Anda di halaman 1dari 24

LEMBAR PERSETUJUAN

BAHAYA MENGKONSUMSI MAKANAN


MENGANDUNG MELAMIN

Diajukan oleh :

MOCH. ZAINAL ABIDIN

telah disetujui dan diterima dengan baik oleh :

Kepala Sekolah Guru Pembimbing

( Drs. Abd. Wahid Efendi, M.Ag. ) ( M. Takdiro )

i
MOTTO

Buku adalah kunci ilmu pengetahuan,


Semangat adalah pendorongnya,
Dan keberhasilan adalah hasilnya.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq

dan hidayah-Nya lah penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UN (Ujian Nasional) di

Madrasah Aliyah Manba’ul Hikam Putat Tanggulangin Sidoarjo.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari

jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan

bagi kami khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa

paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai

pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya

penulisan makalah ini. Semoga semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di

hadapan Allah SWT. Amin.

Sidoarjo, Februari 2009

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ ii

MOTTO........................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat................................................................ 2

D. Metode.................................................................................... 3

E. Sistematika Penulisan............................................................. 3

BAB II KAJIAN TEORI

A. Definisi Melamin.................................................................... 5

B. Pencetus Kanker..................................................................... 6

C. Asal Formaldehid.................................................................... 7

D. Jenis Makanan yang Mengandung Melamin.......................... 10

E. Bahaya Zat Melamin............................................................... 11

BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN

MASALAH

A. Analisa Kandungan Bahan Berbahaya pada Melamin........... 12

B. Pengujian Kadar Formalheid pada Melamin.......................... 14

iv
C. Mengidentifikasi Peralatan Makanan..................................... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................ 18

B. Saran .......................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melamin adalah basa organik dengan rumus kimia C3H6N6. Zat ini

merupakan trimer dari cyanida. Bersama dengan formaldehyde melamin

digunakan untuk memproduksi resin melamin, plastik yang sangat tahan

panas, dan busa melamin, produk polimer pembersih. Melamin merupakan

metabolit dari cyromazine, salah satu senyawa pestisida.

Melamin ditambahkan ke dalam susu untuk membuat ‘seolah-olah’

kadar protein dalam susu tinggi.

Hal ini biasa dilakukan pada hewan ruminant (sapi, kerbau, dan

lainnya) untuk meningkatkan asupan nitrogen. Berbeda dengan hewan

lainnya, hewan ruminant seperti sapi memperoleh asupan nitrogen dari proses

fermentasi makanan bukan protein (makanan utama sapi adalah rumput-

rumputan) oleh bakteri yang terdapat dalam sistem pencernaan. Nitrogen hasil

fermentasi ini disebut sebagai non-protein nitrogen (NPN). Nah melamin ini

dianggap bisa menjadi sumber non-protein nitrogen (NPN). Meskipun hal ini

masih menjadi kotroversi.

Sayangnya, demi mendapat keuntungan lebih, hal ini juga dilakukan

pada susu. Melamin ditambahkan sebagai aditive sumber NPN. Padahal jelas-

jelas manusia berbeda dengan sapi dan ruminant lainnya. Sistem pencernaan

manusia tidak memiliki bakteri yang dapat melakukan fermentasi seperti pada

vi
sapi. Alih-alih dapat meningkatkan asupan nitrogen, melamin malah

menyebabkan keracunan seperti yang terjadi di China baru-baru ini.

Selain itu juga penambahan melamin di ‘atas kertas’ memang betul-

betul dapat menaikkan kandungan protein. Analisa protein biasanya dilakukan

dengan metode kjeldahl, mengukur jumlah nitrogen yang kemudian

dikonversi menjadi jumlah protein dengan suatu tetapan standar. Saat

dilakukan uji analisa kandungan protein, hasil menunjukkan kandungan

nitrogen yang besar. Padahal sebenarnya angka tesebut diperoleh bukan hanya

dari protein, namun juga melamin. Karena melamin ini memiliki gugus

nitrogen, maka jumlah nitrogen yang terukur akan semakin bertambah dan

otomatis akan membuat kandungan protein seolah-olah tinggi.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

“Apa bahaya mengkonsumsi makanan yang mengandung melamin

dan bagaimana cara mendeteksinya?”

