Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud
1.1.1 Memahami tentang bentang alam vulkanik
1.1.2 Membuat deliniasi bentang alam vulkanik pada peta topografi
1.1.3 Menghitung persentase kelerengan yang ada pada bentang alam
vulkanik dan mengelompokkannya berdasarkan klasifikasi Van
Zuidam
1.1.4 Mengetahui interpretasi peta topografi pada bentang alam vulkanik
1.2 Tujuan
1.2.1 Dapat memahami tentang bentang alam vulkanik
1.2.2 Dapat membuat deliniasi bentang alam vulkanik pada peta
topografi
1.2.3 Dapat menghitung persentase kelerengan yang ada pada bentang
alam vulkanik dan mengelompokkannya berdasarkan klasifikasi
Van Zuidam
1.2.4 Dapat mengetahui interpretasi peta topografi pada bentang alam
vulkanik

1
BAB II
PERHITUNGAN MORFOMETRI

4.1 Kontur Sangat Rapat


Rumus :
∆h
% Lereng= × 100 % h = 5 × 12,5 = 62,5
d
1
IK = ×25000=12,5 d = n × 2500
2000

a. n = 0,4 cm
Sayatan
d = 0,4 × 25000 = 10.000 cm = 100 m
1 = 62,5 %
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 62,5 %
100 2 = 41,67 %
b. n = 0,6 cm
3 = 50 %
d = 0,6 × 25000 = 15.000 cm = 150 m
4 = 83,3 %
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 41,67 %
150 5 = 22,72 %
c. n = 0,5 cm
Jumlah =260,19 %
d = 0,5 × 25000 = 12.500 cm = 125 m
62,5 Rata-rata = 260,19 % : 5
% Lereng= ×100 %=¿ 50 %
125 = 52,04 %
d. n = 0,3 cm
Pegunungan Sangat Terjal
d = 0,3 × 25000 = 7.500 cm = 75 m
(Van Zuidam, 1983)
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 83,3 % Beda Tinggi : 2027 – 1114 = 913
75
e. n = 1,1 cm Pegunungan Sangat Terjal

d = 1,1 × 25000 = 27.500 cm = 275 m (Van Zuidam, 1983)


62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 22,72 %
275

2
4.2 Kontur Rapat
Rumus :
∆h
% Lereng= × 100 % h = 5 × 12,5 = 62,5
d
1
IK = ×25000=12,5 d = n × 2500
2000

a. n = 0,6 cm Sayatan
d = 0,6 × 25000 = 15.000 cm = 150 m
1 = 41,67 %
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 41,67 %
150 2 = 22,72 %
b. n = 1,1 cm 3 = 35,71 %
d = 1,1 × 25000 = 27.500 cm = 275 m
4 = 22,72 %
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 22,72 %
275 5 = 22,72 %
c. n = 0,7 cm Jumlah = 145.54 %
d = 0,7 × 25000 = 17.500 cm = 175 m
Rata-rata = 145,54% : 5
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 35,71 %
175 = 29,12 %
d. n = 1,1 cm Berbukit Terjal
d = 1,1 × 25000 = 27.500 cm = 275 m (Van Zuidam, 1983)
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 22,72 % Beda Tinggi : 2002-1337 = 665
275
Pegunungan Sangat Terjal
e. n = 1,1 cm
(Van Zuidam, 1983)
d = 1,1 × 25000 = 27.500 cm = 275 m
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 22,72 %
275

3
4.3 Kontur Renggang
Rumus :
∆h
% Lereng= × 100 % h = 5 × 12,5 = 62,5
d
1
IK = ×25000=12,5 d = n × 2500
2000

a. n = 1,3 cm Sayatan
d = 1,3× 25000 = 32.500 cm = 325 m
1 = 19,23 %
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 19,23 %
325 2 =13,16 %
b. n = 1,9 cm 3 =35,71 %
d = 1,9 × 25000 = 47.500 cm = 475 m
4 =27,78 %
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 13,16 %
475 5 = 22,72 %
c. n = 0,7 cm Jumlah = 118,6 %
d = 0,7 × 25000 = 17.500 cm = 175 m
Rata-rata = 118,6 % : 5
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 35,71 %
175 = 23,72 %
d. n = 0,9 cm Berbukit Terjal
d = 0,9× 25000 = 22.500 cm = 225 m (Van Zuidam, 1983)
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 27,78 % Beda Tinggi : 1192-939 = 253
225
Berbukit Terjal
e. n = 1,1 cm
(Van Zuidam, 1983)
d = 1,1 × 25000 = 27.500 cm = 275 m
62,5
% Lereng= ×100 %=¿ 22,72 %
275

