Anda di halaman 1dari 15

1.

Tujuan percobaan

a. Mempelajari fungsi dan sifat multimeter


b. Mempelajari penggunaan multimeter dan keterbatasan penggunaan
multimeter
c. Dapat membedakan multimeter elektronis dan non elektronis
d. Dapat membedakan multimeter digital dan analog
e. Dapat menggunakan multimeter sebagai pengukuran tegangan
(Voltmeter), sebagai pengukur arus ( Amperemeter ), sebagai pengukur
resistansi ( Ohmmeter )
f. Mempelajari kode warna pada resistor

2. Peralatan dan kompponen percobaan

a. Kit praktikum
b. Multimeter analog dan digital masing-masing 1 buah
c. Kabel penghubung
d. Sumber tegangan searah 10 Volt, 0,5 Ampere
e. Sumber tegangan bolak-balik ( generator sinyal )
f. Resistor 1/2 W 5% , 1 M Ω, dan 2,2 K Ω (masing-masing 2 buah )
g. Resistor 1/2 W 5% , 270 M Ω, dan 33 K Ω 1,2 Ω 10 Ω (masing-masing
1 buah )

3. Teori penunjang

a. Multimeter

Multimeter adalah alat pengukur listrik yang sering disebut multi


tester atau avometer (ampere,volt, ohm meter), yang dapat mengukur
tegangan listrik (voltmeter), hambatan listrik (ohm-meter), maupun kuat
arus listrik (amper-meter)

1. Multimeter non Elektronis

Multimeter jenis bukan elektronik umumnya disebut juga AVO-meter,


VOM (Volt-Ohm-Meter), Multitester, atau Circuit Tester. Pada dasarnya
alat ini merupakan gabungan dari alat ukur arus searah, arus bolak-balik,
tegangan searah, resistansi, tegangan bolak-balik. Untuk mengetahui
fungsi dan sifat multi meter yang dipergunakan pelajarilah baik-baik
spesifikasi teknik (technical specification) alat tersebut.

Spesifikasi yang harus diperhatikan terutama adalah:

 batas ukur dan skala pada setiap besaran yang diukur: tegangan searah
(DC Volt), tengangan bolak-balik (AC Volt), arus searah (DC amp, mA,
mA), arus bolak-balik (AC amp) resistansi (ohm, kilo ohm)
 Sensitivitas yang dinyatakan dalam ohm-per-volt pada pengukuran
tegangan searah dan bolak-balik
 Ketelitian yang dinyatakan dalam %
 Daerah frekuensi yang mampu diukur pada pengukuran tengan bolak-balik
(misalnya antara 20 Hz sampai dengan 30 KHz)
 Baterai yang diperlukan

Sebelum menggunakan alat tersebut, perlu dipelajari:

 Cara membaca skala


 Cara melakukan “zero adjustment” (membuat jarum pada kedudukan nol)
 Cara memilih batas ukur
 Cara memilih terminal, yaitu mempergunakan polaritas (tanda + dan -)
pada pengukuran tegangan dan arus searah.

Dalam memilih batas ukur tegangan atau arus perlu diperhatikan


factor keamanan dan ketelitian. Mulailah dari skala yang cukup besar
untuk keamanan alat, kemudian turunkan batas ukur sedikit demi sedikit.
Ketelitian akan paling baik bila jarum menunjukan pada daerah dekat
dengan skala maksimum.

Pada pengukuran tegangan searah maupun bolak-balik, perlu


diperhatikan pula sensitivitas meter yang dinyatakan dalam ohm per volt.
Sensitivitas meter sebagai pengukur tegangan bolak-balik lebih rendah
daripada sensitivitas sebagai pengukur tegangan searah.

