Anda di halaman 1dari 62

JANGAN MENGELUH JANGAN GELISAH

Kita selalu bertanya dan Al Qur'an sudah menjawabnya


1. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU DIUJI?
QURAN MENJAWAB:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,"Kami telah
beriman", sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-
orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui oang-orang yg benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." [Surah Al-Ankabut ayat 2-3]

2. KITA BERTANYA: MENGAPA UJIAN SEBERAT INI?


QURAN MENJAWAB:
"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya," [Surah
Al-Baqarah ayat 286]

3. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-


IDAMKAN?
QURAN MENJAWAB:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu
tidak mengetahui." [Surah Al-Baqarah ayat 216]

4. KITA BERTANYA: MENGAPA AKU MERASA FRUSTRASI?


QURAN MENJAWAB:
"Janganlah kamu bersikap lemah. dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." [Surah
Al-Imran ayat 139]

5. KITA BERTANYA: BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?


QURAN MENJAWAB:
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan
sesungguhnya shalat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyu" [Surah
Al-Baqarah ayat 45]

6. KITA BERTANYA: APA YANG AKU DAPAT DARIPADA SEMUA INI?


QURAN MENJAWAB:
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri, harta mereka dengan
memberikan syurga untuk mereka. [Surah At-Taubat ayat 111]

7. KITA BERTANYA: KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?

1
QURAN MENJAWAB:
'Cukuplah Allah bagiku,tidak ada Tuhan selain dariNya. Hanya kepadaNya aku
bertawakkal." [Surah At-Taubat ayat 129]

8. KITA BERKATA: AKU TAK TAHAN!!!!!!


QURAN MENJAWAB:
"......dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." [Surah Yusuf ayat 12]

9. KITA BERTANYA: MENGAPA HATI INI TIDAK TENANG ?


QURAN MENJAWAB:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar Ra'd ayat
28]

2
STRATEGI SETAN MENJERUMUSKAN MANUSIA

Sebelum kita mengetahui strategi setan menjerumuskan manusia, ada baiknya terlebih
dahulu mengetahui Visi dan Misi setan.Visi setan adalah memperbudak manusia dan Misi
setan mengkondisikan manusia lupa kepada Alah Subhanahu wata’ala.
Adapun strategi setan untuk mewujudkan visi dan misinya adalah sbb :
1. Waswasah
Waswasah artinya membisikkan keraguan pada manusia ketika melakukan kebaikan atau
amal sholeh. Saat kumandang azan subuh dan tubuh kita masih dililit selimut, terbersit
dalam pikiran kita, “Nanti lima menit lagi”. Ini adalah waswasah. Kenyataannya bukan
lima menit tapi satu jam, akhirnya Sholat Shubuh terlambat bahkan tidak sholat.

2. Tazyin
Tazyin artinya membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Segala yang berbau maksiat
biasanya terlihat indah, Misalnya, mengapa orang yang berpacaran lebih mesra daripada
suami-istri? Jalan-jalan saat pacaran lebih mengesankan daripada setelah menikah. Ini
karena ada unsur tazyin. Pacaran itu maksiat, sementara nikah itu ibadah. Maksiat disulap
oleh setan sehingga terasa lebih indah, nikmat dan mengesankan. Inilah yang disebut
strategi tazyin.

3. Tamanni
Tamanni artinya memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan. Pernahkan
terbersit niat akan Shalat Tahjud saat merebahkan badan di tempat tidur? Namun pada jam
tiga saat weker berbunyi, kita cepat-cepat
mematikannya lalu meneruskan tidur. Pernahkan kita ingin bertobat? Namun pada sat
maksiat ada di depan mata, kita tetap saja melakukannya. Ironisnya ini berlangsung
berkali-kali. Inilah yang disebut strategi tamanni.

4. A’dawah
A’dawah artinya berusaha menanamkan permusuhan. Setan berikhtiar menumbuhkan
permusuhan di anatara manusia.
Biasanya permusuhan berawal dari prasangka buruk. Supaya manusia bermusuhan, setan
biasanya menumbuhkan prasangka buruk.Karena itu waspadai kalau kita berprasangka
buruk pada orang lain, sesungguhnya kita telah terperangkap strategi setan.

5. Takwif
Takwif artinya menakut-nakuti. Pernahkah merasa takut miskin karena menginfakkan

3
sebagian harta, takut disebut sok alim karena datang ke majelis taklim? Kalau kita pernah
merasakannya, inilah strategi takhwif.
6. Shaddun
Shaddun artinya berusaha menghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah
dengan menggunakan berbagai hambatan. Pernahkah anda merasa malas saat mau
melakukan sholat, atau mengantuk saat membacaAl Qur’an meskipun sudah cukup tidur?
Ini adalah gejala shaddun dari setan.

7. Wa’dun
Wa’dun artinya janji palsu. Setan berusaha membujuk manusia agar mau mengikutinya
dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan. Akhirnya manusia mempercayainya.
Misalnya, banyak kasus seorang wanita menyerahkan dirinya pada sang pacar karena
dijanjikan akan dinikahi, namun setelah hamil sang pacar meninggalkannya begutu saja.
Dia tidak mau bertanggung jawab. Inilah contoh wa’dun atau janji palsu dari setan.

8. Kaidun
Kaidun artinya tipu daya. Setan berusaha sekuat tenaga memasang sejumlah perangkap
agar manusia terjebak.
Pernahkah saat diberi tugas, kita berpikir nanti saja mengerjakannya krn waktu masih
lama? Ternyata setelah dekat waktunya kita mengerjakan asal-asalan dan tergesa-gesa
sehingga hasilnya tidak optimal atau ada kemunginan pada waktu yang ditentukan
pekerjaan tidak selesai. Strategi ini disebut kaidun.

9. Nisyan
Nisyan artinya lupa. Sesungguhnya lupa itu adalah hal yang manusiawi. Lupa memang
sesuatu hal yang manusiawi, tetapi setan berusaha agar manusia menjadikan lupa sebagai
alasan untuk menutupi tanggung jawab. Pernahkan kita lupa menunaikan janji? lupa
sholat? Kalau sesekali itu bisa disebut manusiawi, tetapi kalau sering dilakukan berarti
terjebak strategi nisyan.
Demikian ringkasan tentang strategi setan. Semoga kita dapat mencermati dan berusaha
agar tidak terjebak strategi setan laknatullah (setan yang dilaknat Allah)

4
JIKA TAHU KITA AKAN MENANGIS (Ttg Siksa Neraka)

“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan
banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Indahnya hidup dengan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada
yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan
balasan dan siksa Allah swt.
Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain Siapa pun kita, jangan
pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain.
Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua
kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah
seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah
kamu kembali, dan akan diberitakan- Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”
Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak
dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah
yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi.
Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak
seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah
tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah
tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawab kan apa yang telah kita
lakukan.
Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung Di antara keindahan
iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah,
seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa
apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.
Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan.
Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi
kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang
tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di
hadapan Allah SWT.
Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia,
kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu

5
dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu
sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”
Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit Mungkin,
pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt.
akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu
banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya
akan masuk surga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih
dari cukup.
Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan
melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman
kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-
order baru yang diperintahkan Rasulullah.
Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal
sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti
akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan.
Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang
tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal
sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih
surga.
Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. “Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu
ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa
kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam
benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan
akhir nasib seorang anak manusia.
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan
anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup
menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)
Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma
sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa.
Terus, dan selamanya.
Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa
yang paling ringan. “Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat

6
ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat
mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat
siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah
teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita.
Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis
karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.

TANDA-TANDA LEMAH IMAN DAN KIAT MENGATASINYA

5 Komentar Ditulis oleh Esa di/pada Selasa, 25 September 2007


Keimanan manusia tidak seperti malaikat. pun juga seperti iblis la’natullah. Keimanan Manusia
selalu dinamis, naik dan turun, sebagaimana sabda nabi Muhammad,” Al imanu yajiidu wa
yanqus, jadiidu.” yang artinya iman itu kadang naik dan kadang turun, maka perbaharuilah
selalu iman itu. Berikut Tanda-tanda Lemahnya Iman seseorang ;
1. Terus menerus melakukan dosa dan tidak merasa bersalah
2. Berhati keras dan tidak berminat untuk membaca Al-Qur’an
3. Berlambat-lambat dalam melakukan kebaikan, seperti terlambat untuk melakukan
shalat
4. Meninggalkan sunnah
5. Memiliki suasana hati yang goyah, seperti bosan dalam kebaikan dan sering gelisah
6. Tidak merasakan apapun ketika mendengarkan ayat Al-Qur’an dibacakan, seperti
ketika Allah mengingatkan tentang hukumanNya dan janji-janjiNya tentang kabar baik.
7. Kesulitan dalam berdzikir dan mengingat Allah
8. Tidak merasa risau ketika keadaan berjalan bertentangan dengan syari’ah
9. Menginginkan jabatan dan kekayaan
10. Kikir dan bakhil, tidak mau membagi rezeki yang dikaruniakan oleh Allah
11. Memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, sementara dirinya sendiri tidak
melakukannya.
12. Merasa senang ketika urusan orang lain tidak berjalan semestinya
13. Hanya memperhatikan yang halal dan yang haram, dan tidak menghindari yang makruh
14. Mengolok-olok orang yang berbuat kebaikan kecil, seperti membersihkan masjid
15. Tidak mau memperhatikan kondisi kaum muslimin
16. Tidak merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu demi kemajuan Islam

7
17. Tidak mampu menerima musibah yang menimpanya, seperti menangis dan meratap-
ratap di kuburan
18. Suka membantah, hanya untuk berbantah-bantahan, tanpa memiliki bukti
19. Merasa asyik dan sangat tertarik dengan dunia, kehidupn duniawi, seperti merasa resah
hanya ketika kehilangan sesuatu materi kebendaan
20. Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada diri sendiri

Hal-hal berikut dapat meningkatkan keimanan kita:


1. Tilawah Al-Qur’an dan mentadabburi maknanya, hening dan dengan suara yang lembut
tidak tinggi, maka Insya Allah hati kita akan lembut. Untuk mendapatkan keuntungan yang
optimal, yakinkan bahwa Allah sedang berbicara dengan kita.
2. Menyadari keagungan Allah. Segala sesuatu berada dalam kekuasaannya. Banyak hal
di sekitar kita yang kita lihat, yang menunjukkan keagunganNya kepada kita. Segala
sesuatu terjadi sesuai dengan kehendakNya. Allah maha menjaga dan memperhatikan
segala sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam dalam
kepekatan malam sekalipun.
3. Berusaha menambah pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti cara berwudlu dengan benar. Mengetahui arti dari nama-
nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang berilmu.
4. Menghadiri majelis-majelis dzikir yang mengingat Allah. Malaikat mengelilingi
majels-majelis seperti itu.
5. Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada
perbuatan baik lainnya. Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang bershadaqah
dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Amal-amal kebaikan
harus dilakukan secara kontinyu.
6. Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan
kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.
7. Mengingat fase-fase kehidupan akhirat, fase ketika kita diletakkan dalam kubut, fase
ketika kita diadili, fase ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir di
surga, atau neraka.
8. Berdo’a, menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah.
9. Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala harus kita tunjukkan dalam aksi. Kita
harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan senantiasa merasa
takut akan melakukan kesalahan. Malam hari sebelum tidur, seyogyanya kita
bermuhasabah, memperhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.
10. Menyadari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman seseorang akan bertambah
dengan melakukan kebaikan, dan menurun dengan melakukan perbuatan buruk.

8
Semua yang terjadi adalah karena Allah menghendaki hal itu terjadi. Ketika musibah
menimpa kita, itupun dari Allah.

7 PINTU (Masuk) NERAKA

Oleh : Anwar Nu'maniyah dan Biharul Anwar


"Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa
yang ditentukan)" (Qs al Hijr :44)
Diriwayatkan bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saw memintanya
untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di
dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan
setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:
1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.
2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.
3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).
4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.
5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.
6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.

Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saww maminta Ia
untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang
angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.
Lalu, Nabi saw mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika
siuman beliau berkata: "Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku
dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"
Kemudian Nabi saw mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan
siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat
memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya:
"Mengapa beliau begitu berduka?" Namun beliau tidak menjawab.
Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi
mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka
mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah
gerinda sambil membaca ayat "Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal" (al-
A'la:17). Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saww). Setelah
mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadur) yang
memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang
hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu

9
berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas
singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai".
Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang
menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda,
Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah,
demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki
satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada
waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun
kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau
memperhatikan dan mengambil pelajaran?"
Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi
menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa
bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata
kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, "Mengapa Ayahanda menangis?" Nabi
saww menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya
Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka
mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap
celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab".
Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang
yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan.
Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut
mendapat azab yang seperti itu?" Nabi saww menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa
nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan
dengan azab-azab yang lainya.
Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis dan meratap, "Derita
perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian
lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak
akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung,
tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab". Bilal yang tidak hadir di sana
datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah
engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari
pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka).
Maha adil Allah, begitu demokratisnya memberikan kebebasan pada manusia untuk
memilih.. antara iman & kufur, dengan tanpa ada paksaan " laa ikrooha fiddin..".
Akhirnya pilihan yang kita ambil, mendapatkan konsekuensi adil dari dzat yang maha adil.
Jalan menuju sorga berliku nan mendaki tapi saat sampai tujuan, maka akan mendapatkan
keindahan yang "tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, tidak dapat

10
dibayangkan oleh hati. Sedangkan jalan menuju neraka, indah mempesona..akhirnya sampai
pada kondisi yang mengerikan..

PINTU –PINTU MASUKNYA SETAN

Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa
mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak
melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati. Kalau kita
ingin memiliki kemampuan untuk menjaga pintu agar tidak diserbu syetan, kita harus
mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan syetan sebagai jalan untuk menguasai
benteng tsb. Melindungi hati dari gangguan syetan adalah wajib oleh karena itu mengetahui
pintu masuknya syetan itu merupakan syarat untuk melindungi hati kita maka kita diwajibkan
untuk mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan jalan untuk menguasi hati manusia
Pintu tempat masuknya syetan adalah semua sifat kemanusiaan manusia yang tidak
baik. Berarti pintu yang akan dimasuki syetan sebenrnya sangat banyak, Namun kita akan
membahas pintu-pintu utama yang dijadikan prioritas oleh syetan untuk masuk menguasai
manusia. Di antara pintu-pintu besar yang akan dimasuki syetan itu adalah:
1. Marah
Marah adalah kalahnya tentara akal oleh tentara syetan. Bila manusia marah maka syetan
bisa mempermainkannya seperti anak-anak mempermainkan kelereng atau bola. Orang
marah adalah orang yang sangat lemah di hadapan syetan.

2. Hasad
Manusia bila hasud dan tamak menginginkan sesuatu dari orang lain maka ia akan menjadi
buta. Rasulullah bersabda:” Cintamu terhadap sesuatu bisa menjadikanmu buta dan tuli”
Mata yang bisa mengenali pintu masuknya syetan akan menjadi buta bila ditutupi oleh sifat
hasad dan ketamakan sehingga tidak melihat. Saat itulah syetan mendapatkan kesempatan
untuk masuk ke hati manusia sehingga orang itu mengejar untuk menuruti syahwatnya
walaupun jahat.

3. Perut kenyang
Rasa kenyang menguatkan syahwat yang menjadi senjata syetan. Dalam satu riwayat
disebutkan bahwa Iblis pernah menampakkan diri di hadapan Nabi Yahya bin Zakariyya
a.s. Beliau melihat pada syetan beberapa belenggu dan gantungan pemberat untuk segala
sesuatu seraya bertanya, “Wahai iblis belenggu dan pemberat apa ini? Syetan menjawab:
“Ini adalah syahwat yang aku gunakan untuk menggoda anak cucu Adam”Yahya bertanya:
“Apa hubungannya pemberat ini dengan manusia ?Syetan menjawab: “Bila kamu kenyang

11
maka aku beri pemberat sehingga engkau enggan untuk sholat dan dzikir” Yahya bertanya
lagi: “Apa lainnya?” Jawabnya, “Tidak ada!”
Kemudian Nabi Yahya berkata: “Demi Allah aku tidak akan mengenyangkan perutku
dengan makanan selamanya” Iblis berkata, “Demi Allah saya tidak akan memberi nasehat
pada orang muslim selamanya”
Kebanyakan makan mengakibatkan munculnya enam hal tercela:
a. Menghilangkan rasa takut kepada Allah dari hatinya.
b. Menghilangkan rasa kasih sayang kepada makhluk lain karena ia mengira bahwa semua
makhluk sama kenyangnya dengan dirinya.
c. Mengganggu ketaatan kepada Allah
d. Bila mendengarkan ucapan hikmah ia tidak mendapatkan kelembutan
e. Bila ia bicara tentang ilmu maka pembicaraannya tidak bisa menembus hati manusia.
Akan terkena banyak penyakit jasmani dan rohani

4. Cinta perhiasan dan perabotan rumah tangga secara berlebihan


Bila syetan melihat hati orang yang sangat mencintai perhiasan dan perabotan rumah
tangga maka iblis bertelur dan beranak dan menggodanya untuk terus berusaha melengkapi
dan membaguskan semua perabotan rumahnya, menghiasi temboknya, langit-langitnya dst.
Akibatnya umurnya habis disibukkan dengan perabotan rumah tangga dan melupakan
dzikir kepada Allah

5. Tergesa-gesa dan tidak melakukan recheck


Rasulullah pernah bersabda: “Tergesa-gesa termasuk perbuatan syetan dan hati-hati
adalah dari Allah SWT”
Allah berfirman: ”Manusia diciptakan tergesa-gesa” dalam ayat lain ditegaskan:
“Sesungguhnya manusia itu sangat tergesa-gesa”. Mengapa kita dilarang tergesa-gesa?
Semua perbuatan harus dilakukan dengan pengetahuan dan penglihatan mata hati.
Penglihatan hata hati membutuhkan perenungan dan ketenangan sedangkan tergesa-gesa
menghalangi itu semua. Ketika manusia tergesa-gesa dalam melakukan kewajiban maka
syetan menebarkan kejahatannya dalam diri manusia tanpa disadari.