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan memberikan gambaran tentang bahaya

mengkonsumsi makanan yang mengandung melamin.

2. Untuk mengetahui cara mendeteksi makanan yang mengandung melamin.

vii
D. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi

kepustakaan. Pemilihan metode ini karena dianggap paling cocok untuk

mengidentifikasi jenis-jenis makanan yang mengandung melamin dan bahaya

mengkonsumsi makanan yang mengandung melamin.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan makalah ini terbagi dalam empat bab.

Pembagian penulisan dalam makalah ini untuk memudahkan penulis dalam

menyusun hasil penelaahan terhadap permasalahan yang ada.

Dan sistematika penulisan makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini secara garis besar memuat pendahuluan, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai definisi melamin dan kajian

teori yang menyertainya.

BAB III PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Dalam bab ini akan disajikan data-data tentang penyajian data,

analisis data dan pemecahan masalah yang bisa dilakukan.

viii
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini memuat tentang pokok-pokok hasil pembahasan dari

bab II dan III. Uraian kesimpulan akan menjadi jawaban atas

perumusan masalah.

ix
BAB II

KAJIAN TEORI

A. DEFINISI MELAMIN

Melamin adalah bahan kimia berbasis organik dengan rumus kimia

C3H6N6. Melamin merupakan trimer dari sianida. Melamin ini mengandung

66% nitrogen, dan sering digunakan untuk bahan campuran plastik dan pupuk.

Karena mengandung banyak nitrogen, maka susu yang dicampur dengan

Melamin akan menyebabkan seolah-olah kadar protein susu lebih banyak dari

kandungan protein aslinya.

Saat diperkenalkan di Indonesia pada 1970-an, perlengkapan makan dari

bahan melamin segera memikat konsumen. Ringan dan tak mudah pecah.

Praktis dibawa piknik pula.

Namun, penelitian YLKI mengingatkan kita untuk lebih cermat dan

bijak. Sebab, ada yang berharga murah tapi terbuat dari bahan yang

membahayakan kesehatan.

Bagaimana tidak tergiur pada perlengkapan makan berbahan melamin

kalau harganya sangat murah? Bayangkan, produk melamin dari segala jenis

dan ukuran hanya dihargai Rp 10.000,- untuk 3-4 buah. Bahkan di sejumlah

hypermarket dan pusat grosir ditawarkan kiloan dengan patokan sekitar Rp

25.000,-/kg. Sebaliknya, melamin lokal (bermerek Golden Dragon, Hoover,

Onyx, Vanda) berupa sendok, gelas, cangkir, piring, pinggan sampai mangkuk

besar kisaran harganya Rp 2.000,- — Rp 40.000,-.

x
Tak heran jika produk melamin murah itu makin mudah dijumpai dalam

keseharian. Penjaja bakso, warung makan, sampai usaha jasa boga

beranggaran rendah dengan senang hati mulai mengganti perangkat makan

dari beling dan gelas dengan perlengkapan yang mengurangi risiko rugi

karena pecah ini. Produsen makanan siap saji dari kacang kulit sampai biskuit

bubur bayi pun menyertakan perlengkapan makan dari melamin murah itu

dalam kemasan sebagai hadiah, pemikat calon pembeli.

Namun, uji produk melamin yang dilakukan Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia (YLKI) bekerja sama dengan jurusan Kimia FMIPA,

Universitas Indonesia terhadap 10 jenis merek (empat lokal, enam impor)

menunjukkan, tak semuanya memenuhi food grade. Artinya, ada di antara

produk-produk tadi yang mengandung zat berbahaya atau beracun dan bisa

berpindah ke makanan akibat proses pengolahan makanan. Misalnya, dipakai

untuk menyimpan sayur panas.

B. PENCETUS KANKER

Zat berbahaya itu formaldehid namanya. Dalam kadar tinggi bahan ini

akan berdampak buruk bagi kesehatan.

Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm

atau 2 mg/l. Sedangkan Amerika Serikat (AS) menetapkan paparan

maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka pendek 2 ppm.