Resistans dalam voltmeter (dalam ohm)= Batas ukur * sensitivitas

Pada pengukuran tegangan bolak-balik perlu diperhatikan pula


spesifikasi daerah frekuensi (frequency coverage/range). Perlu diketahui
bahwa multimeter mempunyai kemampuan yang terbatas, dan bahwa
harga efektif (rms= root mean square) tegangan bolak-balik umumnya
dikalibrasi (ditera) dengan gelombang sinusoida murni bila kita ingin
mengukur tegangan bolak-balik yang mengandung tegangan searah,
misalnya pada anoda suatu penguat tabung triode atau pada kolektor suatu
penguat, suatu penguat transistor, maka terminal kita hubungkan seri
dengan sebuah kapasitor dengan kapasitas 0,1 mikrofarad.

Kapasitor ini akan mencegah mengalirnya arus searah, tetapi tetap


dapat mengalirkan arus bolak-balik. Pada multimeter tertentu, kadang-
kadang kapasitor ini telah terpasang didalamnnya.

2. Multimeter Elektronis

Multimeter ini dapat mempunyai nama: Viltohymst, VTM = Vacuum


Tube Volt Meter, Solid State Multimeter = Transistorized Multimeter. Alat
ini mempunyai fungsi seperti multimeter non elektronis. Adanya rangkaian
elektronis menyebabkan alat ini mempunyai beberapa kelebihan. Bacalah
spesifikasi alat tersebut, dan perhatikan “resistansi dalam” (input
resistance, input impedance) pada pengukuran tegangan AC dan DC.
Pelajarilah: kedudukan On-Off, cara melakukan zero adjustmen, cara
memilih batas ukur (range) cara mempergunakan probe dan cara membaca
skala. Multimeter/Voltmeter elektronis dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu multimeter analog dan digital.

1. Multimeter analog

Multimeter analog merupakan multimeter dengan tampilan


penunjukkan jarum ke range-range yang kita ukur dengan probe
namun, pada multimeter analog kita akan menemui kesulitan dalam
pembacaan hasil pengukuran terutama jika sensitivitasnya kurang.
Selain itu pada multimeter analog, penyimpangan / pergerakan jarum
penunjuknya sering tidak stabil dan jarum berosilasi sehingga
pembacaan tidak akurat.
Untuk mengunakan multimeter ini kita tinggal menyetel agar
sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk mengukur arus maka tombol
diarahkan ke amperemeter, untuk pengukuran tegangan tombol di
voltmeter dan pengukuran resistansi tombol di ohmmeter.
Perlu diperhatikan agar multimeter berada dalam keadaan off saat
pertama kali dihubungkan dengan sumber tegangan, setelah terhubung
barulah multimeter di-on kan. Pada multimeter terdapat beberapa skala
dengan range yang berbeda yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
kita. T

2. Multimeter digital

Fungsi dari multimeter digital sama dengan mulimeter analog


namun Hasil pembacaan multimeter biasanya lebih teliti karena nilai
besaran yang terukur langsung ditampilkan pada display.
Sensitivitasnya pun tinggi jika dibandingkan dengan Multimeter
analog.

Contoh Multimeter Analog Contoh Multimeter Digital


b. Beberapa catatan tentang Penggunaan Multimeter

a. Apabila multimeter dalam keadaan tidak dipakai, selector lebih baik


berada pada kedudukan AC volt dengan harga skala yang cukup besar
(misalnya 250 volt). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan
pakai yang membahayakan multimeter.
b. Sebelum mengukur, hendaklah kita perhatikan besaran apa yang akan
diukur dan kira-kira berapa besarnya, kemudian pilihlah selektor dan
skala manakah yang akan dipergunakan. Bila perlu perhatikan pula
polaritasnya(tanda + dan -).
c. Saat melakukan pengukuran, mulailah dengan batas ukur yang paling
besar, setelah itu selector dapat dipindahkan ke batas ukur yang lebih
kecil, untuk melihat ketelitiannya.
d. Pada pengukuran tegangan dan arus, pambacaan meter akan paling teliti
bila penunjuk jarum terletak di daerah dekat skala penuh, sedangkan
pada pengukuran resistansi bila penunjuk jarum terletak di daerah
pertengahan skala.
e. Harus diperhatikan: apabila sedang melakukan pengukuran resistansi,
janganlah memberi tegangan pada rangkaian tersebut.
c. Sumber Tegangan

Sumber arus terbagi atas dua, yaitu AC dan DC. DC adalah singkatan
dari kata Direct current ( arus tetap ). Arus yang dihasilkan voltase DC
pada resistor DC disebut aru DC, berarti arus DC adalah arus yang konstan
dan tidak berubah dengan waktu. Jika kita menggambarkan arus atau
voltase DC dalam grafik voltase/arus terhadap waktu, maka akan
didapatkan gambar seperti berikut.