6. Mencintai harta
Kecintaan terhadap uang dan semua bentuk harta akan menjadi alat hebat bagi syetan. Bila
orang memiliki kecintaan kuat terhadap harta maka hatinya akan kosong. Kalau dia
mendapatkan uang sebanyak satu juta di jalan maka akan muncul dari harta itu sepuluh
syahwat dan setiap syahwat membutuhkan satu juta. Demikianlah orang yang punya harta
akan merasa kurang dan menginginkan tambahan lebih banyak lagi.

7. Ta’assub bermadzhab dan meremehkan kelompok lain

12
Orang yang ta’assub dan memiliki anggapan bahwa kelompok lain salah sangat berbahaya.
Orang yang demikian akan banyak mencaci maki orang lain. Padahal meremehkan dan
mencaci maki termasuk sifat binatang buas.
Bila syetan menghiasi pada manusia bahwa ta’assub itu seakan-akan baik dan hak dalam
diri orang itu maka ia semakin senang untuk menyalahkan orang lain dan menjelekkannya.
8. Kikir dan takut miskin
Sifat kikir ini mencegah seseorang untuk memberikan infaq atau sedekah dan selalu
menyeru untuk menumpuk harta kekayaan dan siksa yang pedih adalah janji Allah yang
akan ditimpakan pada orang yang menumpuk harta kekayaan tanpa memberikan haknya
kepada fakir miskin. Khaitsamah bin Abdur Rahman pernah berkata: “Sesungguhnya
syaitan berkata:
Anak cucu Adam tidak akan mengalahkanku dalam tiga hal perintahku: Aku perintahkan
untuk mengambil harta dengan tanpa hak, menginfakkannya dengan tanpa hak dan
menghalanginya dari hak kewajibannya (zakat).”
Sufyan berkata: “Syetan tidak mempunyai senjata sehebat senjata rasa takutnya manusia
dari kemiskina” Apabila ia menerima sifat ini maka ia mengambil harta tanpa hak dan
menghalanginya dari kewajiban zakatnya.

9. Memikirkan Dzat Allah


Orang yang memikirkan dzat Allah tidak akan sampai kepada apa yang diinginkannya ia
akan tersesat karena akal manusia tidak akan sampai kesana. Ketika memikirkan dzat Allah
ia akan terpeleset pada kesyirikan

10. Suudzon terhadap orang Islam ghibah


Allah berfirman dalam Surat Al Hujuroot 12 sbb: “Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.
dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Rasulullah pernah bersabda: “Jauhillah tempat-tempat yang bisa memunculkan
prasangka buruk. Kalau ada orang yang selalu suudzdzon dan selalu mencari cela orang
lain maka sebenarnya ia adalah orang yang batinnya rusak. Orang mukmin senantiasa
mencari maaf dan ampunan tetapi orang munafik selalu mencari cela orang lain
Itulah sebagian pintu-pintu masuknya syetan untuk menguasai benteng hatinya.
Kalau kita teliti secara mendetail kita pasti tidak akan mempu menghitung semua pintu
masuknya syetan ke dalam hati manusia. Sekarang bagiamana solusi dari hal ini? Apakah
cukup dengan dzikrullah dan mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illa billah?”
Ketahuilah bahwa upaya untuk membentengi hati dari masuknya serbuan syetaan adalah

13
dengan menutup semua pintu masuknya syetan dengan membersihkan hati kita dari sifat-
sifat tercela yang disebutkan di atas. Bila kita bisa memutuskan akar semua sifat tercela
maka syetan mendapatkan berbagai halangan untuk memasukinya ia tidak bisa menembus
ke dalam karena dzikrullah. Namun perlu diketahui bahwa zikir tidak akan kokoh di hati
selagi hati belum dipenuhi dengan ketakwaan dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela.
Bila orang yang hatinya masih diliputi oleh akhlak tercela maka dzikrullah hanyalah
omongan jiwa yang tidak menguasai hati dan tidak akan mampu menolak kehadiran syetan.
Oleh sebab itu Allah berfirman: QS Al-A’raf 201, “Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka
ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
Perumpamaan syetan adalah bagaikan anjing lapar yang mendakati anda. Bila
anda tidak memiliki roti atau daging pasti ia akan meninggalkanmu walaupun Cuma
menghardiknya dengan ucapan kaita. Tapi bila di tangan kita ada daging maka ia tidak
akan pergi dari kita walaupun kita sudah berteriak ia ingin merebut daging dari kita.
Demikian juga hati bila tidak memiliki makanan syetan akan pergi hanya dengan
dzikrullah
Syahwat bila menguasi hati maka ia akan mengusir dzikrullah dari hati ke
pinggirnya saja dan tidak bisa merasuk dalam relung hati. Sedangkan orang-orang
muttaqin yang terlepas dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela maka ia akan dimasuki
syetan bukan karena syahwat tapi karena kelalaian daari dzikrullah apabila ia kembali
berdzikir maka syetan langsusng. Inilah yang ditegaskan firman Allah dalam ayat
sebelumnya qs Al-A’raf 200
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada
Allah[590]
Dalam ayat lain disebutkan: QS An-Nahl 98-100, Apabila kamu membaca Al Quran
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya.Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas
orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang
mempersekutukannya dengan Allah.
Mengapa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Bila Umar ra. Melewati suatu lereng
maka syetan mengambil lereng selain yang dilewati Umar.”? Karena Umar memiliki hati
yang bersih dari sifat-sifat tercela sehingga syetan tidak bisa mendekat. Kendatipun hati
berusaha menjauhkan diri dari syetan dengan dzikrullah tapi mustahil syetan akan menjauh
dari kita bila kita belum membersihkan diri dari tempat yang disukai syetan yaitu syahwat,
seperti orang yang meminum obat sebelum melindungi dir dari penyakit dan perut masih
disibukkan dengan makanan yang kerasa dicerna. Taqwa adalah perlindungan hati dari
syahwat dan nafsu apabila zikrullah masuk kedalam hati yang kosong dari zikir maka

14
syetan mendesak mamsuk seperti masuknya penyakit bersamaan dengan dimakannya obat
dalam perut yang masih kosong.Allab SWT berfirman QS Qoof 37 Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai
akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya

TERAPI PENYAKIT CINTA

Penyakit mabuk cinta (al isyq) akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa
mahabbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dari-Nya dan dipenuhi kecintaan kepada
selain-Nya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengan-Nya pasti akan
kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf ‘alaihissalam,
”Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf,
dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya.
Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya Yusuf pun termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih…(QS Yusuf : 24).
Nyatalah bahwa ikhlas merupakkan imunisasi manjur yang dapat menolak virus ini
dengan berbagai dampak negatifnya, berupa perbuatan jelek dan keji. Artinya, memalingkan
seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah
itu.
Berkata ulama salaf, ”Penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu
selain apa yang yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai ibu Nabi Musa
alaihissalam,
”Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan
rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-
orang yang percaya (kepada janji Allah). (QS Al Qashash : 10).
Yakni kosong dari segala sesuatu, kecuali Musa; karena sangat cintanya kepada Musa
dan bergantungnya hatinya kepada Musa.

Bagaimana Virus Ini Bisa Berjangkit?


Penyakit al isyq terjadi karena dua sebab. Pertama, karena menganggap indah apa-apa
yang dicintainya. Kedua, perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua
faktor ini tak ada, niscaya virus tidak akan berjangkit.
Walaupun penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar
berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum mengena.

Makhluk Diciptakan Saling Mencari yang Sesuai Dengannya

15
Berkata Ibnu Al Qayyim, ketetapan Allah dengan hikmahNya menciptakan makhlukNya
dalam kondisi saling mencari yang sesuai dengannya.
Secara fitrah saling tertarik dengan jenisnya, dan sebaliknya akan menjauh dari yang
berbeda dengannya.
Rahasia adanya pencampuran dan kesesuaian di alam ruh, menyebabkan adanya
keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam ruh akan berakibat tidak
adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara inilah tegaknya urusan manusia. Allah
berfirman,

‫ت ِب بِه‬
ْ ‫خِفيفًا َفَم بّر‬
َ ‫ل‬
ً ‫حْم‬
َ ‫ت‬
ْ ‫حَمَل‬
َ ‫شاَها‬
ّ ‫ن ِإَلْيَها َفَلّما َتَغ‬
َ ‫سُك‬
ْ ‫جَها ِلَي‬
َ ‫جَعَل ِمْنَها َزْو‬
َ ‫حَدٍة َو‬
ِ ‫س َوا‬
ٍ ‫خَلَقُكم ّمن ّنْف‬
َ ‫ُهَو اّلِذي‬
َ ‫شاِكِري‬
‫ن‬ ّ ‫ن ال‬
َ ‫ن ِم‬
ّ ‫صاِلحًا ّلَنُكوَن‬
َ ‫ن آَتْيَتَنا‬
ْ ‫ل َرّبُهَما َلِئ‬
ّ ‫عَوا ا‬
َ ‫َفَلّما َأْثَقَلت ّد‬

”Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan
isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. (QS Al A’raf : 189).
Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tenteram dan senang seorang lelaki dan
bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan kecantikan rupa. Tidak
pula kerana adanya kesamaan dalam tujuan dan keinginan, ataupun kesamaan bentuk dan
dalam mendapat petunjuk. Pun demikian tidak dipungkiri, bahwa hal-hal ini merupakan salah
satu penyebab ketenangan dan timbulnya cinta.
Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadits,
”Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya
akan bersatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan, bahwa asbabul wurud hadits ini yaitu ketika
seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa hijrah ke Madinah,
ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang sifatnya sama sepertinya.
Yaitu senang membuat orang tertawa. Karena itulah Nabi mengucapkan hadits ini.
Karena itulah syariat Allah menghukumi sesuatu sesuai jenisnya. Mustahil syariat
menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan yang berbeda atau mengumpulkan dua hal
yang kontradiktif.
Barang siapa yang berpendapat lain, maka jelaslah minimnya ilmu pengetahuannya
terhadap syariat ini atau kurang memahami kaidah persamaan dan sebaliknya.
Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku di dunia. Lebih dari itu akan diterapkan pula di
akhirat. Allah berfirman,
َ ‫جُهْم َوَما َكاُنوا َيْعُبُدو‬
‫ن‬ َ ‫ظَلُموا َوَأْزَوا‬
َ ‫ن‬
َ ‫شُروا اّلِذي‬
ُ‫ح‬
ْ‫ا‬

”(Kepada Malaikat diperintahkan), ‘Kumpulkanlah orang-orang yang dhalim bersama teman


sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah’.” (QS Ash Shaffat :
22).

16
Umar Ibnu Khattab dan setelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai tafsiran
‘azwajahum’ yakni yang sesuai dan mirip dengannya.
Allah juga berfirman,
ْ ‫ج‬
‫ت‬ َ ‫س ُزّو‬
ُ ‫َوِإَذا الّنُفو‬
”dan apabila jiwa (ruh-ruh) dipertemukan. (QS At Takwir : 7).

Yakni setiap orang akan digiring beserta dengan orang-orang yang sama perilakunya.
Allah akan menggiring sesama orang-orang yang saling mencintai karenaNya ke dalam surga,
dan orang-orang yang saling berkasih-kasihan di atas jalan syetan digiring ke neraka jahim.
Mau tidak mau, maka setiap orang akan digiring dengan siapa yang dicintainya. Di dalam
Mustadrak Al Isyq Hakim disebutkan, bahwa Nabi shalallahu alaihi wa salam
bersabda,”Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum, kecuali akan digiring bersama mereka
kelak”. (HR Ahmad)

CINTA DAN JENIS-JENISNYA

Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan. Yang tertinggi dan paling mulia
ialah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan didalam agama Allah). Yaitu cinta
yang mengharuskan mencintai apa-apa yang dicintai Allah, dilakukan berlandaskan cinta
kepada Allah dan RosulNya.
Cinta berikutnya adalah cinta yang karena adanya kesamaan dalam cara hidup, agama,
madzhab, ideologi, hubungan kekeluargaan, profesi dan kesamaan dalam hal-hal lainnya.
Diantara jenis cinta lainnya, yakni cinta yang motifnya karena ingin mendapatkan sesuatu
dari yang dicintainya, baik karena kedudukan, harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun
kebutuhan biologis. Cinta yang didasari hal-hal seperti tadi – yaitu al mahabbah al ‘ardiyah –
akan hilang bersama hilangnya apa yang ingin didapatkan dari orang yang dicintainya.
Yakinlah, bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu, akan meninggalkanmu ketika
telah mendapatkan apa yang diinginkan darimu.
Adapun cinta lainnya, yaitu cinta karena adanya kesamaan dan kesesuaian antara yang
menyinta
dan yang dicinta. Mahabbah al isyq termasuk cinta jenis ini. Tidak akan sirna kecuali jika ada
sesuatu yang menghilangkannya. Cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa. Oleh karena
itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa was-was, hati yang gundah
gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta jenis ini.
Timbul pertanyaan, bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan ruh, tetapi
mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan kebanyakan cinta seperti ini hanya

17
sepihak dari orang yang sedang kasmaran saja? Jika cinta ini perpaduan antara jiwa dan ruh,
maka tentulah cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak dan bukan sepihak saja?
Jawabnya ialah, bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya syarat tertentu.
Atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasikan cinta antara keduanya. Hal ini
disebabkan tiga faktor. Pertama, bahwa cinta ini sebatas cinta karena adanya kepentingan. Oleh
karena itu tidak mesti keduanya saling mencintai. Terkadang yang dicintai justru lari darinya.
Kedua, adanya penghalang sehingga seseorang tidak dapat mencintai orang yang dicintainya,
baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga, adanya
penghalang dari pihak orang yang dicintai.
Jika penghalang ini dapat disingkirkan, maka akan terjalin benang-benang cinta antara
keduanya.
Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta kekuasaan dan permusuhan dari orang-orang
kafir, niscaya para rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari cinta
mereka kepada diri, keluarga dan harta.

TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ

Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi
tertentu. Diantara terapi tersebut ialah sebagai berikut.
Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang
yang
dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling
utama. Sebagaimana terdapat dalam shahihain dari riwayat Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu,
bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Hai sekalian pemuda, barangsiapa
yang mampu untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Barangsiapa yang belum mampu,
maka hendaklah berpuasa. Karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada
perbuatan zina).
Hadits ini memberikan dua solusi, utama dan pengganti. Solusi utama dalah menikah.
Jika solusi ini dapat dilakukan, maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Aku
tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan.”
Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun
budak dalam firman-Nya, ‫ضببِعيفًا‬
َ ‫ن‬
ُ ‫سببا‬
َ ‫ق اِلن‬
َ ‫خِلبب‬
ُ ‫عنُكببْم َو‬
َ ‫ف‬
َ ‫خّفبب‬
َ ‫لبب َأن ُي‬
ّ ‫” ُيِريببُد ا‬Allah hendak
memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS. An Nisa: 28).
Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikan terhadap hamba-Nya. Dan
Allah mengetahui kelemahan manusia dalam menahan syahwatnya, sehingga memperbolehkan
para wanita yang baik-baik dua, tiga, ataupun empat. Sebagaimana Allah memperbolehkan

18
mendatangi budak-budak wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu
untuk menikahi budak-budak wanita jika mereka membutuhkannya sebagai peredam syahwat.
Demikianlah keringanan dan rahmat-Nya terhadap makhluk yang lemah ini.
Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan akibat tertutupnya peluang menuju orang yang
dikasihinya karena ketentuan syar’i dan takdir, maka penyakit ini bisa semakin ganas. Adapun
terapinya harus dengan meyakinkan pada dirinya, bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil
terjadi.
Lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang telah memutus harapan untuk
mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum
terlupakan, dapat mempengaruhi keadaan jiwanya hingga semakin menyimpang jauh.
Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain. Yaitu dengan
mengajak akalnya berfikir, bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil
dijangkaunya itu ibarat perbuatan gila. Ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-
orang akan menganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras?
Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya terhalang karena
larangan syariat, maka terapinya yaitu dengan menganggap bahwa yang dicintainya itu bukan
ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan yaitu dengan menjauhkan dirinya dari orang
yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu ke arah yang diinginkannya tertutup, dan
mustahil tercapai.
Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap
menuntut, handaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal.
Pertama, karena takut (kepada Allah). Yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada
hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal. Seseorang yang
berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu
yang lebih layak untuk dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, tentu akan
memilih yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi
yang tidak terlintas dalam pikiranmu dan menggantikannya dengan kenikmatan sesaat yang
segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang bermimpi indah, ataupun
berkhayal terbang melayang jauh, maka ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan.
Akhirnya sirnalah segala keindahan semu. Yang tertinggal hanyalah keletihan, hilang nafsu
dan kebinasaan menunggu.
Kedua, keyakinan bahwa resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika gagal
melupakan yang dikasihinya. Dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus. Yaitu
gagal mendapatkan kekasih yang diinginkannya, serta bencana menyakitkan dan siksa
yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapatkan dua hal menyakitkan ini,
niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta. Dia akan
berpikir, bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama, harga diri dan kemanusiaannya
akan memerintahkannya untuk bersabar, demi mendapatkan kebahagiaan abadi. Sementara

19
kebodohan, hawa nafsu, kedhalimannya akan memerintahkannya untuk mengalah
mendapatkan apa yang dikasihinya. Sungguh, orang yang terhindar ialah orang-orang yang
dipelihara oleh Allah.
Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak menerima terapi tadi, maka hendaklah
berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan
kemaslahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsu dapat menimbulkan
kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang bakal diterimanya. Lebih parah lagi, dengan
memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang
merupakan kunci keberhasilan dan kemaslahatannya.
Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi
keburukan kekasihnya dan hal-hal yang dapat membuatnya menjauh darinya. Jika dia mau
mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya, niscaya dia akan mendapatkannya lebih
dominan daripada keindahannya.
Hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang berada di sekeliling kekasihnya
tentang berbagai kejelekannya yang belum diketahuinya. Sebab, sebagaimana kecantikan
sebagai faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya, maka demikian pula
kejelekan merupakan pendorong kuat agar dapat membenci dan menjauhinya. Hendaklah dia
mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan terpedaya karena
kecantikan kulit, dan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak atau
kusta. Tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannya kepada kejelekan sikap dan
perilakunya.
Hendaklah dia mentutup matanya dair kencantikan fisik dan melihat kepada kejelekan
yang diceritakan mengenai hatinya.
Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir yaitu mengadu dan
memohon dengan jujur kepada Allah penolong orang-orang yang ditimpa musibah jika
memohon
kepada-Nya. Hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaran-Nya sambil
memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jiak dia dapat melaksanakan terapi akhir ini,
maka sesungguhnya dia telah membuka pintu taufik (pertolongan Allah). Hendaklah dia
berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya. Jangan menjelek-jelekkan
kekasihnya dan mempermalukannya di hadapan manusia ataupun menyakitinya. Sebab hal
tersebut merupakan kedzaliman dan melampaui batas.

20
KEHIDUPAN SETELAH MATI (Tahapan Perjalanan Manusia
Menuju Akhirat)

(Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat) Setelah manusia mati
akan mengalami tahapan sbb :
1. Alam Barzakh
Para salaf bersepakat tentang kebenaran adzab Dan nikmat yang Ada di alam kubur
(barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan
sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah.
Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh Dan jasad manusia baik orang mukmin
maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW selalu berlindung
kepada Allah SWT dari siksa kubur. Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari pelaku
maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya mereka yang
a. Suka mengadu domba
b. Suka berbuat ghulul
c. Berbuat kebohongan
d. Membaca Al Qur’an tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Dan yang
dilarang dalam Al’Qur’an
e. Melakukan zina
f. Memakan riba
g. Belum membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk
surga karena hutangnya)
h. Tidak bersuci setelah buang air kecil, shg masih bernajis
Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum,
zakat, Dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung Silaturahim, segala perbuatan
yang ma’ruf Dan berbuat baik kepada manusia , juga berlindung kepada Allah SWT dari
adzab kubur.

2. Peniupan Sangkakala
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan
diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia Dan
membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, spt dijelaskan pada Al Qur’an :

21
“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit Dan di bumi, kecuali apa
yang dikehendaki oleh Allah SWT”( QS. Az Zumar :68 ).
Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras Dan hebat
sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung
menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh
benda-benda di alam semesta. Setelah I TU keadaan alam semesta kembali seperti awal
penciptaannya.
Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana
firman-Nya : ” Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan
Hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada Hari
(ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari
anak yang disusuinya Dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, Dan kamu lihat
manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab
Allah itu sangat keras” (QS.Al Hajj:1-2).
Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan
seluruh manusia ; “Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan
segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.(QS. Yaa Siin : 51).
Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun
tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah SWT menurunkan hujan seperti
embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang
kedua ditiup kembali, Dan manusia pun bermunculan (bangkit) Dan berdiri”.(HR.
Muslim).

3. Hari Berbangkit
“Pada Hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu,
padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS.
Al Mujadilah : 6).

4. Padang Mahsyar
“(Yaitu) pada Hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain Dan (demikian pula)
langit Dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).
Hasr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada Hari kiamat untuk dihisap Dan diambil
keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu Hari yang berbanding 50.000
tahun di dunia. Allah berfirman:
“Malaikat-malaikat Dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya
50.000 tahun.(QS. Al Maarij:4).

22
Karena amat lamanya Hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti
satu jam saja.
Dan (ingatlah) akan Hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka
merasa di Hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya
sesaat saja di siang Hari. (QS.Yunus:45).
“Dan pada Hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka
tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja” (QS. ArRuum:55).
Adapun orang yang beriman merasakan lama pada Hari itu seperti waktu antara dhuhur
Dan ashar saja. Subhanallah.
Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.”Orang kafir ingin seandainya IA
dapat menebus dirinya dari adzab Hari itu dengan anak-anaknya, dengan istri serta
saudaranya, Dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, Dan orang-orang di
atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”.
(QS.AlMa’arij:11-14).

5. Syafa’at
Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang
menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir Dan munafik, maka
tidak Ada syafaat bagi mereka.
Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT).

6. Hisab
Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan
ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik
berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.
Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. “Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil
untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28).
Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir
tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang
hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan
darah.
Allah SWT mengatakan kepada orang kafir : “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan
melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS. Yunus:61).
Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.
Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka
demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke
kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93).

23
Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya
dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.

7. Pembagian Catatan Amal


Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang
mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di
dunia.
Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh
malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT.
Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah
kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang
dan sebelah kiri, spt pada firman Allah berikut ini:
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama
beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia
akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala
(neraka)”,(QS. Al Insyiqaq:8-12) .
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia
berkata:”wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku
tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.Wahai kiranya kematian itulah yang
menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah
hilang kekuasaanku dariku” (Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya
ke lehernya”, kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala”.(QS.
Al Haqqah:25 31).

8. Mizan
Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-
hamba-Nya. Allah berfirman : “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari
kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya
seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai
Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47)
Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik
akan masuk neraka.
Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga

24
9. Telaga
Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari
telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-
masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain,
sebagaimana sabdanya :
Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk
mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi
Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak (HR. Bukhari
Muslim).
Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan
Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk
neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).

10. Ujian Keimanan Seseorang


Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka
menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui,
diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya
orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang
mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada
petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.
Allah SWT berfirman,”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
berkata kepada orang-orang beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil
sebahagian dari cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka):”Kembalilah kamu ke belakang
dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang
mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa.
(QS.Al hadid:13).
Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan
melalui Shirat.

11. Shirat
Shirath adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi
orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).
Beberapa Hadits tentang Shirath
Sesungguhnya rasulullah SAW pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau berkata :
Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri
yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut
pohon Sud’an.(HR. Muslim)
“Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari
pedang”. (HR. Muslim)

25
“Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang
seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang
yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga
yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim)
Yang paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad SAW dan para
pemimpin umat beliau.Beliau bersabda : “Aku dan umatku yang paling pertama yang
diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali
Rasul Dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.(HRBukhari).
Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya
jembatan

12. Jembatan
Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini
dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka
jahannam.
Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu
mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan
saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka
bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat
yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat
tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”.(HR. Bukhari).
Setelah melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk Surga.

Kesimpulan :
Setelah penjelasan di atas tinggal kita menunggu…, apa yang akan kita alami di hari
akhir nanti…, tentunya sesuai dengan apa yang kita lakukan di dunia ini…. Semoga Alah SWT
memberi kekuatan dan selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah di jalan-Nya sehingga
dapat mencapai surga-Nya dan dijauhkan dari siksa neraka-Mu ya Allah…….karena kami
sangat takut akan siksa neraka-Mu ya Allah……

Perjalanan Ruh Setelah Mati


Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga
jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu
apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir bahwa
anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di
benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad?
Hadits yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam di bawah ini
memberi ilmu kepada kita tentang hal itu. Simaklah…!

26
Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu 'anhu
berkisah,
“Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengantar jenazah
seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika itu lahadnya sedang
dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar
beliau dalam keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang
kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu ada
sebuah ranting yang digunakannya untuk mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke
langit dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga
kali. Kemudian bersabda, “Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala dari adzab kubur,” diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa, “Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali.
Setelahnya beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan
meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit.
Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian
dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata memandang. Kemudian datanglah
malaikat maut 'alaihissalam hingga duduk di sisi kepala si mukmin seraya berkata, “Wahai
jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari mulut
wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan: Hingga ketika
keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat
yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada
seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala agar ruh si mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah
diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan
segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih.
Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang
mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari aroma
wewangian yang pernah tercium di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh
tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya,
“Siapakah ruh yang baik ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,”
disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya
dengan nama tersebut. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun
meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit.
Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya, hingga
mereka sampai ke langit ke tujuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Tulislah catatan
amal hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku

27
ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanah mereka akan
Aku keluarkan pada kali yang lain.”
Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka
sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya ketika
mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras
hardikannya, keduanya menghardiknya, mendudukkannya lalu menanyakan padanya,
“Siapakah Rabbmu?”
Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
Ditanya lagi, “Apa agamamu?”
“Agamaku Islam,” jawabnya.
“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi
“Dia adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,” jawabnya
“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya
“Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.
Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin. Dan Allah
Subhanahu wa Ta'ala mengokohkannya sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

‫خَرِة‬
ِ ‫حَياِة الّدْنَيا َوِفي ْال‬
َ ‫ت ِفي اْل‬
ِ ‫ن آَمُنوا ِباْلَقْوِل الّثاِب‬
َ ‫ل اّلِذي‬
ُ ‫تا‬
ُ ‫ُيَثّب‬

“Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh dalam
kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)
Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar hamba-
Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari surga,
dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!”
Lalu datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan
baginya kuburnya sejauh mata memandang. Kemudian ia didatangi oleh seseorang yang
berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya, seraya berkata, “Bergembiralah dengan
apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Si mukmin bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang
datang dengan kebaikan.”
“Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan
seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa Ta'ala dan lambat dalam bermaksiat
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasmu dengan
kebaikan,” jawab yang ditanya.
Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu
dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala menggantikan bagimu dengan surga

28
ini.” Maka bila si mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku,
segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.”
Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh. Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang
hamba yang kafir (dalam satu riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan
menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan
berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk dekat si kafir
sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si
kafir seraya berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan
dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh
malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang basah,
hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya. Seluruh malaikat di antara langit dan bumi dan
seluruh malaikat yang ada di langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang
pun malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ruh si kafir
jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat maut mengambil ruh yang telah
berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan
malaikat maut melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu
dibungkus dalam kain yang kasar.
Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di
muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati
sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang buruk ini?” Para malaikat
yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling jelek yang
dulunya ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke
langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut, namun
tidak dibukakan.”
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:

ِ ‫خَيا‬
‫ط‬ ِ ‫سّم اْل‬
َ ‫جَمُل ِفي‬
َ ‫ج اْل‬
َ ‫حّتى َيِل‬
َ ‫جّنَة‬
َ ‫ن اْل‬
َ ‫خُلو‬
ُ ‫سَماِء َوَل َيْد‬
ّ ‫ب ال‬
ُ ‫ح لَُهْم َأْبَوا‬
ُ ‫َل ُتَفّت‬

“Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke
dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi yang
paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:

ٍ ‫حي‬
‫ق‬ ِ‫س‬
َ ‫ن‬
ٍ ‫ح ِفي َمَكا‬
ُ ‫طْيُر َأْو َتْهِوي ِبِه الّري‬
ّ ‫طُفُه ال‬
َ‫خ‬
ْ ‫سَماِء َفَت‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫خّر ِم‬
َ ‫ل َفَكَأّنَما‬
ِ ‫ك ِبا‬
ْ ‫شِر‬
ْ ‫ن ُي‬
ْ ‫َوَم‬

“Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit lalu ia

29
disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang jauh lagi membinasakan.”
(Al-Hajj: 31)
Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu ia
didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya menghardiknya,
mendudukkannya dan menanyakan kepadanya, “Siapakah Rabbmu?”
Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.” Ditanya lagi, “Apa agamamu?” “Hah…
hah… Aku tidak tahu,” jawabnya. “Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua
malaikat lagi.
Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.” Terdengarlah suara seorang
penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah dusta orang itu. Maka bentangkanlah untuknya
hamparan dari neraka dan bukakan untuknya sebuah pintu ke neraka!”
Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga
bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya). Kemudian
seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata,
“Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan
kepadamu.”
Si kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang
datang dengan kejelekan.” “Aku adalah amalmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahui
dirimu ini melainkan sebagai orang yang lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta'ala,
namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semoga Allah
Subhanahu wa Ta'ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.
Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya ada
sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya gunung itu akan
hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu
pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengembalikan
jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia pun menjerit
dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Kemudian
dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun
berdoa, “Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/287, 288,
295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu
dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)
Pembaca yang mulia, berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
pasti benar adanya karena:
‫حى‬
َ ‫ي ُيو‬
ٌ‫ح‬ْ ‫ن ُهَو ِإّل َو‬
ْ ‫ ِإ‬.‫ن اْلَهَوى‬
ِ‫ع‬
َ ‫ق‬
ُ ‫ط‬
ِ ‫َوَما َيْن‬

“Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan adalah
wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An-Najm: 3-4)

30
Maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas, masihkah
tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini? Adakah jiwa masih berani bermaksiat
kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya? Manakah yang menjadi pilihan saat
harus menghadapi kenyataan datangnya maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh
kemuliaan ke atas langit lalu beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina
lalu beroleh adzab yang pedih?
Bagi hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang
pasti datangnya. Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…
Sungguh hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan berita di
atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon kepada Dzat Yang Maha
Pengasih lagi Penyayang, “Ya Allah, berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di
atasnya sampai akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan
dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami dalam keadaan
husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya
Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi.
Amin… Ya Rabbal ‘Alamin.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

SEBAB LAPANG DADA

Penjelasan bahwa nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam memiliki kesempurnaan lapang dada
Sebab terbesar untuk kelapangan dada adalah tauhid. Kelapangan dada seseorang
tergantung pada kesempurnaan, kekuatan dan pertambahan tauhid.
Allah ta’ala berfirman,
‫ن َرّبِه‬
ْ ‫عَلى ُنوٍر ِم‬
َ ‫سلِم َفُهَو‬
ْ ‫صْدَرُه ِلل‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫ح ا‬
َ ‫شَر‬
َ ‫ن‬
ْ ‫َأَفَم‬

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama
Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?”
[Az-Zumar: 22]

‫صبّعُد ِفبي‬
ّ ‫جا َكَأّنَمببا َي‬
ً ‫حَر‬
َ ‫ضّيًقا‬
َ ‫صْدَرُه‬
َ ‫جَعْل‬
ْ ‫ضّلُه َي‬
ِ ‫ن ُي‬
ْ ‫ن ُيِرْد َأ‬
ْ ‫سلِم َوَم‬
ْ ‫صْدَرُه ِلل‬
َ ‫ح‬
ْ ‫شَر‬
ْ ‫ن َيهِدَيُه َي‬
ْ ‫ل َأ‬
ُّ ‫ن ُيِرِد ا‬
ْ ‫َفَم‬
‫سَماِء‬
ّ ‫ال‬