Penelitian laboratorium selama dua tahun oleh Chemical Industry

Institute of Toxicology yang dimulal tahun 1979 menunjukkan, kontak dengan

xi
formaldehid menyebabkan kanker hidung pada tikus. Penelitian ini didukung

oleh 36 perusahaan kimia di AS. Tahun 1987 Environmental Protection

Agency (EPA) AS menggolongkan formaldehid sebagai zat yang mungkin

memicu kanker.

Beberapa penelitian juga membuktikan, pekerja yang terpapar

formaldehid berisiko terserang kanker lebih besar beberapa kali, apalagi jika

berlangsung terus-menerus. AS kemudian secara tegas menyatakan,

formaldehid sebagai pencetus kanker bagi manusia. Uap formaldehid memicu

radang pada mata (perih), hidung, saluran pernapasan atas, batuk, bronkitis,

pneumonia, dan asma.

Kulit yang terpapar formaldehid akan perih dan kemerahan seperti

terbakar. Bila air yang terkontaminasi formaldehid terhirup atau tertelan akan

menyebabkan sakit mendalam, luka bernanah, dan pembusukan pada selaput

lendir tubuh (misalnya pada pipi bagian dalam dan bibir). Gejala keracunan

dapat ditandai dengan muntah-muntah, pusing, dan hilang kesadaran.

Kematian bisa terjadi bila formaldehid terminum sampai kadar 30 mg/l.

C. ASAL FORMALDEHID

Untuk mengetahui asal muasal formaldehid, mari kita tengok ke

belakang ketika pada 1907 ahli kimia Belgia, Leo Hendrik Baekeland,

menemukan plastik buatan (sintetis) pertama yang disebut bakelite. Inilah

cikal bakal melamin yang awalnya digunakan sebagai bahan dasar pesawat

telepon generasi pertama.

xii
Kemudian senyawa ini dikembangkan dan diterapkan untuk industri

perlengkapan rumah tangga, termasuk perangkat makan.

Pada 1930 - 1940-an, perusahaan-perusahaan di AS macam Cyanamid,

Ciba, dan Henkel mengembangkan senyawa ini untuk industri tekstil sebagai

bahan pengisi dan perekat. Keunggulannya berupa kejernihan, stabil terhadap

panas, cahaya, bahan kimia, goresan, bahkan api !

Faktor inilah yang membuat melamin formaldehid makin luas

digunakan pada tahun-tahun awal pasca-Perang Dunia 11. Antara lain

digunakan pada industri kayu lapis untuk memperkuat dan mempercantik

produk-produknya.

Jadi, memang dari sananya formaldehid sudah nebeng di melamin.

Menurut Bambang Ariwahjoedi, pengajar pada FMIPA ITB, melamin

merupakan persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer formaldehid

dan monomer fenol. Bila kedua senyawa bergabung, sifat racun formaldehid

akan hilang karena terlebur menjadi satu senyawa, yaitu melamin.

Formaldehid dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena

depolimerisasi. Akibat proses ini, formaldehid terlepas menjadi monomer

yang bersifat racun. Pemicunya bisa berupa paparan panas, sinar ultraviolet,

gesekan, dan tergerusnya permukaan melamin hingga partikel formaldehid

terlepas.

Meski tahan di rentang suhu 120 derajat celcius sampai 30 derajat C di

bawah nol, tapi karena menyerap panas, melamin tak tahan dipapar panas

xiii
terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka waktu lama. Oleh sebab itu

melamin tak bisa digunakan dalam microwave.

Persoalan lain, dalam persenyawaan yang kurang sempurna dapat terjadi

residu. Sisa formaldehid dan fenol yang tak bersenyawa itu akan terjebak

dalam materi melamin. Formaldehid yang terjebak inilah yang bisa

mengancam kesehatan bila masuk ke tubuh manusia.

Dari uji produk melamin, melamin lokal dan impor dari Cina

mempunyai senyawa berbeda. Melamin lokal terbuat dari melamin asli,

sementara yang impor terbuat dari bahan bukan melamin, salah satunya urea

formaldehid. Kedua senyawa ini dibentuk oleh reaksi polimerisasi yang

menghasilkan fenol.

