Anda di halaman 1dari 38

XII IPA 2

XII IPA 2
XII IPA 2 1. Afan Abdul Jabbar (01)
XII IPA 2 2. Dwi Indah Prasetia (09)
3. Galih Nanda Dewa (12)
XII IPA 2 4. Guntur Sadhiea Putra (13)
XII IPA 2 5. Margarana Deos Saputra (17)
6. Riestantya Reissa Fanny (23)
XII IPA 2 7. Rizky Fajar Pratama (24)
XII IPA 2 8. Widya Ari Primadi (29)

XII IPA 2
XII IPA 2
XII IPA 2
Talak
Pengertian a. Hukum talak
b. Lafal talak
c. Macam talak

Hukum
1. Ila’
Perkawinan
2. Li’an
a. Wajib 3. Zihar
b. Sunah
c. Haram 4. Khulu’
d. Makruh 5. Fasakh
e. Mubah 6. Hadanah
7. Idah
Pengertian nikah
Nikah atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan, membatasi hak dan
kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang antara keduanya bukan
muhrim. Firman Allah SWT Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,
tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS An Nisa : 3).
HUKUM
NIKAH
1. Wajib
2. Sunat
3. Haram
4. Makruh
5. Harus
hukumnya WAJIB, apabila . . .
• Bagi seseorang yang sudah mampu secara
finansial dan dorongan untuk berhubungan
biologis yang tinggi serta takut terjerumus ke
dalam perzinaan.
hukumnya SUNNAH, apabila . . .
• Disunnahkan bagi orang yang memiliki syahwat
(keinginan kepada wanita) tetapi tidak khawatir berzina
atau terjatuh dalam hal yang haram jika tidak menikah,
sementara dia mampu untuk menikah.

• Karena Allah telah memerintahkan dan Rasul-pun telah


mengajarkannya. Bahkan di dalam nikah itu ada
banyak kebaikan, berkah dan manfaat yang tidak
mungkin diperoleh tanpa nikah, sampai Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
• Juga sunnah bagi orang yang mampu yang tidak takut zina dan tidak
begitu membutuhkan kepada wanita tetapi menginginkan
keturunan. Juga sunnah jika niatnya ingin menolong wanita atau
ingin beribadah dengan infaqnya.

• Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:


• “Kamu tidak menafkahkan satu nafkah karena ingin wajah Allah
melainkan Allah pasti memberinya pahala, hingga suapan yang
kamu letakkan di mulut isterimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

• Sabda lain:
• “Dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, dinar yang kamu
nafkahkan untuk budak, dinar yang kamu sedekahkan pada
orang miskin, dinar yang kamu nafkahkan pada isterimu maka
yang terbesar pahalanya adalah yang kamu nafkahkan pada
isterumu.” (HR. Muslim)
hukumnya MUBAH, apabila . . .
• Mubah bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi
tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat
sama sekali seperti orang yang impotent atau lanjut
usia, atau yang tidak mampu menafkahi, sedangkan
wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus
rasyidah (berakal).

• Juga mubah bagi yang mampu menikah dengan tujuan


hanya sekedar untuk memenuhi hajatnya atau
bersenang-senang, tanpa ada niat ingin keturunan atau
melindungi diri dari yang haram.
hukumnya HARAM, apabila . . .
• Haram nikah bagi orang yang tidak mampu menikah
(nafkah lahir batin) dan ia tidak takut terjatuh dalam zina
atau maksiat lainnya, atau jika yakin bahwa dengan
menikah ia akan jatuh dalam hal-hal yang diharamkan. Juga
haram nikah di darul harb (wilayah tempur) tanpa adanya
faktor darurat, jika ia menjadi tawanan maka tidak
diperbolehkan nikah sama sekali.