V/I
t

( Gambar Arus DC )

Voltase yang berubah pada setiap perubahan waktu menjadi positif


kemudian kembali lagi menjadi negatif sehingga didapatkan voltase rata-
rata nol, disebut Sumber tegangan AC (Alternating Current) atau voltase
bolak-balik. Jika voltase ini digambarkan dalam grafik voltase terhadap
waktu, maka terdapat suatu garis yang bersosialisasi antara atas dan bawah
dari garis nol.

V/I

(Gambar Arus AC)

d. Resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk


menghambat arus listrik dan menghasilkan nilai resistansi tertentu.
Resistor memberikan hambatan agar komponen yang diberi tegangan tidak
dialiri dengan arus yang besar, serta dapat digunakan sebagai pembagi
tegangan.
Kemampuan resistor dalam menghambat arus listrik sangat beragam
disesuaikan dengan nilai resistansi resistor tersebut. Resistor memiliki
beragam jenis dan bentuk. Diantaranya resistor yang berbentuk silinder,
smd (Surface Mount Devices), dan wirewound. Jenis jenis resistor antara
lain komposisi karbon, metal film, wirewound, smd, dan resistor dengan
teknologi film tebal.
Resistor yang paling banyak beredar di pasaran umum adalah resistor
dengan bahan komposisi karbon, dan metal film. Resistor ini biasanya
berbentuk silinder dengan pita pita warna yang melingkar di badan
resistor. Pita pita warna ini dikenal sebagai kode resistor. Dengan
mengetahui kode resistor kita dapat mengetahui nilai resistansi resistor,
toleransi, koefisien temperatur dan reliabilitas resistor tersebut..

a. Resistor dengan kode warna


Resistor yang menggunakan kode warna ada 3 macam, yaitu:
1. Resistor dengan 4 pita warna dengan 1 pita warna untuk toleransi.
2. Resistor dengan 5 pita warna dengan 1 pita warna untuk toleransi
3. Resistor dengan 5 pita warna dengan 1 pita warna untuk toleransi
dan 1 pita warna untuk reliabilitas

Contoh gambar resistor

b. Kode warna untuk resistor

Pita ketiga Pita keempat


Warna Pita Pertama Pita kedua
(Faktor Penggali) (Toleransi)
Hitam 0 0 1 -

Coklat 1 1 10 ±1%

Merah 2 2 102 ±2%

Jingga 3 3 103 -

Kuning 4 4 104 -

Hijau 5 5 105 ±0,5%

Biru 6 6 106 ±0,25%

Ungu 7 7 107 ±0,1%

Abu-abu 8 8 108 ±0,05%

Putih 9 9 109 -

Emas - - 10-1 ±5%


Perak - - 0-2 ±10%

Tanpa Warna - - - ±20%

c. Rangkaian pada Resistor

Cara merangkai resistor ada 2 cara yaitu dengan rangkaian secara


paralel dan rangkaian secara seri.

Cara memasang Resistor cara Serial dan Paralel


Untuk menghitung hambatan total pada rangkaian tersebut dapat
menggunakan rumus sebagai berikut.

Seri RT = R1 + R2

Pararel 1/RT= ( 1/R1 ) +


( 1/R2 )

e. Hukum Ohm

George Simon Ohm ( 1789-1854 ) seorang ilmuwan berkebangsaan


Jerman, pada tahun 1826 berhasil menenemukan hubungan antara
besarnya beda tegangan dengan besar kuat arus listrik yang mengalir pada
suatu penghantar. Selanjutnya hasil temunnya itu dikenal sebagai hukum
Ohm, yang dinyatakan sebagai berikut.