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya


Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki

31
Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia
sedang mendaki langit.” [Al-An'am: 125]
Maka hidayah dan tauhid adalah sebab terbesar lapangnya dada. Sedangkan syirik dan
kesesatan adalah sebab terbesar sempit dan menyimpangnya dada.
Termasuk sebab lapang dada, cahaya yang Allah berikan di hati seorang hamba.
Yaitu cahaya iman, karena keimanan akan melapangkan dan meluaskan dada serta
membahagiakan hati.
Jika cahaya ini hilang dari hati seorang hamba, dia akan menjadi sempit dan susah, dan
akan berada di dalam penjara yang paling sempit dan paling susah.
At-Tirmidzi dalam kitab Jami’-nya telah meriwayatkan dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa
sallam, bahwa beliau bersabda, “Jika cahaya masuk ke dalam hati, niscaya dia akan menjadi
luas dan lapang.” Para sahabat bertanya, Tandanya apa wahai Rasulullah? Beliau menjawab,
“Inabah (senantiasa kembali) kepada negri yang abadi, menjauh dari negri yang menipu, dan
bersiap-siap terhadap kematian sebelum datangnya.”
Maka bagian kelapangan dada seorang hamba sesuai dengan bagiannya dalam cahaya ini.
Begitu pula cahaya indrawi dan kegelapan indrawi, cahaya ini akan melapangkan dada dan
kegelapan ini akan menyempitkannya.
Termasuk sebab lapang dada, ilmu. Ilmu akan melapangkan dan meluaskan dada
sehingga menjadi lebih luas dari dunia. Sedangkan kebodohan menimbulkan kesempitan,
keterbatasan dan ketidakbebasan. Maka semakin luas ilmu seorang hamba, dadanya akan
semakin lapang dan semakin luas. Namun ini bukan untuk semua ilmu, akan tetapi ilmu yang
diwariskan dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, yaitu ilmu yang bermanfaat. Maka orang
yang memiliki ilmu ini adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling
indah akhlaknya, dan paling baik kehidupannya.
Termasuk sebab lapang dada, inabah (senantiasa kembali) kepada Allah,
mencintaiNya dengan sepenuh hati, menghadap kepadaNya, dan bersenang-senang
dengan beribadah kepadaNya. Maka tidak ada yang lebih melapangkan dada selain hal itu.
Sampai-sampai seseorang terkadang mengatakan, seandainya aku berada di surga dengan
keadaan seperti ini, sungguh aku berada dalam kehidupan yang baik.
Dan kecintaan memiliki pengaruh yang mengagumkan terhadap lapangnya dada, baiknya
jiwa dan kenikmatan hati. Pengaruh ini tidak diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya.
Setiap kali kecintaan ini menguat dan mengeras, dada akan menjadi lebih lapang dan lebih
luas, tidak akan sempit kecuali ketika melihat orang-orang yang kosong dari keadaan semacam
ini. Maka melihat mereka akan mengotori matanya, dan bergaul dengan mereka akan
menjadikan demam ruhnya.
Dan sebab terbesar dari sempitnya dada adalah berpaling dari Allah ta’ala,
bergantungnya hati kepada selain Allah, lalai dari mengingatNya dan mencintai
selainNya. Barangsiapa mencintai selain Allah, dia akan disiksa karenanya dan hatinya akan

32
dipenjara di dalam mencintainya. Maka di bumi ini, tidak ada yang lebih celaka darinya, lebih
buruk keadaannya, lebih susah kehidupannya dan lebih lelah hatinya darinya.
Maka ada dua kecintaan. Kecintaan sebagai surga dunia, kebahagiaan jiwa, kelezatan
hati, kenikmatan ruh, makanan dan obatnya, bahkan sumber kehidupan dan ketenangannya,
yaitu kecintaan kepada Allah semata dengan sepenuh hati, dan tertariknya kekuatan
kecenderungan, kehendak dan cinta seluruhnya kepadaNya. Dan (yang kedua) kecintaan
sebagai siksaan ruh, kegelisahan jiwa, penjara hati, kesempitan dada, dan sebagai sebab
kepedihan, kelelahan dan kesusahan, yaitu kecintaan kepada selain Allah subhanahu.
Termasuk sebab lapang dada, senantiasa berdzikir (mengingat) Nya dalam seluruh
keadaan dan di setiap tempat. Karena dzikir memiliki pengaruh yang mengagumkan
terhadap kelapangan dada dan kenikmatan hati. Sedangkan lalai memiliki pengaruh
mengagumkan terhadap kesempitan, keterbatasan dan tersiksanya hati.
Termasuk sebab lapang dada, berbuat baik kepada makhluk dan memberi manfaat
kepada mereka dengan yang mungkin dilakukan, seperti dengan harta, kedudukan,
manfaat dengan badan dan berbagai jenis kebaikan. Karena seorang yang dermawan dan
berbuat baik adalah manusia yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya dan paling
nikmat hatinya. Sedangkan orang bakhil yang tidak melakukan kebaikan, adalah manusia yang
paling sempit dadanya, paling susah kehidupannya dan paling banyak kesedihan dan
kegelisahannya. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam telah memberikan permisalan dalam
hadits shahih untuk orang yang bakhil dan orang yang bersedekah, “seperti dua orang yang
memakai baju besi, setiap kali orang yang bersedekah ingin bersedekah, baju besi itu
terbentang dan meluas sehingga menjulur pakaiannya dan menutupi jejaknya. Dan setiap kali
orang yang bakhil ingin bersedekah, setiap halqah menempel pada tempatnya, dan tidak akan
meluas atasnya.”
Maka ini adalah permisalan lapangnya dada seorang mukmin yang bersedekah dan
keluasan hatinya. Dan permisalan sempitnya dada orang yang bakhil dan keterbatasan hatinya.
Termasuk sebab lapang dada, keberanian. Karena orang yang pemberani memiliki
dada yang lapang dan hati yang luas. Sedangkan seorang penakut adalah orang yang paling
sempit dada dan hatinya, tidak ada kebahagiaan, kegembiraan, kelezatan dan kenikmatan
baginya, kecuali sebagaimana yang dimiliki oleh binatang ternak. Adapun kebahagiaan,
kelezatan, kenikmatan dan keindahan ruh, maka terhalangi bagi setiap orang yang penakut,
sebagaimana terhalangi bagi setiap orang yang bakhil, orang yang berpaling dari Allah, lalai
dari mengingatNya, bodoh terhadapNya, nama-nama, sifat-sifatNya dan agamaNya, dan
hatinya bergantung kepada selain Allah. Dan sesungguhnya kenikmatan dan kebahagiaan ini
akan berubah menjadi taman dan kebun di alam kubur. Sedangkan kesempitan dan
keterbatasan tersebut akan berubah di alam kubur menjadi siksaan dan penjara.
Maka keadaan seorang hamba di alam kubur, sesuai dengan keadaan hati di dalam dada,
baik mendapatkan kenikmatan atau siksa, penjara atau kebebasan. Dan tidaklah dianggap

33
kelapangan dada ini jika disebabkan oleh sesuatu hal yang sementara. Karena hal itu akan
hilang ketika sebabnya hilang. Dan yang menjadi patokan adalah sifat yang ada dalam hati
yang menyebabkan kelapangan hati atau keterbatasannya. Maka itulah timbangannya, wallahul
musta’an.
Termasuk sebab lapang dada, bahkan yang paling besar, mengeluarkan rusaknya
hati dari sifat-sifat tercela yang menyebabkan kesempitan dan tersiksanya hati, dan
menghalangi hati dari mendapatkan kesembuhan. Karena seorang manusia jika melakukan
berbagai sebab yang melapangkan dadanya, namun dia tidak mengeluarkan sifat-sifat tercela
tersebut dari hatinya, dia tidak akan menggapai kelapangan dadanya sama sekali. Dan paling
tidak, dia akan memiliki dua materi yang saling bergantian dalam hati, sedangkan hati itu
dikuasai oleh materi yang dominan terhadapnya.
Termasuk sebab lapang dada, tidak berlebih-lebihan dalam memandang, berbicara,
mendengar, bergaul, makan dan tidur. Karena berlebih-lebihan dalam hal ini akan berubah
menjadi kepedihan, kegelisahan dan kesedihan dalam hati, yang akan membatasinya,
menahannya, menyempitkannya dan hati akan tersiksa karenanya. Bahkan kebanyakan siksaan
dunia dan akhirat disebabkan karenanya.
Maka laa ilaaha illallah, alangkah sempitnya dada orang yang memiliki andil dalam
seluruh kerusakan ini, alangkah susah kehidupannya, alangkah buruk keadaannya dan alangkah
sempit hatinya. Dan laa ilaaha illallah, alangkah nikmat kehidupan orang yang memiliki andil
dalam setiap sifat-sifat terpuji tersebut, cita-citanya beredar padanya, dan berkisar di
sekitarnya. Maka orang ini mendapatkan bagian yang banyak dari firman Allah,
(١٣) ‫ن الْبَرارَ َلِفي َنِعيٍم‬
ّ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang
penuh kenikmatan.” [al-Infithor: 13]
Dan orang yang itu (sebelumnya) mendapatkan bagian yang banyak dari firman Allah,
(١٤) ‫حيٍم‬
ِ‫ج‬
َ ‫جاَر َلِفي‬
ّ ‫ن اْلُف‬
ّ ‫َوِإ‬
“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” [al-
Infithor: 14]
Dan antara keduanya terdapat tingkatan yang berbeda-beda, hanya Allah yang bisa
menghitungnya.
Inti yang dimaksud, bahwa Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah makhluk
yang paling sempurna dalam seluruh sifat yang menghasilkan lapangnya dada, keluasan hati,
ketenangan jiwa dan kehidupan ruh. Maka beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam
kelapangan dan kehidupan ini dan dalam ketenangan jiwa bersamaan dengan kekhususan
beliau berupa kalapangan inderawi.
Sedangkan makhluk yang paling sempurna dalam mengikuti beliau, mereka adalah yang
paling sempurna dalam hal kelapangan dada, kelezatan dan ketenangan jiwa. Seorang hamba
akan mendapatkan kelapangan dada, ketenangan jiwa dan kelezatannya, sesuai dengan kadar

34
mutaba’ah (peneladan) terhadap beliau. Maka beliau n berada pada puncak kesempurnaan
dalam hal kelapangan dada, tingginya penyebutan dan penghapusan dosa. Dan para pengikut
beliau mendapatkan bagian dari hal tersebut sesuai dengan ittiba’ (peneladanan) terhadap
beliau, wallohul musta’an.
Dan demikianlah, bagi para pengikut beliau mendapatkan bagian dari penjagaan Allah,
perlindungan, pembelaan, pemuliaan dan pertolonganNya kepada mereka sesuai dengan bagian
mereka dalam hal peneladanan. Sehingga ada orang yang mendapat bagian sedikit dan ada
yang banyak. Maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaknya dia memuji Allah, dan
barangsiapa mendapatkan selainnya, janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri.

NIKMAT YG DILALAIKAN

Penulis Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah Sakinah Mutiara Kata 15 -
April - 2005 16:05:20
Banyak orang menyadari bahwa hidup dunia sangat singkat dan bersifat sementara.
Namun kesadaran ini kebanyakan tdk diikuti dgn perilaku yg menghargai waktu. Alhasil waktu
sering terbuang percuma tanpa kita sadari.
Ketahuilah wahai saudariku muslimah! Waktu bagi seorang muslim yg menyadari betapa
berharga tujuan hidup di dunia tdk akan dibiarkan berlalu begitu saja dgn sia-sia. Ia tdk
mengatakan seperti perkataan orang Barat materialis yg cinta dunia time is money. Tapi ia
mengatakan “waktu itu utk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”. Umur kita pendek
waktu kita cuma sedikit sementara kita harus mempersiapkan bekal yg banyak utk menempuh
perjalanan menuju kampung akhirat bertemu dgn Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Barangkali kita semua menyadari bahwa waktu hidup kita di dunia memang hanya
sebentar tdk ada yg hidup kekal. Namun entah mengapa kebanyakan dari kita tdk bisa menjaga
waktu dgn baik sehingga waktu berlalu sia-sia tanpa diisi dgn amal kebaikan.
Saudariku! Di antara waktu-waktu yg kita miliki ada waktu lapang waktu senggang atau
waktu yg kosong dari kesibukan. Dan waktu luang ini merupakan keni’matan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala yg mesti digunakan sebaik-baik sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Namun kenyataan kebanyakan dari kita lalai akan ni’mat ini sehingga kita pun merugi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan dlm sabda yg agung:
ُ ‫حُة َواْلَفَرا‬
‫غ‬ َ‫ص‬
ّ ‫ ال‬:‫س‬
ِ ‫ن الّنا‬
َ ‫ن ِفْيِهمَا َكِثْيٌر ِم‬
ٌ ‫ن مَْغُبْو‬
ِ ‫ِنْعَمتَا‬

“Ada tiga keni’matan yg kebanyakan manusia merugi di dlm yaitu kesehatan dan waktu
luang.”
Hadits yg mulia di atas memberikan beberapa faedah kepada kita:

35
Pertama: sepantas bagi kita memanfaatkan waktu sehat dan waktu luang utk taqarrub
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengerjakan kebaikan-kebaikan sebelum hilang dua
ni’mat itu. Karena waktu luang akan diikuti dgn kesibukan dan masa sehat akan disusul dgn
sakit.
Kedua: Islam sangat memperhatikan dan menjaga waktu. Karena waktu adl kehidupan
sebagaimana Islam memperhatikan kesehatan badan di mana akan membantu sempurna agama
seseorang.
Ketiga: Dunia adalah ladang akhirat. maka sepantas seorang hamba membekali diri dgn
takwa dan menggunakan keni’matan yg diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala utk taat kepada-
Nya.
Keempat: Mensyukuri ni’mat Allah Subhanahu wa Ta’ala adl dgn menggunakan ni’mat
tersebut utk taat kepada-Nya.
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Banyak orang merugi di dlm dua
jenis keni’matan ini ni’mat sehat dan waktu luang. Karena bila seorang insan dlm keadaan
sehat ia mampu menunaikan apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada dan
mampu meninggalkan apa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala larang. Dada dlm keadaan lapang
dan hati tenang. Demikian pula waktu luang bila memang ada orang lain yg menyiapkan dan
mencukupi kebutuhan ia pun lepas dari beban pekerjaan.
Namun bila seseorang punya waktu luang dan ia dlm keadaan sehat mk ia banyak merugi
di dalamnya. Karena kebanyakan waktu yg ada kita sia-siakan tanpa faedah. Kita memang tdk
mengetahui kerugian ini di dunia akan tetapi nanti ketika ajal telah datang dan ketika terjadi
hari kiamat barulah seorang insan menyadarinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ُ ‫عَمُل صَاِلحًا ِفْيمَا َتَرْك‬
‫ت‬ ْ ‫ن َلَعّلي َأ‬
ِ ‫جُعْو‬
ِ ‫ب اْر‬
ّ ‫ت قَاَل َر‬
ُ ‫حَدُهُم اْلَمْو‬
َ ‫حّتى ِإَذا جآَء َأ‬
َ

“Hingga ketika datang kematian menjemput salah seorang dari mereka ia pun berkata:
‘Wahai Rabbku kembalikanlah aku ke dunia agar aku bisa mengerjakan amal shalih yg dulu
aku tinggalkan’.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

ْ ‫ َوَلب‬.‫ن‬
‫ن‬ َ ‫حْي‬
ِ ‫صبباِل‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫ن ِمب‬
ْ ‫ق َوَأُكب‬
َ ‫صّد‬
ّ ‫جٍل َقِرْيبٍ َفَأ‬
َ ‫خْرَتِني ِإَلى َأ‬
ّ ‫ب َلْو ل َأ‬
ّ ‫ت َفَيُقْوُل َر‬
ُ ‫حَدُكُم اْلَمْو‬
َ ‫ي َأ‬
َ ‫ن َيْأِت‬
ْ َ‫ن َقْبِل أ‬
ْ ‫ِم‬
َ ‫خِبْيٌر ِبمَا َتْعَمُلْو‬
‫ن‬ َ ‫ل‬
ُ ‫جُلهَا َوا‬
َ ‫ل َنْفسًا ِإَذا جآَء َأ‬
ُ ‫خَر ا‬
ّ ‫ُيَؤ‬
“Sebelum datang kematian menjemput salah seorang dari kalian hingga ia berkata:
‘Wahai Rabbku seandai Engkau menangguhkan kematianku sampai waktu yg dekat sehingga
aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang2 yg shalih.’ Dan Allah sekali-kali tdk akan
menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang waktunya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yg kalian kerjakan.”

