Proposal Penelitian Analisi Hasil Belajar
Proposal Penelitian Analisi Hasil Belajar
1. Latar Belakang
1
suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Adapun belajar diartikan sebagai
aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman,bertumpu pada kemampuan diri
pebelajar di bawah bimbingan pengajar (Tirtarahardja & La Sulo, 1994:53).
2
Pembelajaran berbasis ICT inilah yang mulai diterapkan di SMA Negeri 1
Belitang. Di SMA Negeri 1 Belitang ada dua jenis penggolongan kelas, yaitu kelas
reguler dan kelas berbasis ICT. Letak perbedaan antara kedua kelas tersebut terletak
pada fasilitas dan metode pembelajaran yang dipakai dalam pembelajarannya. Di
kelas berbasis ICT menerapkan pembelajaran berbasis ICT yaitu pembelajaran yang
sudah diintegrasikan dengan komputasi, bentuk nyata fungsi ICT pada pembelajaran
antara lain kemudahan dalam mengakses jenis-jenis soal ujian nasional, informasi
bahan ajar terbaru, mendownload buku sekolah elektronik (BSE), kesempatan
mengakses sumber-sumber belajar yang lebih baik, dan lain-lain. Sedangkan pada
kelas reguler masih menerapkan pembelajaran konvensional. Pembedaan kelas
berbasis ICT dengan kelas reguler bukan didasarkan pada kemampuan akademik
siswa melainkan kemampuan untuk menyediakan fasilitas pendukung ICT, seperti
laptop. Oleh sebab itu, untuk masuk ke kedua kelas tersebut berbeda dari segi
keuangannya. Sedangkan untuk kriteria ketuntasan minimal dari kedua kelas tersebut
juga memiliki perbedaan, pada kelas berbasis ICT nilai KKM fisikanya sebesar 75,
dan kelas reguler nilai KKM fisikanya sebesar 70 untuk seluruh pokok bahasan fisika.
Informasi ini peneliti dapat dari observasi langsung di SMA Negeri 1 Belitang. Dari
perbedaan KKM itu jelaslah bahwa diharapkan hasil belajar fisika kelas berbasis ICT
lebih baik dibanding kelas reguler, hanya saja apakah hal itu sejalan dengan
kenyataannya. Dan dari dua jenis kelas ini menimbulkan pertanyaan apakah dengan
perbedaan yang ada pada kedua jenis kelas ini akan menghasilkan perbedaan hasil
belajar siswanya.
3
pelajaran Fisika. Selain itu, di SMA Negeri 1 Belitang ini sarana dan prasarana yang
terkait dengan penelitian ini juga sudah sangat mendukung.
Penelitian tentang analisis hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal ujian
nasional di SMA Negeri 1 Belitang belum pernah dilakukan sebelumnya. Untuk itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hasil Belajar
Siswa Kelas Berbasis ICT Dengan Kelas Reguler Dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Ujian Nasional Fisika Di Kelas XII SMA Negeri 1 Belitang”.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
permasalahan sehingga diadakannya penelitian adalah :
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika pada kelas berbasis ICT dengan
kelas reguler ditinjau dari hasil pengerjaan soal-soal ujian nasional fisika di
kelas XII SMA Negeri 1 Belitang?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar fisika siswa kelas
berbasis ICT dan reguler?
4. Sejauh mana kesiapan siswa kelas berbasis ICT dan reguler dalam
menghadapi ujian nasional?
3. Tujuan Penelitian
4
1. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa kelas berbasis ICT dengan
kelas reguler ditinjau dari hasil pengerjaan soal-soal ujian nasional fisika di
SMA Negeri 1 Belitang.
4. Memperoleh gambaran tingkat kesiapan siswa kelas berbasis ICT dan reguler
dalam menghadapi ujian nasional.