• Haram berpoligami bagi yang menyangka dirinya tidak bisa


adil sedangkan isteri pertama telah mencukupinya.
Hukum perkawinan Mubah
Mubah merupakan hukum asal pernikahan.
Mubah berlaku bagi orang yang berada pada
posisi tengah-tengah antara hal-hal yang
mendorong keharusan untuk menikah dan hal-
hal yang mencegah untuk menikah. Dengan
demikian, orang tersebut tidak dianjurkan
untuk menikah, namun juga tidak ada larangan
atau anjuran untuk menundanya.
Pengertian talak

Talak berasal dari bahasa Arab ath-thalaq


yang berarti pisah atau lepas. Menurut
istilah syarak, talak adalah pernyataan,
baik secara lisan maupun dalam bentuk
lain dari seorang suami kepada istrinya
bahwa ia telah menceraikannya.
Talak bisa disebabkan karena terjadi
perbedaan prinsip, masalah pekerjaan, atau
perselingkuhan yang terjadi dalam rumah
tangga. Sehingga talak merupakan jalan
terbaik bagi mereka yang diperbolehkan dalam
Surah Al-Baqarah ayat 227 :
BILANGAN TALAK

Tiap-tiap orang yang merdeka berhak menalak istrinya dari talak


satu sampai talak tiga. Talak satu atau dua masih diperbolehkan untuk
rujuk kembali sebelum habis iddahnya dan boleh menikah lagi sesudah
iddahnya.

Sedangkan talak tiga tidak boleh rujuk kembali, kecuali apabila si


perempuan telah menikah dengan pria lain dan setelah ditalak oleh
suaminya yang kedua itu.
BILANGAN TALAK

Talak tiga meliputi beberapa cara.


• Menjatuhkan talak itu tiga kali pada masa berlainan seperti
seorang suami menalak istrinya talak satu, pada masa iddah ditalak
lagi satu, pada masa iddah kedua ini ditalak lagi satu.
• Seorang suami menalak istrinya dengan talak satu, sesudah habis
iddahnya dinikahinya lagi kemudian ditalak lagi, setelah habis
iddahnya dinikahi lagi, kemudian ditalak lagi yang ketiga kalinya.
• Suami menalak istrinya dengan berkata “Saya talak engkau, talak
tiga” atau “Saya talak engkau, saya talak engkau, saya talak
engkau” diulang berturut-turut.
Lafal Talak
Kalimat yang digunakan untuk menjatuhkan
talak ada dua macam , yaitu :
1.Sar’ih
2.Kinayah
Sar’ih
Makna kata sar’ih adalah jelas. Kalimat
talak sar’ih adalah kalimat yang tidak
diragukan lagi kejelasannya untuk
memutuskan menceraikan. Contohnya adalah
ucapan suami “Engkau saya talak” atau “Saya
ceraikan kau”. Ucapan seperti itulah
menunjukkan dengan jelas keinginan suami
untuk menceraikan istrinya.
Kinayah
Makna kata kinayah adalah kata yang tidak
menunjukkan kata aslinya atau sindiran. Kalimat talak
kinayah adalah kalimat yang masih diragukan
tujuannya untuk menceraikan. Kalimat itu dapat
dimaknai untuk menceraikan namun bisa juga tidak.
Apabila ucapan disertai niat untuk menceraikan maka
talak telah jatuh. Akan tetapi , jika ucapan itu tidak
disertai niat untuk menceraikan maka talak belum
jatuh. Contoh kalimat tersebut adalah ucapan suami
“Pulanglah engkau ke rumah orang tuamu” dan
“Pergilah engkau dari sini”
Jenis talak
Talak raj’i
Suami melafazkan talak satu atau talak dua kepada isterinya. Suami boleh
merujuk kembali isterinya ketika masih dalam idah. Jika tempoh idah telah
tamat, maka suami tidak dibenarkan merujuk melainkan dengan akad
nikah baru.
Talak bain
Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga kepada
isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh
merujuk setelah isterinya berkahwin lelaki lain, suami barunya
menyetubuhinya, setelah diceraikan suami barunya dan telah habis idah
dengan suami barunya.
Talak sunni
Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci dan tidak
disetubuhinya ketika dalam tempoh suci
Talak bid’i
Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid atau ketika suci
yang disetubuhinya.
Talak taklik
Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya bersyarat dengan sesuatu
sebab atau syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku,
maka terjadilah penceraian atau talak.
Contohnya suami berkata kepada isteri, “Jika awak keluar rumah tanpa izin
saya, maka jatuhlah talak satu.” Apabila isterinya keluar dari rumah tanpa
izin suaminya, maka jatuhlah talak satu secara automatik.
Ila’
Adalah sumpah suami bahwa dia tidak akan
mencampuri istrinya dalam masa yamg lebih dari
empat bulan atau dengan tidak menyebutkan
masa. Suami tersebut dinamakan muli’ atau orang
yang melakukan sumpah ila.
Li’an
Kata li’an menurut bahasa berarti alla’nu
bainatsnaini fa sha’idan (saling melaknat yang
terjadi di antara dua orang atau lebih). Sedang,
menurut istilah syar’i, li’an ialah sumpah dengan
redaksi tertentu yang diucapkan suami bahwa
isterinya telah berzina atau ia menolak bayi yang
lahir dari isterinya sebagai anak kandungnya, dan
kemudian sang isteri pun bersumpah bahwa
tuduhan suaminya yang dialamatkan kepada
dirinya itu bohong.
Apabila seorang laki-laki menuduh isterinya berbuat serong dengan laki-laki
lain, kemudian isterinya menganggap bahwa tuduhannya bohong, maka pihak
suami harus dijatuhi hukuman dera, kecuali dia mempunyai bukti yang kuat atau
melakukan li’an. “Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal
mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka
persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,
sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang
kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.
Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah
Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan
(sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk
orang-orang yang benar.” (QS An-Nuur: 6-9).
HUKUM-HUKUM YANG MENIMPA ORANG
YANG MELAKUKAN LI’AN
1. Keduanya harus diceraikan, berdasarkan hadist:
Dari Ibnu Umar r.a , ia berkata, “Nabi saw memutuskan hukum di antara seorang suami dan isteri
dari kaum Anshar, dan menceraikan antara keduanya.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari IX: 458
no: 5314, Muslim II: 1133 no: 9 dan 1494).

2. Keduanya haram ruju’ untuk selama-lamanya.


Dari Sahl bin Sa’d ra, ia berkata, “Telah berlaku sunnah Nabi saw tentang suami isteri yang saling
bermula’anah dimana mereka diceraikan antara keduanya, kemudian mereka tidak (boleh) ruju’
buat selama-lamanya.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 2104 dan 'Aunul Ma'bud VI: 337 no: 2233 serta
Baihaqi VII: 410).
3. Anak yang lahir dari isteri yang bermula’anah, harus diserahkan kepada sang
isteri (ibunya).
Dari Ibnu Umar r.a ia berkata, “Sesungguhnya Nabi saw pernah memutuskan
untuk mula’anah antara seorang suami dengan isterinya kemudian ia (suami)
dipisahkan dari anaknya, lantas Beliau menceraikan antara mereka berdua,
kemudian anak itu Rasulullah serahkan kepada isterinya.” (Muttafaqun ’alaih:
Fathul Bari IX: 460 no: 5315, Muslim II: 1132 no: 1494, ‘Aunul Ma’bud VI: 348 no:
2242, Tirmidzi II: 338 no: 1218, Nasa’i VI: 178 dan Ibnu Majah I: 669 no: 2069).
ZIHAR
Dari segi bahasa Arab diambil dari perkataan belakang, karea
bentuk zihar pada asalnya adalah seperti berikut : kata  suami kepada
isterinya: kamu itu dengan saya seperti belakang ibu saya.  Jadi
dengan sebab kebiasaan orang Arab Jahiliah menggunakan perkataan
“Zihar”.

Dari segi istilah syara’ berarti : suami menyerupakan isterinya


dengan ibunya atau pun seorang yang haram berkawin dengannya. 
Dengan ini menyebabkan isteri itu menjadi haram  kepadanya.  Seperti
kata suami kepada isteri: kamu ini saya lihat serupa dengan ibu saya.
DALIL ZIHAR

• Firman Allah S.W.T. :

Artinya : Orang-orang yang menzihar isterinya, tidaklah

isterinya itu menjadi ibunya tidaklah yang menjadi kepada mereka

melainkan perempuan-perempuan yang melahirkan mereka dan

sesungguhnya mereka itu menyentuh  perkataan yang mungkar dan

dusta. (Surah Al-Mujadalah : ayat 2)


CARA MEMBAYAR KIFARAH ZIHAR

Apabila  seorang suami yang menzihar isterinya ingin kembali isteri kifarah
tersebut adalah mengikut susunan berikut :

Yang dizihar itu hendaklah terlebih dahulu ia menbayar kifarah, cara


membayar:

1.  Memerdekakan hamba yang mu’min lelaki atau perempuan.

2.  Jika tidak mampu atau tidak berdaya untuk merdekakan hamba, hendaklah ia
berpuasa dua bulan berturut-turut dengan tidak berselang, sekiranya diselang-
selangkan  walaupun kerana sakit, maka puasa yang lalu terputus dan mestilah
diulang semula.