36
Kenyataan yg ada banyak waktu kita berlalu sia-sia tanpa kita manfaatkan dan kita pun
tdk bisa memberikan manfaat kepada salah seorang dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Kita tdk merasakan penyesalan akan hal ini kecuali bila ajal telah datang. Ketika itu
seorang insan pun berangan-angan agar ia diberi kesempatan kembali ke dunia walau sedetik
utk beramal kebaikan akan tetapi hal itu tdk akan didapatkannya.”
Asy-Syaikh rahimahullah juga menyatakan: “Terkadang ni’mat ini luput sebelum datang
kematian pada seseorang dgn sakit yg menimpa hingga ia lemah utk menunaikan apa yg Allah
Subhanahu wa Ta’ala wajibkan terhadap ia merasakan dada sempit tdk lapang dan ia merasa
letih. Terkadang datang kesibukan pada diri dgn mencari nafkah utk diri sendiri dan keluarga
sehingga ia terluputkan dari menunaikan banyak dari amal ketaatan.
Karena itulah sepantas bagi insan yg berakal utk memanfaatkan waktu sehat dan waktu
luang dgn melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dgn
kemampuannya. Jika ia dapat membaca Al Qur’an mk hendaklah ia memperbanyak
membacanya. Bila ia tdk pandai membaca Al Qur’an mk ia memperbanyak zikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Bila ia tdk dapat melakukan hal itu mk ia melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar. Atau mencurahkan apa yg ia mampu berupa bantuan dan amal kebaikan kepada
saudara-saudaranya. Semua ini adl kebaikan yg banyak namun luput dari kita dgn sia-sia.”
Saudariku mudah-mudahan apa yg tertulis dlm lembaran ini memberi faedah kepada kita.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia memberi taufik kepada kita utk
beramal kebaikan sepanjang waktu kita di dunia ini dan semoga Dia memudahkan kita utk
menjaga waktu dgn sebaik-baik mengisi dgn amal ketaatan kepada-Nya sebagai tanda syukur
akan ni’mat-Nya. Mudah-mudahan dgn begitu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan terus
mengekalkan ni’mat-Nya kepada kita dan menambah dgn kemurahan dari sisi-Nya.
‫شِدْيٌد‬
َ ‫عَذاِبي َل‬
َ ‫ن‬
ّ ‫ن َكَفْرُتْم ِإ‬
ْ ‫شَكْرُتْم َلِزْيَدّنُكْم َوَلِئ‬
َ ‫ن‬
ْ ‫َوِإْذ َتَأّذنَ َرّبُكْم َلِئ‬

“Dan ingatlah ketika Rabbmu memaklumkan: ‘Sesungguh jika kalian bersyukur pasti
Kami akan menambah ni’mat itu kepada kalian. Dan jika kalian mengingkari ni’mat-Ku mk
sesungguh azab-Ku sangat pedih’.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

SANG PENGUNJUNG TERAKHIR

Saudaraku, tahukah siapa pengunjung terakhirmu di dunia ini ? Tahukah apa tujuan ia
berkunjung dan menemuimu ? dan apa saja yang dimintanya darimu ? Sungguh ! Ia tak datang
karena haus akan hartamu, karena ingin ikut nimbrung makan-minum bersamamu, meminta
bantuanmu untuk membayar hutangnya, memintamu memberikan rekomendasi kepada
seseorang atau untuk memuluskan upaya yang tidak mampu ia lakukan sendiri !! Pengunjung

37
ini datang untuk misi penting dan terbatas serta dalam masalah terbatas. Kamu dan keluargamu
bahkan seluruh penduduk bumi ini tidak akan mampu menolaknya dalam merealisasikan
misinya tersebut ! Kalau pun kamu tinggal di istana-istana yang menjulang, berlindung di
benteng-benteng yang kokoh dan di menara-menara yang kuat, mendapatkan penjagaan dan
pengamanan yang super ketat, kamu tidak dapat mencegahnya masuk untuk menemuimu dan
menuntaskan urusannya denganmu !! Untuk menemuimu, ia tidak butuh pintu masuk, izin, dan
membuat perjanjian terlebih dahulu sebelum datang. Ia datang kapan saja waktunya dan dalam
kondisi bagaimanapun; dalam kondisimu sedang sibuk ataupun sedang luang, sedang sehat
ataupun sedang sakit, semasa kamu masih kaya ataupun sedang dalam kondisi melarat, ketika
kamu sedang bepergian atau pun tinggal di tempatmu !!
Saudaraku ! Pengunjungmu ini tidak memiliki hati yang gampang luluh. Ia tidak bisa
terpengaruh oleh ucapan-ucapan dan tangismu bahkan oleh jeritanmu dan perantara yang
menolongmu. la tidak akan memberimu kesempatan untuk mengevaluasi perhitungan-
perhitunganmu dan meninjau kembali perkaramu ! Kalau pun kamu berusaha memberinya
hadiah atau menyogoknya, ia tidak akan menerimanya sebab seluruh hartamu itu tidak berarti
apa-apa baginya dan tidak membuatnya mundur dari tujuannya !
Sungguh ! Ia hanya menginginkan dirimu saja, bukan orang lain ! Ia menginginkanmu
seutuhnya bukan separuh badanmu ! Ia ingin membinasakanmu ! la ingin kematian dan
mencabut nyawamu ! Menghancurkan raga dan mematikan tubuhmu Dia lah malaikat maut.
Allah SWT. berfirman,

َ ‫جُعو‬
‫ن‬ َ ‫ت اّلِذي ُوّكَل ِبُكْم ُثّم ِإَل ٰى َرّبُكْم ُتْر‬
ِ ‫ك اْلَمْو‬
ُ ‫ُقْل َيَتَوّفاُكْم َمَل‬

"Katakanlah, 'Malaikat Maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan
kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." (QS. As-Sajadah : 11)
Dan firman-Nya,
َ ‫طو‬
‫ن‬ ُ ‫سُلَنا َوُهْم َل ُيَفّر‬
ُ ‫ت َتَوّفْتُه ُر‬
ُ ‫حَدُكُم اْلَمْو‬
َ ‫جاَء َأ‬
َ ‫حّت ٰى ِإَذا‬
َ ‫ظًة‬
َ ‫حَف‬
َ ‫علَْيُكْم‬
َ ‫سُل‬
ِ ‫َوُيْر‬

"Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan
oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan
kewajibannya." (QS. Al-An'am : 61)

KERETA USIA
Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut merupakan sesuatu yang pasti ?
Tahukah kamu bahwa kita semua akan menjadi musafir ke tempat ini ? Sang musafir hampir
mencapai tujuannya dan mengekang kendaraannya untuk berhenti ? Tahukah kamu bahwa
perputaran kehidupan hampir akan terhenti dan 'kereta usia' sudah mendekati rute terakhirnya ?
Sebagian orang shalih mendengar tangisan seseorang atas kematian temannya, lalu ia berkata
dalam hatinya, "Aneh, kenapa ada kaum yang akan menjadi musafir menangisi musaffr lain

38
yang sudah sampai ke tempat tinggalnya ?" Berhati-hatilah ! Semoga anda tidak termasuk
orang yang Allah SWT. sebutkan,
‫جوَهُهْم َوَأْدَباَرُهْم‬
ُ ‫ن ُو‬
َ ‫ضِرُبو‬
ْ ‫لِئَكُة َي‬
َ ‫ف ِإَذا َتَوّفْتُهُم اْلَم‬
َ ‫َفَكْي‬

"Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat (Maut) mencabut nyawa mereka seraya
memukul muka mereka dan punggung mereka ?" (QS. Muhammad : 27)
Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut kepadamu akan mengakhiri hidupmu ?
Menyudahi aktivitasmu ? Dan menutup lembaran-lembaran amalmu ? Tahukah kamu, setelah
kunjungan-nya itu kamu tidak akan dapat lagi melakukan satu kebaikan pun ? Tidak dapat
melakukan shalat dua raka'at ? Tidak dapat membaca satu ayat pun dari kitab-Nya ? Tidak
dapat bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar walau pun sekali ? Tidak dapat
berpuasa sehari ? Bersedekah dengan sesuatu meskipun sedikit ? Tidak dapat melakukan haji
dan umrah ? Tidak dapat berbuat baik kepada kerabat atau pun tetangga ? 'Kontrak' amalmu
sudah berakhir dan engkau hanya menunggu perhitungan dan pembalasan atas kebaikan atau
keburukanmu !! Allah SWT. berfirman,

ۖ‫لۚ ِإّنَها َكِلَمٌة ُهَو َقاِئُلَها‬


ّ ‫تۚ َك‬
ُ ‫حا ِفيَما َتَرْك‬
ً ‫صاِل‬
َ ‫عَمُل‬
ْ ‫ن َلَعّلي َأ‬
ِ ‫جُعو‬
ِ ‫ب اْر‬
ّ ‫ت َقاَل َر‬
ُ ‫حَدُهُم اْلَمْو‬
َ ‫جاءَ َأ‬
َ ‫حّت ٰى ِإَذا‬
َ
َ ‫خ ِإَل ٰى َيْوِم ُيْبَعُثو‬
‫ن‬ ٌ ‫ن َوَراِئِهْم َبْرَز‬
ْ ‫َوِم‬

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apablla datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikan lah aku (ke dunia)." Agar aku
berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak. Sesungguh-
nya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai
hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun : 99-100)

PERSIAPKAN DIRIMU !
Mana persiapanmu untuk menemui Malaikat Maut ? Mana persiapanmu menyongsong
huru-hara setelahnya; di alam kubur ketika menghadapi pertanyaan, ketika di Padang Mahsyar,
ketika hari Hisab, ketika ditimbang, ketika diperlihatkan lembaran amal kebaikan, ketika
melintasi Shirath dan berdiri di hadapan Allah Al-Jabbar ? Dari 'Adi bin Hatim RA., bahwa
Rasulullah SAW. bersabda, "Tidak seorang pun dari kamu melainkan akan diajak bicara oleh
Allah pada hari Kiamat, tidak ada penerjemah antara dirinya dan Dia, lalu ia memandang yang
lebih beruntung darinya, maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah diberikannya dan
memandang yang lebih sial darinya, maka ia tidak melihat selain apa yang telah diberikannya.
Lalu memandang di hadapannya, maka ia tidak melihat selain neraka yang berada di hadapan
mukanya. Karena itu, takutlah api neraka walau pun dengan sebelah biji kurma dan walau pun
dengan ucapan yang baik." (Muttafaqun 'alaih)

BERHITUNGLAH ATAS DIRIMU !

39
Saudaraku, berhitunglah atas dirimu di saat senggangmu, berpikirlah betapa cepat akan
berakhirnya masa hidupmu, bekerjalah dengan sungguh-sungguh di masa luangmu untuk masa
sulit dan kebutuhanmu, renungkanlah sebelum melakukan suatu pekerjaan yang kelak akan
didiktekan di lembaran amalmu.
Di mana harta benda yang telah kau kumpulkan ? Apakah ia dapat menyelamatkanmu
dari cobaan dan huru-hara itu ? Sungguh, tidak ! Kamu akan meninggalkannya untuk orang
yang tidak pernah menyanjungmu dan maju dengan membawa dosa kepada Yang tidak akan
memberikan toleransi padamu !

TELAGA KEMULIAAN RASULULLAH -SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA


SALLAM- PADA HARI KIAMAT

Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim, M.A


Iman kepada hari akhir/hari kemudian, yang berarti mengimani semua peristiwa yang
diberitakan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang terjadi setelah kematian, adalah salah satu rukun iman yang wajib
diyakini oleh setiap orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan kebenaran agama-Nya.
Bahkan karena tingginya kedudukan iman kepada hari akhir, Allah Ta’ala dalam banyak
ayat al-Qur’an sering menggandengkan antara iman kepada-Nya dan iman kepada hari akhir.
Hal ini dikarenakan orang yang tidak beriman kepada hari akhir maka tidak mungkin dia
beriman kepada Allah Ta’ala, sebab orang yang tidak beriman kepada hari akhir dia tidak akan
mengerjakan amal shaleh, karena seseorang tidak akan mengerjakan amal shaleh kecuali
dengan mengharapkan balasan kemuliaan dan karena takut siksaan-Nya pada hari pembalasan
kelak.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menggambarkan sifat orang-orang yang tidak beriman
kepada hari akhir dalam firman-Nya:
‫حَيا َوَما ُيْهِلُكَنا ِإل الّدْهُر‬
ْ ‫ت َوَن‬
ُ ‫حَياُتَنا الّدْنَيا َنُمو‬
َ ‫ي ِإل‬
َ ‫َوَقاُلوا َما ِه‬

“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita
mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa (waktu)” (al-
Jaatsiyah:24)[1].

Kewajiban mengimani keberadaan telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


Di antara perkara yang wajib diimani sehubungan dengan iman kepada hari akhir adalah
keberadaan al-haudh (telaga) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kemuliaan yang
Allah Ta’ala berikan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang pada hari kiamat nanti
orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam

40
sewaktu di dunia akan mendatangi dan meminum air telaga yang penuh kemuliaan tersebut,
semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk meraih kemuliaan tersebut, amin.
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata: “(Termasuk landasan pokok Islam
adalah kewajiban) mengimani (keberadaan) telaga milik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada hari kiamat, yang nanti akan didatangi oleh umat beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam … sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits yang shahih (dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam)”[2].
Imam Abu Ja’far ath-Thahawi rahimahullah berkata: “al-Haudh (telaga) yang dengannya
Allah I memuliakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diminum (airnya) oleh
umat beliau r (pada hari kiamat nanti) adalah hak (benar)”[3].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menjelaskan perkara-perkara yang wajib diimani
pada hari kiamat, beliau berkata[4]: “Pada hari kiamat (ada) telaga Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang akan didatangi (oleh umat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam)…
barangsiapa yang meminum (air) telaga tersebut maka dia tidak akan merasakan haus lagi
selamanya”[5].
Imam an-Nawawi rahimahullah mencantumkan hadits-hadits dalam “Shahih imam Muslim”
yang menyebutkan tentang telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bab:
“Penetapan (keberadaan) telaga Nabi kita (Muhammad) Shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada
hari kiamat nanti)…”[6].

Dalil-dalil yang menjelaskan keberadaan telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


Hadits-hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan ini
banyak sekali, bahkan mencapai derajat mutawatir (diriwayatkan dari banyak jalan sehingga
tidak mungkin diingkari kebenarannya).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Penjelasan tentang telaga Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam – semoga Allah Ta’ala Memudahkan kita meminum dari telaga
tersebut pada hari kiamat – (yang disebutkan) dalam hadits-hadits yang telah dikenal dan
(diriwayatkan) dari banyak jalur yang kuat, meskipun ini tidak disukai oleh orang-orang ahlul
bid’ah yang berkeraskepala menolak dan mengingkari keberadaan telaga ini…”[7].
Senada dengan ucapan di atas, imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi rahimahullah
menjelaskan: “Hadits-hadits (shahih) yang menyebutkan (keberadaan) telaga Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai derajat mutawatir, diriwayatkan oleh lebih dari tiga
puluh orang sahabat radhiyallahu ‘anhuma (dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)…”[8].
Di antara hadits-hadits tersebut adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya setiap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki telaga (pada hari kiamat
nanti), dan mereka saling membanggakan siapa di antara mereka yang paling banyak orang
yang mendatangi telaganya (dari umatnya), dan sungguh aku berharap (kepada Allah Ta’ala)
bahwa akulah yang paling banyak orang yang mendatangi (telagaku)”[9].

41
Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits lain: “Sesungguhnya aku
akan berada di depan kalian (ketika mendatangi telaga pada hari kiamat nanti) dan aku akan
menjadi saksi bagi kalian, demi Allah, sungguh aku sedang melihat telagaku saat ini”[10].
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya aku akan berada di
depan kalian ketika mendatangi telaga (pada hari kiamat nanti), barangsiapa yang
mendatanginya maka dia akan meminum airnya, dan barangsiapa yang meminumnya maka dia
tidak akan merasakan haus lagi selamanya”[11].
Gambaran tentang telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits
yang shahih
• Barangsiapa yang meminum air telaga tersebut maka dia tidak
akan merasakan haus lagi selamanya, sebagaimana hadits yang tersebut di atas.
• Sumber air telaga tersebut adalah sungai al-Kautsar di surga
yang Allah Ta’ala peruntukkan bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah kalian mengetahui apa
al-Kautsar itu? Para sahabat menjawab: Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahuinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya al-
Kautsar adalah sungai yang Allah Ta’ala janjikan kepadaku, padanya terdapat banyak
kebaikan, dan (airnya akan mengalir ke) telagaku yang akan didatangi oleh umatku pada
hari kiamat (nanti)…”[12].
• Dalam hadits lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dialirkan pada telaga
itu dua saluran air yang (bersumber) dari (sungai al-Kautsar) di surga…”[13].
• Adapun gambaran air telaga tersebut adalah sebagaimana sabda
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Airnya lebih putih dari susu dan baunya lebih harum
dari (minyak wangi) misk (kesturi)”[14]. Dalam hadits lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Dan (rasanya) lebih manis dari madu”[15].
• Gayung/timba untuk mengambil air telaga tersebut sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Gayung-gayungnya adalah seperti
bintang-bintang di langit”[16]. Artinya: jumlahnya sangat banyak dan berkilauan seperti
bintang-bintang di langit[17].
• Bentuk telaga tersebut adalah persegi empat sama sisi[18],
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang shahih[19].

Siapakah orang-orang yang terpilih mendatangi telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam?
Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan selalu mengikuti petunjuk yang beliau sampaikan, adapun orang-orang yang
berpaling dari petunjuk beliau sewaktu di dunia, maka mereka akan diusir dari telaga
tersebut[20].

42
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa
ada orang-orang yang dihalangi dan diusir dari telaga yang penuh kemuliaan ini[21]. Karena
mereka sewaktu di dunia berpaling dari petunjuk dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada pemahaman dan perbuatan bid’ah, sehingga di akhirat mereka dihalangi dari
kemuliaan meminum air telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, sebagai balasan
yang sesuai dengan perbuatan mereka[22].
Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah[23] berkata: “Semua orang yang melakukan
perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah Ta’ala dalam agama ini akan diusir dari telaga
Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti), dan yang paling parah di
antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum
muslimin, seperti orang-orang khawarij, syi’ah rafidhah dan para pengikut hawa nafsu,
demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim yang melampaui batas dalam kezhaliman dan
menentang kebenaran, serta orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-
terangan, semua mereka ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits
ini (yang diusir dari telaga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)[24].
Terlebih lagi orang-orang yang mengingkari keberadaan telaga Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ini, seperti kelompok Mu’tazilah[25], mereka termasuk orang yang paling
terancam diusir dari telaga ini.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Penjelasan tentang telaga Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam – semoga Allah Ta’ala Memudahkan kita meminum dari telaga
tersebut pada hari kiamat – (yang disebutkan) dalam hadits-hadits yang telah dikenal dan
(diriwayatkan) dari banyak jalur yang kuat, meskipun ini tidak disukai oleh orang-orang ahlul
bid’ah yang berkeraskepala menolak dan mengingkari keberadaan telaga ini. Mereka inilah
yang paling terancam untuk dihalangi (diusir) dari telaga tersebut (pada hari kiamat)[26],
sebagaimana ucapan salah seorang ulama salaf: “Barangsiapa yang mendustakan
(mengingkari) suatu kemuliaan maka dia tidak akan mendapatkan kemuliaan tersebut…”[27].
Imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi rahimahullah berkata: “Semoga Allah Ta’ala
membinasakan orang-orang yang mengingkari keberadaan telaga ini, dan alangkah pantasnya
mereka ini untuk dihalangi dari mendatangi telaga tersebut pada hari (ketika manusia
mengalami) dahaga yang sangat berat (hari kiamat)”[28].

Penutup
Demikianlah penjelasan ringkas tentang telaga kemuliaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, yang kewajiban mengimaninya merupakan perkara penting yang berhubungan
dengan iman kepada hari akhir dan merupakan salah satu prinsip dasar akidah Ahlus sunnah
wal jamaah, yang tercantum dalam kitab-kitab akidah para imam Ahlus sunnah.

43
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk dapat
meraih semua kebaikan dan kemuliaan yang dijanjikan-Nya di dunia dan di akhirat kelak,
sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Dekat, dan Maha Mengabulkan doa.

‫ وآخر دعوانا أن الحمد ل رب العالمين‬،‫وصلى ال وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين‬

Kota Kendari, 3 Sya’ban 1431 H


Abdullah bin Taslim al-Buthoni
Artikel: salafiyunpad.wordpress.com
Sumber: IbnuAbbasKendari.wordpress.com

AL HAYAAH, HIYA AL WAQTU

Oleh Ibnu Nawawi


Ba'da Tahmid wa sholawat

Saudaraku,semoga Allah Subhaanahu wa ta'ala Yang Maha Melihat lagi Maha


Mengetahui senantiasa memberikan hidayah dan rahmat-Nya kpd kita.
Saudaraku,ilmu melepaskan kita dari kebodohan dan kebidahan,sedangkan ikhlas
menyelamatkan kita dari riyanya amal.Tidak ada balasan bagi seseorang yg memiliki ilmu
namun tidak diamalkan dan didakwahkan melainkan naar sebagai balasannya,dan celakanya,ia
kan berada jauh dari syurga Allah sampai wanginya pun tidak dapat diciumnya.
Dan Saudaraku,sia-sia lah bagi seseorang yg beramal tanpa adanya keikhlasan dan
sunnah(ilmu) yg benar. Bahkan celakanya bisa menghancurkan amal tersebut dan cenderung
kepada kebid'ahan.
Saudaraku...Hidup adalah untaian dari waktu yang telah kita habiskan di dunia ini, saat
kita menghirup udara ketika dilahirkan, sampai nanti kita menghembuskan nafas terakhir.
Tahun yang telah dihabiskan selama ini adalah hidup kita, bulan yang telah dihabiskan adalah
hidup kita, minggu yang telah dihabiskan adalah hidup kita, hari yang telah dihabiskan kemarin
adalah hidup kita, jam, menit dan detik yang telah lalu adalah hidup kita....

Saudaraku... Demi Allah, Sungguh celaka bagi orang islam yang menghabiskan tahun, bulan,
minggu, hari, jam, menit dan detik-detiknya untuk bermaksiat dan hal yang sia-sia didalam
hidupnya. Karena mereka telah menyia-nyiakan kehidupan di dunia yang sesaat ini. Padahal
mereka yakinbahwa mereka akan menghadapi kematian, cepat maupun lambat !!
Benarlah perkataan Utsman bin Affan :
1. "Aku merasa heran terhadap orang yang yakin dengan akan datangnya kematian, tetapi
dia masih bisa banyak tertawa"

44
2. "Aku merasa heran terhadap orang yang mengetahui bahwa dunia ini akan rusak, tetapi
dia begitu mencintainya."
3. "Aku heran terhadap orang yang mengetahui bahwa segala sesuatu itu telah ditentukan
Allah, tetapi ia merasa sedih dengan apa yang luput darinya"
4. "Aku heran dengan orang yang mengetahui akan adanya hisab, namun dia tetap
menumpuk-numpuk harta benda"
5. "Aku heran terhadap orang yang meyakini adanya neraka, namun dia tetap berbuat
dosa."
6. "Aku heran terhadap orang yang meyakini adanya syurga, namun dia masih tetap
bersenang-senang dengan kesenangan dunia."
7. "Aku heran terhadap orang yang mengetahui bahwa syaitan adalah musuh. namun ia
tetap mengikutinya."

Saudaraku... Jika kita menghargai waktu, maka kita telah menghargai hidup....
Menghargai waktu dengan mengisi waktu itu dengan amal-amal kebaikan...amal yang
bermanfaat untuk kehidupan di dunia dan di akhirat kelak...walaupun hanya sejam, semenit,
bahkan sedetik saja.
Saudaraku... Hanya penyesalan dan taubat yang bisa dilakukan untuk waktu yang telah
lalu, beramal baik dan mencegah kemunkaran pada hari ini dan meyiapkan bekal serta
merencanakan kebaikan untuk hari esok. Ingatlah saudaraku, "Sesungguhnya Allah
Subhaanahu wa ta'ala tetap mengulurkan tanganNya pada malam hari agar orang yang
bermaksiat pada siangnya bertaubat. Dan masih mengulurkan tangganNya pada siang hari agar
orang yang bermaksiat pada malam hari bisa bertaubat. Sampai matahari terbit dari arah barat
(terjadinya kiamat)." Begitulah ucapan Rasulullah saw yang diriwayatkan dalam hadits Imam
Muslim.
Saudaraku... Kita berharap semoga Allah Yang Maha Kuasa menjadikan hidup yang kita
miliki menjadi hidup yang berharga, hidup yang menyelamatkan kita di kehidupan setelah
kehidupan dunia ini. Allaahumma innaa nas'aluka husnul khootimah, Wa na'uudzubika min
Syuu'ul Khootimah. Amiin...

LUPAKAN JASA DAN KEBAIKAN DIRI

Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain,
apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap agar orang
lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita sedang membangun
penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan
dan sakit hati.

45
Ketahuilah bahwa semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka
semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat
terjadi tanpa ijin Allah. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak
menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena
kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang
dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah.
Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang
lain, sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita dipilih
menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah
lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain
maka kita tidak akan mendapat ganjarannya.
Jadi, ketika ada seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka,
seberulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Allah-lah yang
menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat berterima
kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan
ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya. Namun, andaikata sang dokter
menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang
berlebihan maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin
tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah
hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk
orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.
Juga, tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung,
melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak
merasa berhutang budi. Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada
anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu bahkan bisa
jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak
memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi
kewajiban seorang ibu.
Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan aeorang ibu/bapak justru
akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik, Insya Allah.
Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk
sanggup berbalas budi.
Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-
muridnya. Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan
memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Karena setiap kebaikan
yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus
dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita boleh bercerita tentang suka duka dan
keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur.

46
Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah
seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal untuk
mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang dengan bumbu
penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya dan
dosa.
Andaikata ada sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga
mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak
berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama
sekali.. andaikata kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu,
menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka lengkaplah kerugiannya lahir
maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena
tidak ikhlas, yaitu hanya berharap balasan dari makhluk.
Seharusnya yang kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini
diijinkan Allah bisa mendorong mobil. Silahkan bayangkan andaikata ada mobil yang mogok
dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya, niscaya kita tidak mendapat
kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil
tidak ada yang mogok, lalu kita akan mendorong apa?
Takdir mendorong mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan
ketulusan niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang
mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di perjalanan,
maka takdir beramal adalah investasi.
Mari kita bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin
dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah melakukannya,
cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya. Allah SWT pasti
menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik
waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali
adalah senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya.
Selamat berbahagia bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat
melupakan jasa dan kebaikan dirinya, percayalah hidup ini akan jauh lebih nikmat, lebih
ringan, dan lebih indah. Insya Allah

TUNTUNAN BERTAUBAT KEPADA ALLAH SWT

Oleh Dr. Yusuf al Qaradhawi


Bab 1. Kewajiban Bertaubat dan Urgensinya

47
Taubat dari dosa yang dilakukan oleh seorang mu'min --dan saat itu ia sedang berusaha
menuju kepada Allah SWT -- adalah kewajiban agama. Diperintahkah oleh Al Quran, didorong
oleh sunnah, serta disepakati kewajibannnya oleh seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun
ulama bathin. Atau ulama fiqh dan ulama suluk. Hingga Sahl bin Abdullah berkata:
Barangsiapa yang berkata bahwa taubat adalah tidak wajib maka ia telah kafir, dan barangsiapa
yang menyetujui perkataan seperti itu maka ia juga kafir. Dan ia berkata: "Tidak ada yang lebih
wajib bagi makhluk dari melakukan taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas
manusia selain ketidak tahuannya akan ilmu taubat, dan tidak menguasai ilmu taubat itu (Di
sebutkan oleh Abu Thalib Al Makki dalam kitabnya Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).
Taubat Dalam Al Quran
Al Quran memberi perhatian yang besar terhadap taubat dalam banyak ayat-ayat yang
tersebar dalam surah-surah Makkiah atau Madaniah. Kita akan membaca ayat-ayat itu
nantinya, insya Allah.
"Bertaubatlah kepada Allah SWT dengan Taubat yang semurni-murninya".
Di antara perintah yang paling tegas untuk melaksanakan taubat dalam Al Quran adalah
firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-
murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika
Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS. At Tahrim: 8).
Ini adalah perintah yang lain dari Allah SWT dalam Al Quran kepada manusia untuk
melakukan taubat dengan taubat nasuha: yaitu taubat yang bersih dan benar. Perintah Allah
SWT dalam Al Quran itu menunjukkan wajibnya pekerjaan ini, selama tidak ada petunjuk lain
yang mengindikasikan pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak ada petunjuk yang
lain itu. Oleh karena itu, hendaknya seluruh kaum mu'min berusaha untuk menggapai dua hal
atau dua tujuan yang pokok ini. Yaitu:
1. Menghapuskan dosa-dosa
2. Masuk ke dalam surga.
Seluruh individu muslim amat membutuhkan dua hal ini:
Pertama: agar kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya diampunkan. Karena
manusia, disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan dosa-
dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan manusia tersusun dari unsur tanah yang
berasal dari bumi, dan unsur ruh yang berasal dari langit. Salah satunya menarik ke bawah
sementara bagian lainnya mengajak ke atas. Yang pertama dapat menenggelamkan manusia

48
pada perangai binatang atau lebih buruk lagi, sementara yang lain dapat mengantarkan manusia
ke barisan para malaikat atau lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, manusia dapat melakukan kesalahan dan membuat dosa. Dengan
kenyataan itu ia membutuhkan taubat yang utuh, sehingga ia dapat menghapus kesalahan yang
diperbuatnya.
Kedua: agar ia dapat masuk surga. Siapa yang tidak mau masuk surga? Pemikiran yang
paling berat menghantui manusia adalah: akan masuk kemana ia nantinya di akhirat. Ini adalah
masalah ujung perjalanan manusia yang paling penting: apakah ia akan selamat di akhirat atau
binasa? Apakah ia akan menang dan bahagia ataukah ia akan mengalami kebinasaaan dan
penderitaan? Keberhasilan, kemenangan dan kebahagiaan adalah terdapat dalam surga.
Sedangkan kebinasaan, kekecewaan serta penderitaan terdapat dalam neraka:
"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah
beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS.
Ali Imran: 185.).

Bertaubatlah Kalian Semua Kepada Allah SWT, Wahai Orang-orang yang Beriman
Di antara ayat Al Quran yang berbicara tentang taubat adalah firman Allah:
َ
‫ن‬
َ ‫حو‬
ُ ِ ‫فل‬ ْ ُ ‫عل ّك‬
ْ ُ‫م ت‬ َ َ‫ن ل‬
َ ‫مُنو‬
ِ ‫ؤ‬ ُ ْ ‫ها ال‬
ْ ‫م‬ َ ّ ‫ميعا ً أي‬
ِ ‫ج‬ ِ ّ ‫وُتوُبوا إ َِلى الل‬
َ ‫ه‬ َ
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada seluruh kaum mu'minin untuk
bertaubat kepada Allah SWT, dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun
orang itu telah demikian taat menjalankan syari'ah, dan telah menanjak dalam barisan kaum
muttaqin, namun tetap ia memerlukan taubat. Di antara kaum mu'minin ada yang bertaubat dari
dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena ia memang bukan orang yang
ma'shum (terjaga dari dosa). Di antara mereka ada yang bertaubat dari dosa-dosa kecil, dan
sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa macam ini. Dari mereka ada yang bertaubat
dari melakukan yang syubhat. Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan
agama dan nama baiknya. Dan diantara mereka ada yang bertaubat dari tindakan-tindakan yang
dimakruhkan. Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan taubat dari kelalaian
yang terjadi dalam hati mereka. Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka berdiam
diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam yang lebih tinggi
lagi.
Taubat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan khawas, juga tidak sama dengan
taubat kalangan khawas yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan:
"Kebaikan kalangan abrar adalah kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam
ayat itu, semua mereka diperintahkan untuk melakukan taubat, agar mereka selamat.

49
Pengarang kitab Al Qamus memberikan komentar atas ayat ini dalam kitabnya (Al
Bashair): Ayat ini terdapat dalam kelompok surah Madaniyyahh . Allah tujukan kepada kaum
yang beriman dan kepada makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-
Nya, setelah mereka beriman, sabar, hijrah dan berjihad. Kemudian mengaitkan keberuntungan
dengan taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan antara sebab dengan yang
disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat' "la'alla" untuk memberikan pengertian
pengharapan. Yaitu jika kalian bertaubat maka kalian diharapkan akan mendapatkan
keberuntungan, dan hanya orang yang bertaubat yang berhak mengharapkan keberuntungan
itu.
Sebagian ulama suluk berkata: Taubat adalah wajib bagi seluruh manusia, hingga bagi
para nabi dan wali-wali sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya khusus
untuk Adam a.s. saja. Allah SWT befirman:
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia, kemudian Tuhannya memilihnya
maka Dia menerima taubatnya dam memberinya petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122).
Namun ia adalah hukum yang azali dan tertulis bagi umat manusia sehingga tidak
mungkin dapat diterima sebaliknya. Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum
tergantikan. Maka kembali --yaitu dengan bertaubat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia
adalah amat urgen, baik ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi
wali atau si pencuri. Abu Tamam berkata:
"Jangan engkau sangka hanya Hindun yang berhianat, itu adalah dorongan peribadi dan
setiap orang dapat berlaku seperti Hindun!
Perkataan itu didukung oleh hadits:
"Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik
adalah mereka yang sering bertaubat". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari
Anas. Juga taubat itu adalah wajib bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan
secara terus menerus. Pengertian itu dipetik dari dalil yang umum, Allah SWT berfirman: " dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah". Karena manusia tidak mungkin terbebaskan dari
dosa yang diperbuat oleh anggota tubuhnya. Hingga para nabi dan orang-orang yang saleh
sekalipun. Dalam Al Quran dan hadits disebutkan tentang dosa-dosa mereka, serta taubat dan
tangisan sesal mereka.
Jika suatu saat orang terbebas dari maksiat yang dilakukan oleh tubuhnya, maka ia tidak
dapat terlepas dari keinginan berbuat maksiat dalam hatinya. Dan jikapun tidak ada keinginan
itu, dapat pula ia merasakan was-was yang ditiupkan oleh syaitan sehingga ia lupa dari dzikir
kepada Allah SWT. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami kelalaian dan kurang dalam
mencapai ilmu tentang Allah SWT, sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Semua itu
adalah kekurangan dan masing-masing mempunyai sebabnya. Dan membiarkan sebab-sebab
itu dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang berlawanan berarti mengembalikan diri ke
tingkatannya yang rendah. Dan manusia berbeda-beda dalam kadar kekurangannya, bukan

50
dalam kondisi asal mereka (Lihat: Syarh Ainul Ilmi wa Zainul Hilm, juz 1 hal. 175. Kitab ini
adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumuddin).

Orang Yang Tidak Bertaubat Adalah Orang Yang Zhalim


Allah SWT berfirman:
‫م‬
ْ ‫ه‬ ّ ً ‫خْيرا‬
ُ ْ ‫من‬ َ ‫كوُنوا‬ ُ َ ‫سى َأن ي‬ َ ‫ع‬ َ ٍ ‫وم‬ ْ ‫ق‬َ ‫من‬ ّ ‫م‬ ٌ ‫قو‬ َ ‫خْر‬ َ ‫س‬ْ َ ‫مُنوا َل ي‬ َ ‫نآ‬ َ ‫ذي‬ ِ ّ ‫ها ال‬
َ
َ ّ ‫َيا أي‬
‫وَل‬ َ ‫م‬ْ ُ ‫سك‬َ ‫ف‬ ُ ‫مُزوا َأن‬ ِ ْ ‫وَل ت َل‬َ ‫ن‬ ّ ‫ه‬ ُ ْ ‫من‬ّ ً ‫خْيرا‬
َ ‫ن‬ َ
ّ ُ ‫سى أن ي َك‬ َ ‫ع‬ َ ‫ساء‬ َ ّ ‫من ن‬ ّ ‫ساء‬ َ ِ ‫وَل ن‬ َ
‫ب‬ْ ُ ‫م ي َت‬ْ ّ ‫من ل‬َ ‫و‬ َ ‫ن‬ ِ ‫ما‬ ِ ْ ‫عد َ ا‬
َ ‫لي‬ ْ َ ‫سوقُ ب‬ ُ ‫ف‬ُ ْ ‫م ال‬ ُ ‫س‬ ْ ِ ‫س ال‬ َ ْ ‫ب ب ِئ‬ِ ‫قا‬ َ ْ ‫ت ََناب َُزوا ِباْل َل‬
‫ن‬ ّ ‫م ال‬ َ ِ ‫ول َئ‬ ُ َ
َ ‫مو‬
ُ ِ ‫ظال‬ ُ ‫ه‬
ُ ‫ك‬ ْ ‫فأ‬
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang
lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olokkan) dan jangan pula wanita -wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena)
boleh Jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)
dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar
yang buruk. Seburuk-buruk pangggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang
siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS .Al Hujurat: 11)

Setelah Allah SWT melarang kaum mu'minin untuk mencela seorang muslim --baik ia
laki-laki atau perempuan-- serta mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan atau
membuatnya susah; dan al-Quran menganggap orang yang mengejek sesama muslim sebagai
orang yang mengejek dirinya sendiri, karena kaum muslimin adalah seperti satu tubuh; Al-
Quran juga melarang untuk saling panggil memanggil dengan panggilan yang buruk yang tidak
disenangi orang. Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia dari derajat keimanan ke
derajat kefasikan. Dari seorang mu'min menjadi seorang fasik, dan nama yang paling buruk
setelah keimanan adalah kefasikan itu.
Kemudian Allah SWT berfirman:
"Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim". Ini
adalah dalil akan kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat maka ia akan menjadi
orang-orang zhalim. Dan orang-orang yang zhalim tidak akan beruntung.
‫ن‬
َ ‫مو‬ ّ ‫ح ال‬
ُ ِ ‫ظال‬ ْ ُ‫ه ل َ ي‬
ُ ِ ‫فل‬ ُ ّ ‫إ ِن‬
"Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung." (QS. Yusuf: 23)
Juga tidak dicintai Allah SWT:

"Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim."( QS. Ali 'Imran: 57).
Serta mereka tidak mendapatkan petunjuk dari Allah SWT:

"Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al
Maidah: 51).

51
Dan mereka juga tidak selamat dari api neraka:

"Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi
Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan
orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam
keadaan berlutut." (QS. Maryam: 71-72.).
Ayat-ayat yang lain:

Di antara ayata-yat Al Quran yang mengajak kepada taubat dan menganjurkannya, serta
menjelaskan keutamaannya dan buahnya adalah firman Allah SWT:

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).

Mengajak Kaum Musyrikin dan Kaum Kafir untuk Bertaubat


Di antara ayat-ayat Al Quran ada yang mengajak kaum musyrikin untuk bertaubat, serta
membukan pintu bagi mereka untuk bergabung dalam masyarakat muslim, serta menjadi
saudara seiman mereka. Seperti firman Allah SWT dalam surah at-Taubah setelah
memerintahkan untuk memerangi kaum musyrikin yang melanggar perjanjian damai:

"Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan
kepada mereka untuk berjalan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. at-Taubah: 5).

"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama." (QS. At-Taubah: 11)

Al Quran juga mengajak orang-orang Kristen untuk bertaubat dari perkataan mereka
tentang ketuhanan al Masih atau ia sebagai satu dari tiga oknum tuhan! Sedangkan ia
sebetulnya hanyalah seorang hamba Allah. Dan baginya telah terjadi apa yang terjadi bagi
manusia biasa. Serta Al Quran mengajak untuk menyembah Allah SWT saja.
Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al Masih
putera Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata: "Hai bani Israil, sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang

52
mengatakan: " bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa
yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan
yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun
kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Maidah: 72-74 ).

Bahkan Allah SWT Yang Maha Pemurah juga membuka pintu taubat bagi orang-orang
kafir yang telah demikian keji menyiksa kaum mu'mimin dan mu' minat, serta telah
melemparkan kaum mu'minin itu ke dalam api yang panas:

"Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang
mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman." (QS. al Buruj:
5-7.)

Allah SWT berfirman setelah menyebutkan kisah mereka itu, bahwa mereka membenci
kaum mu'minin itu semata karena kaum mu'minin beriman kepada Allah SWT semata.
Allah SWT befirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min


laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam
dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (QS. al Buruuj: 10).

Hasan al Bashri mengomentari ayat ini: "lihatlah kedermawanan dan kemurahan Allah
SWT ini: mereka membunuh para wali-Nya, dan Dia kemudian mengajak mereka itu untuk
bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya!."
Hingga kemurtadan --yaitu orang yang kafir setelah iman- taubat mereka masih dapat
diterima. Allah SWT berfirman:

"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta
mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-
keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjukki orang-orang yang zalim.
Mereka itu balasannya ialah: Bahwasanya la'nat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian
pula) la'nat para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak
diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang
yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 86-89.)

53
SHALAT POTENSI YANG TERABAIKAN

Shalat adalah sarana yang paling efektif untuk menyegarkan jasmani dan menenangkan
jiwa. Masalahnya, shalat yang dilaksanakan oleh kebanyakan kaum muslimin belum
sebagaimana mestinya. Orang yang sehabis melaksanakan shalat seolah-olah tidak
memperoleh kesan apa-apa. Antara sebelum dan sesudah shalat tidak ada bedanya. Bahkan
antara orang yang shalat dan yang tidak juga mirip-mirip saja.
Itulah barangkali yang menyebabkan orang tidak lagi tertarik mengkaji manfaat shalat,
kecuali sebatas kewajiban yang harus ditunaikan saja. Ini tantangan yang mesti kita jawab.
Bukan dengan banyak-banyakan argumentasi. Bukan dengan adu konsep dan dalil yang
mendetail. Kita perlu bukti. Hanya dengan bukti nyata, baru orang akan melirik kembali
potensi shalat yang selama ini ditelantarkan ummatnya.
Soal ketenangan jiwa adalah janji Allah yang sudah pasti akan diberikan kepada orang
yang shalat. Ada jaminan yang pasti bahwa orang yang benar dalam shalatnya bakal
memperoleh ketenangan ini. Allah berfirman:

"Tegakkan shalat untuk mengingat-Ku."(Qs. Thaha: 14) "Ketahuilah, dengan mengingat Allah,
hati menjadi tenang." (Qs. Ar-Ra'du: 28)
Hati bisa tenang bila mengingat dan dzikir kepada Allah, sedang sarana berdzikir yang
paling efektif adalah shalat. Tentu bukan sembarang shalat. Sebagaimana dalam ayat di atas,
perintah Allah adalah tegakkan, bukan laksanakan.
Mendirikan shalat beda dengan sekadar melaksanakan. Mendirikan shalat punya kesan
adanya suatu perjuangan, keseriuasan, kedisiplinan, dan konsentrasi tingkat tinggi. Jika sekadar
melaksanakan, tak perlu susah payah, cukup santai asal terlaksana. Itulah sebabnya Allah
memilih kata perintah "aqim" yang berarti dirikan, tegakkan, luruskan.
Kenyataannya tidak demikian, banyak di antara kaum muslimin yang melaksanakan
shalat tapi tidak menegakkannya. Bagi mereka pokoknya shalat, kewajiban gugur lepas dari
ancaman siksa, dan menunggu pahala. Cukup. Andai ada sensus tentang pelaksanaan shalat ini,
maka dapat dipastikan bahwa bagian terbesar ummat Islam adalah golongan ini.
Kondisi ini sungguh memprihatinkan. Sayang belum banyak pemimpin dan ulama yang
menganggap perlu menjelaskannya kepad ummat. Jika toh mengkaji shalat, maka yang paling
banyak mendapat perhatian adalah seputar kaifiyatush-Shalat, yang tidak berkutat dari masalah
fiqh. Lebih parah lagi bila mereka berhenti mengkaji hanya pada masalah-masalah khilafiyah.
Bukan untuk mencari penyelesaian, tapi malah memperlebar jarak perbedaan, mempertajam
pertentangan, dan merusak kesatuan.
Kenapa kajian kita terhadap masalah-masalah ibadah, khususnya shalat, tidak kita
perlebar dan perdalam hingga menyentuh pokok-pokok pesan dan inti persoalan? Kenapa
hanya sebatas kulit, tidak sampai pada daging dan tulangnya?

54
Sayang, pelajaran di sekolah tentang shalat tidak lebih dari pengulangan, bukan
pendalaman. Sebatas pada pelajaran, bukan penghayatan. Falsafah shalat, yang semestinya
diberikan ternyata tidak, hingga kaum muslimin menjalankan ibadahnya sebatas sebagai tradisi
saja.
Jika pelaksanaan shalat sudah semata-mata berdasar tradisi, berarti shalat itu kosong tanpa isi.
Ibarat tubuh tanpa nyawa. Ibarat bungkus tanpa isi. Apa artinya shalat yang demikian? Dalam
hal ini Rasulullah menjawab melalui sabdanya: "Berapa banyak orang yang melaksanakan
shalat, keuntungan yang diperoleh dari shalatnya, hanyalah capai dan payah saja." (HR. Ibnu
Majah)
Wajib bagi kita mengikuti tata cara shalat sebagaimana yang diajarkan Rasulullah kepada
kita. Tidak boleh ada penyimpangan sedikit pun juga. Sekecil apapun gerakan itu harus sesuai
dengan sunnah. Akan tetapi yang semestinya juga kita contoh dan tiru pada Nabi bukan
sekadar gerakan fisik tapi juga gerakan batinnya. Jika beliau batinnya sering bergetar ketika
membaca surat-surat tertentu, atau pada bacaan-bacaanm tertentu, apakah kita juga sudah
demikian?
Bukan berarti kita memaksakan diri untuk menggetarkan batin. Juga bukan dengan
memaksakan diri untuk menangis, tidak bisa itu. Agar batin bergetar, suasana hati harus
khusyu'.
Khusyu' adalah satu tingkat kosentrasi yang luar biasa tingginya. Ini dicapai lewat
kedisiplinan mengikuti tata cara yang telah diatur sedemikian rupa, mulai dari berwudhu,
adzan, iqamat, dan seterusnya berdiri untuk shalat, takbir, rukuk, sujud, bacaan-bacaan dalam
shalat, yang semuanya mengantar untuk konsentrasi mengingat Allah.
Itulah ruh shalat. Secara ekstrem dapat dikatakan, apa artinya shalat tanpa khusyu'? Apa
manfaat shalat yang demikian? Malah dapat dikatakan bahwa yang lebih penting dan utama
dalam shalat itu bukan gerakan fisik, tapi gerakan batin. Gerakan fisik bisa diganti atau
ditiadakan jika memang tidak mampu. Tapi dzikir kepada Allah tetap harus berjalan, kapanpun
juga.
Seorang yang tidak mampu berdiri karena sakit, bisa mengganti gerakan berdirinya
dengan hanya duduk, mengganti gerakan ruku'nya dengan isyarat sedikit membungkuk.
Demikian juga sujudnya. Tidak bisa berdiri diperbolehkan duduk. Tidak bisa duduk dengan
berbaring dan sebagainya.
Yang tidak bisa diganti adalah gerakan batin. Ini yang mutlak harus ada. Tanpa kehadiran
hati, shalat hanya merupakan gerakan mati. Gerak otomatis, bagai patung saja. Jika demikian,
apa artinya?
Itulah sebabnya Allah memberi ancaman yang cukup keras kepada kita, dengan kata yang
amat pedas, "Maka celakalah bagi orang-orang yhang shalat, yaitu mereka yang lalai dalam
shalatnya." (Qs. al-Maa'uun: 4-5)

55
Jadi ketenangan batin, apalagi janji-janji yang lain terhadap orang yang shalat itu tidak
serta merta diberikan Allah begitu saja. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi terlebih
dahulu. Bagi yang lalai dalam shalatnya bukan saja tidak bakal mendapatkan janji-janji tadi,
malah ada ancaman keras dari Allah swt.
Itulah barangkali rahasia, kenapa ummat Islam tidak sukses, padahal mereka telah
menjalankan shalat. Semestinya tidak demikian. Andai saja mereka melaksanakan shalat sesuai
dengan tuntunan Islam, kemenangan mesti diperolehnya. Allah sendiri berjanji, "Sungguh
telah beruntung orang-orang beriman. Yaitu mereka yang khusyu' dalam shalatnya." (Qs. Al-
Mu'minuun: 1-2)
Rasanya tidak terlalu sulit dipahami jika orang yang itens komunikasinya dengan Allah
--melalui shalat sebagai sarananya-- berhasil mencapai kemenangan dan keberhasilan di
berbagai sektor kehidupan. Sebab, siapa lagi yang merupakan sumber energi dari semua bentuk
kekuatan kalau bukan Allah swt.
Jika kita sudah dekat dengan sumber energi dan sumber kekuatan itu, maka dengan
sendirinya kita pasti lincah bergerak, dan tentu saja juga kuat. Dari sana kemenangan pasti
didapat. Karenanya tidak salah bila redaksi adzan itu didahului dengan ajakan shalat (hayya
alash-shalaah), kemudian disusul dengan ajakan untuk menang (hayya alalfalaah). Memang
demikian seharusnya. Shalat kemudian menang.
Rahasia kemenangan itu terletak pada kedekatan kita dengan Allah. Jika kita sudah dekat,
artinya komunikasi kita secara vertikal lancar tak tersumbat, melalui shalat wajib dan sunnah,
maka kemenangan itu pasti didapat. Allah pasti membantu hamba-Nya yang dikasihi.
Masalahnya, sudahkah ada jaminan bahwa kita telah menjadi kekasih-Nya?
Alangkah hebatnya potensi ibadah, khususnya shalat ini. Sayang ummat Islam belum
menggalinya sebagai suatu pelajaran yang siap disajikan di kelas, sebagai praktek yang dapat
dilaksanakan di lapangan, dan sebagai satu bukti yang dapat dilihat dan disaksikan pengaruh
dan dampaknya.
Andaikata shalat ini dikaji secara intensif, dipraktekan sesuai sunnah Nabi di dalam
menyedot kekuatan-kekuatan yang dijanjikan Allah, pasti sudah lama nasib ummat Islam tidak
seperti ini.
Terus terang kita khawatir jika potensi shalat diabaikan oleh ummat Islam, kemudian
mereka memandang bahwa shalat tidak memiliki arti lagi dalam kehidupan sehari-hari, maka
bencana akan datang menimpa. Bukan bencana alam, tapi bencana agama. Mereka tidak mau
lagi melirik shalat untuk menenangkan jiwanya, tapi sudah menggunakan cara-cara yang lain.
Mereka mencari terapi yang lain untuk mencegah fakhsa' dan munkar, dengan cara yang tidak
diajarkan agama.
Jika shalat sudah tidak dipandang sebagai sesuatu yang potensial lagi, lalu di mana letak
keislaman kita? Bukankah shalat sebagai tiang agama? Kalau tiang itu sudah kita anggap tidak
bisa lagi menyangga bangunan yang ada, maka bangunan apa yang bisa kita dirikan disana?

56
"Pokok urusan itu Islam, sedang tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi
sabilillah." (HR. Ahmad dan Turmudzi)
Fenomena yang akhir-akhir ini terjadi, tidak lain karena kita lalai dalam menyodorkan
shalat sebagai alternatif terbaik untuk menenteramkan jiwa. Pada saat dunia sedang gelisah
seperti sekarang, orang pada sibuk mencari ketenangan. Dengan segala cara mereka ingin
dapatkan. Tak peduli harus lari ke kuil atau pertapaan-pertapaan sepi. Tak peduli harus pergi
ke hutan sendirian, pokoknya dapat menentramkan hati. Alangkah idealnya bila kita segera
memberi jawab atas keresahan ummat ini. Kita sodorkan alternatif satu-satunya yang dapat
menghilangkan stres dan tekanan jiwa itu.
MARI BERTAUBAT

Ma’a syiral muslimin wal muslimat rahimmakumullah,


Manusia tidak lepas dari kesalahan, besar maupun kecil, disengaja maupun tanpa
disengaja. Apalagi jika hawa nafsu sudah menguasai jiwa raganya, ia akan menjadi bulan-
bulanan berbuat kemaksiatan. Ketaatan, seolah-olah tidak memiliki nilai berarti.
Meski manusia dirundung oleh kemaksiatan dan dosa menumpuk, bukan berarti tak ada
lagi pintu untuk memperbaiki diri. Karena, betapapun menggunung perbuatan maksiat seorang
hamba, namun pintu rahmat Allah SWT selalu terbuka.
Manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, yaitu dengan bertaubat dari
perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya ke jurang Neraka. Taubat yang dilakukan
haruslah total, yang dikenal dengan “taubatan nashuha”.

Allah berfirman,

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui.(Ali-Imran [3]: ayat 135)
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga yang di dalamnya
mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala
orang-orang yang beramal.(Ali-Imran [3]: ayat 136)
Allah SWT dengan tegas menyatakan dalam ayat diatas bahwa salah satu ciri orang yang
bertaqwa kepada Allah bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa dan tidak punya salah,
akan tetapi, orang yang bertaqwa yaitu mereka yang apabila melakukan kesalahan, mereka
kemudian mengingat Allah serta bertaubat atas segala kesalahan yang dilakukannya.
Mengingat manusia adalah tempat salah dan lupa, maka Allah dengan sifat Rahman dan
Rahim-Nya senantiasa membuka pintu taubat dan ampunan-Nya sampai kelak matahari terbit
dari arah barat, saat dimana Qiamat kubra terjadi.

57
Nabi Muhammad SAW menjelaskan akan hal itu dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim yang artinya: “ Sesungguhnya Allah ta’ala membentangkan tangan-
Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang, dan Ia
membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa
pada waktu malam, sehingga matahari terbit dari arah barat (sampai qiamat).” ( H.R. Muslim)
Taubat sendiri berarti menyesal atau kembali. Seseorang bertaubat berarti seseorang
tersebut menyesali perbuatan dosa atau kesalahan yang telah diperbuat dengan menghentikan
perbuatan dosa dan kembali kepada kebenaran seperti yang sudah digariskan oleh Allah SWT.
Dengan demikian, taubat itu berarti melepaskan diri dari keadaan yang dibenci dan dikutuk
Allah untuk menuju pada kebenaran yang dicintai dan diridhai Allah SWT. Taubat hukumnya
wajib ‘ain atas orang-orang yang melakukan dosa. Taubat selalu berkaitan dengan perbuatan
dosa, dan dosa terjadi karena dua hal, yaitu melanggar larangan-larangan-Nya dan
meninggalkan perintah-perintah-Nya.

Ditinjau dari keterkaitannya, dosa dibagi atas:


• Dosa manusia dengan Allah, seperti meninggalkan shalat lima waktu, tidak
mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, berbuat syirik /menyekutukan Allah dan
melakukan pelanggaran-pelanggaran yang bersifat individu.
• Dosa manusia terhadap sesamanya, seperti berbohong, menipu, mencuri dan
pelanggaran-pelanggaran yang bersifat umum.
Oleh sebab itu agar Allah mengampuni segala dosa yang telah dilakukannya, maka Allah
memerintahkan kepada hamba-Nya yang berdosa agar segera bertaubat kepada Allah dan tidak
pernah berputus asa mengharap rahmat-Nya. Oleh karena kita sebagai manusia tidak pernah
lepas dari kesalahan dan dosa, maka sudah seharusnyalah kita setiap saat untuk selalu bertaubat
kepada Allah, dengan memperbanyak membaca istighfar kepada-Nya.

Rasul bersabda,
“Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku
bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”
Maka bersegeralah kalian wahai para hamba Allah untuk menuju kepada-Nya, niscaya
kalian akan mendapatkannya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang
serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang bertaubat, niscaya Rabb kalian akan
membangkitkan kalian pada kedudukan yang mulia lagi terhormat.

INTROSPEKSI DIRI
Betapa zalimnya diri ini, bergelimang dosa dan mengaku diri sebagai hamba Allah SWT,
hamba macam apakah kebanyakan manusia di jaman modern ini? Yang tidak malu berbuat
maksiat, kadang dengan bangga menceritakan perbuatan maksiat kepada teman-temanya,
naudzubillahi mindaliq…sudah tidak malu & terang-terangan di hadapan Allah SWT, wahai

58
jiwa… kenalilah kehinaan dirimu…, sadarilah keagungan Rabb yang telah menciptakan dan
memberikan nikmat tak berhingga kepadamu…, ingatlah pedihnya siksa yang menantimu, jika
engkau tidak segera bertaubat.
Cepatlah kembali tunduk kepada Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih, sebelum terlambat.
Karena apabila ajal seseorang telah dating, maka tidak ada seorang pun yang bisa
mengundurkannya barang sekejap ataupun menyegerakannya, ketika maut itu datang… beribu-
ribu penyesalan akan menghantui orang tersebut, dan bencana besar ada di hadapan dia, siksa
kubur yang meremukkan dan gejolak api neraka yang menghanguskan kulit-kulit manusia.
Maha Suci Allah, sesungguhnya hukuman-Nya amat sangat keras.
Padahal tidak ada satu jiwa pun yang tahu di bumi mana kita akan mati, kapan waktunya,
bisa jadi seminggu lagi atau bahkan beberapa detik lagi, siapa yang tahu? Bangkitlah segera
dari lumpur dosa… dan songsonglah pahala yang siap menanti dihadapan….kita , dengan
sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah SWT.

Kedudukan Taubat
Taubat itu wajib dilakukan untuk setiap dosa yang diperbuat, pokok dari taubat adalah
penyesalan. Para ulama telah sepakat bahwa taubat dari segala maksiat hukumnya wajib, dan
taubat itu wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda-tunda, sama saja apakah
maksiat itu termasuk dosa kecil atau dosa besar. Taubat merupakan salah satu prinsip agung di
dalam agama Islam dan kaidah yang sangat ditekankan di dalamnya…
Taubat yang terbesar dan paling wajib adalah bertaubat dari kekufuran, kekafiran menuju
keimanan. Kemudian tingkatan kedua adalah bertaubat dari dosa-dosa besar, kemudian diikuti
dengan tingkatan ketiga yaitu bertaubat dari dosa-dosa kecil.
Allah berfirman,

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: Jika mereka berhenti (dari kekafirannya),
niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu.” (Al-
Anfaal [8]:ayat 38).

Al-Quran Memerintahkan Manusia untuk Bertaubat.


Allah berfirman,

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (An-Nuur [24]: ayat 31)

Penjelasan ayat tersebut, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-
orang yang beriman” , bahwa seorang mukmin itu, memiliki keimanan dan Allah SWT yang
menyerunya untuk bertaubat, kemudian Allah SWT mengaitkan taubat itu dengan
keberuntungan, “Supaya kamu beruntung”, maka tidak ada jalan lain menuju keberuntungan
kecuali dengan taubat, yaitu kembali dari segala sesuatu yang dibenci Allah SWT, lahir

59
maupun batin, menuju segala sesuatu yang dicintai-Nya, lahir maupun batin. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap mukmin, orang yang beriman itu membutuhkan taubat, sebab
Allah menujukkan seruan-Nya kepada semua orang yang beriman.

Rasul memerintahkan untuk bertaubat


Rasulullah Muhammad SAW bersabda,
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan minta ampunlah kepada-Nya,
sesungguhnya aku ini bertaubat 100 kali dalam sehari.”(HR. Muslim)

Dengan bertaubat itu akan diperoleh dua manfaat:


1. Melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Sedangkan dengan melaksanakan
perintah Allah dan Rasul-Nya itulah terkandung segala kebaikan. Di atas kepatuhan,
melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya itulah terdapat sumber kebahagiaan
dunia dan akhirat yang abadi.
2. Meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau itu senantiasa
bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 kali.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling taat beribadah kepada Allah, dan
memang demikianlah sifat beliau. Beliau itu adalah orang yang paling takut kepada Allah di
antara kita, beliau orang paling bertaqwa kepada Allah di antara kita, dan beliau adalah orang
paling berilmu tentang Allah di antara kita, semoga shalawat dan keselamatan dari-Nya
senantiasa tercurah kepada beliau. Dan di dalamnya juga terdapat dalil yang menunjukkan
bahwa beliau adalah sosok pengajar kebaikan dengan ucapannya dan dengan perbuatannya.
Beliau senantiasa beristighfar kepada Allah dan menyuruh orang-orang agar beristighfar,
sehingga para sahabat & pengikutnya pun bisa meniru beliau, demi melaksanakan perintahnya
dan mengikuti perbuatannya. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan nasihat yang beliau
berikan kepada umatnya.
Maka sudah semestinya kita juga meniru beliau, apabila kita memerintahkan sesuatu
maka hendaknya kita adalah orang pertama yang melaksanakan perintah ini. Dan apabila kita
melarang sesuatu hendaknya kita juga menjadi orang pertama yang meninggalkannya, sebab
inilah sebenarnya hakekat sebagai “da’i ilallah” (penyeru kepada agama Allah), bahkan inilah
hakekat dakwah, yaitu kita lakukan apa yang kita perintahkan dan kita tinggalkan apa yang kita
larang, kita mohon kepada Allah SWT untuk menerima taubat kita, serta semoga Allah SWT
memberi petunjuk kepada kita menuju jalan yang lurus.

SYARAT-SYARAT DITERIMANYA TAUBAT.


4 syarat agar taubat seseorang diterima Allah SWT:
1. Ikhlas Karena Allah.

60
Yaitu orang yang bertaubat hendaknya mengharapkan ampunan Allah SWT dengan
taubatnya itu dan berharap supaya Allah menerima taubatnya serta mengampuni dosa yang
telah dilakukannya, dengan taubatnya itu ia tidak bermaksud riya’ di hadapan manusia atau
demi mendapatkan kedekatan dengan mereka, dan bukan juga semata-mata demi
menyelamatkan diri dari gangguan penguasa dan pemerintah kepadanya. Tapi dia bertaubat
hanya demi mengharapkan ridha dan rahmat Allah dan pahala di negeri akhirat yang abadi.
2. Menyesali Perbuatan Dosa
Harus benar-benar menyesal atas dosa yang telah dilakukannya, sebab perasaan menyesal
dalam diri seorang manusia itulah yang membuktikan dia benar dan jujur dalam bertaubat,
ini artinya dia menyesali apa yang telah diperbuatnya dan merasa sangat sedih karenanya,
dan dia memandang tidak ada jalan keluar darinya sampai dia benar-benar bertaubat
kepada Allah SWT dari dosanya.
3. Meninggalkan dosa yang dilakukannya.
Ini termasuk syarat terpenting untuk diterimanya taubat, meninggalkan dosa itu maksudnya
adalah apabila dosa yang dilakukan adalah karena meninggalkan kewajiban, maka
meninggalkannya ialah dengan cara mengerjakan kewajiban yang ditinggalkannya itu,
seperti contohnya: ada seseorang yang tidak membayar zakat, lalu dia ingin bertaubat
kepada Allah maka dia harus mengeluarkan zakat yang dahulu belum dibayarkannya.

Apabila ada seseorang yang dahulu meremehkan berbakti kepada kedua orang tua,
kemudian ingin bertaubat, maka dia harus berbakti dengan baik kepada kedua orang
tuanya. Apabila dia dahulu meremehkan silaturahim maka kini dia wajib menyambung
silaturahim. Apabila maksiat itu terjadi dalam bentuk mengerjakan keharaman maka dia
wajib bersegera meninggalkannya, dia tidak boleh meneruskannya walaupun barang
sekejap. Apabila misalnya ternyata dia termasuk orang yang memakan harta riba maka
wajib baginya melepaskan diri dari riba dengan cara meninggalkannya dan menjauhkan diri
darinya dan dia harus menyingkirkan harta yang sudah diperolehnya dengan cara riba,
apabila dia telah meraup harta dengan cara haram ini maka dia wajib mengembalikan harta
itu kepada pemiliknya atau meminta penghalalan kepadanya.
Apabila dia mengatakan “Saya sudah bertaubat kepada Allah”, akan tetapi ternyata dia
masih meneruskan perbuatan yang diharamkan, maka taubat ini tidaklah diterima. Bahkan
taubat seperti ini sebenarnya seolah-olah merupakan tindak pelecehan terhadap Allah SWT,
bagaimana seseorang bertaubat kepada Allah SWT sementara dia masih terus bermaksiat
kepada-Nya? Dalam kondisi bagaimanapun setiap insan harus meninggalkan dosa yang dia
sudah bertaubat darinya, apabila dia tidak meninggalkannya maka taubatnya tertolak dan
tidak akan bermanfaat baginya di sisi Allah SWT.
4. Bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa.
Seseorang yang bertaubat, harus dengan sungguh-sungguh bertekat untuk tidak
mengulangi dosa yang sama dimasa yang akan datang. Apabila seseorang masih

61
mengulangi perbuatan dosa ketika terbuka kesempatan bagimu untuk melakukannya, maka
sesungguhnya taubat itu tidak diterima Allah SWT. Tidak dalam keadaan Sakatarul Maut.
Apabila ada seseorang yang bertaubat dimana taubatnya sudah tidak bisa diterima lagi
oleh Allah SWT, maka saat itu taubatnya tidak lagi bermanfaat. Tidaklah diterima taubat
seseorang apabila nyawa sudah berada dikerongkongan (sakaratul maut), seperti taubatnya
raja Fir’aun. Allah berfirman,
Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia
mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”.(An-Nisa [4]: ayat 18)
Maka seseorang apabila sudah berhadapan dengan maut dan ajal sudah
mendatanginya ini berarti ia sudah hampir terputus dari kehidupannya, maka taubatnya itu
tidak berada pada tempat yang semestinya! Sesudah dia berputus asa untuk bisa hidup lagi
dan mengetahui dia tidak bisa hidup untuk seterusnya, maka dia pun baru mau bertaubat.
Ini adalah taubat di saat terjepit, dan tidak akan diterima taubatnya, sebab seharusnya
taubat itu dilakukannya sejak dahulu, ketika masih hidup normal, bukan di ambang
kematian. Allah berfirman, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Al-Baqarah [2]: ayat 222)
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba Allah SWT yang suka bertaubat dan
mensucikan diri, dimatikan Allah dalam keadaan khusnul khatimah, amin.
Wabillahit-taufiq wal hidayah

62

Anda mungkin juga menyukai