“ Kuat arus listrik yang timbul pada suatu penghantar


berbandig lurus dengan beda potensial atau tegangan kedua
ujung penghantar itu”
Apabila beda tegangan ujung-ujung penghantar V, kuat arus pada
penghantar I maka hukum Ohm secara matematis dapat dirumuskan:

V = konstanta
V∞I
I
Konstanta yang menyatakan perbandingan antara tegangan dan
kuat arus, oleh hukum Ohm dinyatakan sebagai Hambatan yang dimiliki
oleh penghantar dan diberi symbol R. Jadi persamaan diaatas dapat
dituliskan :

V = R
V = IR
I

Keterangan :

V = beda potensial atau tegangan (Volt, V)

I = Kuat arus ampere ( Ampere, A)

R = Hambatan (Ohm, Ω )

4. Pelaksanaan percobaan

a. Percobaan 1 : Mengukur besarnya tegangan pada sumber tegangan DC •••

- Langkah kerja

1. Hidupkan power supply


2. Untuk mengukur sumber tegangan DC pastikan di layar Multimeter
terdapat tanda ••• yang berarti multimeter dapat mengukur tegangan
DC

3. Pada power supply terdapat tiga lubang yaitu ◙ ◙ ◙


+ GND -
4. Hidupkan multimeter sambungkan kabel + ke lubang ◙ ( +) pada
power supply, serta kabel – ke lubang ◙ (GND)
5. Lalu putar variabel (+) sampai di mulimeter menunjukkan angka 10.
6. lakukan hal yang sama untuk menentukan nilai – pada tegangan DC
tanpa mengubah nilai variabel, namun posisi kabel di ubah, kabel + ke
lubang ◙ ( GND) pada power supply, serta kabel – ke lubang ◙ ( - )
. Catat apa yang terjadi.

b. Percobaan 2 : Mengukur besarnya tegangan pada sumber tegangan AC ~

- Langkah kerja
1. Untuk mengukur sumber tegangan AC pastikan di layar Multimeter
terdapat tanda ~ yang berarti multimeter dapat mengukur tegangan
AC
2. Pasang kabel sama seperti mengukur tegangan DC, tanpa mengubah
nilai variable pada tegangan DC sebelumnya catat berapa angka yang
ditunjukkan pada multimeter sekarang.

c. Percobaan 3 :Mengukur besar hambatan resistor pada rangkaian seri dan


paralel.

- Langkah kerja
1. Pilih 4 buah resistor
2. Catat besarnya hambatan masing-masing resistor berdasarkan pita
warna pada resistor
3. Catat besarnya hambatan masing-masing resistor dengan
menggunakan multimeter bandingkan.
4. Susun resistor dengan rangkain seri pada kit praktikum

5. Ukur berapa besar hambatan total resistor pada rangkaian seri dengan
menggunakan multimeter.
6. Bandingkan semua perhitungan dengan menggunakan multimeter
dengan penghitungan manual.
7. Lakukan hal yang sama pada rangkaian parallel.

d. Percobaan 4 : Mengukur besarnya arus pada suatu rangkaian


- Langkah kerja
1. Pilih resistor yang mempuyai hambatan sebesar 100 Ohm
2. Rangkailah sebuah rangkaian sesuai dengan gambar

3. Atur besarnya tegangan sebesar 10 volt secara manual .


4. Ukur berapa besar kuat arus dengan menggunakan multimeter
5. Hitung berapa besarnya kuat arus dengan menggunakan rumus Hukum
Ohm
6. Bandingkan hasil penghitungan besarnya arus antara penghitungan
kuat arus dengan menggunakan multimeter dan menggunakan rumus.

