuk memecah senyawa-senyawa organik


menjadi CO 2 , H 2 O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi
redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO 2 sedangkan O 2 yang diserap sebagai
oksidator mengalami reduksi menjadi H 2 O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap
senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat
dalam sel makhluk hidup yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan
menjadi CO 2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang
terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang
terdapat dalam sel makhluk hidup tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting
lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati;
asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu). Secara umum,
respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: C 6 H 12 O 6 + 6O 2 -> 6CO 2 + H 2 O + ATP

Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia
pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan
bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan
energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya,
berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua
kelompok senyawa terakhir ini.

Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi
yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses respirasi yang tidak
melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi
pada organisme eukariotik terjadi di dalam mitokondria.

Baik Pada Respirasi Aerob maupun Respirasi Anaerob yang terjadi didalam satuan sel, keduanya
mengalami Proses Katabolisme. Katabolisme merupakan reaksi penguraian senyawa yang kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian senyawa dapat menghasilkan
energi.Energi berasal dari terlepasnya ikatan-ikatan kimia yang menyusun suatu persenyawaan. Contoh
katabolisme karbohidrat adalah respirasi dengan glukosa sebagai bahan baku yang diuraikan menjadi
karbondioksida, air, dan ATP.

 Tahap-tahap penguraian glukosa:


 Glikolisis
 Dekarboksilasi oksidatif
 Siklus krebs
 Transpor Elektron
Glikolisis merupakan peristiwa penguraian glukosa (senyawa kimia dengan 6C) menjadi 2 asam
piruvat (senyawa 3C). Glikolisis terjadi di dalam sitoplasma sel. Rx glikolisis terjadi dlm 10 tahap secara
berurutan sbb:

Asam Piruvat yang merupakan hasil dari Glikolisis mengalami proses Dekarboksilasi Oksidatif
yang mengubah asam Piruvat menjadi Asetil Koenzim A (asetil koA) sebelum masuk ke Siklus Kreb.
Gugus karboksil dilepas sebagai CO2 yang selanjutnya berdifusi ke luar sel. Lalu dua karbon yang
tersisa dioksidasi dan hidrogen – yang dilepas dalam proses oksidasi – diterima oleh NAD + .
Akhirnya , oksidasi 2 gugus karbon, yaitu gugus asetil, melekat pada gugus sulfidril koenzim A (KoA-
SH) untuk membentuk asetil koenzim A. Koenzim A dibentuk dari salah satu vitamin B yaitu asam
pantotenat. Molekul glukosa dioksidasi mjd 2 gugus asetil dan 2 molekul CO 2. Hidrogen yang dilepas
akan mereduksi NAD+ mjd NADH. Pada tahap awal siklus krebs 2 molekul as.piruvat akan dibawa dr
sitoplasma menuju mitokondria yg memerlukan energi 2 ATP. Siklus asam sitrat atau siklus asam
trikarboksilat disebut sbg siklus Krebs. (penemu: Sir Hans Krebs) .Pada kondisi aerob glukosa yang
telah diubah menjadi asam piruvat akan dioksidasi secara sempurna menjadi air dan karbondioksida
mll siklus krebs. Rx siklus krebs terjadi di dalam matriks mitokondria. Sebelum memasuki siklus
Krebs asam piruvat dioksidasi terlebih dulu menjadi asetil KoA (dikatalisis oleh enzim piruvat
dehidrogenase)

piruvat + NAD+ + KoA-SH asetil KoA + CO2 + NADH + H+


Satu putaran siklus Krebs tda 8 tahap yang dimana menghasilkan 3NADH, 1 FADH, 1GTP/ATP, dan 2
CO2, berikut ini merupakan bagan Siklus Krebs :
Transpor Elektron (ETC) Berperan dalam membentuk energi selama oksidasi dari enzim pereduksi .
ETC melibatkan NADH, FAD, dan molekul lainnya. Rantai transpor elektron terjadi dalam ruang
intermembran mitokondria. proses ETC dapat ditulis:

10 NADH + 502 10NAD + 10H2O +30ATP

2 FAD + 02 2FAD +2H2O + 4ATP


Pada respirasi anaerob, Katabolisme mengalami dua tahapan yaitu glikolisis dan fermentasi:

Katabolisme lemak dan protein terkategori dalam Katabolisme respirasi anaerob.

1. Katabolisme Protein

Oksidasi asam amino dapat memberikan sekitar 10% dari total energi yang diperlukan oleh
tubuh. Dalam tubuh protein – asam amino – deaminasi Asam amino mengalami deaminasi
oksidatif di dalam hati.