4. Manfaat Penelitian
5
5. Tinjauan Pustaka
5.1 Analisis
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik dibandingkan dengan sebelumnya (Hamalik, 1990:189)
6
5.3 Pembelajaran Berbasis ICT
7
komputer pribadi (stand alone) yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung
kepadanya dapat menghubungi banyak komputer kapan saja, dan dari mana saja di
belahan bumi ini untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun mentransfer
data.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap (Purwanto, 2007:85)
8
terhadap kesulitan yang dihadapi siswa. Adapun bentuk dari pengetahuan itu adalah
pengetahuan fisik, pengetahuan logika matematika dan pengetahuan sosial. Disini
dapat kita lihat bahwa Piaget tidak hanya melihat kegiatan belajar dari hasilnya saja
tetapi juga komponen-komponen yang memegang peranan dalam suatu kegiatan
belajar mengajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu hal yang kompleks yang
menghasilkan perolehan berupa keterampilan, sikap dan nilai, serta pengetahuan yang
menghadirkan siswa sebagai seseorang yang belajar dan guru sebagai pebelajar.
Dalam proses pembelajaran, tidak semua materi pelajaran dapat dikuasai oleh
siswa. Kesulitan-kesulitan dalam belajar seringkali terjadi pada siswa, terutama pada
pelajaran-pelajaran yang sifatnya eksakta. Kesulitan belajar dapat disebabkan
berbagai hal. Penyebab tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu
sebab internal (yang berasal dari diri anak yang belajar) dan sebab yang eksternal
yaitu yang bersumber dari luar diri anak yang belajar) dan sebab yang eksternal yaitu
yang bersumber dari luar diri anak yang belajar.
Faktor intern yang berpengaruh pada proses belajar siswa dibagi dalam dua
jenis, yaitu:
1. Faktor Fisiologis
a. Kondisi fisiologis
b. Kondisi panca indra
2. Faktor Psikologi
a. Minat
b. Kecerdasan
9
c. Bakat
d. Motivasi
e. Kemampuan kognitif
Faktor ekstern yang berpengaruh pada proses belajar siswa dibagi dalam dua
jenis, yaitu:
1. Faktor lingkungan
a. Lingkungan alam
b. Lingkungan sosial budaya
2. Faktor instrumental
a. Kurikulum
b. Program
c. Sarana dan fasilitas
d. Guru
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi
bebarapa syarat. Menurut Arikunto (2007:57) syarat-syarat sebuah tes yang baik
adalah:
a. Validitas (ketepatan)
Sebuah tes dapat disebut valid apabila tes tersebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil
pemikiran dan pengalaman. Oleh sebab itu, sebelum soal tes diujikan pada siswa,
peneliti mengecek validitas tes tersebut dengan melakukan validitas isi (validasi yang
dilakukan oleh pakar atau ahli yang kompeten di bidang tersebut). Setelah melakukan
validasi isi, peneliti mengecek kembali validitas soal tersebut dengan mengujicoba
soal pada sekelompok siswa yang juga berada di kelas II dan telah diajarkan tentang
materi tersebut sebelum kemudian menggunakan soal tersebut untuk melakukan
10
penelitian. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir soal
adalah rumus korelasi product moment, yaitu:
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r XY =
2 2 2 2
√ { N ∑ X − ( ∑ X ) }{ N ∑ Y − ( ∑ Y ) } (Arikunto, 2007:72)
Keterengan:
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
n = jumlah seluruh testi/responden
X=skor yang diperoleh testi/responden pada nomor yang bersangkutan
Y= jumlah seluruh skor yang diperoleh testi/responden
b. Reliabilitas (ketetapan)
Sebuah tes dapat disebut reliabel apabila hasil tes tersebut menunjukkan
ketetapan, konsisten dan stabil. Dengan kata lain, tes yang reliabel adalah tes yang
dapat dipercaya kebenarannya. Untuk itu penulis menghitung reliabilitas dari soal
yang diujicobakan pada testee yang tersebut di atas dengan mempergunakan rumus
alfa, yaitu:
∑ σ i2
r 11 = ( n
n−1 )( 1−
σ
t
2 )
Keterangan :
11
∑ σ i2 = jumlah varians skor tiap-tiap butir soal ∑ σ t2 = varians total
c. Obyektivitas
d. Praktikabilitas
e. Ekonomis
12
5.8 Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Soal-soal bentuk pilihan ganda telah mulai dikenal di Indonesia sejak tahun
1960-an (Suryadibrata, 1995: 15). Bentuk soal pilihan ganda adalah soal yang
jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).
Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar. Tujuan ranah
kognitif berhubungan erat dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan
informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual (Foster dalam Dimyati &
Mudjiono, 1999:202).
Taksonomi ranah kognitif oleh Bloom terdiri atas :
1. Pengetahuan (C1)
2. Pemahaman (C2)
3. Penerapan atau Aplikasi (C3)
4. Analisis (C4)
5. Sintesis (C5)
6. Evaluasi (C6)
Soal-soal yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan soal pemahaman
(C2), soal penerapan/aplikasi (C3) dan soal analisis (C4). Menurut Purwanto (2004:72)
Soal pemahaman adalah pertanyaan yang biasanya menggunakan kata-kata
perbedaan, perbandingan, menduga, menggeneralisasikan, memberikan contoh,
menuliskan kembali, memperkirakan. Soal aplikasi adalah soal yang mengukur
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya untuk memecahkan
masalah sehari-hari atau persoalan yang dikemukakan oleh si pembuat soal. Soal
analisis adalah soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis atau
menguraikan sesuatu persoalan untuk diketahui bagian-bagiannya.
Tes pilihan ganda dipilih oleh peneliti karena tes pilihan ganda dapat
mengevaluasi kemampuan siswa dalam jumlah soal yang lebih besar dibandingkan
tes esai sehingga pemahaman siswa tentang materi yang diteliti dapat diperiksa
13
dengan baik melalui tes pilihan ganda.
1. Hasil belajar fisika kelas berbasis ICT berbeda dengan hasil belajar kelas
reguler.
6. Metodologi Penelitian
Perbedaan hasil belajar siswa kelas berbasis ICT dengan kelas reguler menjadi
hal pokok yang akan peneliti teliti. Hasil belajar kedua kelas tersebut merupakan
wujud dari hasil metode dan fasilitas yang berbeda dalam pembelajaran dari kedua
kelas tersebut. Hasil belajar dua kelas dari proses yang berbeda tersebut akan
dibandingkan dan dianalisis.
14
6.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Belitang kelas XII IPA dari
tanggal …. sampai dengan …...
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 1
Belitang tahun ajaran 2010-1011.
Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah dua kelas dari semua kelas
XII IPA yang terdapat di SMA Negeri 1 Belitang dengan teknik pengambilan
berdasarkan penggolongan kelas. Satu kelas diambil dari kelas berbasis ICT yaitu
kelas XII IPA 5, dan kelas yang kedua diambil dari kelas reguler yatu kelas XII IPA
1.
SAMPEL
POPULASI KETERANGAN
Kelas Jumlah
Kelas berbasis
SMA Negeri 1 XII IPA 5 …orang
ICT
Belitang
XII IPA 1 ….orang Kelas reguler
Jumlah 2 …. Orang
15
tentang perbedaan hasil belajar dan tingkat kesiapan siswa kelas berbasis ICT dan
reguler dalam menghadapi ujian nasional.
1. Tes
Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif dengan menggunakan soal
ujian nasional fisika. Peneliti memilih tes objektif karena tes objektif memiliki
beberapa keuntungan antara lain:
Soal pilihan ganda mampu mengukur berbagai jenjang kognitif (dari ingatan
sampai dengan evaluasi, sesuai dengan ranah kognitif menurut Bloom).
Soal pilihan ganda sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak
atau yang sifatnya massal serta mudah dalam menskor nilai yang didapat oleh
siswa.
