3/2000
Perkembangan Paradigma
Pendampingan Pastoral
di Indonesia 1
Abstrak
Tulisan ini bermaksud menyoroti bagaimana perkembangan
paradigma pendampingan pastoral di Indonesia dan kemudian
menarik implikasinya secara khusus bagi peranan pemimpin jemaat
dalam pendampingan pastoral. Perkembangan paradigma
pendampingan pastoral sangat dipengaruhi oleh konteks sosio historis
Indonesia, setelah mengalami perkembangan tersebut disimpulkan
bahwa pendampingan pastoral adalah upaya integratif komunitas
Kristen yang bergumul bersama-sama dengan komunitas umat lain di
tengah-tengah keprihatinan masa kini yang muncul dalam situasi
sosial politik, budaya dan lingkungan hidup mereka dengan tujuan
untuk mengurangi akibat dosa dan penderitaan, dan mentransformasi
hidup sesuai dengan harkat kemanusiaan. Konsep pendampingan
pastoral yang makin meluas tersebut membutuhkan pemimpin jemaat
yang juga mampu menghayati perannya yang meluas, meliputi tiga
aspek pelayanan baik di dalam maupun di luar dinding-dinding Gereja:
aspek individual, komunitas, dan masyarakat luas. Dalam pelayanan
pendampingan pastoral yang menyeluruh itu, citra sebagai pemampu
merupakan citra yang diharapkan menjadi dasar identitas pemimpin
jemaat.
50
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
51
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
52
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
53
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
54
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
55
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
56
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
57
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
58
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
59
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
60
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
61
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
62
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
63
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
64
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
65
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
66
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
67
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
68
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
69
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
70
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
71
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
72
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
73
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
74
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
75
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
8
Lihat P. Janssen, Tekhnologi Pastoral, praktek-praktek kultural (yang dipahami
(Malang: Institute Pastoral Indonesia, 1976): melalui ilmu-ilmu humaniora) bukan hanya
Bab 1. merupakan sumber pertanyaan yang harus
9
Janssen menulis” “Pastoral dalam arti dijawab oleh teologi, melainkan juga
dewasa ini bukan bimbingan pastor terhadap berpotensi sebagai pembangkit jawaban
umatnya sendiri, bukan penggembalaan alternatif. Praktek-praktek kultural harus
domba-domba Kristus, melainkan dikritik oleh teologi pastoral kita, akan tetapi
penggembalaan umat manusia dalam di pihak lain, teologi pastoral harus bersedia
perkembangannya oleh Gereja Kristus juga dikritik oleh praktek-praktek kultural.
dengan mewujudkan terus menerus bentuk Lihat Phan Bien Ton, Rethinking, 104-105.
12
persekutuan hidup yang dibutuhkan oleh Darmaputera mensinyalir bahwa gereja di
situasi dan kondisi perubahan jaman” Indonesia makin tidak populer, makin
(Pengantar Pekerjaan Pastoral, (Malang: dicurigai, disikapi dengan kebencian, dan
Institute Pastoral Indonesia, 1984): 11. antipati serta kehadirannya makin dianggap
10
Lihat John Foskett dan David Lyall, tidak berarti. Peran sosial gereja makin
Helping the Helpers: Supervision and bersifat “hadiah” dan “simbolis” belaka dari
Pastoral Care, (London: SPCK, 1988): 45- para pengambil keputusan di negeri ini,
47. Lihat juga J.L. Ch. Abineno, Pedoman bahkan gereja makin menuju ke arah
Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, (Jakarta: irrelevansi total. Baca Eka Darmaputera,
BPK Gunung Mulia, 1993): 29-34. Model “Gereja Mencari Jalan Baru Kehadirannya:
psikologi terapan ini disebut oleh Abineno Melawan Konflik Diri, Menghadapi gerakan
dengan istilah: “pelayanan pastoral sebagai Eksternal (Krisis Gerakan Oikumenis di
konseling pastoral”. Definisi pastoral dalam Indonesia dan Dampaknya)”, Penuntun 4:14
pendekatan ini adalah sebagai berikut: (1999): 191-197.
13
“upaya pertolongan yang dilaksanakan oleh Howard Clinebell, “Healing
orang-orang Kristen yang representatif, Persons/Healing the Earth – Pastoral Care
dengan tujuan untuk kesembuhan, Givers Respon to the Eco-justice Crisis,”
penopangan, bimbingan, dan pendamaian dalam Mesach Kristeya (ed.) Pastoral Care
orang-orang yang mengalami masalah yang and Counseling in Pluralistic Society,
th
timbul dalam konteks makna dan keprihatinan (Proceeding of 5 Asia Pasific Conference on
yang ultima”. Definisi ini berasal dari William Pastoral Care and Counseling, Bali, 1993):
R. Clebsch dan Charles R. Jaekle, Pastoral 41-74. Juga bukunya: Echotherapy,
Care in Historical Perspective, (Englewood Healing Ourselves, Healing the Earth,
Cliffs: Prentice Hall, 1964): 4. Definisi ini (Minneapolis: Fortress Press, 1996).