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Geologi G. Ungaran


Gunung Ungaran adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Jawa,
Indonesia. Dengan ketinggian 2.050 meter, Gunung Ungaran termasuk
gunung berapi berapi tipe strato. Gunung ini memiliki tiga puncak: Gendol,
Botak, dan Ungaran. Puncak tertinggi adalah Ungaran. Gunung berapi Strato
(Stratovolcanoes) adalah gunung kon tinggi terdiri daripada aliran lava dan
luahan lain dalam lapisan berselang, lapisan yang memberikan namanya.
Gunung berapi Strato juga dikenali sebagai gunung berapi sebatian.
Alluvial dan endapan Ungaran Muda Endapan merupakan endapan
alluvial yang dihasilkan oleh proses erosi yang terus berlangsung sampai saat
ini (Holosen). Selain itu juga dijumpai endapan breksi andesit yang
merupakan produk dari Gunung Ungaran Muda. Stratigrafi daerah Ungaran
dari yang tua ke yang muda adalah sebagai berikut:
1.Batugamping volkanik
2.Breksi volkanik III
3.Batupasir volkanik
4.Batulempung volkanik
5.Lava andesitik
6.Andesit porfiritik
7.Breksi volkanik II
8.Breksi volkanik I
9.Andesit porfiritik
10.Lava andesit
11.Aluvium
Gunung Ungaran selama perkembangannya mengalami ambrolan-
tektonik yang diakibatkan oleh pergeseran gaya berat karena dasarnya yang
lemah. Gunung Ungaran tersebut memperlihatkan dua angkatan pertumbuhan

5
yang dipisahkan oleh dua kali robohan .Ungaran pertama menghasilkan
batuan andesit di Kala Pliosen Bawah, di Pliosen Tengah hasilnya lebih
bersifat andesit dan berakhir dengan robohan. Daur kedua mulai di Kala
Pliosen Atas dan Holosen. Kegiatan tersebut menghasilkan daur ungaran
kedua dan ketiga.
Struktur geologi daerah Ungaran dikontrol oleh struktur runtuhan
(collapse structure) yang memanjang dari barat hingga tenggara dari Ungaran.
Batuan volkanik penyusun pre-caldera dikontrol oleh sistem sesar yang
berarah barat laut-barat daya dan tenggara-barat daya, sedangkan batuan
volkanik penyusun post-caldera hanya terdapat sedikit struktur dimana
struktur ini dikontrol oleh sistem sesar regional.

3.2 Praktikum Laboratorium


Warna merah tua menunjukkan dataran pada peta topografi tersebut
adalah sebuah dataran tinggi. Dataran tinggi tersebut termasuk dataran tinggi
yang sangat terjal, di tandai dengan kontur-kontur yang sangat rapat. Pada
daerah berwarna merah tua tersebut dibuat 5 sayatan yang memotong lima
kontur. Dari tiap sayatan dihitung persentase kelerengannya dengan
perhitungan morfometri. Setelah itu dihitung rata-rata presentase
kelerengannya dan didapat sekitar 52,04 %. Persentase kelerengan ini
menurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam daerah dengan relief
Pegunungan sangat terjal. Sedangkan untuk beda tingginya didapat Tophill
dengan ketinggian 2027 m, sedangkan Downhillnya dengan ketinggian 1114
m. Sehingga setelah dihitung dari rumus Tophill – Downhill, didapat beda
ketinggiannya sebesar 913 m. Beda ketinggian ini menurut klasifikasi Van
Zuidam termasuk dalam daerah dengan relief Pegunungan sangat terjal.
Warna merah biasa menunjukan daerah yang memiliki kontur rapat.
Sama dengan pada kontur sangat rapat, pada kontur rapat ini juga dibuat 5
sayatan yang memotong lima kontur. Kemudian dihitung persen
kelerengannya dengan perhitungan morfometri untuk masing-masing sayatan.
Setelah itu dihitung rata-rata persentase kelerengannya dan didapat persentase

6
sebesar 29,12 %. Dilihat dari presentase kelerengan tersebut, menurut
klasifikasi Van Zuidam daerah ini termasuk dalam klasifikasi Berbukit terjal.
Sedangkan untuk Tophillnya dengan ketinggian 2002m, Downhillnya berada
di ketinggian 1337 m. Setelah dilakukan perhitungan didapat beda tinggi
sebesar 665 m. Dilihat dari beda ketinggian tersebut, menurut klasifikasi Van
Zuidam daerah ini termasuk dalam klasifikasi Pegunungan sangat terjal. Pada
persentase kelerengan dan beda ketinggian terdapat perbedaan klasifikasi, hal
itu mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam deliniasi daerah kontur
rapatnya.
Warna merah arsiran menunjukkan morfologi dengan kontur
renggang. Pada kontur ini juga dibuat 5 sayatan yang memotong lima kontur
juga. Setelah dihitung persen kelerengannya dengan perhitungan morfometri
dan kemudian dirata-rata didapatkan hasil persentase kelerengan sebesar
23,72 %. Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, persentase kelerengan tersebut
termasuk ke dalam golongan Berbukit terjal. Kemudian menentukan beda
tingginya, tophill didapatkan ketinggian yaitu 1192 m, sedangkan
downhillnya dengan ketinggian 939 m, jadi beda ketinggiannya sebesar 253
m. Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam beda ketinggian tersebut juga
termasuk ke dalam golongan Berbukit terjal.
Pola pengalirannya termasuk kedalam pola pengaliran radial. Pola
pengaliran radial, yaiu pola pengaliran yang arah-arah pengalirannya
menyebar ke segala arah dari satu pusat. Biasanya berkembang pada kerucut
gunung api, kubah stadia muda, dan bukit kerucut. Pola sungai ditandai
dengan warna biru, sedangkan pola jalan ditandai dengan warna merah.
Interpretasi peta topografinya, dalam peta tersebut terdapat beberapa
kenampakan geomorfologi diantaranya adanya sesar. Sesar, umumnya
ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang menerus lurus, kelurusan
sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan perbukitan atau
sungai. Kemudian ditemukan juga perlipatan, umumnya ditunjukan oleh
adanya bentuk-bentuk dip-slope yaitu suatu kontur yang rapat dibagian depan
yang merenggang makin kearah belakang. Kenamapakan Gunung api,

7
dicirikan umumnya oleh bentuk kerucut dan pola aliran radial, serta kawah
pada puncaknya untuk gunung api muda, sementara untuk gunung api tua dan
sudah tidak aktif, dicirikan oleh pola aliran anular serta pola kontur
melingkar rapat atau memanjang yang menunjukan adanya jenjang volkanik
atau korok-korok.
Tata guna lahannya dapat digunakan untuk perkebunan, selain itu
juga untuk tempat rekreasi. Potensi positifnya adalah lahan perkebunan,
potensi negatifnya adalah longsor jika tanahnya labil.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada perhitungan morfometri kontur sangat rapat di dapat hasil rata-
rata persentase kelerengan 52,04 % yaitu Pegunungan sangat terjal
(Van Zuidam, 1983) dan beda ketinggian 913 m yang termasuk
Pegunungan sangat terjal (Van Zuidam, 1983).
2. Pada perhitungan morfometri kontur rapat di dapat hasil rata-rata
persentase kelerengan 29,12 % yaitu Berbukit terjal (Van Zuidam,
1983) dan beda ketinggian 665 m yang termasuk Pegunungan sangat
terjal (Van Zuidam, 1983).
3. Pada perhitungan morfometri kontur renggang di dapat hasil rata-rata
persentase kelerengan 23,72 % yaitu Berbukit terjal (Van Zuidam,
1983) dan beda ketinggian 253 m yang termasuk Bebukit terjal (Van
Zuidam, 1983).
4. Pola pengalirannya adalah radial.

4.2 Saran
1. Praktikan agar lebih siap dengan materi yang akan diberikan.
2. Agar dalam deliniasi dan perhitungan morfometri lebih teliti.

Anda mungkin juga menyukai