3.  Jika tidak terdaya berpuasa selama dua bulan berturut-turut,  maka ia hendaklah
memberi  sedekah makanan kepada  enam puluh orang miskin, tiap-tiap seorang
diberikan secupak dan makanan utama bagi negeri itu.
Khuluk atau tebus talak

 Perpisahan antara suami dan isteri melalui tebus talak sama ada dengan
menggunakan lafaz talak atau khuluk. Pihak isteri boleh melepaskan dirinya
daripada ikatan perkawinan mereka, jika ia tidak berpuas hati atau lain-lain sebab
(Istri sangat membenci suaminya karena sebab tertentu dan dikhawatirkan istri
tidak dapat mematuhi suaminya). Pihak isteri hendaklah membayar sejumlah uang
atau harta yang dipersetujui bersama dengan suaminya, maka suaminya
hendaklah menceraikan isterinya dengan jumlah atau harta yang ditentukan.

 Hukum khuluk adalah berdasarkan surah al-Baqarah ayat 229 : “Tidak halal bagi
kamu mengambil apa-apa yang telah kamu berikan kepada mereka suatu jua pun,
kecuali jika takut kedua-duanya tidak akan mengikut peraturan Allah s.w.t.. Jika
kamu takut bahawa tidak akan mengikut peraturan Allah maka tiadalah berdosa
kedua-duanya tentang barang yang jadi tebus oleh perempuan.”
Tujuan khuluk

Memelihara hak wanita


Menolak bahaya kemudaratan yang
menimpanya
Memberi keadilan kepada wanita yang cukup
umurnya melalui keputusan mahkamah.
Fasakh

 Arti fasakh menurut bahasa ialah rusak atau putus. Manakala menurut
syarak pula, pembatalan nikah disebabkan oleh sesuatu sifat yang dibenarkan
syarak, misalnya, perkahwinan suami isteri yang difasakhkan oleh kadi disebabkan
oleh suaminya tidak mempu memberi nafkah kepada isterinya.

 Fasakh tidak boleh mengurangkan bilangan talaknya. Fasakh hanya boleh dituntut
oleh suami sekiranya terdapat beberapa sebab atau kecacatan yang terdapat pada
pihak isterinya. Mengikut mazhab Shafie, seorang isteri boleh menuntut fasakh
melalui kadi atau mahkamah disebabkan oleh kekurangan suaminya seperti gila
(berkekalan atau sekejab); murtad salah seorang (suami atau isteri) dll.
Cara melakukan fasakh

 Jika suami atau isteri mempunyai sebab yang megharuskan fasakh


 Membuat aduan kepada pihak kadi supaya membatalkan perkahwinan
mereka
 Jika dapat dibuktikan pengaduan yang diberikan adalah betul, pihak kadi
boleh mengambil tindakan membatalkannya
 Pembatalan perkahwinan dengan cara fasakh tidak boleh dirujuk kembali
melainkan dengan akad nikah yang baru.
Hadanah adalah mengasuh, memelihara, dan
mendidik anak- anak yang masih kecil apabila
terjadi perceraian antar suami istri.
Suami Istri cerai Pindah dibawah asuhan ayahnya

Anak yang masih kecil


dibawah asuhan ibunya, Anak sudah dewasa
namun tetap menjadi
tanggungan suami
Diberi kebebasan
apabila untuk memilih
Istri menikah lagi
• Masa menunggu (tidak boleh menikah)bagi
wanita yang telah dicerai oleh suaminya, baik
cerai biasa maupun cerai karena suaminya
meninggal.
• Tujuan: agar garis keturunan anak jelas.
Ketentuan Masa Idah
N Kondisi Wanita yang Masa Idah Dalil naqli
o Diceraikan atau Ditinggal Mati
Suaminya
1 Dalam keadaan hamil Hingga anak yang Q.S At- Talaq : 4
dikandungnya lahir

2 Tidak hamil 4 bulan 10 hari Q.S Al- Baqarah : 234

3 Haid Tiga quru’ (tiga kali Q.S Al- Baqarah : 228


suci)

4 Sudah tidak haid lagi Tiga bulan Q.S At- Talaq : 4


(menopause)
5 Dalam keadaan haid, tetapi Tidak ada masa Q.S Al- Ahzab : 49
belum dicampuri idahnya

Anda mungkin juga menyukai