14
sementara memperlihatkan model Larry Graham, “Pastoral Theology as
pendekatan yang berbeda dari definisi Bons- public theology in relation to the clinic”,
Storm, ternyata memiliki keterbatasan yang unpublished paper, 1999, cited in Ronaldo
serupa dengan definisi Bons-Storm pada Sathler-Rosa, “Pastoral Action in a Contextof
masalah ruang lingkup dan pelaksana Economic Slavery and Cultural Apathy”,
pendampingan pastoralnya. Unpublished paper in the 6th International
11
J. B. Banawiratma dan J. Muller, Congress on Pastoral Care and Counseling,
Berteologi Sosial Lintas Ilmu, (Yogyakarta: Accra, Ghana, 1999, p.7.
15
Kanisius, 1993). Model ini menekankan Mengomentari tentang aktivisme di
bahwa teori teologik dan praksis kalangan pekerja pastoral, Alistair
berhubungan sedemikian rupa secara V.Campbell, teolog dari Inggris, menuliskan
dialogis, sehingga praksis tidak hanya bahwa pelayanan pastoral bukan sekedar
mengaplikasikan teori, dan sebaliknya praksis melaksanakan pekerjaan-pekerjaan baik
tidak membuang teori, melainkan keduanya dengan tehnik-tehnik yang canggih.
berfokus bersama dalam pokok pergumulan Pendampingan pastoral menuntut para
tertentu. Metode korelasi sudah dikenal sejak pendamping menjadi orang yang
Paul Tillich memperkenalkannya. Akan berkepribadian khusus, bukan sekedar orang
tetapi, metode korelasi Tillich masih sangat yang dilatih sangat profesional (yang penting
bersifat teori-ke-aplikasi: teori teologi bukan apa yang dilakukan, tetapi orangnya).
dikorelasikan dalam arti diaplikasikan sebagai Lihat Rediscovering Pastoral Care. 2nd
jawaban terhadap pertanyaan yang muncul edition. (London: Darton, Longman & Todd,
dari situasi. Metode korelasi yang sekarang 1986), h.15-16.
16
berkembang lebih mengikuti revised Ada kritik kuat bahwa gereja di Indonesia,
correlation model ala David Tracy, di mana terutama gereja-gereja lokal sering terlalu
76
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
sibuk hanya dengan pelayanan pastoral khaostik dan berkarya untuk menyela-matkan
terhadap anggota-anggotanya sendiri dan dan membebaskan (Kejadian 1:1-2). Dikutip
kurang siap untuk menanggapi situasi sosial oleh Totok S. Wiryasaputra, "Pengertian
yang terjadi di sekitarnya. Pelayanan LSM Dasar tentang Konseling Pastoral", Buletin
dirasakan lebih banyak menyentuh Holistik, No.2, 1988, 42-47.
23
kepentingan masyarakat luas. cf. Sutarno, Cf. Robert Kysar, Called To Care: Biblical
"Kesaksian Kristen dalam Masyarakat Images for Social Ministry. (Minneapolis:
Pancasila", Umat Baru, 163, Februari, 1995, Augsburg Fortress, 1991), p.vii
h.22-28. 24
Seperti dikutip oleh Howard A.Snyder,
17
Cf: Don S. Browning, "Mapping the Terrain Models, 147.
of Practical Theology, toward a Practical 25
Cf. Paul H. Ballard, "The Form of Practical
Theology of Care", Pastoral Psychology, 36, Theology", in Ministry, Society and Theology,
1, Fall, 1987, 10-28. Vol.5, No. 2, November, 1991, 60.
18
Ilmu-ilmu sosial lebih menunjuk pada 26
Eka Darmaputera menyatakan bahwa
sosiologi, dan barangkali, ilmu politik. salah satu masalah utama konteksualisasi
Sedangkan "ilmu-ilmu humaniora" lebih adalah masalah hermeneutik. Cf. "Menuju
bersifat inklusif dan mencakup suatu wilayah Teologi Kontektual di Indonesia", dalam Eka
studi yang luas meliputi disiplin psikologi, darmaputera (ed.), Konteks Berteologi di
sosiologi, antropologi, hukum, ilmu politik, Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
dan sejarah. 1988), 11.
19
Tokoh terkemuka yang dianggap 27
Harus diakui bahwa di Indonesia belum
mempelopori pendekatan ini dalam bidang muncul bentuk teologi kontekstual yang
pastoral adalah Seward Hiltner yang cukup kuat dibandingkan dengan, misalnya,
berpandangan bahwa materi untuk teologi Minjung di Korea Selatan, teologi Dalit
pemahaman teologis tidak disediakan oleh di India, dsb.
kebenaran teoretik atau pernyataan- 28
Istilah ini belum populer di kalangan gereja,
pernyataan dogmatik, melainkan harus dicari tetapi sudah mulai dikenal dan diterima di
melalui studi kasus pelayanan pastoral kalangan pendidikan teologi. Hasil
secara empirik dengan bantuan ilmu-ilmu pertemuan “Konsultasi Kurikulum Pendidikan
kemanusiaan. Cf. Preface to Pastoral Theologia PERSETIA” di Kaliurang 7-13
Theology (Nashville: Abingdon, 1958); h..22- Maret 1994, misalnya, mengusulkan citra
23. Catatan: bab 1-4 buku ini telah “pemampu” sebagai harapan terhadap hasil
diterjemahkan dan menjadi bagian dari Tjaard pendidikan teologi di Indonesia pada masa
G.Hommes dan E.Gerrit Singgih, Teologi dan mendatang. Bandingkan juga tulisan Judo
Praksis Pastoral: Antologi Teologi Pastoral. Poerwowidagdo, Towards the 21 Century:
st
77
Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 3/2000
78