5. Hasil pecobaan

 Mengukur tegangan DC
(+) 9,98 Volt
( -) 10,16 Volt

 Mengukur tegangan AC
(+) 16,71 Volt
(-) 16,68 Volt

 Mengukur besar hambatan resistor secara seri

R1 = 99200 Ω
R2 = 98,1 Ω
R3 = 99,1 Ω
R4 = 99200 Ω
Rtotal = 198,6 K Ω

 Mengukur besar hambatan resistor secara Pararel


R1 = 99200 Ω
R2 = 98,1 Ω
R3 = 99,1 Ω
R4 = 99200 Ω
Rtotal = 49,6 Ω

 Mengukur besarnya kuat arus pada suatu rangkaian

V = 10 Volt
R = 100 Ω
I = 93,4 mA

6. Analisa hasil perobaan

 Mengukur tegangan DC (+)

Pada multimeter menunjukkan angka 9,98 V


- (+) 9,98 Volt
- ( -) 10,16 Volt
- Maka tegangan totalnya GND
Vt = 9,98 + 10,16
= 20,01 Volt
10,16 V

(-)

 Mengukur tegangan AC (+)

Pada multimeter menunjukkan angka : 16,71 V


- (+) 16,71 Volt
- (-) 16,68 Volt
- Maka tegangan totalnya :
Vt = 16,71 +16,68 GND
= 33,59 Volt

16,68 V
(-)
 Percobaan 3 ( Rangkaian Seri)

Berdasarkan penghitungan besarnya hambatan dari rangkaian resistor


secara seri adalah sebagai berikut :

Penghitungan besarnya hambatan menggunakan multimeter dan Menurut


Pita Warna

Resistor Besar Pita Warna Pada Besar Hambatan


Hambatan(Ω) Resistor Menurut Pita Warna

R1 99200 Ω Coklat, hitam, 10 x 104 ± 5%


kuning, emas

R2 98,1 Ω Coklat, hitam ,coklat, 10 x 101 ± 5%


emas

R3 99,1 Ω Coklat, hitam ,coklat, 10 x 104 ± 5%


emas

R4 99200 Ω Coklat, hitam, 10 x 101 ± 5%


kuning, emas

Rt 198,6 K Ω

Menggunakan rumus :

Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4
= 99200 + 98,1 + 99,1 + 99200
= 198507,2 Ω = 198,6 K Ω

 Percobaan 3 (Rangkaian Pararel)

Berdasarkan penghitungan besarnya hambatan dari rangkaian resistor


secara seri adalah sebagai berikut :

Penghitungan besarnya hambatan menggunakan multimeter dan Menurut


Pita Warna

Resistor Besar Pita Warna Pada Besar Hambatan


Hambatan(Ω) Resistor Menurut Pita Warna

R1 99100 Ω Coklat, hitam, 10 x 104 ± 5%


kuning, emas

R2 99,2 Ω Coklat, hitam ,coklat, 10 x 101 ± 5%


emas

R3 99,3 Ω Coklat, hitam ,coklat, 10 x 104 ± 5%


emas

R4 99100 Ω Coklat, hitam, 10 x 101 ± 5%


kuning, emas

Rt 49,6 Ω

Menggunakan rumus :

1/R total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + 1/R4


= 1/ 99100 + 1/ 99,2 + 1/99,3 + 1/99100
= 1/ 0,02017
= 49,57 Ω

 Percobaan 4

- Berdasarkan penghitungan dengan multimter


Diketahui :
V = 10 Volt
R = 100 Ω
Ditanyakan :
I = 93,4 mA = 0,093 A

- Menggunakan rumus :

I = V/ R
= 10/ 100
= 0,1 A
7. Kesimpulan

 Multimeter Analog memiliki tingkat kesalahan yang lebih besar, jika


dibandingkan dengan multimeter digital karena kesalahan pembacaan pada
skala yang tidak benar atau posisi pembacaan yang tidak tepat.
 Multimeter digital mempunyai tingkat ketelitian pengukuran 3-6 angka di
belakang koma.
 Besarnya hambatan total pada resistor yang disusun secara seri lebih besar
dibadingkan dengan hambatan total pada resistor yang disusun secara
pararel. Hal ini disebabkan Karena pada rangkaian pararel berprilaku
sebagai pembagi tegangan (voltage divider)
8. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai