1. Benzodiazepin
2. Barbiturat
3. Golongan obat nonbarbiturat – nonbenzodiazepin
1
BENZODIAZEPIN
A. MIDAZOLAM
Midazolam pertama kali dibuat pada tahun 1976 oleh Fryer dan Walser. Midazolam
merupakan water soluble benzodiazepine yang terikat dalam albumin plasma. Akumulasi
terjadi pada hepar yang sakit oleh karena metabolismenya terjadi di hepar.
8-chloro-6-(2-fluorophenyl)-1-methyl-4H-imidazo[1,5-a][1,4]benzodiazepine
2
FARMAKOLOGI
Larutan midazolam dibuat asam dengan pH < 4 agar cincin tidak terbuka dan tetap
larut dalam air. Ketika masuk ke dalam tubuh, akan terjadi perubahan pH sehingga cincin
akan menutup dan obat akan menjadi larut dalam lemak. Larutan midazolam dapat dicampur
dengan ringer laktat atau garam asam dari obat lain.
FARMAKOKINETIK
Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui sawar darah
otak. Namun waktu equilibriumnya lebih lambat dibanding propofol dan thiopental. Hanya
50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke sirkulasi sistemik karena metabolisme porta
hepatik yang tinggi. Sebagian besar midazolam yang masuk plasma akan berikatan dengan
protein. Waktu durasi yang pendek dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat
distribusi dari otak ke jaringan yang tidak aktif begitu juga dengan klirens hepar yang cepat.
Waktu paruh midazolam adalah antara 1-4 jam, lebih pendek daripada waktu paruh
diazepam. Waktu paruh ini dapat meningkat pada pasien tua dan gangguan fungsi hati. Pada
pasien dengan obesitas, klirens midazolam akan lebih lambat karena obat banyak berikatan
dengan sel lemak. Akibat eliminasi yang cepat dari midazolam, maka efek pada CNS akan
lebih pendek dibanding diazepam.
Awitan aksi : IV 30 detik-1 menit; IM 15 menit; PO/rektal menit; intranasal < 10 menit;
intranasal < 5 menit
Efek Puncak : IV 3-5 menit; IM 15-30 menit; PO 30 menit; intranasal 10 menit; rektal
20-30 menit
3
Interaksi/toksisitas : Efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi oleh alkohol, narkotik,
sedatif,anestesik volatil, menurunkan MAC untuk anestesik volatil; efeknya diantagonis oleh
flumazenil.
Metabolisme
Midazolam dimetabolisme dengan cepat oleh hepar dan enzim cytochrome P-450
usus halus menjadi metabolit yang aktif dan tidak aktif. Metabolit utama yaitu 1-
hidroksimidazolam yang memiliki separuh efek obat induk. Metabolit ini dengan cepat
dikonjugasi dengan asam glukoronat menjadi 1-hidroksimidazolam glukoronat yang
dieskresikan melalui ginjal. Metabolit lainnya yaitu 4-hidroksimidazolam tidak terdapat
dalam plasma pada pemberian IV.
INDIKASI
4
KONTRAINDIKASI
PENGGUNAAN KLINIK
a) Premedikasi
Sebagai premedikasi midazolam 0,25 mg/kg diberikan secara oral berupa sirup (2
mg/ml) kepada anak-anak untuk memberiksan efek sedasi dan anxiolisis dengan efek
pernapasan yang sangat minimal. Pemberian 0,5 mg/kg IV 10 menit sebelum operasi
dipercaya akan memberikan keadaan amnesia retrograd yang cukup.
b) Sedasi intravena
Midazolam dosis 1-2,5 mg IV (onset 30-60 detik, waktu puncak 3-5 menit, durasi 15-
80 menit) efektif sebagai sedasi selama regional anestesi. Dibanding dengan diazepam,
midazolam memiliki onset yang lebih cepat, amnesia yang lebih baik dan sedasi post operasi
yang lebih rendah namun waktu pulih sempurna tetap sama. Efek samping yang ditakutkan
5
dari midazolam adalah adanya depresi napas apalagi bila diberikan bersama obat penekan
CNS lainnya.
c) Induksi anestesi
Induksi anestesi dapat diberikan midazolam 0,1-0,2 mg/kg IV selama 30-60 detik.
Walaupun thiopental memberikan waktu induksi lebih cepat 50-100% dibanding midazolam.
Dosis yang digunakan akan semakin kecil apabila sebelumnya diberikan obat penekan CNS
lain seperti golongan opioid. Pasien tua juga membutuhkan lebih sedikit dosis dibanding
pasien muda.
d) Rumatan anestesi
Midazolam dapat diberikan sebagai tambahan opioid, propofol dan anestesi inhalasi
selama rumatan anestesi. Pemberian midazolam dapat menurunkan dosis anestesi inhalasi
yang dibutuhkan. Sadar dari post operasi dengan induksi midazolam akan lebih lama 1-2,5
kali dibanding penggunaan thiopental sebagai induksi.
Pemberian jangka panjang midazolam secara intravena (dosis awal 0,5-4 mg IV dan
dosis rumatan 1-7 mg/jam IV) akan mengakibatkan klirens midazolam dari sirkulasi sistemik
lebih bergantung pada metabolisme hepatik. Efek farmakologis dari metabolit akan
terakumulasi dan berlangsung lebih lama setelah pemberian intravena dihentikan sehingga
waktu bangun pasien menjadi lebih lama. Penggunaan opioid dapat mengurangi dosis
midazolam yang dibutuhkan sehingga waktu pulih lebih cepat. Waktu pulih akan lebih lama
pada pasien tua, obese dan gangguan fungsi hati berat.
Gerakan pita suara paradoks adalah penyebab nonorganik obstruksi saluran napas atas
dan stridor sebagai manifestasi post operasi. Midazolam 0,5-1 mg IV mungkin efektif untuk
mengatasinya.
6
EFEK SAMPING
Midazolam tidak harus digunakan tanpa individualisasi dosis terutama bila digunakan
dengan obat lain yang mampu menghasilkan depresi sistem saraf pusat. Sebelum midazolam
intravena dalam dosis apapun, segera ketersediaan oksigen, obat pernafasan, usia dan ukuran
peralatan yang sesuai untuk tas / katup / mask ventilasi dan intubasi, dan personel yang
terampil untuk pemeliharaan jalan napas paten dan dukungan ventilasi harus dijamin. Pasien
harus terus dipantau dengan beberapa alat deteksi untuk tanda-tanda awal hipoventilasi,
obstruksi jalan napas, atau apnea, yaitu, oksimetri pulsa. Hipoventilasi, obstruksi jalan napas,
dan apnea dapat menyebabkan hipoksia dan / atau serangan jantung kecuali tindakan
pencegahan yang efektif segera diambil. Ketersediaan segera agen pembalikan tertentu
(flumazenil) sangat dianjurkan.
Tanda-tanda vital harus terus dipantau selama periode pemulihan. Karena midazolam
intravena menekan respirasi dan karena agonis opioid dan obat penenang lainnya dapat
menambah depresi ini, midazolam harus diberikan sebagai agen induksi hanya oleh orang
yang terlatih dalam anestesi umum dan harus digunakan untuk sedasi / anxiolysis / amnesia
hanya di hadapan tenaga terampil dalam deteksi dini hipoventilasi, mempertahankan jalan
napas paten dan mendukung ventilasi. Ketika digunakan untuk sedasi / anxiolysis / amnesia,
midazolam harus selalu dititrasi perlahan-lahan pada pasien dewasa atau anak. peristiwa
hemodinamik samping telah dilaporkan pada pasien pediatrik dengan ketidakstabilan
kardiovaskular; pemberian intravena cepat juga harus dihindari pada populasi .Pasien Pediatri
untuk informasi lengkap
Reaksi seperti agitasi, gerakan tak terkendali (termasuk tonik / gerakan klonik dan
tremor otot), hiperaktif, dan combativeness telah dilaporkan di kedua dewasa dan pasien
anak. Reaksi-reaksi ini mungkin karena dosis yang tidak memadai atau berlebihan atau
administrasi yang tidak benar dari midazolam, namun, pertimbangan harus diberikan untuk
kemungkinan hipoksia otak atau reaksi paradoksal benar. Jika reaksi tersebut terjadi, respon
terhadap setiap dosis midazolam dan semua obat-obatan lainnya, termasuk obat bius lokal,
harus dievaluasi sebelum melanjutkan. Pembalikan tanggapan tersebut dengan flumazenil
telah dilaporkan pada pasien anak.
Penggunaan bersamaan dari barbiturat, alkohol atau depresan sistem saraf pusat dapat
meningkatkan risiko hipoventilasi, obstruksi saluran napas, desaturation, atau apnea dan
7
dapat menyebabkan mendalam dan / atau efek obat yang berkepanjangan. Narkotika
premedikasi juga menekan respon ventilasi terhadap rangsangan karbon dioksida.
Pada anak-anak memerlukan dosis yang lebih rendah, maupun tidak obat penenang
seiring telah diberikan. Dewasa atau pasien anak dengan PPOK yang luar biasa sensitif
terhadap efek depresan pernafasan midazolam. Pediatrik dan dewasa pasien yang menjalani
prosedur yang melibatkan saluran udara bagian atas seperti endoskopi atas atau perawatan
gigi, sangat rentan terhadap episode desaturation dan hipoventilasi karena obstruksi jalan
napas parsial. Dewasa dan pasien pediatrik dengan gagal ginjal kronis dan pasien dengan
gagal jantung kongestif menghilangkan midazolam lebih lambat. Karena pasien lanjut usia
sering memiliki fungsi efisien dari satu atau lebih sistem organ dan karena kebutuhan dosis
telah terbukti menurunkan dengan usia, mengurangi dosis awal dianjurkan midazolam, dan
kemungkinan efek mendalam dan / atau berkepanjangan harus dipertimbangkan.
Keputusan untuk ketika pasien yang telah menerima midazolam suntik, terutama
secara rawat jalan, sekali lagi mungkin terlibat dalam kegiatan yang memerlukan
kewaspadaan mental selesai, mengoperasikan mesin berbahaya atau mengendarai kendaraan
bermotor harus individual. tes Bruto pemulihan dari efek dari midazolam tidak dapat
diandalkan untuk memprediksi waktu reaksi di bawah tekanan. Disarankan bahwa tidak ada
pasien yang berbahaya mengoperasikan mesin atau kendaraan bermotor sampai efek obat,
seperti mengantuk, telah surut atau sampai satu hari penuh setelah anestesi dan operasi, mana
yang lebih lama. .
Cepat injeksi harus dihindari pada populasi neonatal. Midazolam cepat diberikan
sebagai injeksi intravena (kurang dari 2 menit) telah dikaitkan dengan hipotensi berat pada
neonatus, terutama jika pasien juga telah menerima fentanil. Demikian juga, hipotensi parah
telah diamati pada neonatus menerima infus kontinu midazolam yang kemudian menerima
suntikan intravena cepat fentanil. Kejang telah dilaporkan di beberapa neonatus setelah
pemberian intravena cepat.
Midazolam menurunkan kebutuhan metabolik oksigen otak dan aliran darah ke otak
seperti barbiturat dan propofol. Namun terdapat batasan besarnya penurunan kebutuhan
8
metabolik oksigen otak dengan penambahan dosis midazolam. Midazolam juga memiliki
efek yang kuat sebagai antikonvulsan untuk menangani status epilepticus.
a) Pernapasan
b) Sistem kardiovaskuler
Midazolam 0,2 mg/kg IV sebagai induksi anestesi akan menurunkan tekanan darah
dan meningkatkan denyut jantung lebih besar daripada diazepam 0,5 mg/kg IV dan setara
dengan thiopental 3-4 mg/kg IV. Penurunan tekanan darah disebabkan oleh penurunan
resistensi perifer dan bukan karena gangguan cardiac output. Efek midazolam pada tekanan
darah secara langsung berhubungan dengan konsentrasi plasma benzodiazepine.
Interaksi obat
9
Pengaruh dosis tunggal oral simetidin 800 mg dan 300 mg ranitidine pada konsentrasi
kondisi mapan midazolam diuji dalam sebuah studi crossover acak (n = 8). Cimetidine
meningkatkan konsentrasi midazolam berarti kondisi mapan 57-71 ng / mL. Ranitidine
meningkatkan konsentrasi steady-state berarti 62 ng / mL. Tidak ada perubahan dalam waktu
reaksi pilihan atau indeks sedasi terdeteksi setelah dosis dengan antagonis reseptor H2.
Dalam studi terkontrol plasebo, eritromisin diberikan sebagai dosis 500 mg, tid, untuk 1
minggu (n = 6), mengurangi clearance midazolam setelah tunggal 0,5 mg / kg dosis IV.
Waktu paruh sekitar dua kali lipat.
Pengaruh diltiazem (60 mg tid) dan verapamil (80 mg tid) pada farmakokinetik dan
farmakodinamik midazolam diselidiki dengan cara tiga-cross-over studi (n = 9). Setengah-
hidup midazolam meningkat dari 5 hingga 7 jam ketika midazolam diambil dalam
hubungannya dengan verapamil atau diltiazem. Tidak ada interaksi diamati pada subyek sehat
antara midazolam dan nifedipin.
Penurunan moderat dalam persyaratan dosis induksi thiopental (sekitar 15%) telah
mencatat berikut menggunakan midazolam intramuskular untuk premedikasi pada orang
dewasa.
10
nondepolarizing) atau bius lokal topikal (termasuk lidokain, HCl dyclonine dan benzokain )
telah diamati pada orang dewasa atau pasien anak. Pada neonatus, bagaimanapun, hipotensi
berat telah dilaporkan dengan administrasi seiring fentanil. Efek ini telah diamati pada
neonatus pada infus midazolam yang menerima suntikan cepat fentanil dan pada pasien infus
fentanil yang telah menerima suntikan cepat midazolam.
OVERDOSIS
Somnolen
Mental confusion
Hipotensi
Koma
Overdosis midazolam memerlukan penanganan yang cepat dan harus diperhatikan oleh tim
medis. Antidotum yang tepat ( atau golongan benzodiazepine yang lain) adalah flumazenil.
11
Nonbarbiturat – Nonbenzodiazepin
A. PROPOFOL
12
Campuran propofol dan obat lain tidak dianjurkan walau penggunaan lidokain sering
ditambahkan untuk mengurangi nyeri pada tempat suntikan. Pencampuran lidokain dan
propofol dapat menimbulkan gabungan pada droplet minyak dan bentuk yang lain sehingga
meningkatkan risiko embolisasi pulmonal.
Emulsi propofol yang rendah lemak (Ampofol®) mengandung 5% minyak kedelai
dan 0,6% egg lechitin dan tidak memerlukan bahan pengawet atau zat yang meretardasi
pertumbuhan mikroba.
Suatu alternatif dalam memecahkan masalah formulasi emulsi propofol dan masalah
efek samping obat (nyeri pada tempat suntikan, risiko infeksi, hipertrigliseridemia, emboli
paru) adalah dengan menggunakan bentuk prodrug dengan melepaskan suatu gugus sehingga
meningkatkan kelarutan pada air (phosphate monoester, hemisuccinates). Propofol
dibebaskan setelah dihidrolisa oleh alkaline phosphatase di permukaan sel endotel.
Dibandingkan dengan propofol, bentuk prodrug ini didistribusi lebih besar dan lebih poten.
Bentuk propofol yang tidak larut lemak menggunakan cyclodextrins sebagai zat
pelarut. Cyclodextrins adalah molekul cincin gula sehingga larut dalam air. Setelah
disuntikan, cyclodextrins dipisahkan dengan propofol di dalam darah.
FARMAKOLOGI
Propofol relatif bersifat selektif dalam mengatur reseptor gamma aminobutyric acid
(GABA) dan tampaknya tidak mengatur ligand-gate ion channel lainnya. Propofol dianggap
memiliki efek sedatif hipnotik melalui interaksinya dengan reseptor GABA. GABA adalah
salah satu neurotransmiter penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA diaktivasi, penghantar
klorida transmembran meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post
sinaps dan menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol (termasuk barbiturat
dan etomidate) dengan reseptor komponen spesifik reseptor GABA menurunkan
neurotansmitter penghambat. Ikatan GABA meningkatkan durasi pembukaan GABA yang
teraktifasi melaui chloride channel sehingga terjadi hiperpolarisasi dari membran sel.
FARMAKOKINETIK
13
air sementara metabolisme asam glukoronat diekskresikan melalui ginjal. Propofol
membentuk 4-hydroxypropofol oleh sitokrom P450. Propofol yang berkonjugasi dengan
sulfat dan glukoronide menjadi tidak aktif dan bentuk 4 hydroxypropofol yang memiliki 1/3
efek hipnotik. Kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin. Waktu paruh propofol
adalah 0,5 – 1,5 jam tapi yang lebih penting sensitive half time dari propofol yang digunakan
melalui infus selama 8 jam adalah kurang dari 40 menit. Maksud dari sensitive half time
adalah pengaruh minimal dari durasi infus karena metabolisme propofol yang cepat ketika
infus dihentikan sehingga obat kembali dari tempat simpanan jaringan ke sirkulasi. Propofol
mirip seperti aldentanil dan thiofentanil, yang memiliki efek singkat di otak setelah
pemberian melalui intravena.
Total body clearance dari propofol sebanding dengan aliran darah ke hati dan
bersihan ekstahepatik (pulmonary uptake dan eliminasi awal. Pulmonary uptake dari propofol
dipengaruhi avaibilitas propofol. Di paru propofol diubah ke dalam bentuk 2,6-diisoprpyl- 1,4
quiniol dan kebanyakan kembali lagi ke dalam sirkulasi. Glukoronidasi adalah jalur
metabolisme utama dari propofol dan UDP-glukoronidase sehingga ginjal juga memegang
peranan penting dalam mengekresikan propofol.
Meskipun metabolisme propofol cepat tidak ada bukti yang menunjukan adanya
gangguan eliminasi pada pasien sirosis hepatis.Konsentrasi propofol di plasma sama antara
pasien yang meminum alkohol dan yang tidak. Eliminasi ekstrahepatik propofol terjadi secara
ekstrahepatik selama fase anhepatik dari orhtopik transplantasi hati. Disfungsi ginjal tidak
mempengaruhi clearance propofol dan selama pengamatan lebih dari 34 tahun metabolisme
propofol dimetabolisme di urin hanya 24 jam pertama. Pasien yang berusia lebih dari 60
tahun menunjukan penurunan bersihan plasma propofol dibandingkan pasien dewasa.
Kecepatan bersihaan propofol mengkonfirmasi bahwa obat ini dapat digunakan secara terus
menerus intravena tanpa efek kumulatif. Propofol mampu melewati sirkulasi plasenta namun
secara cepat dibersihkan dari sikulasi fetus.
FARMAKODINAMIK
Efek propofol terhadap tubuh bergantung pada konsentrasi propofol dalam darah.
Konsentrasi propofol ini biasanya merupakan proporsi dari rata-rata infus, khususnya dalam
pasien secara individu. Efek Hemodynamic selama induksi dari anestesi beragam. Jika terjadi
ventilasi spontan, efek kerdiologiknya adalah hypotensi ( turun 30%) dengan sedikit atau
tidak adanya perubahan denyut jantung. Jika ventilasi terkontrol, besarnya kejadian dari
14
penurunan cardiac output meningkat. Oleh karena itu diberikan premedikasi potent opioid
( fentanyl).
- Pada sistem saraf pusat
Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang kecil dapat
menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis induksi (2mg
/kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat.
- Pada sistem kardiovaskular
Dapat menyebakan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun
sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi, pengaruh terhadap frekuensi jantung juga
sangat minim.
- Pada Sistem pernafasan
Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
15
DOSIS
Propofol menjadi pilihan obat induksi terutama karena cepat dan efek mengembalikan
kesadaran yang komplit. Infus intravena propofol dengan atau tanpa obat anestesia lain
menjadi metode yang sering digunakan sebagai sedasi atau sebagai bagian penyeimbang atau
anestesi total iv. Penggunaan propofol melalui infus secara terus menerus sering digunakan di
ruang ICU.
a. Induksi Anestesia
Dosis induksi propofol pada pasien dewasa adalah 1,5 – 2,5 mg/kgBB intravena
dengan kadar obat 2-6 μg/ml menimbulkan turunnya kesadaran yang bergantung pada usia
pasien. Mirip seperti barbiturat, anak-anak membutuhkan dosis induksi yang lebih besar tiap
kilogram berat badannya yang mungkin disebabkan volum distribusi yang besar dan
kecepatan bersihan yang lebih. Pasien lansia membutuhkan dosis induksi yang lebih kecil
(25% - 50%) sebagai akibat penurunan volume distribusi dan penurunan bersihan plasma.
Kesadaran kembali saat kadar propofol di plasma sebesar 1,0 – 1,5 μg/ml. Kesadaran yang
komplit tanpa gejala sisa SSP merupakan karakter dari propofol dan telah menjadi alasan
menggantikan thiopental sebagai induksi anestesi pada banyak situasi klinis.
b. Sedasi Intravena
Sensitive half time dari propofol walau diberikan melalui infus yang terus menerus,
kombinasi efek singkat setara memberikan efek sedasi. Pengembalian kesadaran yang cepat
tanpa gejala sisa serta insidens rasa mual dan muntah yang rendah membuat propofol
diterima sebagai metode sadasi. Dosis sedasinya adalah 25-100μg/kgBB/menit secara
intravena dapat menimbulkan efek analgesik dan amnestik. Pada beberapa pasien, midazolam
atau opioid dapat dikombinasikan dengan propofol melalui infus. Sehingga intensitas nyeri
dan rasa tidak nyaman menurun.
Propofol yang digunakan sebagai sedasi selama ventilasi mekanik di ICU pada
beberapa populasi termasuk pasien post operasi (bedah jantung dan bedah saraf) dan pasien
yang mengalami cedera kepala. Propofol juga memiliki efek antikonvulsan, dan amnestik
Setelah pembedahan jantung, sedasi propofol mengatur respon hemodinamik post operasi
dengan menurunkan insiden dan derajat takikardia dan hipertensi. Asidosis metabolik,
lipidemia, bradikardia, dan kegagalan myokardial yang progresif pada beberapa anak yang
mendapat sedasi propofol selama penanganan gagal napas akut di ICU.
c. Maintenance Anestesia
16
Dosis tipikal anestesia 100-300 μg/kgBB/menit iv sering dikombinasikan dengan
opioid kerja singkat. Walaupun propofol diterima sebagai anestesi prosedur bedah yang
singkat, tetapi propofol lebih sering digunakan pada operasi yang lama ( < 2 jam)
dipertanyakan mengingat harga dan efek yang sedikit berbeda pada waktu kembalinya
kesadaran dibandingkan standar teknik anestesi inhalasi. Anestesi umum dengan propofol
dihubungkan dengan efek yang minimal pada rasa mual dan muntah post operasi,
pengembalian kesadaran.
b. Attenuation Bronkokonstriksi
Dibandingkan thiopental, propofol menurunkan prevalensi wheezing setelah induksi
dengan anestesia dan intubasi trakea pada pasien tanpa riwayat asma dan pasien dengan
17
riwayat asma. Formula baru propofol yang menggunakan metabisulfit sebagai pengawet.
Metabisulfit menimbulkan bronkokontriksi pada pasien asma. Pada studi di hewan, propofol
tanpa metabisulfit menimbulkan stimulus ke nervus vagus yang menginduksi
bronkokonstriksi dan metabisulfit sendiri dapat meningkatkat kurang responnya saluran
pernapasan. Setelah intubasi trakea, pasien dengan riwayat merokok, resistensi saluran
pernapasan meningkat pada pasioen yang mendapat propofol dan metabisulfit serta ethyl
enediaminetetraacetic (EDTA). Sehingga penggunaan bahan pengawet propofol
meningkatkan risiko terjadinya bronkokonstriksi. Propofol yang menginduksi
bronkokonstriksi pernah dilaporkan pada psien dengan riwayat alergi dan penggunaan
Diprivan® yang mengandung susu kedele, gliserin, egg lechitin , sodium edetate.
18
- Sistem Kardivaskular
Propofol lebih menurunkan tekanan darah sistemik daripada thiopental. Penurunan
tekanan darah ini juga dipengaruhi perubahan volume kardiak dan resistensi pembuluh darah.
Relaksasi otot polos pembuluh darah disebabkan hambatan aktivitaas simpatis vasokontriksi.
Suatu efek negatif inotropik yang disebabkan penurunan avaibilitas kalsium intrasel akibat
penghambatan influks trans sarcolemmal kalsium. Stimulasi langsung laringoskop dan
intubasi trakea membalikan efek propofol terhadap tekanan darah. Propofol juga
menghambat respon hipertensi selama pemasangan laringeal mask airway. Pengaruh propofol
terhadap desflurane mediated sympathetic nervous system activation masih belum jelas.
Suatu laporan menunjukan propofol sebanyak 2 mg/kgBB intravena meningkatkan
konsentrasi epinefrin diikuti peningkatan mendadak konsentrasi desfluran > 1 MAC tetapi
tidak menyebabkan peningkatan respon jantung. Berbeda dengan laporan lainnya, bahwa
propofol dan zat penginduksi lainnya (selain etomidate) menyebabkan peningkatan aktifitas
saraf simpatis, hipertensi, dan peningkatan konsentrasi inhalasi desfluran. Efek ini mungkin
berlebihan bagi pasien hipovolemia, lansia, dan pasin dengan gangguan ventrikel kiri yang
terkompensasi yang disebabkan gangguan padar pembuluh darah arteri koroner (PJK).
Hidrasi yang cukup disarankan untuk meminimalisir gangguan tekanan darah.
Sebagai tambahan, N2O tidak mengubah respon tekanan darah pada pasien yang
diberikan propofol. Suatu penekan respon misalnya ephedrin dapat dimanfaatkan pada pasien
ini.
Bradikardi dan asisitol pernah dilaporkan pada pasien yang mendapat propofol
sehingga disarankan obat antikolinergik untuk mengatasi stimulasi ke nervus vagus. Propofol
sebenarnya juga meningkatkan respon saraf simpatis dalam skala ringan dibandingkan saraf
parasimpatis sehingga terjadi dominasi saraf parasimpatis.
Terdapat bukti yang menyatakan propofol menyababkan perubahan fungsi sinoatrial
dan ventrikular node pada pasien normal dan pasien dengan Wolff Parkinsonn White
sehingga penggunaan propofol dapat diterima. Namun terdapat suatu laporan yang
menyatakan bahwa timbulnya gelombang delta pada pasien dengan sindrom WPW pada
EKG selama pemberian infus propofol. Tidak seperti sevofluran, propofol tidak
menimbulkan gelombang QT yang memanjang. Kontrol barorefleks juga tertekan pada
pasien yang mendapat propofol.
19
Ditemukan bradikardia dan asistol setelah pemberian propofol telah pada pasien
dewasa sehat sebagai propilaksis antikolinergik. Risiko bradycardia-related death selama
anestesia propofol sebesar 1,4 / 100.000. Bentuk bradikardi yang parah dan fatal pada anak di
ICU ditemukan pada pemberian sedasi propofol yang lama. Anestesi propofol dibandingkan
anestesi lain meningkatkan refleks okulokardiak pada pembedahan strabismus anak selama
pemberian antikolonergik.
Respon denyut jantung selama pemberian atrofin intravena berbeda tipis pasien yang
mendapat propofol dan pasien yang sadar. Penurunan respon atropin terjadi karena propofol
menekan aktifitas saraf simpatis. Pengobatan propofol yang menginduksi bradikardia adalah
dengan pemberian beta agonis contohnya insoproterenol.
- Paru
Terdapat risiko apnea sebesar 25-35% pada pasien yang mendapat propofol.
Pemberian agen opioid sebagai premedikasi meningkatkan risiko ini. Stimulasi nyeri pada
saat pembedahan juga meningkatkan risiko apnea. Infus propofol menurunkan volume tidal
dan frekuensi pernapasan. Respon pernapasan menurun terhadap keadaan peningkatan karbon
diokasida dan hipoksemia. Propofol menyebabkan bronkokontriksi dan menurunkan risiko
terjadinya wheezing pada pasien asma. Konsetrasi sedasi propofol menyebabkan penurunan
respon hiperkapnia akibat efek terhadap kemoreseptor sentral.
- Tekanan Intraokular
Pembedahaan laparoskopi dinilai berhubungan dengan peningkatak TIO dan posisi
pasien saat laparoskopi meingkatkan risiko hipertensi okular. Pada kasus ini propofol
menurunkan TIO segera setelah induksi dan selama tindakan intubasi trakea. Penurunan TIO
ini meningkat pada pasien yang juga mendapat isofluran.
20
- Koagulasi
Propofol tidak mengganggu koagulasi dan fungsi trombosit. Namun ada laporan yang
menunjukan bahwa emulsi propofol yang bersifat hidrofobil mempengaruhi koagulasi darah
dan menghambat agregasi trombosiy melalui pengaruh mediator inflamasi lipid termasuk
tromboksan A2 dan platelet-activating factor (PAF).
EFEK SAMPING
- Hypotensi
- Nyeri ketika injeksi
- Sesak nafas, wheezing, pembengkakan tenggorokan
- Nadi cepat dan palpitasi
- Rasa baal di tangan dan kaki
- Kejang
OVERDOSIS
Overdosis penggunaan propofol dapat mengakibatkan depresi kardiovaskuler dan
depresi respirasi. Tindakan yang diberikan bila terjadi overdosis adalah pemberian ventilasi
oksigen dan menurunkan posisi kepala pasien dan meninggikan posisi kaki. Dapat juga
diberikan obat-obat vasopressor, plasma expander serta infus cairan dextrose maupun
elektrolit.
21
DAFTAR PUSTAKA
22