Senyawa melamin dan urea berasal dan hasil reaksi formaldehid dengan

senyawa amino yang mengandung kelompok senyawa NH2. Susunan

kimianya sangat berbeda. Melamin punya struktur rantai lingkaran sehingga

lebih stabil. Ikatan kimia urea formaldehid berupa rantai lurus, makanya

pelepasan formaldehid lebih mudah. Urea formaldehid hanya tahan sampai

suhu 62 derajat celcius hingga lebih mudah pecah atau berubah bentuk pada

perlakuan suhu ekstrem. Urea yang dipanaskan akan menghasilkan

formaldehid yang kadar pencemarnya tergantung pada seberapa kuat ikatan

bahannya serta tingkat proses yang dijalankan produsen.

xiv
D. JENIS MAKANAN YANG MENGANDUNG MELAMIN

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan

perintah penarikan 28 jenis produk makanan. Hal ini dilakukan untuk

mengamankan produk yang berkaitan dengan kasus ditambahkannya melamin

pada susu formula untuk bayi di China.

Berikut 28 Produk yang dilarang beredar :

1. Jinwel Yougoo Susu Fermentasi Rasa Jeruk

2. Jinwel Yougoo Aneka Buah

3. Jinwel Yougoo tanpa Rasa

4. Guozhen susu bubuk full cream

5. Meiji Indoeskrim Gold Monas Rasa Cokelat

6. Meiji Indoeskrim Gold Monas Rasa Vanila

7. Oreo Stick Wafer

8. Oreo Stick Wafer (disebut dua kali, karena ukuran berbeda)

9. Oreo Cokelat Sandwich Cookies

10. M&M’s Kembang Gula Cokelat Susu

11. M&M’s Cokelat Susu

12. Snicker’s (biskuit-nougat lapis cokelat)

13. Dove Choc Kembang Gula Cokelat

14. Dove Choc

15. Dove Choc (disebut dua kali, karena ukuran berbeda)

16. Natural Choice Yoghurt Flavoured Ice Bar

17. Yili Bean Club Matcha Red Bean Ice Bar

xv
18. Yili Bean Club Red Bean Ice Bar

19. Yili Prestige Chocliz

20. Yili Chestnut Ice Bar

21. Nestle Dairy Farm UHT Pure Milk

22. Yili High Calcium Low Fat Milk Beverage

23. Yili High Calcium Milk Beverage

24. Yili Pure Milk 205 ml

25. Yili Pure Milk 1 L

26. Dutch Lady Strawberry Flavoured Milk

27. White Rabbit Creamy Candy

28. Yili Choice Dairy Frozen Yoghurt Bar (kembang gula)

E. BAHAYA ZAT MELAMIN

Melamin mempunyai LD50 >3000 mg/kg berdasar data percobaan

terhadap tikus. Melamin dapat membuat iritasi bila terhisap dan bila kontak

dengan mata atau kulit. Melamin juga dapat mengakibatkan kerusakan pada

reproduksi, kandung kemih, dan batu ginjal. Juga dapat menyebabkan kanker.

Ini adalah bukti nyata bahwa yang namanya sintetis buatan manusia pasti

suatu saat ada kesalahannya. ASI jauh lebih baik dari susu formula. Ini yang

harus di ingat oleh para ibu. Jadi apabila tidak dalam kondisi darurat (misal:

ASI tidak keluar) sebaiknya ASI menjadi pilihan utama bagi bayi.

xvi
BAB III

PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN

PEMECAHAN MASALAH

A. ANALISA KANDUNGAN BAHAN BERBAHAYA PADA

MELAMIN

1. Analisa Kandungan logam Berat Pb, Cd dan Cr

pada Melamin

Bahan atau pereaksi :

- Asam nitrat (HNO3) pa.

- Air suling (aquades).

Peralatan :

- Neraca analitik;

- Cawan platina/cawan porselin;

- Tanur;

- Pemanas/kompor;

- Gelas piala;

- Labu ukur 50 ml;

- Corong/kertas saring;

- Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS).

