2) Luas maksimum lahan usaha perkebunan tebu adalah
60.000 ha dalam satu provinsi atau 150.000 ha untuk
I. Jenis, Luas Maksimum dan Pola Pengembangan Usaha seluruh Indonesia. 3) Luas maksimum untuk usaha budidaya perkebunan, PROSEDUR INVESTASI a. Jenis usaha perkebunan terdiri atas Usaha Budidaya Perkebunan dan Usaha Industri Perkebunan. tidak berlaku bagi: Perusahaan perkebunan yang pemegang BIDANG USAHA PERKEBUNAN o b. Usaha Budidaya perkebunan terdiri atas: usaha budidaya saham mayoritasnya koperasi usaha tanaman skala besar yang harus diusahakan oleh perusahaan perkebunan; DAN PABRIK PENGOLAHANNYA perkebunan dan usaha budidaya tenaman skala kecil yang o Perusahaan perkebunan yang sebagian atau dapat dilakukan oleh petani pekebun. seluruh saham dimiliki oleh negara baik c. Usaha industri perkebunan meliputi: pemerintah maupun Provinsi, Kabupaten atau 1). Usaha gula pasir dari tebu Kota. 2). Industri ekstraksi kelapa sawit g. Setiap pengembangan usaha perkebunan harus mengikut 3). Industri teh hitam dan teh hijau sertakan masyarakat petani pekebun. 4). Industri lateks h. Pengembangan usaha perkebunan dapat dilakukan dalam 5). Industri pengupasan dan pengeringan kopi perbagai pola, antara lain: 6). Industri pengupasan dan pengeringan kakao 1) Pola Koperasi Usaha Perkebunan, yaitu pola 7). Industri pengupasan dan pengeringan lada pengembangan perkebunan yang modal usahanya 8). Industri pengupasan kapas dan 100% dimiliki oleh koperasi usaha perkebunan; 9). Industri perkebunan lainnya yang bertujuan 2) Pola Patungan Koperasi Dengan Investor, yaitu pola memperpanjang daya simpan pengembangan yang sahamnya 65% dimiliki koperasi 10). Usaha budidaya perkebunan yang luas lahannya 25 dan 35% dimiliki oleh investor/perusahaan; ha atau lebih wajib memiliki IUP 3) Pola Patungan Investor Koperasi, yaitu pola 11). Usaha budidaya perkebunan yang luas lahannya pengembangan yang sahamnya 80% sahamnya kurang dari 25 ha wajib dilakukan pendaftaran oleh dimiliki investor/perusahaan dan minimal 20% dimiliki pemberi izin koperasi yang ditingkatkan secara bertahap; 12). Usaha industri perkebunan dilakukan oleh perusahaan 4) Pola BOT (Build, Operate and Transfer), yaitu pola perkebunan yang memiliki izin usaha industri pengembangan dimana pembangunan dan perkebunan pengoperasian dilakukan oleh investor/perusahaan 13). Usaha industri perkebunan yang dilakukan petani yang kemudian pada waktu tertentu seluruhnya pekebun harus didaftar oleh pemberi izin. dialihkan pada koperasi; d. Izin Usaha Perkebunan (IUP) diberikan oleh: 5) Pola BTN (Bank Tabungan Negara), yaitu pola 1). Gubernur, apabila lokasi lahan usaha perkebunan pengembangan dimana investor/perusahaan berada pada lintas wilayah daerah Kabupaten dan membangun kebun dan atau pabrik pengolahan hasil atau Kota; perkebunan yang kemudian akan dialihkan kepada 2). Bupati atau Walikota, apabila lokasi lahan usaha peminat/pemilik yang tergabung dalam koperasi; perkebunan berada diwilayah daerah Kabupaten atau 6) Pola-pola pengembangan lainnya yang saling Kota. menguntungkan, memperkuat, membutuhkan antara e. Izin Usaha Perkebunan berlaku selama perusahaan masih petani pekebun dengan perusahaan perkebunan. melakukan pengelolaan perkebunan secara komersial yang 7) Pola pengembangan dapat dilaksanakan dengan cara sesuai standar teknis dan sesuai dengan ketentuan peraturan kombinasi dan disesuaikan dengan kondisi sosial perundang-undangan yang berlaku serta memenuhi seluruh budaya masyarakat setempat. PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI kewajiban yang telah ditetapkan. f. Luas usaha lahan budidaya perkebunan untuk satu DEPARTEMEN PERTANIAN perusahaan atau grup perusahaan ditetapkan sebagai Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan 12550 II. Syarat-syarat Perizinan Usaha Perkebunan berikut: Gedung G (Arsip) Lt. III Jakarta – Indonesia 1) Luas maksimum lahan usaha perkebunan adalah Usaha perkebunan dapat dilakukan oleh perorangan Telp : (62-21) 7815380, 7815480, ext : 6312 20.000 ha dalam suatu provinsi atau 100.000 ha warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan Fax : (62-21) 78839619 untuk seluruh Indonesia, kecuali usaha perkebunan menurut hukum Indonesia meliputi Koperasi, Perseroaan Terbatas tebu; 2006 (PT), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Untuk memperoleh izin usaha perkebunan, perusahaan d. Perusahaan perkebunan yang telah memilik izin usaha perkebunan wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: perkebunan yang akan mengadakan perluasan kapasitas Gambar 1. Bagan Alur Proses Penanaman Modal Dalam Rangka PMDN a. Akte pendirian dan perubahannya yang terakhir; pabrik, terlebih dahulu wajib memperoleh izin peningkatan b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); kapasitas pabrik dari pemberi izin c. Surat Keterangan Domisili; e. Untuk memperoleh izin penambahan kapasitas pabrik PPI- DEPTAN d. Rencana kerja usaha perkebunan; permohonan dilengkapi dengan: 1. Informasi awal e. Rekomendasi lokasi dari instansi pertanahan; 1). Foto copy izin usaha perkebunan dan atau hak penanaman f. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi guna usaha (HGU); modal sektor kehutanan sepanjang kawasan hutan; 2). Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang 1 pertanian g. Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari Kepala Dinas yang terakhir; 2. Rekomendasi membidangi usaha perkebunan Provinsi, Kabupaten atau 3). Rencana kerja (proposal) yang berisi tentang teknis Kota setempat yang didasarkan pada perencanaan makro, alasan dilakukannya peningkatan kapasitas pabrik, 2 BKPM perwilayahan komoditi dan RUTR; pasokan bahan baku serta rencana kegiatan 1. Persetujuan h. Pernyataan penguasaan lahan perusahaan atau grup bahwa peningkatan kapasitas; penanaman usaha perkebunannya belum melampaui batas maksimum; 4). Surat rekomendasi perluasan kapasitas pabrik dari modal i. Pernyataan mengenai pola pengembangan yang dipilih dan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan. 2. APIT dibuat dalam akte notaris; j. Peta calon lokasi dengan skala 1: 100.000; 3. SP k. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari komisi AMDAL IV. Alur Proses Penanaman Modal Dalam Rangka PMDN daerah. Pembangunan pabrik pengolahan hasil perkebunan Proses penanaman modal dalam rangka Penanaman wajib dilakukan secara terpadu dengan jaminan pasokan bahan Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah sebagai berikut : baku dari kebun sendiri. Apabila pasokan bahan baku dari kebun 1. Mengajukan surat pemohonan rekomendasi tehnis kepada Calon Investor Dep HUK-HAM sendiri tidak mencukupi dapat dipenuhi dari sumber lain melalui Menteri Pertanian c.q Pusat perizinan dan Investasi (PPI). Akte Pendirian perusahaan patungan dengan menempuh salah satu pola pengembangan yang ditetapkan. Pembangunan pabrik 2. Mengajukan permohonan penanaman modal ke Badan Perusahaan pengolahan hasil perkebunan disesuaikan dengan perkembangan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dengan mengisi penanaman dan produksi kebun. form I/PMDN. 3. Mengajukan surat permohonan pendirian perusahaan Ditjen pajak/Depkeu 3 NPWP III. Tata Cara Perizinan Usaha Perkebunan kepada Menteri Hukum dan HAM. 4. Mengajukan permohonan Nomor Pendaftaran Wajib Pajak Permohonan izin usaha perkebunan diajukan kepada: (NPWP) kepada Ditjen Pajak, Departemen Keuangan. a. Gubernur, apabila lokasi lahan usaha perkebunannya BKLH – Meneg LH berada pada lintas wilayah daerah Kabupaten dan atau 5. Mengajukan surat permohonan persetujuan dokumen AMDAL/UKL/UPL Kota dengan tembusan kepada Menteri Pertanian. AMDAL/UKL/UPL. b. Bupati, apabila lokasi lahan usaha perkebunannya berada 6. Mengajukan surat permohonan kepada Gubernur/Bupati pada disuatu wilayah daerah Kabupaten atau Kota, dengan tembusan kepada Menteri Pertanian. untuk memperoleh: Gubernur/Bupati c. Untuk memperoleh persetujuan permohonan dilengkapi - Izin lokasi dengan ; - IUP 1. Izin lokasi 1). Foto copy izin usaha perkebunan dan atau hak - IUT 2. IUP guna usaha (HGU); 3. IUT 2). Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang - Izin mendirikan bangunan (IMB) 4. IMB terakhir; - Izin UU gangguan/HO 4 5. UUG/HO 3). Rencana kerja (proposal) yang berisi tentang - Hak guna bangunan (HGB) alasan dilakukannya perubahan jenis tanaman serta 6. HGB rencana pengembangan tanaman pengganti; - Sertifikat tanah 7. Sertifikat tanah 4). Surat dukungan perubahan jenis tanaman dari Bagan alur pengajuan penanaman modal dalam rangka PMDN lembaga penelitian yang terkait sebagaimana terlihat pada gambar di bawah :