2. Katabolisme Lemak
Energi hasil pemecahan lemak menyumbang sekitar 40% dari kebutuhan energy. Lemak
dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Oksidasi asam lemak tjd di dalam mitokondria.
Gliserol dirombak scr glikolisis. Oksidasi asam lemak terjadi dlm 2 tahap:
 oksidasi asam lemak menghslkn residu asKoA ( β oksidasi)
 oksidasi asetil KoA mll siklus krebs
oksidasi asam lemak (16 C) menghasilkan energi 131 ATP.

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:


Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada makhluk hidup merupakan hal yang penting
dalam
melakukan respirasi. Makhluk hidup dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan
respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup
banyak maka laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan
mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing
spesies dan bahkan berbeda antara organ pada makhluk hidup yang sama. Fluktuasi normal
kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah
oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara.

Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi makhluk hidup sangat terkait dengan faktor Q10,
dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur makhluk hidup.
Masing-masing spesies makhluk hidup memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian
kebutuhan makhluk hidup untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Makhluk
hidup muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding makhluk hidup yang tua.
Demikianpula pada organ makhluk hidup yang sedang dalam masa pertumbuhan.

 Respirasi Khusus pada Serangga

Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang
disebut spirakel.  Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga
membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama
serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.

Gbr. Trakea pada serangga


Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menujupembuluh-pembuluh
trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang
disebut trakeolus  sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.  Pertukaran gas terjadi antara
trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem
pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.

Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai berikut :

 Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO 2
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada
volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar
sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.

 Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan


sebaliknya mengangkut CO2 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan
demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan
untuk mengangkut gas pernapasan.

 Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi kejaringan.
Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung
pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.

 Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air
dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di
organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam
gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.

 Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap
udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang.
Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.

Respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur rata-rata pernapasan organisme dengan


mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hal ini memungkinkan penyelidikan
bagaimana faktor-faktor seperti umur atau pengaruh cahaya mempengaruhi rata-rata pernapasan.

Respirometer Sederhana

Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk


mengukur kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bunga, akar,
kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan pernapasan dapat dinyatakan
dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap
detik.

Komponen

Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen (tempat
hewan atau bagian makhluk hidup yang diselidiki) dan pipa kapiler berskala yang dikaliberasikan teliti
hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat disatukan amat rapat hingga kedap udara dan didudukkan pada
penumpu (landasan) kayu atau logam.

Prinsip Kerja

Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang digunakan


oleh organisme dan ada karbon dioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang bernapas itu
disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup
itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat
(diamati) pada pipa kapiler berskala.

Perlu diperhatikan

 Keberhasilan percobaan/eksperimen ini tergantung tergantung


pada bocor tidaknya alat. Disarankan hubungan antara tabung dan bagian berskala diolesi
dengan vaselin lalu diputar-putar.
 Perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air
yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu
sebaiknya percobaan diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila
suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
 Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya
dan KOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang
bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena
merekat oleh KOH.

Alat dan Bahan:


 Alat
o Timbangan Listrik
o Syiringe
o Respirometer
o Stopwatch
 Bahan
o Kapas
o Butiran/padatan KOH
o Vaseline
o Larutan Eosin
o Serangga Jangkrik (0,6 gram dan 0,5 gram)
o Serangga Belalang (0,2 gram)

Cara Kerja :
 Sediakan hewan minimal 2 buah Jangkrik
 Tenangkan dengan membekapnya menggunakan tangan. Namun, pastikan masih ada celah sedikit untuk
udara bagi pernapasannya, agar tidak mati.
 Letakkan jangkrik tersebut di atas timbangan listrik, kemudian liat massanya. Sebagai perkiraan berapa
jumlah padatan KOH yang bisa digunakan.
(Jika berat < 0.5 gram maka jumlah KOH yang dipakai sebanyak 3,
> 0.5 gram maka jumlah KOH yang dipakai sebanyak 5)
 Ambil butiran KOH menggunakan spatula sesuai jumlah, pastikan tidak mengenai tangan secara
langsung dan helai kertas karena akan terjadi oksidasi menimbulkan pembakaran.
 Bungkus padatan KOH dengan kapas serapat-rapatnya. Letakkan bungkusan tersebut di dasar tabung
respirometer.
 Kemudian letakkan jangkrik di tabung yang sudak diletakkan bungkusan KOH
 Tutup tabung dengan penutupnya. Kemudian, oleskan vaseline di daerah celah penutup secukupnya,
agar tidak ada celah udara masuk dan keluar. Letakkan tabung di alas respirometer.
 Ambil larutan eosin dari botolnya menggunakan alat suntikan secukupnya. Suntikka larutan ke dalam
lubang atas tabung secukupnya. Dalam keadaan alat posisi tegak/vertikal.
 Untuk memastikan bahwa tidak ada lagi celah udara pada penutup tabung dengan membolak-balikkan
respirometer. Jika larutan eosin bergerak, itu pertanda masih adanya celah udara. Maka tutp tabung
harus diolesi kembali dengan vaseline secara benar.
 Kemudian letakkan alat respirometer secara lurus/horisontal di meja. Nyalakan stopwatch, hitung
kecepatan respirasi jangkrik dengan memperhatikan gerak larutan eosin yang tertarik menuju tabung.
Lakukan setiap 1 menit dan catat perpindahan garis volum udaranya. Lakukan penghitungan ini selama
5 menit.
 Setelah mencatat seluruh hasil pengamatan, hitung jumlah keseluruhan perpindahan garis volum udara
dan cari rata-ratanya.
 Setelah selesai praktikum lepas semua set respirometer dan cuci bersih alat-alatnya.
 Buang butiran KOH, dengan air mengalir dan buang kapas pembungkus di tempat sampah.
 Letak dan rapikan alat-alat praktikum.

Hasil Pengamatan:
Hasil Pengamatan diambil berdasarkan hasil dari respirometer yang diambil setiap 1 menit sekali salama
10 menit

Menit Jangkrik 1 Perubahan Jangkrik 2 Perubahan Belalang Perubahan


ke- (0,5 g) skala (0,6 g) skala (0,2 g) skala
1 0,01-0,15 0.04 0,09-0,17 0.08 0,00-0,14 0.14
2 0,15-0,22 0.07 0,17-0,27 0.10 0,14-0,26 0.12
3 0,22-0,27 0.05 0,27-0,38 0.11 0,26-0,35 0.09
4 0,27-0,31 0.04 0,38-0,46 0.08 0,35-0,42 0.07
5 0,31-0,32 0.01 0,46-0,49 0.03 0,42-0,48 0.06
6 0,34-0,39 0.05 0,49-0,56 0.07 0,48-0,52 0.04
7 0,39-0,40 0.01 0,56-0,62 0.06 0,52-0,58 0.06
8 0,40-0,43 0.03 0,62-0,68 0.06 0,58-0,60 0.02
9 0,43-0,45 0.02 0,68-0,71 0.03 0,60-0,65 0.05
10 0,45-0,48 0.03 0,71-0,77 0.06 0,65-0,67 0.02

Pembahasan dan Kesimpulan


Dalam percobaan ini, kami menggunakan KOH. Fungsi dari KOH adalah untuk mengikat CO 2, sehingga
pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksi
yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:
2KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Proses Reaksi:
KOH + CO2 →
+
H20
Jadi:

2KOH + H2CO3 → K2CO3 + 2H2O


Jangkrik 1 : Jumlah Perubahan Skala : 0,35
Rata-rata : 0,35 : 10 = 0,035
Jangkrik 2 : Jumlah Perubahan Skala : 0,68
Rata-rata : 0,068
Belalang : Jumlah Perubahan Skala : 0,67
Rata -rata : 0,067

Kalibrasi: 0.5 ml ∼15.5 skala maka 1 skala = 0.5/15.5 = 0.0322 ml

Maka untuk menghitung laju respirasi:


V rata-rata jangkrik 1 : 0.035 x 0,0322ml = 0,001127 ml
maka laju konsumsi O2 : 0.001127/0.5/(10/60) = 0.013524 ml/gram/jam
V rata-rata jangkrik 2 : 0,068 x 0,0322ml = 0,0021896 ml
maka laju konsumsi O2 ; 0,0021896/0,6/(10/60) = 0.021896 ml/gram/jam
V rata-rata belalang : 0,067 x 0,0322ml = 0,0021574 ml
maka laju konsumsi O2 : 0.0021574/0.2/(10/60) = 0.064722 ml/gram/jam

Dari hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jangkrik dengan berat tubuh yang lebih besar
menggerakan eosin pada respirometer lebih jauh dibandingkan jangkrik yang lebih ringan. Selain itu,
jangkrik yang aktif menunjukkan kadar inspirasi yang lebih tinggi dibandingkan jangkrik yang hanya diam.
Hal tersebut menujukkan bahwa jangkrik yang aktif membutuhkan metabolisme yang lebih cepat sehingga
membutuhkan oksigen lebih banyak untuk menghasilkan energi yang mencukupi untuk pergerakan jangkrik
tersebut.

Refrensi:
http://www.wikipedia.org

http://www.scribd.com/doc/38521232/Pernapasan-Hewan
http://slemgaul.wordpress.com

http://yudhim.blogspot.com/2008/01/katabolisme.html

Anda mungkin juga menyukai