Cara Kerja :

a. Timbang 1 gram contoh yang sudah dipotong-potong;

b. Masukkan ke dalam cawan platina;

xvii
c. Panaskan dengan api kecil kemudian dengan api langsung;

d. Masukkan ke dalam tanur pada suhu ± 500 °C sampai menjadi abu

hampir putih;

e. Tambahkan HNO3 tetes demi tetes (0,5 ml – 3 ml) sambil dipanaskan

untuk melarutkan residu;

f. Saring, tampung filtrat pada labu ukur 50 ml kemudian tambahkan air

suling sampai tanda garis dan kocok;

g. Buat larutan blanko dengan cara:

- campur 5 ml air suling dengan 3 ml HNO3 p.a, panaskan;

- saring, tampung filtrat pada labu ukur 50 ml.

h. Hitung standar konsentrasi contoh dengan membandingkan

konsentrasi absorbans standar pada kurva kalibrasi pada contoh

Atomic Absoption Spectrophotometer (AAS).

i. Lakukan pengujian duplo.

2. Analisa Kandungan Logam Mercury Hg pada

Melamine

Bahan atau pereaksi :

- Asam nitrat (HNO3) pa.;

- Air suling (aquades);

Peralatan :

- Neraca analitik;

- Vessel;

xviii
- Microwave digester;

- Corong;

- Corong/kertas saring;

- Atomic Absorption Spectrofometer (AAS).

Cara Kerja :

a. Timbang 1 gram contoh yang sudah dipotong-potong;

b. Masukkan ke dalam vessel tempat contoh uji pada microwave

digester;

c. Tambahkan HNO3 tetes demi tetes (0,5 ml – 3 ml);

d. Tutup dan kencangkan serta pasang pembatas untuk tekanan tinggi;

e. Hidupkan alat (microwave digester) dan komputer, sesuaikan

temperatur dan tekanan untuk melamin sesuai dengan kondisi operasi;

f. Saring, tampung filtrat pada labu ukur 50 ml kemudian tambahkan air

suling sampai tanda garis dan kocok;

g. Buat larutan blanko dengan cara :

- campur 5 ml air suling dengan 3 ml HNO3 p.a, panaskan;

- saring, tampung filtrat pada labu ukur 50 ml.

h. Hitung standar konsentrasi contoh dengan membandingkan

konsentrasi absorbans standar pada kurva kalibrasi pada contoh

Atomic Absoption Spectrophotometer (AAS).

i. Lakukan pengujian duplo.

B. PENGUJIAN KADAR FORMALHEID PADA MELAMIN

xix
Untuk menguji kadar formaldehid pada beberapa produk berbahan

melamin, YLKI melakukan dengan beberapa cara.

Pertama, uji rebus. Produk melamin direbus dalam 2 l air selama 30

menit dalam panci tertutup berlubang kecil untuk menghindari tekanan. Ini

untuk memperbandingkan dengan kebiasaan konsumen menggunakan wadah

itu bagi air mendidih, misalnya menyeduh teh, kopi, atau sebagai wadah bakso

kuah dan sup panas yang biasa disantap selama 15 - 30 menit. Juga untuk

menguji penggunaan berulang dengan air mendidih.

Kedua, uji kadar formaldehid dengan Pharmacopoeia Standard

(Baku Mutu Farmakop). Hasilnya, seperti yang terungkap dalam Warta

Konsumen, September 2004, enam merek melamin impor Cina ternyata

berkadar formaldehid tinggi, 4,76 - 9,22 mg/l. Sementara merek lokal (Onyx,

Golden Dragon, Vanda, Hoover) berkadar kurang dan 0,05 mg/l.

Dari pengujian pula, YLKI mewanti-wanti untuk hati-hati dengan

melamin impor dari Cina yang mencantumkan label aman.

Misalnya, pada mug bertutup merek W Melamin CH 13 tercantum label

heat safe. Saat diuji di laboratorium, hasilnya ternyata bertolak belakang.

Hal semacam ini bisa menyesatkan konsumen yang mempunyai bayi

dan biasa menyucihamakan wadah makanan bayi dengan cara direbus.