Oleh karena itu penulis menggunakan bentuk tes pillihan ganda guna benar-benar
memperoleh gambaran tentang perbedaan hasil belajar dan tingkat kesiapan siswa
16
kelas berbasis ICT dan reguler dalam menghadapi ujian nasional. Selanjutnya data
akan diskoring sesuai dengan kemampuan siswa.
“Angket atau kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang diukur (responden) atau seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada seseorang untuk mengungkap pendapat, keadaan, kesan yang ada pada diri
orang tersebut maupun diluar dirinya” (Arikunto, 2007:28). “orang disini adalah
semua siswa yang termasuk dalam daerah sampel. Angket digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
3. Wawancara
Dari data tes yang didapat dari hasil penelitian dianalisis menggunakan beberapa
pengujian data, diantaranya:
17
b. Tentukan batas bawah kelas interval xin = Bb – 0,5 kali desimal yang
digunakan interval kelas.
x¿ −x́
c. Hitung nilai zi, setiap batas bawah kelas interval, z i= (dua
S
desimal)
d. Lihat nilai peluang zi pada tabel statistik, isikan peluang pada kolom L0.
Untuk x1 selalu ambil nilai peluang 0,5000, demikian juga xin terakhir.
e. Hitung luas tiap kelas interval isikan pada kolom Li, contoh Li = L1 - L2
H 0 : σ 21=σ 22
{ H 1 :σ 21 ≠ σ 22
Jika sampel dari populasi kesatu berukuran n1, dengan varians s21 dan
sampel dari populasi kedua berukuran n2 dengan varians s22 dan taraf nyata α, maka
untuk menguji hipotesis di atas digunakan statistik:
18
2
Variansterbesar s 1
F= =
Varians terkecil s 22
F ≥ F1
α (n1−1 ,n2−1)
2
Pada penelitian ini akan membandingkan hasil tes kelas berbasis ICT dengan
kelas reguler. Untuk keperluan itu akan digunakan dasar distribusi sampling
mengenai selisih statistik, yaitu selisih rata-rata.
Pada penelitian ini diketahui dua populasi normal masing-masing dengan rata-
rata µ1 dan µ2, sedangkan simpangan bakunya σ 1 dan σ 2 . Akan diuji tentang rata-rata
µ1 dan µ2. Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah:
H 0 : μ1 =μ 2
{ H 1 : μ1 ≠ μ2
1. Jika σ 1 =σ 2
x́ 1−x́2
z=
1 1
σ
√ +
n 1 n2
19
Dengan taraf nyata α, maka kriteria pengujian adalah: terima H0 jika
−z 1 ( 1−α ) < z < z 1 ( 1−α) dimana z 1 (1−α ) didapat dari daftar normal baku
2 2 2
2. Jika σ 1 ≠ σ 2
Jika simpangan baku kedua populasi tidak sama tetapi keduanya berdistribusi
normal, hingga saat ini belum ada statistik yang tepat yang dapat digunakan.
Pendekatan yang cukup memuaskan adalah dengan menggunakan statistik t ’
sebagai berikut:
x́ 1−x́ 2
t '=
s 21 s 22
√( ) ( )
n1
+
n2
−w1 t 1+ w2 t 2 ' w1 t 1 +w 2 t 2
<t <
w1 + w2 w1 +w 2
t 1=t
(1− 12 α) ,( n −1 )
1
dan
t 2=t
(1− 12 α ), ( n −1 )
2
20
1) Memeriksa lembar jawaban siswa dan menghitung skor siswa dengan cara
memberikan poin 3 (tiga) untuk jawaban yang mempunyai respon positif,
point 2 (dua) untuk jawaban yang mempunyai respon kurang positif dan poin
1 (satu) untuk jawaban yang mempunyai respon negatif.
R
x 100 %
% Respon = SM (Purwanto, 2000:102)
Keterangan:
Respon siswa dikatakan positif jika diperoleh rata-rata % Respon positif ≥ 75%.
Setelah didapat nilai persentase, data dideskripsikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
22
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Steinhauer, Zein, dkk. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rodaskarya.
23