Maunya aman, tapi justru berbahaya. Kandungan formaldehid dari mug yang

direbus 30 menit ini sangat tinggi (8,82 mg/l).

Agar tak waswas, kita bisa melakukan uji sederhana untuk memastikan

apakah perangkat makan melamin kita asli atau tak memenuhi food grade.

xx
Pertama, uji bakar sederhana. Bakarlah ujung melamin dengan lilin

selama 20 detik. Jika tercium gas formaldehid yang menyengat, berarti tidak

memenuhi food grade. Pada melamin asli hanya tampak gosong tanpa bau

formaldehid.

Kedua, uji rebus selama 30 menit sampai satu jam. Melamin palsu

(dalam hal ini impor dari Cina) akan berubah bentuk, meliuk, bahkan rapuh

dan mencair. Uap rebusannya pun menyebabkan mata perih, batuk, dan mual.

Walau sekilas sama, secara fisik kita bisa membedakan melamin asli

dan palsu. Melamin asli lebih tebal dan berat dibandingkan dengan melamin

palsu yang lebih terkesan sebagai plastik. Bila sesama melamin asli

dibenturkan, bunyi yang terdengar akan lebih “tebal” dibandingkan dengan

pembenturan antarmelamin palsu. Permukaan melamin asli lebih licin dan

berkilau, sedangkan yang palsu mudah ternoda oleh pangan berwarna

(misalnya, teh atau kopi) hingga warnanya lebih gelap. Walau lama-kelamaan

akan kusam juga, melamin asli lebih stabil ketimbang yang palsu.

Dengan perlakuan dan perawatan benar, perlengkapan makan melamin

bisa layak digunakan 6 - 10 tahun. “Ini laporan dari salah satu konsumen,”

tutur Dedi Cahyadi, asisten manajer Research and Development Onyx Design

yang mulai berproduksi sejak 1988.

Agar perlengkapan melamin awet, cucilah segera setelah dipakai. Tak

masalah apakah menggunakan pembersih sabun cair atau sabun colek. Yang

penting, jangan digosok kasar. Gunakan spons halus dan hindari penggunaan

xxi
sabut kelapa, abu gosok, apalagi bahan penggosok dari logam yang mulai

ditawarkan di pasaran.

C. MENGIDENTIFIKASI PERALATAN MAKANAN

Perhatikan permukaannya. Bila mulai banyak ternoda, berubah warna

karena pengaruh atau minuman makanan macam teh, kopi, makanan asam

yang lebih mudah terserap, juga bila mulai kusam dan tergores-gores,

sebaiknya pensiunkan saja. Selain mempertimbangkan keamanan bagi

kesehatan, tentu tak elok lagi dipandang. Selera makan mungkin ikut

berkurang. Bekas peralatan makan kita ini masih bisa dimanfaatkan sebagai

tatakan pot, misalnya.

xxii
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kandungan protein yang tinggi memang biasa dijadikan parameter

untuk menentukan kualitas susu. Sehingga bila di atas kertas suatu produk

susu mempunyai jumlah protein yang besar, dapat dikatakan ia mempunyai

kualitas yang baik. Maka produsen-pun berusaha agar produknya memiliki

kandungan protein yang tinggi.

Itulah alasan mengapa melamin ditambahkan ke dalam susu untuk

membuat ‘seolah-olah’ kadar protein dalam susu tinggi.

B. Saran

Bagi konsumen, penambahan melamin ke dalam produk susu tentu

sangat merugikan, namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk

mengidentifikasi adanya produk melamin pada susu :

1. Uji rebus

2. Uji kadar formaldehid dengan

Pharmacopoeia Standard

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Dewan Redaksi Hamparan Dunia Ilmu. 2008. Bahaya Melamin Pada Anak-
anak. Jakarta : Tiara Pustaka.

Prawirahartono, Slamet. 2008. Cara Mengidentifikasi Makanan Mengandung


Melamin. Jakarta : Bumi Aksara.

http://www.google.co.id/melamin/subject/09834?id&/ diakses Januari 2009.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai